Anda di halaman 1dari 22

BAB I

1. PENDAHULUAN
Komite Farmasi dan Terapi adalah wadah non
struktural yang bertugas melakukan seleksi obat,
memberikan rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan
evaluasi terhadap penggunaan obat bagi pasien yang
menjalani Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang
mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis
dengan staf farmasi yang anggotanya terdiri dari dokter yang
mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah sakit, serta tenaga
kesehatan lainnya, yang berperan dalam membantu pimpinan
rumah sakit untuk memformulasi kebijakan professional yang
luas tentang obat dalam rumah sakit termasuk evaluasi atau
penilaian, seleksi, dan penggunaan obat yang aman, efektif
dan rasional. system formularium adalah suatu metode yang
digunakan staf medis dari suatu rumah sakit yang bekerja
dengan mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat
aktif obat dan produk obat yang tersedia,yang dianggap
paling bermanfaat dalam terapi pasien.
2. LATAR BELAKANG
Pelayanan pasien di rumah sakit dan fasilitas
Pelayanan kesehatan lain sering kali tergantung pada
keefektifan penggunaan obat, perkembangan jenis obat baru,
sedian jadi obat baru, hal ini membutuhkan pertimbangan
yang lebih seksama dalam penggunaannya. Perkembangan
obat-obat yang demikian cepatnya seolah berpacu dengan
waktu, serasa sulit terkejar oleh analisis penggunaannya
secara tepat dan rasional. Untuk kepentingan Pelayanan
1
pasien yang lebih baik, rumah sakit harus mempunyai suatu
program evaluasi pemilihan dan penggunaan obat yang
objektif di rumah sakit. Program ini adalah dasar dari terapi
obat yang tepat dan ekonomis.
3. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
Tujuan Umum :
Tersedianya Program Kerja Komite Farmasi dan Terapi di
RSUD. Andi Makkasau untuk menjamin keamanan dan
keselamatan pasien.
Tujuan Khusus :
1. Memberikan jaminan kualitas pengobatan kepada pasien
2. Meningkatkan penggunaan obat Formularium.
3. Meningkatkan/mempertahankan mutu penyelenggaraan
kegiatan Komite Farmasi dan Terapi sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan Teknologi
4. Memastikan pengobatan yang diterima pasien di RSUD.
Andi Makkasau terjamin mutu dan keamanannya dalam
mencapai sasaran keselamatan pasien.
5. Memastikan semua tenaga kesehatan Profesional medis di
Rumah Sakit melakukan pelayanan pengobatan dengan
menggunakan obat dalam Daftar Formularium Rumah
Sakit.

2
BAB II
PROGRAM KERJA DAN RINCIAN KEGIATAN

II.1. Program Peningkatan penggunaan obat Rasional.


Program ini dilaksanakan untuk mengetahui
apakah obay yang digunakan oleh pasien sesuai
dengan kebutuhan klinis pasien, lama pengobatan
yang wajar dengan biaya yang paling ekonomis.
Berdasarkan hal ini maka Komite Farmasi dan Terapi
melaksanakan kegiatan berikut :
1. Penyebarluasan Formularium Rumah Sakit.
2. Sosialisasi Formularium Rumah Sakit.
3. Mengevaluasi kesalahan pemberian obat di rumah
sakit. Evaluasi tersebut dapat dilakukan sebagai
berikut:
a) Melakukan audit jika terjadi kesalahan
pengobatan
b) Melakukan rekapitulasi bulanan dan tahunan
kejadian kesalahan pemberian obat
c) Melakukan audit penyebab terjadinya kesalahan
pemberian obat
d) Mencari solusi, mengevaluasi dan mengurangi
jumlah kesalahan pemberian obat.
4. Monitoring penggunaan formularium rumah sakit.
Monitoring tersebut dapat dilaksanakan sebagai
berikut:
a) Melakukan pengawasan dan pembinaan
penggunaan obat Formularium.
b) Melakukan analisa penggunaan obat diluar

