Anda di halaman 1dari 13

Nama : ARYANTO

Nim : 2008020133
Pspa : Angkatan 34
Kelompok : 7 (tujuh)
Tutor : Ibu Apt. Fitriyani, S.Farm
Perihal : Hasil Belajar Mandiri
TOPIK TUTORIAL 1
STEMI DAN CKD
Skenario kaSUS
Pasien Tn. S (83 tahun) mengalami penurunan kesadaran dan terdapat gangguan jantung. Sejak 10 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami keluhan sisi kanan lebih lemah. Awalnya kontak adekuat
namun sejak 1-2 hari sebelum masuk rumah sakit kontak menurun, bicara meracau, tidak ada keluhan
kejang. Pasien dibawa ke RS X, dikatakan sakit jantung dan dirujuk ke RS saat ini. Pasien sudah mulai
mengeluh adanya keluhan sering lupa sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Penyakit DM disangkal.
Pasien juga memiliki Hipertensi dan tidak terkontrol. Setelah melalui proses pemeriksaan Tn. S
didagnosa STEMI TIMI 2, KILLIP 1 GRACE 157, Acute Confusional State, CKD.

BELAJAR MANDIRI
Bagaimana patofisiologi STEMI dan CKD
1. Tanda dan gelaja STEMI dan CKD
2. Patofisiologis Stemi dan CKD
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemantauan Terapi Obat
5. Merumuskan tujuan terapi
6. Pemantauan Terapi Obat (Analisis drug related problem)
7. Mampu merencanakan monitoring dan evaluasi penggunaan obat
1. Tanda dan gelaja STEMI dan CKD
Tanda dan gejala STEMI diantaranya:
 Nyeri dada terasa sesak
 Nyeri di salah satu lengan, punggung, leher, atau rahang
 Kesulitan bernapas
 Cemas
 Mual
 Muncul keringat dingin
Tanda dan gejala CKD diantaranya:
 Mual
 Muntah
 Penurunan nafsu makan
 Kelelahan
 Gangguan tidur
 Perubahan frekuensi berkemih
 Penurunan konsentrasi
 Kram pada otot
 Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
 Gatal yang menetap
 Sesak napas
Tanda dan gejala pada gagal ginjal kronik tidak spesifik, dan dapat disebabkan oleh kondisi
kesehatan lainnya. Karena ginjal merupakan organ yang mudah beradaptasi dan dapat
berkompensasi bila terjadi kehilangan fungsi, tanda dan gejala umumnya tidak tampak hingga
penyakit mencapai tahap yang lebih lanjut.
2. Patofisiologis Stemi dan CKD
a. STEMI
STEMI umumnya disebabkan penurunan atau berhentinya aliran darah secara tiba-tiba akibat
oklusi trombus pada arteri koroner yang sudah mengalami arterosklerosis. Pada kebanyakan kasus,
proses akut dimulai dengan ruptur atau pecahnya plak aterotoma pembuluh darah koroner, dimana
trombus mulai timbul pada lokasi ruptur dan menyebabkan oklusi arteri koroner, baik secara total
atau parsial. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak atau penipisan fibrous cap yang
menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II, hipertensi,
dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di
atas menyebabkan injury bagi sel endotelial.Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi
memproduksi molekul vasoaktif seperti nitric oxide.Pasokan oksigen yang berhenti selama kira-
kira 20 menit dapat menyebabkan nekrosis pada miokardium
b. CKD
Pada awal perjalananya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan penimbunanan zat-zat
sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun
kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan
kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan semakin
banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisia menghadapi tugas yang semakin berat,
sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati (Corwin, 2001).
Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron
yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Seiring dengan penyusutan progresif nefron-
nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal mungkin berkurang. Pelepasan
renin meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan yang menyebabkan hipertensi. Hipertensi
akan mempercepat gagal ginjal (Corwin, 2001).
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. APTT dan PT
Protrombin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) adalah
