Anda di halaman 1dari 4

HIPERTENSI

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD Tanda tangan Kepala Pukesmas : JARTOYO, SKM


PUSKESMAS NIP. 19641016 198901 1 003
KALIGONDANG

1. Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
(sistolik) dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg (diastolik) pada
seseorang yang tidak sedang makan obat antihipertensi.

Gambaran Klinis
Pada pengukuran tekanan darah dan jika pada pengukuran pertama
memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan
kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk
meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya
menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk
menggolongkan beratnya hipertensi.

Kriteria Diagnosis Hipertensi sesuai Klasifikasi US JNC 7


Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal <120 dan <80
Pre Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi grade 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi grade 2 >160 atau >100

Diagnosis
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk/berbaring 5 menit.
Apabila pertama kali diukur tinggi (≥140/90 mmHg) maka pengukuran
diulang 2x pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi.
2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pedoman pengobatan pasien dengan
hipertensi di puskesmas
3. Kebijakan Dibawah Pengawasan dan Tanggung Jawab Dokter Umum Puskesmas
4. Referensi 1. Buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Depkes RI
th 2008
2. Panduan praktek klinik bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer, edisi I tahun 2013
5. Alat Dan Bahan  Stetoskop
6. Prosedur / Penatalaksanaan
Langkah – 1) Langkah awal biasanya adalah mengubah pola hidup pasien
langkah a) Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
b) Mengubah pola makan pada pasien diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
c) Mengurangi pemakaian garam sampai < 2,3 g natrium atau 6 g
natrium klorida tiap harinya (disertai dengan asupan kalsium
magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi konsumsi
alkohol.
d) Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.
e) Pasien hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali.
f) Berhenti merokok.
2) Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut ini:
a) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5–25 mg perhari dosis tunggal pada
pagi hari (Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila
disertai hemokonsentrasi/edema paru).
b) Atenolol mulai dari 25–50 mg sehari sekali.
c) Kaptopril 12,5–25 mg tiap 8-12 jam.
d) Amlodipin mulai dari 5 mg tiap 24 jam, bisa dinaikkan 10 mg tiap
24 jam.
3) Hipertensi pada anak langsung dirujuk.
KIE
1) Tujuan pengobatan: menurunkan tekanan darah senormal mungkin
2) Terapi dilakukan secara terus-menerus, pengobatan tidak dihentikan
meskipun tekanan darah telah normal.
3) Cari juga faktor risiko kardiovaskuler lainnya
a) Merokok
b) Obesitas (IMT > 30 kg/m2)
c) Inaktivitas fisik
d) Dislipidemia
e) Diabetes melitus
f) Mikroalbuminuria atau LFG <60 ml/menit/1,73 m2
g) Usia (laki-laki > 55 tahun, perempuan >65 tahun)
h) Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular dini (first
degree
relatives laki-laki <55 tahun, perempuan <65 tahun)
4) Efek samping:
a) Propranolol kontra indikasi untuk pasien asma.
b) Kaptopril kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan
pasien asma.
c) Pada penggunaan penghambat ACE atau antagonis reseptor
angiotensin II: evaluasi kreatinin dan kalium serum (hentikan bila
kreatinin meningkat >25% atau kreatinin meningkat 0,3 mg/dl atau
hiperkalemi)
7. Unit Terkait 1. BP umum
2. Lansia
8. Dokumen Terkait Buku catatan harian BP umum
Buku status pasien

Rekaman Historis
No. Halaman Yang di Ubah Perubahan Diberlakukan
Tanggal

Anda mungkin juga menyukai