3
formularium
c) Mencari penyebab terjadinya peresepan obat
diluar formularium rumah sakit
d) Mencari solusi, mengevaluasi dan mengurangi
jumlah peresepan obat di luar formularium
rumah sakit.
II.2. Program Peningkatan Keamanan Pasien
Untuk memaksimalkan hasil dari Program Peningkatan
Keamanan Pasien maka Komite Farmasi dan Terapi melaksanakan
kegiatan berikut :
1. Melakukan assessment terhadap problem pengobatan yang
dialami pasien atau asessmen lain dalam hal :
a. Ketepatan terapi dan regimen dosis pengobatan pasien
b. Duplikasi terapi dan kesalahan regimen pengobatan
pasien
c. Rasionalitas pengobatan meliputi rute, metode dan
frekuensi pemberian obat.
d. Kepatuhan pasien terhadap regimen obat
e. Interaksi obat; obat – obat; obat – makanan; obat –
penyakit; obat –data laboratorium
f. Reaksi allergi obat
g. Efek samping obat dan efek merugikan lainnya akibat
penggunaan obat.
2. Melakukan analisa terhadap terjadinya masalah terkait obat
(Drug Related Problem disingkat DRP)melalui pemantauan,
pencatatan dan pelaporan atas Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
3. Melakukan analisa secara periodic dan pengambil tindakan
perbaikan system untuk meminimalkan angka kejadian yang
terkait Drug Related Problem (DRP).

4
II. 3. Program Peningkatan Penggunaan Obat Generik.
Peesepan dan penggunaan obat Generik diprioritaskan
bagi pasien agar tercapai pengobatan yang aman, efektif dan
efisien, adapun kegiatan untuk mendukung program ini
adalah :
1. Monitoring peresepan obat Generik. Kegiatan ini
dilaksanakan
2. Monitoring ketersediaan obat Generik di Instalasi Farmasi
Rumah Saki.

BAB III
DOKUMENTASI, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

5
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Komite Farmasi dan
Terapi (KFT), dokumentasi merupakan salah satu alat bukti dari
setiap aspek kegiatan untuk memberikan gambaran secara riil
atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Dokumentasi dari
pelaksanaan kegiatan Komite Farmasi antara lain sebagai berikut:
1. Dokumen seleksi obat
2. Resume riwayat pengobatan pasien
3. Pemilihan obat untuk terapi
4. Usulan penambahan dan pengurangan obat dalam
Formularium
5. Klarifikasi subtitusi obat oleh Apoteker ke DPJP
6. Permintaan obat melalui telepon oleh DPJP ke Apoteker.
7. Adjusment yang dilakukan Apoteker terkait perhitungan dan
pengubahan dosis, bentuk sediaan, frekuensi, bentuk
sediaan obat, rute pemberian yang diminta oleh DPJP Untuk
mencapai outcome klinik yang optimal
8. Actual dan Potensial DRP
9. Temuan monitoring penggunaan obat :
a) Ketepatan terapi dan regimen obat pasien termasuk rute
dan metode pemberian obat kepada pasien
b) Duplikasi obat dalam regimen obat pasien
c) Tingkat kepatuhan pasien terhadap regimen obatnya
d) Actual dan potensial interaksi: obat – obat; obat –
makanan; obat – penyakit; obat – hasil laboratorium.
e) Data laboratorium klinik dan farmakokinetik yang
berkaitan dengan regimen obat.
f) Actual dan potensial toksisitas dan efek samping obat
g) Tanda-tanda fisik dan symptom klinis yang relevan
dengan obat pasien.

6
h) Edukasi dan konseling obat kepada pasien
10. Dokumentasi di Komite Farmasi dan Terapi yang terpisah
dengan dokumen yang masuk Rekam Medis dan dokumen
lain.
11. Dokumen dan pelaporan medication error di Komite
Farmasi dan Terapi dilakukan secara tertib maksimal
dalam waktu 2 x 24 jam setelah adanya kejadian, data yang
ada dianalisis untuk perbaikan sistim berkelanjutan.

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI FORMULARIUM
Secara umum tujuan pemantauan / Monitoring dan
7
Evaluasi Formularium dilakukan sekali setahun untuk :
a. Memastikan proses pelayanan selaras dengan upaya
pencapaian VISI, MISI Komite Farmasi dan Terapi Rumah
Sakit pada khususnya dan pencapaian VISI, MISI RSUD.Andi
Makkasau pada umumnya terlaksana sesuai lingkup layanan
yang sudah ditetapkan dan senantiasa mengikuti
perkembnagan sesuai kebutuhan pasien serta perkembangan
system kesehatan yang berlaku.
b. Memastikan Continues Improvement dalam hal
pengembangan; implementasi;evaluasi; update rencana dan
aktifitas untuk mencapai VISI, MISI, TUJUAN dan lingkup
layanan di Inastalasi Farmasi.
c. Memastikan pengembangan proses penggunaan obat yang
aman, efektif dan efisien
d. Memastikan terpenuhinya kebutuhan sumber daya maupun
financial untuk memenuhi kebutuhan palayanan kefarmasian
yang optimal.
e. Memastikan Komite Farmasi dan Terapi dilaksanakan sesuai
aturan perundang-undangan yang berlaku.
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan penggunaan obat Formularium untuk
mengetahui tingkat kepatuhan staf medis dalam menulis resep
berdasarkan daftar obat-obat yang ada dalam Formularium
Rumah Sakit. Pemantauan secara khusus dilakukan untuk
mengetahui obat-obat:
a. Obat yang berpotensi menimbulkan efek samping serius
terutama obat-obat yang efek sampingnya belum banyak
dilaporkan
b. Penggunaan obat-obat yang tidak rasional
c. Obat-obat dengan nilai ekonomi tinggi

8
d. Obat-obat baru yang dimasukkan dalam daftar obat
Formularium
e. Obat-obat yang sedang dipertimbangkan untuk dimasukkan,
dikeluarkan atau dipertahankan dalam daftar obat
Formularium.

MATRIX PROGRAM KERJA KOMITE FARMASI DAN TERAPI


RSUD. ANDI MAKKASAU PAREPARE TAHUN 2022

No. Program Kegiatan Target Capaian Ket


.
1. Program 1.Penyebarluasn 50 exp
Peningkatan Formularium
penggunaan Rumah Sakit.
obat Rasional. 1 kl
2. Sosialisasi
Formularium
Rumah Sakit.
4 kl
3. Mengevaluasi
kesalahan
pemberian obat
di rumah
sakit. 12 kl
5. Monitoring
penggunaan
formularium
rumah sakit. 5 kl

2. Program 1. Melakukan 4 kl
Peningkatan assessment
Keamanan terhadap
problem
9
Pasien. pengobatan
yang dialami
pasien. 12 kl

2.Melakukan
analisa
terhadap
terjadinya
masalah terkait
obat(Drug
Related
Problem
disingkat
DRP’Smelalui
pemantauan,
pencatatan dan 3 kl
pelaporan atas
Kejadian Tidak
Diharapkan
(KTD), Kejadian
Nyaris Cedera
(KNC)
3. Melakukan
analisa secara
periodic dan
pengambil
tindakan
perbaikan
system untuk
meminimalkan
angka kejadian

10
yang terkait
Drug Related
Problem
(DRP’S).

3. Program 1. Monitoring 4 kl
Peningkatan Peresepan dan
Penggunaan penggunaan
Obat Generik Obat Generik
2. Monitoring 4 KL

Ketersediaan
Obat Generik di
IFRS.

11
4. Monitoring dan 1. Pertemuan Monev 1 kl
Evaluasi Tahunan Kinerja
KFT
2. Pembuatan
Laporan Kinerja 1 dkmn

KFT.
3. Dokumentasi 1 dkmn
seleksi obat
4. Dokumentasi dan 1 dkmn

pelaporan
medication error
di Komite Farmasi
dan Terapi
dilakukan secara
tertib maksimal
dalam waktu 2 x
24 jam setelah
adanya kejadian,
data yang ada
dianalisis untuk
perbaikan sistim
1 kl
berkelanjutan.
5. Evaluasi
Penggunaan
Formularium
Rumah Sakit.

5. Tata Kelola Pertemuan/ Rapat 12 kl


Administrasi KFT Rutin

12
BAB V
PENUTUP

Penyusunan Program dan Kegiatan Komite Farmasi dan


Terapi Rumah Sakit adalah panduan dalam melaksanakan
kegiatan Komite Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit yang
mengacu pada Permenkes No. 72 Tahun 2016 Tentang Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
Komite Farmasi dan Terapi dalam Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) memperkuat dan memperjelas
tata hubungan kerja antara Tenaga Kefarmasian dengan Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dan Pelaku pelayanan
kesehatan lain di Rumah Sakit untuk berkolaborasi dalam
memberikan pelayanan kepada pasien sehingga tujuan
pengobatan dapat tercapai dan pasien aman dari kesalahan
pengobatan (pasien safety).
Dengan tersusunnya Program Kerja dan Kegiatan Komite
Farmasi dan Terapi Rumah Sakit diharapkan Komite Farmasi dan
Terapi lebih focus dan terukur dalam melaksanakan tugas dan
Fungsinya sehingga para pemberi pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit akan lebih professional dan berintegritas.

13
14
LAMPIRAN 1
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANDI MAKKASAU
Alamat Rumah Sakit : Telpon :
Kotak Pos : Fax Mail :

FORMULIR PERMINTAAN KHUSUS


OBAT NON FORMULARIUM

I. Nama Generik : _____________________________________


II. Nama Dagang dan Pabrik : _____________________________________
III. Bentuk sediaan dan kekuatan: _____________________________________
IV. Indikasi : _____________________________________
V. Alasan permintaan : _____________________________________
_____________________________________
VI. Jumlah yang diminta : _____________________________________

Parepare,
Mengetahui, Kepala Komite Farmasi dan
Terapi
Dokter yang meminta RSUD Andi Makkasau

( ____________________ ) ( _____________________)
NIP. NIP.

Catatan :
Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap stempel Komite Farmasi dan
Terapi dan dikirimkan kepada : Ketua Komite Farmasi dan Terapi RSUD
Andi Makkasau

Keputusan Komite Farmasi dan Terapi (Diisi oleh KFT):


Disetujui
Tidak Setuju
Alasan : _______________________________________________________
Parepare,______________________
Ketua Komite Farmasi dan Terapi
RSUD Andi Makkasau

( __________________________ )
15NIP.
Lsmpirsn 2
FORMULIR PENCANTUMANNAMA
OBAT DALAM FORMULAIRUM

1. Nama generik :
2. Nama dagang :
3. Bentuk sediaan dan kekuatan :
4. Nama obat yang sudah tercantum dalam formularium sekarang yang
dapat dibandingkan dengan obat usulan:
Tidak ada
Ada, yaitu: __________________________________________________
5. Alasan pengusulan berdasarkan efektifitas dan keamanan
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
6. Referensi yang mendukung (fotocopy naskah terlampir)
a. _________________________________________________________________
b. ________________________________________________________________
c. _________________________________________________________________
7. Apakah dengan penambahan obat yang diusulakan maka obat akan
sebanding dengan yang yang tercantum perlu dihapuskan?
Ya Tidak
Alasan: ____________________________________________________________
_____________________________________________________________________

Parepare,
Mengetahui, Yang mengusulkan,
Kepala Komite Farmasi dan Terapi

( ____________________ ) ( _____________________ )
NIP. NIP.
Catatan:
Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap stempel Komite Farmasi dan
Terapi dan dikirimkan kepada : Ketua Komite Farmasi dan Terapi RSUD
Andi Makkasau.
Ketua Komite Farmasi dan Terapi
RSUD Andi Makkasau

( ______________________ )
NIP.

16
Lampiran 3

FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT


KOMITE FARMASI DAN TERAPI RSUD ANDI MAKKASAU
PASIEN
Penyakit utama: Kesudahan (beri tanda X) :
Nama : ____________________
 sembuh
No. reg : ____________________  meninggal
Umur : ______ tahun  sembuh dengan gejala sisa
 belum sembuh
L/P (hamil/tidak hamil/tidak tahu)
 tidak tahu
Suku : __________________ Penyakit/kondisi lain yang menyertai :
Berat badan: _____ kg  gangguan ginjal  kondisi medis lainnya
 gangguan hati  faktor industri, pertanian,
Pekerjaan: _________________  alergi  kimia, dan lain-lain
EFEK SAMPING OBAT
Saat/tgl mula terjadi : Kesudahan E.S.O. (beri tanda X) :
Bentuk/manifestasi E.S.O. yang terjadi: Tanggal : ______________________
 sembuh
 meninggal
 sembuh dengan gejala sisa
 belum sembuh
Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi reaksi E.S.O. :

OBAT
Nama Bentuk Beri tanda X Pemberian
Indikasi
(Nama dagang/ Sediaan untuk obat rute dosis/waktu tgl tgl
penggunaan
Pabrik) yang dicurigai mula akhir

Apakah reaksi E.S.O. hilang setelah obat Apakah reaksi E.S.O yang sama timbul
dihentikan ? setelah obat yang dicurigai digunakan
kembali:
 Ya  Tidak  Tidak tahu  Ya  Tidak  Tidak tahu
PELAPOR
Nama : dsadsadddddddddd Parepare, dsadsadddddddd
 dokter  perawat  farmasi
Asal ruangan/Poliklinik: dsadsadddd (dsadsadddddddddd = )
tanda tangan pelapor
Kirimkan Formulir yang sudah diisi kepada: Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi
d/a Komite Farmasi dan Terapi RSUD Andi Makkasau

17
Lampiran 4

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANDI MAKKASAU
Nomor :UMUM DAERAH ANDI MAKKASAU
TENTANG
FORMULARIUM RSUD ANDI MAKKASAUTAHUNUMUM

Direktur RSUD Andi Makkasau

Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan


pelayanan kesehatan di RSUD Andi Makkasau adalah
dengan melakukan pemakaian obat secara rasional.
b. bahwa untuk mencapai penggunaan obat secara
rasional diperlukan suatu standar pengobatan yang
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kedokteran dan farmasi
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersebut
perlu dilakukan revisi Formularium RSUD Andi
Makkasau tahun ........................ dan selanjutnya
diterbitkan buku Formularium RSUD Andi Makkasau
tahun........................
d. bahwa sehubungan dengan butir c tersebut, maka
untuk pemberlakuan Formularium RSUD Andi
Makkasau tahun ........................ perlu ditetapkan
dengan surat keputusan Direktur Utama RSUD Andi
Makkasau
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan
2. Peraturan pemerintah Nomor ..................
tahun.........tentang Pendirian Perusahaan Jawatan
RS .............................
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 085/Menkes/Per/I/1989 tanggal 28 Januari
1989 tentang Kewajiban menuliskan resep dan/atau
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 47/Menkes/SK/II/1983 tanggal 21 Februari
1983 tentang Kebijakan Obat Nasional.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 122A/Menkes/SK/II/1999 tanggal 15
Februari 1999 tentang Daftar Obat Esensial Nasional
1989.
6. Surat Ketua Komite Farmasi dan Terapi
18
RS ................Nomor : .................
tanggal .........................., perihal pemberlakuan buku
Formularium RS ........................
tahun .............................

Memperhatikan: Pertimbangan Direksi Rumah Sakit .........................