pemeriksaan untuk mengetahui proses pembekuan darah, yang diukur dalam satuan detik. Bagi
kebanyakan orang, luka berdarah ringan bisa cepat sembuh hanya dengan perawatan sederhana.
Apabila terjadi pemanjangan PT dan APTT, biasanya perdarahan luka akan lebih lama berhenti.
PT adalah pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kemampuan faktor pembekuan jalur
ekstrinsik dan jalur bersama, yang apabila nilainya memanjang, biasanya disebabkan oleh
penyakit sepertipada penyakit hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati), kekurangan
faktor pembekuan (II, V, VII, X), Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), perdarahan pada
bayi baru lahir (HDN), gangguan penyerapan usus, dan konsumsi obat tertentu.
APTT adalah uji laboratorium untuk menilai aktivitas faktor pembekuan jalur intrinsik dan
jalur bersama. Apabila terjadi pemanjangan nilai APTT biasanya disebabkan oleh penyakit seperti
kekurangan faktor pembekuan (VIII, IX, XI, XII), kekurangan vitamin K, sirosis hati, kanker
darah atau leukemia, penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular), malaria, DIC, dan terapi
anti pembekuan oral atau heparin.
b. Albumin
Albumin adalah protein dalam darah yang dihasilkan oleh hati. Sebanyak 60% komposisi
protein dalam darah merupakan albumin. Albumin juga memiliki banyak fungsi, seperti
regenerasi jaringan tubuh dan menjaga cairan tubuh agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah.
Selain itu, albumin juga berfungsi untuk menyalurkan beberapa zat ke seluruh tubuh, di antaranya
hormon, vitamin, mineral, bilirubin, lemak, serta obat-obatan.
Rendahnya kadar albumin juga bisa terjadi akibat sejumlah kondisi berikut: Hipertiroidisme,
yaitu kondisi kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon secara berlebih. Sindrom nefrotik, yaitu
gangguan pada ginjal yang menyebabkan protein bocor melalui urine.
c. Analisis Gas Darah
Analisa gas darah dilakukan untuk mengukur kadar asam basa (pH) untuk mengetahui bila
darah terlalu asam (asidosis) atau basa (alkalosis), serta untuk mengetahui apakah tekanan oksigen
dalam darah terlalu rendah (hipoksia), atau karbon dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia).
d. Asam Urat
Asam urat tinggi saat dilakukan pemeriksaan laboratorium
e. CRP-Quantitative
Nilai CRP di atas 10 mg/L menandakan adanya peradangan atau kondisi serius yang terjadi
di dalam tubuh. Kadar CRP yang meningkat hingga lebih dari 10 mg/L bisa jadi disebabkan oleh
beberapa kondisi berikut ini: Infeksi berat, misalnya sepsis, meningitis, pneumonia, peritonitis,
dan osteomielitis.
f. Darah Perifer lengkap
Catatan:
1) Kadar hemoglobin yang rendah merupakan faktor risiko untuk outcome yang lebih buruk pada
pasien dengan PJK setelah infark miokardium dan intervensi koroner perkutan.
2) Berdasarkan teori yang ditemukan meningkatnya kadar leukosit adalah akibat leukosit
merupakan salah satu komponen inflamasi dan peningkatan dari kadar leukosit ini bisa
digunakan untuk memprediksi kemungkinan meninggalnya pasien akibat penyakit jantung
koroner.
3) Pasien sindrom koroner akut cenderung memiliki kadar trombosit meningkat dikarenakan
dalam proses penyakitnya terlibat proses inflamasi dan agregasi trombosis.
4) nilai kadar hematokrit rendah bisa dijadikan prediktor independen bagi CVD (cardiovascular
death), IHD (ischaemic heart disease), dan non-CVD mortality.
5) Kadar leukosit dan neutrofil tinggi
g. SGOT dan SGPT
Hasil tes SGOT bersama tes SGPT yang menunjukkan angka sangat jauh di atas normal akan
mengindikasikan adanya penyakit, yang bisa menyebabkan kerusakan parah pada organ hati.
h. Ureum dan Kreatinin
Ginjal yang sehat mampu menjaga kadar kreatinin dan berbagai zat lain, seperti ureum dan
elektrolit, dalam darah tetap berada pada batas normal. Kadar kreatinin dan ureum yang tinggi
dalam darah menunjukkan bahwa fungsi ginjal terganggu.
4. Pemantauan Terapi Obat

