Anda di halaman 1dari 5

HIPERTENSI ESENSIAL

No Dokumen ......./440/PKM KB/I/2018


No Revisi 00
SOP Tanggal Terbit 02 Januari 2018
Halaman 1/5

Pemerintah
UPT Puskesmas
Kabupaten
Kalibuntu
Cirebon dr. Mila Kusuma Hermastuti
NIP. 19780502 200701 2 007

1. Pengertian Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui


penyababnya. Hipertensi menjadi masalah karena
meningkatnya prevalensi, masih banyak pasien yang belum
mendapat pengobatan, maupun yang telah mendapat terapi
tetapi target tekanan darah belum tercapai serta adanya
penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
Kode ICD 10 : I10 Essentiap (primary) hypertension
2. Tujuan Prosedur ini sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan
dan tata laksana pasien Hipertensi Esensial di Puskesmas
Kalibuntu Kecamatan Pabedilan.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. ….../……../PKM KB/I/2018 Tentang
Kebijakan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama, hal 280-286
5. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesis (Subjective), didapatkan:
Langkah-langkah Keluhan
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala.
Keluhan hipertensi antara lain:
1) Sakit atau nyeri kepala
2) Gelisah
3) Jantung berdebar-debar
4) Pusing
5) Leher kaku
6) Penglihatan kabur
7) Rasa sakit di dada
Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala,
mudah lelah dan impotensi.
Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular
dalam keluarga.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
1) Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)
2) Konsumsi alkohol berlebihan
3) Aktivitas fisik kurang
4) Kebiasaan merokok
5) Obesitas
6) Dislipidemia
7) Diabetus Melitus
8) Psikososial dan stres
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang
diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan
atau sesuai, didapatkan :
1) Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat
bila terjadi komplikasi hipertensi ke organ lain.
2) Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII.
3) Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa
status neurologis dan pemeriksaan fisik jantung
(tekanan vena jugular, batas jantung, dan ronki).
4. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang sederhana
(bila diperlukan)
1) Laboratorium: Urinalisis (proteinuria), tes gula darah,
profil lipid, ureum, kreatinin
2) X raythoraks
3) EKG
4) Funduskopi
5. Petugas melakukan penegakan diagnostik (Assessment)
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan vital sign dan
pemeriksaan fisik.
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National
Committee VII (JNC VII)
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage-1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage-2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
6. Petugas memberikan penatalaksanaan :
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan
perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis.
Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Rerata
penurunan
TDS
Penurunan berat Jaga berat badan ideal 5-10 mmHg/
badan (BMI 18,5-24,9 kg/m2) 10 kg
Dietary Diet kaya buah, 8-14 mmHg
Approaches to sayuran, produk
Stop rendah lemak dengan
Hypertension jumlah lemak total dan
(DASH) lemak jenuh yang
rendah
Pembatasan Kurangi hingga <100 2-8 mmHg
asupan natrium mmol per hari (2.0 g
natrium atau 6,5 g
natrium klorida atau 1
sendok teh garam
perhari
Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobik 4-9 mmHg
aerobic yang teratur (mis: jalan
cepat) 30 menit sehari,
hampir setiap hari
Stop alkohol ≥ 160 mmHg 2-4 mmHg
Algoritme Tata Laksana Hipertensi

1) Hipertensi tanpa compelling indication


a. Hipertensi stage1 dapat diberikan diuretik (HCT
12.5-50 mg/hari, atau pemberian penghambat
ACE (captopril 3x12,5-50 mg/hari), atau nifedipin
long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi.
b. Hipertensi stage2
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi
selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2
obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan
penghambat ACE atau penyekat reseptor beta
atau penghambat kalsium.
c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya
kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi
diatas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang
diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali
sehari.
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi
dosis atau ditambahkan obat lain sampai target
tekanan darah tercapai
2) Kondisi Lain
a. Lanjut usia
i. Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5
mg/hari.
ii. Obat hipertensi lain mempertimbangkan
penyakit penyerta.
b. Kehamilan
i. Golongan metildopa, penyekat reseptor β,
antagonis kalsium, vasodilator.
ii. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII
tidak boleh digunakan selama kehamilan.
Komplikasi
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Proteinuria dan gangguan fungsi ginjal
3) Aterosklerosis pembuluh darah
4) Retinopati
5) Stroke atau TIA
6) Gangguan jantung, misalnya infark miokard, angina
pektoris serta gagal jantung
7. Petugas memberikan Konseling dan Edukasi
1) Edukasi tentang cara minum obat di rumah,
perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum
untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol
tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk
menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi
mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan
untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
2) Pemberian obat anti hipertensi merupakan
pengobatan jangka panjang. Kontrol pengobatan
dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
3) Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya
menjaga kecukupan pasokan obat-obatan dan minum
obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada
gejala.
4) Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar
melakukan pengukuran kadar gula darah, tekanan
darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan
komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau
minimal 1 tahun sekali.
8. Petugas melakukan rujukan jika ada indikasi (sesuai
kriteria rujukan) :
1) Hipertensi dengan komplikasi
2) Resistensi hipertensi
3) Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan
darah sistole > 180 mmHg)
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk
diserahkan ke sub unit farmasi.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis,
pemeriksaan, diagnose, terapi, rujukan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus
untuk di entry
12. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose
dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis kedata
simpus.
13. Jika terjadi pengulangan pemeriksaan penunjang
diagnostik, tindakan atau pemberian obat, petugas wajib
memberi tahu kepada petugas yang bersangkutan.

6. Diagram Alir

7. Unit Terkait Pemeriksaan Umum, Lansia

8. Histori Perubahan
Tangga Mulai
No Yang Dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai