Anda di halaman 1dari 4

Tutorial 3.

Pengusulan Obat Masuk ke Formularium

Nama : Mafazatien Nailiyah Isna


NIM : 2008020170
Kelompok :7

A. Learning Objective
1. Mampu mengetahui kriteria pemilihan obat untuk Formularium RS
2. Mampu mengetahui alur pengusulan obat masuk Formularium RS
3. Mampu mengetahui evaluasi kepatuhan peresepan formularium RS
4. Mampu mengetahui sistem formularium obat di RS
5. Mampu mengkaji farmakoekonomi dari obat ataplase dan streptokinasi *cost effective
analysis
6. Mampu melakukan interpretasi dan rekomendasi berdasarkan cost efektifitas. *literatur dan
jurnal.

B. Hasil Belajar Mandiri


1. Kriteria pemilihan obat untuk Formularium RS
a. Obat yang dikelola di rumah sakit merupakan obat yang memiliki Nomor Izin Edar (NIE)
b. Mengutamakan penggunaan obat generic
c. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita
d. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
e. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung
f. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines)
yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
2. Alur pengusulan obat masuk Formularium RS
a. Permohonan harus diajukan secara resmi melalui KSM kepada Komite/Tim Farmasi dan
Terapi menggunakan Formulir 1 (untuk pengajuan obat masuk dalam formularium)

b. Permohonan penambahan obat yang akan dimasukkan dalam Formularium Rumah Sakit
yang diajukan setidaknya memuat informasi:
- Mekanisme farmakologi obat dan indikasi yang diajukan
- Alasan mengapa obat yang diajukan lebih baik daripada yang sudah ada di dalam
formularium
- Bukti ilmiah dari pustaka yang mendukung perlunya obat di masukkan ke dalam
formularium
3. Evaluasi kepatuhan peresepan formularium RS
Pelaksanaan evaluasi kepatuhan terhadap Formularium Rumah Sakit dapat dilakukan dengan
menghitung kesesuaian penggunaan dan kesesuaian ketersediaan obat di rumah sakit dengan
Formularium Rumah Sakit. Pelaksanaan evaluasi lebih efisien dilakukan jika difasilitasi
sistem informasi instalasi farmasi rumah sakit. Hasil pemantauan dan evaluasi dilaporkan
kepada Komite/Tim Farmasi dan Terapi sebagai bahan untuk melakukan kajian Formularium
Rumah Sakit
a. Persentase kesesuaian penggunaan obat di rumah sakit dengan Formularium Rumah Sakit
% kesesuaian = jumlah item obat yang diresepkan sesuai dengan Formularium RS x 100%
jumlah total item obat yang diresepkan

b. Persentase kesesuaian ketersediaan obat di rumah sakit dengan Formularium Rumah Sakit
% kesesuaian = jumlah item obat di RS yang sesuai dengan Formularium RS x 100%
jumlah total item obat yang tersedia di RS

4. Sistem formularium obat di RS


Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik rumah sakit yang
terhimpun dalam KFT, untuk mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat
dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam perawatan penderita.
a. Evaluasi
Evaluasi penggunaan obat bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan
cost effective serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Evaluasi penggunaan
obat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Pengkajian dengan mengambil data dari pustaka Kegiatannya meliputi:
- mengumpulkan naskah ilmiah berkaitan dengan aspek keamanan, efektivitas dan
biaya dari jurnal ilmiah yang terpercaya, contohnya British Medical Journal,
New England Journal of Medicine, Cochrane Review
- Melakukan telaah ilmiah terhadap naskah yang didapat
2) Pengkajian dengan mengambil data sendiri, yaitu suatu proses terus menerus, sah
secara organisasi, terstruktur, ditujukan untuk memastikan bahwa obat digunakan
secara tepat, aman dan bermanfaat.
b. Penilaian
Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang memperlihatkan tingkatan
bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan obat
yang sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan keamanan
yang sama tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal ketersediaannya di
pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah.
c. Pemilihan Obat
Pemilihan obat dalam proses penyusunan formularium harus mempertimbangkan
berbagai faktor, seperti :
1) Faktor institusional (kelembagaan)
Obat yang tercantum dalam formularium adalah obat yang sesual dengan pola
penyakit, populasi penderlta dan kebljakan lain rumah saklt.
2) Faktor obat
Obat yang dipilih harus sesuai dengan kriteria pemilihan obat yang telah ditetapkan
3) Faktor biaya
Setelah pertimbangan ilmiah dibuat, KPT harus mempertimbangkan biaya terapi obat
secara keseluruhan. Hal ini termasuk biaya sediaan obat, biaya penyiapan obat, biaya
pemberian obat dan biaya monitoring selama penggunaan obat. Obat terpilih adalah
obat dengan biaya terapi keseluruhan yang paling rendah
5. Kajian farmakoekonomi dari obat ataplase dan streptokinase serta intrepetasinya
Analisis Efektifitas Biaya Alteplase dan Streptokinase
Data kajian CEA alteplase dan streptokinase diambil dari jurnal ‘Cost effectiveness analysis
of alteplase compared with streptokinase and absence of thrombolitical therapy for
myocardial infaction’ yang melakukan analisis efektifitas terhadap alteplase, streptokinase,
dan yang tidak menerima terapi trombolitik. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 133 pasien
yang menerima terapi alteplase, 97 pasien menerima streptokinase dan 131 pasien yang tidak
menerima terapi trombolitik. Data efektivitas pengobatan diambil dari grafik medis rumah
sakit yang dipilih secara acak dari 10 rumah sakit kota dengan studi retropospektif. Biaya
medis dihitung dari baiaya pelayanan medis dan harga pengobatan yang digunakan. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan :
a. ICER alteplase dan streptokinase sebesar $7889,20.
b. ICER alteplase dan pasien tanpa terapi trombolitik sebesar $5210,02.
c. ICER streptokinase dan pasien tanpa terapi trombolitik sebesar $126,21.
Sehingga dapat disimpulkan alteplase merupakan trombolitik yang lebih hemat biaya untuk
MI dibandingkan dengan streptokinase. Hai ini sesuai dengan hasil penelitian dalam jurnal
‘Cost effectiveness model of thrombolytic therapy for acute myocardial infarction’ yang
menyatakan t-PA (alteplase) lebih hemat biaya dibandingkan dengan streptokinase.
DAFTAR PUSTAKA
Derkach E, Avxentieva M, Vorobjov PA. Cost effectiveness analysis of alteplase compared with
streptokinase and absence of thrombolitical therapy for myocardial infaction. Moscow
medical academy. Moscow Rusia
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/200/2020 tentang
Pedoman Penyususnan Formularium Rumah Sakit
Mulani P, Hay J. Cost effectiveness model of thrombolytic therapy for acute myocardial infarction.
University of Southem California. Los Angeles.

Anda mungkin juga menyukai