1 November 2020

Pasien datang dari IGD resus jam 00.30


Kontak adekuat, Keadaan umum: sakit sedang; kesadaran: Compos mentis
TD: 152/46 (115-116/46-64) mmHg; Nadi: 68-71 x/menit Pernafasan: 18 (18-20) x/menit; Suhu:
36,1oC
MAP: 74-110; SaO2: 100%
Pemberian Obat :

NO Nama Obat Tujuan Terapi


.
1 Tramadol IV Meredakan nyeri saat datang
2 Captopril First Line terapi Hipertensi
3 Atorvastatin Untuk terapi STEMI
4 Bisoprolol Kombinasi terapi Hipertensi
5 Clopidogrel Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan awal
gumpalan darah
6 ASA 160 mg/24 jam Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan awal
gumpalan darah
7 Heparin IV Antikoagulan digunakan untuk menghambat progesi dari trombus
8 Lactulosa Mengatasi konstipasi atau sembelit akan tetapi digunakan sebagai
terapi pencegahan pasien mengejan.

2 November 2020

Kontak adekuat, nyeri dada tidak ada


TD: 152/46 (112-153) mmHg; Nadi: 100 (57-68)x/menit; Pernafasan: 18 (17-25) x/menit; MAP: 63-
104; SaO2 : 98-100%
Ronde Kardiologi: Anggap STEMI
Pemberian Obat :

NO. Nama Obat Tujuan Terapi


1 Tramadol IV Meredakan nyeri
2 Captopril First line hipertensi
3 Atorvastatin Untuk terapi STEMI
4 Bisoprolol Kombinasi terapi Hipertensi
5 Clopidogrel Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan awal
gumpalan darah
6 ASA dosis rendah Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan awal
80 mg/24 jam gumpalan darah. Dosis rendah digunakan untuk menghindari
pendarahan
7 Lactulosa Mengatasi konstipasi atau sembelit akan tetapi digunakan sebagai
terapi pencegahan pasien mengejan.
8 Allupurinol Menurunkan kadar asam urat
9 Calcii Gluconas iv Hiperkalsemia, Kalsium berperan besar dalam berbagai proses
fisiologis, di antaranya sebagai aktivator enzim, berperan dalam
koagulasi darah, transmisi saraf, konduksi miokardium, dan
menjaga permeabilitas sel.
10 Vitamin K iv Membantu pembekuan darah, untuk mengatasi efek pendarahan
10mg/8jam penggunaan obat STEMI
Hasil Pemeriksaan Lab :

Pemeriksaan Hasil Interpretasi Data Laboratorium


Laboratorium Rendah Normal Tinggi
APTT ↑
PT ↑
Albumin ↓
Analisa Gas Dara ↑
Asam Urat ↑
elektrolit +
Kolesterol dan TG +
Mg Darah +
SGOT dan SGPT ↑
Ureum Darah ↑
eGFR ↓
3 November 2020

Kontak adekuat,Hemodinamik relatif stabil, diastolik cenderung rendah, sputum kental kuning
TD: 123/60 (93-135/52-61) mmHg; Nadi: 60 (39-47) x/menit Pernafasan: 16 (18-25)x/menit; Suhu:
36,2oC; MAP: 57-70; SaO2 : 100%
Pemberian Obat :

NO Nama Obat Tujuan Terapi


.
1 Atorvastatin Untuk terapi STEMI
2 Bisoprolol terapi Hipertensi
3 Clopidogrel Antiplatelet digunakan untuk menghambat
pembentukan awal gumpalan darah
4 ASA dosis rendah 80 mg/24 jam Antiplatelet digunakan untuk menghambat
pembentukan awal gumpalan darah. Dosis rendah
digunakan untuk menghindari pendarahan
5 Furosemid iv Terapi CKD
6 Lsctulosa Mengatasi konstipasi atau sembelit akan tetapi
digunakan sebagai terapi pencegahan pasien
mengejan.
7 Calcii Gluconas iv Hiperkalsemia, Kalsium berperan besar dalam
berbagai proses fisiologis, di antaranya sebagai
aktivator enzim, berperan dalam koagulasi darah,
transmisi saraf, konduksi miokardium, dan menjaga
permeabilitas sel.
8 Vitamin K iv 10mg/8jam Membantu pembekuan darah, untuk mengatasi efek
pendarahan penggunaan obat STEMI
Hasil Pemeriksaan Lab :