MEMUTUSKAN

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH ANDI MAKKASAU NO. ............................
TENTANG FORMULARIUM
RS .......................TAHUN ................

Pertama : Penggunaan Formularium RS ..................... tahun .........


sebagai pedoman untuk memilih obat-obat yang
diberikan kepada penderita yang dirawat di RS ...............

Kedua : Formularium RS ....................tahun ................... akan


ditinjau dan dinilai kembali secara terus menerus oleh
Panitia Farmasi dan Terapi RS ............................. untuk
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang ilmu kedokteran dan farmasi

Ketiga : Surat keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diubah
dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI: ...........................


PADA TANGGAL: ...........................

Direktur RSUD Andi Makkasau

Rumah Sakit .................................


NIP. .............................................

Tembusan disampaikan kepada Yth :


1. Dekan FK ................................
2. Para Direktur RSUD Andi Makkasau
3. Ketua Komite Medik RSUD Andi Makkasau
4. Para Kepala SMF di lingkungan RSUD Andi Makkasau

19
Lampiran 5

PERHITUNGAN DOSIS OBAT PEDIATRIK

Ada beberapa cara perhitungan dosis obat pediatrik


1. Perhitungan dosis berdasarkan umur
a. Cara Young :
Dosis = Umur anak tahunx Dosis dewasa
Umur anak + 12

b. Cara Fried :
Dosis = Umur bulanx Dosis dewasa
150

2. Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan


a. Cara Young :
Dosis = Berat badan (kg)x Dosis dewasa
70

3. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh


Dosis = Luas permukaan anakx Dosis dewasa
1,8

20
Lampiran 6

PERHITUNGAN PENYESUAIAN DOSIS


BAGI PENDERITA GANGGUAN FUNGSI GINJAL

Penyesuain dosis untuk gangguan fungsi ginjal berdasarkan klirens


kreatinin terdiri atas beberapa cara :
1. Perbandingan kecepatan ekskresi kreatinin dalam urin terhadap
konsentrasi kreatinin dalam serum.
CLcr = Kecepatan ekskresi kreatinin dalam urin (ml/menit)
Konsentrasi kreatinin dalam serum (mg%)

2. Jellife
CLcr = 98 - 0,8 (umur - 20)
Ccr

CLcr = Bersihan kreatinin penderita


Ccr = Kadar serum kreatinin penderita
Untuk penderita wanita dikalikan 90%

3. Cockroft and Gault


CLcr = (140 – umur) X bobot badan (kg)
72 X Ccr

CLcr = Bersihan kreatinin penderita


Ccr = Kadar serum kreatinin penderita
Untuk penderita wanita dikalikan 85%

4. Giusti Hayton
Ku= 1 - f (1 - CLucr) = G
Kn CLncr

Ku = Tetapan laju eliminasi penderita uremia


Kn = Tetapan laju eliminasi normal
G (faktor G) = Suatu rasio yang diperoleh dari fraksi obat yang dieksresi
melalui ginjal dan bersihan kreatinin penderita uremia
f = Fraksi obat yang dieksresi melalui ginjal
CLucr = Bersihan kreatinin penderita uremia
CLncr = Bersihan kreatinin normal
Nilai f beberapa obat dapat dilihat pada tabel
21
5. Perhitungan untuk penderita usia lanjut
Perhitungan bersihan kreatinin bagi usia lanjut secara umum sesuai
dengan penjelasan seperti nomor 2 dan 3

6. Perhitungan dosis pada penderita uremia


Penderita uremia terjadi penurunan kecepatan ekskresi obat melalui
ginjal. Maka penyesuaian dosis dengan cara :
a. Penurunan dosis pemeliharaan.
Dosis uremia = Dosis normal X 1/faktor G
b. Meningkatkan interval dosis.
Interval uremia + Interval normal X 1/faktor G
c. Merubah dosis pemeliharaan dan interval dosis.

22

Anda mungkin juga menyukai