Pemeriksaan Hasil Interpretasi Data Laboratorium


Laboratorium Rendah Normal Tinggi
APTT ↑
Albumin ↓
Analisa Gas Dara ↑
elektrolit +
SGOT dan SGPT ↑
Ureum Darah ↑
eGFR ↓
4 November 2020

Kontak adekuat
TD: 106-164/33-50 mmHg; Nadi: 63-77 x/menit Pernafasan: 18-20x/menit; Suhu: 36,1-36,3oC; MAP:
54-71; SaO2 : 100%
Pemberian Obat :

NO Nama Obat Tujuan Terapi


.
1 Atorvastatin Untuk terapi STEMI
2 Bisoprolol terapi Hipertensi
3 Clopidogrel Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan awal
gumpalan darah
4 ASA dosis rendah Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan awal
80 mg/24 jam gumpalan darah. Dosis rendah digunakan untuk menghindari
pendarahan
5 Furosemid iv Terapi CKD
6 Heparin iv Antikoagulan digunakan untuk menghambat progesi dari trombus
7 Lsctulosa Mengatasi konstipasi atau sembelit akan tetapi digunakan sebagai
terapi pencegahan pasien mengejan.
8 Vitamin K iv Membantu pembekuan darah, untuk mengatasi efek pendarahan
10mg/24 jam penggunaan obat STEMI
9 N acetyl cystein Mukolitik digunakan untuk membantu meringankan jalur
pernafasan
10 Omeprazol PPI untuk mengatasi GI (sputum kental kuning) karena interaksi
antara CPG dengan ASA
11 MgSO4 20% 10 cc/ Mengobati Hipomagnesemia
Dex 5% 100 cc
12 KCL pulv hipokalemia
Hasil Pemeriksaan Lab :

Pemeriksaan Hasil Interpretasi Data Laboratorium


Laboratorium Rendah Normal Tinggi
APTT ↑
PT ↑
Albumin ↓
elektrolit +
Mg Darah ↓

5 November 2020
Kontak ada, inadekuat, bicara masih melantur
Kesadaran: Compos mentis, tampak sakit sedang
Urine kemerahan→ heparin stop→ cek urinalisis
Koreksi MgSO4 2 gram IV dalam D5% → Hipomagnesia (1,63)
TD: 150/90 (110-166/36-60) mmHg; Nadi: 74 (61-80) x/menit; Pernafasan: (13-21) 20x/menit; Suhu:
36oC; MAP: 74-110; SaO2 : 100%
Pemberian Obat :

NO Nama Obat Tujuan Terapi


.
1 Atorvastatin Untuk terapi STEMI
2 Bisoprolol terapi Hipertensi
3 Clopidogrel Antiplatelet digunakan untuk menghambat
pembentukan awal gumpalan darah
4 ASA dosis rendah 80 mg/24 jam Antiplatelet digunakan untuk menghambat
pembentukan awal gumpalan darah
5 Furosemid iv Terapi CKD
6 Heparin iv Antikoagulan digunakan untuk menghambat progesi
dari trombus
7 Lactulosa Mengatasi konstipasi atau sembelit akan tetapi
digunakan sebagai terapi pencegahan pasien
mengejan.
10 Omeprazol PPI untuk mengatasi GI (sputum kental kuning)
karena interaksi antara CPG dengan ASA dan heparin
Hasil Pemeriksaan Lab :

Pemeriksaan Hasil Interpretasi Data Laboratorium


Laboratorium Rendah Normal Tinggi
APTT ↑
Hb ↓
Hematokrit ↓
Eritrosit ↑
MCV ↓
MCH ↓
MCHC ↓
Trombosit +
Leukosit ↑
Mg Darah ↓
SGOT & SGPT ↑

6 November 2020
Kontak belum adekuat
TD: 134/59 (103-137/39-67) mmHg; Nadi: 64 (62-78) x/menit; Pernafasan: 20 (16-18)x/menit; Suhu:
36oC; MAP: 59-78; SaO2 : 99-100%
Pemberian Obat :

NO Nama Obat Tujuan Terapi


.
1 Atorvastatin Untuk terapi STEMI
2 Bisoprolol terapi Hipertensi
3 Clopidogrel Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan awal
gumpalan darah
4 ASA dosis rendah Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan awal
80 mg/24 jam gumpalan darah
5 Lactosa Mengatasi konstipasi atau sembelit akan tetapi digunakan sebagai
terapi pencegahan pasien mengejan.
6 Albumin Terapi hipoalbumin
7 Vit K 10mg/24 jam Membantu pembekuan darah, untuk mengatasi efek pendarahan
penggunaan obat STEMI
10 Omeprazol iv PPI untuk mengatasi GI (sputum kental kuning) karena interaksi
antara CPG dengan ASA dan heparin
11 Bisakodil supp Mengurangi konstipasi/mengejan
Hasil Pemeriksaan Lab :

Pemeriksaan Hasil Interpretasi Data Laboratorium


Laboratorium Rendah Normal Tinggi
APTT ↑
PT ↑
elektrolit Kalium darah kurang
Mg Darah +
Uream darah ↑
eGFR ↓

7 November 2020
Kontak ada belum adekuat, sakit sedang
TD: 142-168/ 46-73 mmHg; Nadi: 67-73x/menit; RR: 14-19 x/menit; suhu: 36oC; SaO2: 100%; MAP:
70-87
Pemberian Obat :

NO Nama Obat Tujuan Terapi


.
1 Ramipril Terapi hipertensi
2 Atorvastatin Untuk terapi STEMI
3 Bisoprolol Terapi hipertensi
4 Clopidogrel Antiplatelet digunakan untuk menghambat pembentukan
awal gumpalan darah
5 Heparin iv dosis rendah Antikoagulan digunakan untuk menghambat progesi dari
4000 unit tiap 24 jam trombus
6 Lactosa Mengatasi konstipasi atau sembelit akan tetapi digunakan
sebagai terapi pencegahan pasien mengejan.
7 Calcii Gluconas iv Hiperkalsemia, Kalsium berperan besar dalam berbagai
proses fisiologis, di antaranya sebagai aktivator enzim,
berperan dalam koagulasi darah, transmisi saraf, konduksi
miokardium, dan menjaga permeabilitas sel.
8 Albumin iv Terapi hipoalbumin
9 Vit K 10mg/24 jam Membantu pembekuan darah, untuk mengatasi efek
pendarahan penggunaan obat STEMI
10 N acetyl cystein iv Mukolitik digunakan untuk membantu meringankan jalur
pernafasan
11 Omeprazol iv PPI untuk mengatasi GI (sputum kental kuning) karena
interaksi antara CPG dengan ASA dan heparin
12 Bisakodil supp Mengurangi konstipasi/mengejan
Hasil Pemeriksaan Lab :

Pemeriksaan Hasil Interpretasi Data Laboratorium


Laboratorium Rendah Normal Tinggi
APTT ↑
elektrolit Kalium darah kurang
Mg Darah ↓
SGOT & SGPT ↑

5. Merumuskan tujuan terapi

No Nama obat Tujuan terapi


.
1 Tramadol Meredakan nyeri
2 Captopril Antihipertensi
3 Ramipril Antihipertensi
4 Atorvastatin Terapi STEMI
5 Bisoprolol Antihipertensi
6 Clopidogrel Antiplatelet
7 ASA Antiplatelet
8 Furosemid Diuretik/CKD
9 Heparin Antikoagulan
10 Lactulosa Melancarkan BAB, mengurangi mengejan
11 Allupurinol Menurunkan kadar asam urat
12 Calcii Gluconas Hipokalsemia, Kalsium berperan besar dalam berbagai proses
fisiologis, di antaranya sebagai aktivator enzim, berperan dalam
koagulasi darah, transmisi saraf, konduksi miokardium, dan menjaga
permeabilitas sel.
13 Albumin hipoalbumin
14 Vit K Penunjang proses pembekuan darah
15 N asetilsystein mukolitik
16 KCl Mencegah hipokalemia(kekurangan Kalium)

6. Pemantauan Terapi Obat (Analisis drug related problem)


Serius - Gunakan Alternatif (MEDSCAPE)
a. aspirin + kaptopril
aspirin, kaptopril. antagonisme farmakodinamik. Hindari atau Gunakan Obat Alternatif.
Pemberian bersama dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang signifikan. NSAID dapat
mengurangi efek antihipertensi inhibitor ACE. Mekanisme interaksi ini kemungkinan terkait
dengan kemampuan NSAID untuk mengurangi sintesis prostaglandin ginjal vasodilatasi.
b. omeprazole + clopidogrel
omeprazole menurunkan efek clopidogrel dengan mempengaruhi metabolisme enzim hati
CYP2C19. Hindari atau Gunakan Obat Alternatif. Efikasi Clopidogrel dapat dikurangi dengan
obat yang menghambat CYP2C19. Penghambatan agregasi platelet oleh clopidogrel sepenuhnya
disebabkan oleh metabolit aktif. Clopidogrel dimetabolisme menjadi metabolit aktif ini sebagian
oleh CYP2C19. Satu studi observasi melaporkan bahwa tidak ada peningkatan risiko kejadian KV
pada penggunaan pantoprazole setelah terapi clopidogrel. Sebaliknya, penggunaan PPI lain
dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian CV. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam risiko kejadian KV antara pasien yang menerima pantoprazole dan mereka yang menerima
PPI lain. Telah didalilkan bahwa perbedaan ini mungkin disebabkan oleh penghambatan
CYP2C19 yang lebih rendah dari pantoprazole, jika dibandingkan dengan PPI lainnya
(Kurniawan & Simadibrata, 2013).

Pantau Secara Dekat (MEDSCAPE)


a. kalsium glukonat + bisoprolol
kalsium glukonat menurunkan efek bisoprolol dengan mekanisme interaksi yang tidak ditentukan.
Gunakan Caution / Monitor.
b. aspirin + bisoprolol
aspirin menurunkan efek bisoprolol dengan antagonisme farmakodinamik. Gunakan Caution /
Monitor. Penggunaan NSAID jangka panjang (> 1 minggu). NSAID menurunkan sintesis
prostaglandin.
c. aspirin + clopidogrel
aspirin, clopidogrel. Keduanya meningkatkan toksisitas satu sama lain dengan sinergisme
farmakodinamik. Gunakan Caution / Monitor. Kebutuhan untuk penggunaan aspirin dan
antikoagulan atau antiplatelet dosis rendah secara bersamaan adalah umum untuk pasien dengan
penyakit kardiovaskular; pantau dengan cermat.
d. kaptopril + furosemid
kaptopril, furosemid. Mekanisme: sinergisme farmakodinamik. Gunakan Caution / Monitor.
Risiko hipotensi akut, insufisiensi ginjal.
e. kaptopril + aspirin
kaptopril, aspirin. Entah meningkatkan toksisitas satu sama lain (lihat komentar). Gunakan
Caution / Monitor. Komentar: Dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal, terutama pada aspirin
dosis tinggi, orang lanjut usia atau orang dengan volume yang berkurang.
f. bisoprolol + aspirin
bisoprolol dan aspirin keduanya meningkatkan kalium serum. Gunakan Caution / Monitor.
g. bisoprolol + furosemid
bisoprolol meningkat dan furosemid menurunkan kalium serum. Pengaruh interaksi tidak jelas,
gunakan hati-hati. Gunakan Caution / Monitor.
h. aspirin + furosemid
aspirin meningkat dan furosemid menurunkan kalium serum. Pengaruh interaksi tidak jelas,
gunakan hati-hati. Gunakan Caution / Monitor.
Minor (MEDSCAPE)
a. aspirin + furosemid
b. aspirin menurunkan efek furosemid dengan antagonisme farmakodinamik. Kecil / Signifikansi
Tidak Diketahui. NSAID menurunkan sintesis prostaglandin.
c. furosemid + kalsium glukonat
d. furosemid menurunkan kadar kalsium glukonat dengan meningkatkan pembersihan ginjal. Kecil /
Signifikansi Tidak Diketahui.

7. Mampu merencanakan monitoring dan evaluasi penggunaan obat


Hasil ketepatan penggunaan obat ini juga menemukan adanya indikasi tanpa terapi, dimana
terdapat pasien yang memiliki indikasi mengalami anemia baik pada diagnosa yang tertulis dalam
rekam medik maupun hasil laboratorium namun tidak diberikan terapi. pasien PJK memperoleh terapi
obat sesuai dengan algoritme pengobatan, dimana menurut Dipiro dan AHA dibutuhkan minimal 5
jenis obat yang terdiri dari : antiplatelet, antidislipidemia, β – Blockers, ACE – Inhibitor, dan
vasodilator nitrat (antagonis kalsium, nitrat, ACE inhibitor) (Gabriella N.Taroreh, Deby Mpila, 2017).
Tepat Obat
Ketepatan penggunaan obat kategori tepat obat adalah ketepatan pemilihan obat yang
mempertimbangkan ketepatan kelas terapi dan jenis obat (efek terapi yang diperlukan), serta
kemanfaatan dan keamanannya berdasarkan literatur. Penentuan pemilihan obat yang tepat dalam
penelitian ini menggunakan beberapa literatur terkait untuk melihat apakah obat yang digunakan
merupakan drug of choice. Dalam penelitian ini kombinasi obat antiplatelet (aspirin-clopidogrel)
sangat banyak diresepkan, hal ini sesuai dengan guidelines PERKI (2015) dan DEPKES (2006) yang
menyatakan bahwa kedua obat ini dapat dikombinasikan dengan catatan dilakukan juga pemberian
obat pelindung lambung karena efek kombinasi kedua obat ini dapat mengganggu lambung.
Tepat Pasien
Menurut DepKes RI (2006) pemberian obat dikatakan tepat pasien bila dalam pemberiannya
dihubungkan dengan ketepatan dalam menilai kondisi pasien, dimana dalam pemberian obat
mempertimbangkan kesesuaian dengan kondisi pasien STEMI. Jenis obat yang dipilih berdasarkan
pertimbangan manfaat dan resiko. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi penggunaan obat terkait
kondisi pasien yang dilihat dari catatan rekam medik, serta pemeriksaan fisik dan laboratorium juga
berpengaruh dalam menilai ketepatan penggunaan obat terkait kondisi pasien. Kombinasi antara
furosemid dengan antihipetensi lain akan muncul efek hipotensi yang disebabkan oleh mekanisme aksi
sehingga dalam penggunaan terapinya dibutuhkan monitoring.
Tepat Dosis
Evaluasi ketepatan penggunaan obat kategori tepat dosis dalam penelitian ini terdiri dari tepat
dosis dan tepat frekuensi pemberian. Evaluasi ketepatan dilakukan dengan cara membandingkan dosis
obat yang diberikan kepada pasien dengan beberapa literatur yang digunakan sebagai acuan atau
standar terapi dalam perhitungan dosis. Dikatakan tepat dosis apabila dosis yang diberikan berada
dalam kisaran terapi untuk pasien STEMI. Berdasarkan hasil penggunaan obat dosis yang digunakan
pada pasien masih dalam batas ke rasionalan.

REFERENSI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia b. 2006. Penggunaan Obat Rasional. Ditjen Bina kefarmasian
dan Alat Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
Dipiro., Joseph, T., Robert,L. 2008. The Seventh Edition Of The Benchmark Evidence-Based
Pharmacotherapy. The McGraw-Hill Companies Inc, USA.
Gabriella N.Taroreh, Deby Mpila, G. C. (2017). Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Dengan Penyakit
Jantung Koroner Di Instalasi Rawat Inap Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi, 6(4), 55–66.
Kurniawan, I., & Simadibrata, M. (2013). Potential interaction between proton pump inhibitor and
clopidogrel. Medical Journal of Indonesia, 22(1), 57–62. https://doi.org/10.13181/mji.v22i1.520
Medscape.com. 2018. Drug Interaction Checker. Terdapat di: https://reference.medscape.com/drug-
interactionchecker. [Diakses pada 4 Maret 2021].
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom
Koroner Akut. Centra Communications, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai