DISUSUN OLEH :
Aloysia Aprilla Dewi S. 165070500111028
Firda Uswatul Uliyah 165070501111016
I'id Wahidatul Karomiyah 165070501111018
Intan Nur’aini 165070501111002
Nabila Maretha 165070501111020
Nurlita Dwi Rahmaningtia 165070500111024
Rory Anggi Okta S. 165070501111004
Salsabila Pawitrasari 165070501111008
Sinta Oki Lianara 165070501111012
Tia Eka Aprilia 165070501111010
Teuku Irma Melinda 165070501111026
Dalam ekstrak serbuk bawang putih, terdapat senyawa Aliin dan enzim Aliinase.
Enzi mini akan terdegradi di lambung karena adanya asam lambung. Untuk mencegah hal
itu terjadi, maka dilakukan penyalutan untuk sediaan tablet, ataupun diformulasikan
dalam bentuk kapsul sehingga penyerapannya terjadi di usus. Selain itu, bawang putih
juga menghambat beberapa sitokrom di hepar, seperti CYP1A1, CYP1A2, CYP450
sehingga menghambat metabolism obat lain. (Casspaso., et al, 2003)
3.1.2 Rosella (Hibiscus sabdarifa)
Selanjutnya tanaman yang direkomendasikan adalah Rosella atau Hibiscus
sabdarifa dimana tanaman ini memiliki senyawa aktif berupa Antosianin antosianin
(delphinidin-3-sambubioside and cyanidin-3-sambubioside), polifenol (baik untuk terapi
hiperkolesterol). Tanaman ini efektif menurunkan tekanan darah dengan mekanisme
menghambat angiotensin converting enzim dengan cara antosianin berkompetisi dengan
substrat untuk menduduki sisi aktif, sehingga angiotensin II dan aldosteron tidak terlepas
dari kelenjar adrenal, sehingga menyebabkan penurunan resistensi vaskular (Hopkins
dkk., 2013).
Selain menghambat ACE, Rosella dapat berperan sebagai diuretic. Efek Diuretik
yang timbul karena adanya penghambatan reuptake natrium (Na +) dan penyerapan
kembali air sehingga memiliki tidak menyebabkan reaktivasi berlebihan pada sistem
rennin-angiotensinaldosteron dan mempertahankan konsentrasi kalium dalam tubuh ini
dibuktikan dengan nilai kalium K + (Hopkins dkk., 2013).
Hibiscus sabdarifa juga memiliki efek antihiperlipidemia, dimana kerjanya dengan
menghambat produksi lemak yang berasal dari karbohidrat oleh Hibiscus acids alactone
dari hydroxytic acid (HCA). Produksi lemak dan TG yang dihambat, serta peningkatan
HDL maka akan menurunkan resiko Atherosclerosis (Lismayanti, 2013).
Terapi Rosella dalam bentuk serbuk (ekstrak) mempunyai efek terapeutik dan
tolerability yang sama dengan obat kimia jenis captopril pada kondisi hipertensi moderat,
hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arellano et al (2004) yang
melakukan penelitian untuk membandingkan rata-rata efek terapeutik dan tolerabolity
dari terapi rosella (9,6 mg anthocyanins dan konsumsi captopril 50mg/hari pada 75
pasien (36 eksperimen dan 39 control) degan diagnosis hipertensi yang mempunyai
rentang umur 30-80 tahun dan tidak menggunakan antihipertensi selama 1 bulan terakhir.
Hasil yang didapatkan rosella ternyata mempunyai kemampuan untuk menurunkan
tekanan darah sistolik dari rata-rata 139,05 mmHg ke rata rata 123,73 mmHg dan tekanan
darah diastolik dari rata-rata 90,81 mmHg menjadi 79,52 mmHg (Arrelano dkk., 2004).
Sementara, menurut penelitian Mc.Kay et al (2010) menunjukkan bahwa teh
Rosella konsumsi 3x240 mL servings/hari dengan kandungan teh Rosella 1,25
gram/serving, mempunyai efek lebih dalam menurunkan tekanan darah sistolik bila
dibandingkan dengan placebo (16-18 tetes sekitar 1,2 mL) teh buatan dengan cita rasa
Rosella yang diaduk dalam 240mL air/serving Hasilnya, partisipan dengan tekanan darah
lebih tinggi menunjukkan respon yang lebih baik terhadap terapi teh rosella (McKay
dkk., 2010).
3.1.3 Seledri (Apium graveolens, Linn)
Senyawa aktif : 3-n-butylphthalide (BuPh) lainnya Apiin, apigenin, manitol,
volatileoil, glycosides, furanocoumarins, flavonoids. Mekanisme antihipetensi : berfungsi
sebagai diuretik yaitu merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh yang diikat oleh
garam. Selain itu, kandungan apiin dalam seledri, berperan sebagai diuretic
(memperlancar air kencing yaitu membantu kerja ginjal dalam mengeluarkan cairan dan
garam dari dalam tubuh. Evidence based pada manusia/ hasil uji preklinis penelitian pada
tikus rattus strain wistar dengan hipertensi yang diberi jus seledri (Apium graveolens L.)
dua kali sehari menggunakan sonde selama 2 minggu. Penurunan sistolik ada pemberian
jus seledri 0,009 gr/gr bb selama 2 minggu adalah 38,83mmHg (p=0,000) dan penurunan
sistolik ada pemberian jus seledri 0,0225 gr/gr bb selama 2 minggu adalah 85 mmHg
(p=0,000) rata- rata penurunan tekanan darah sistolik pada tikus rattus strain wistar
adalah 3 mmHg (p=0,000) (Harmilah & Ekwantini, 2014:28). Bapak ilmuan UCMC telah
membuktikan bahwa dengan memakan 4 tangkai seledri setiap hari selama seminggu
tekanan darah menurun dari 158/96 ke 118/82 (Djojoseputro, 2012:55).
Dalam penelitian Muzakar dan Nuryanto (2012), dengan mengkonsumsi daun
seledri mampu menurunkan tekanan darah. Pada 100 gram seledri terkandung 344 mg
kalium. Didalam tubuh kalium berfungsi sebagai diuretik yaitu merangsang pengeluaran
cairan dalam tubuh yang diikat oleh garam. Selain itu, kandungan apiin dalam seledri,
berperan sebagai diuretic (memperlancar air kencing yaitu membantu kerja ginjal dalam
mengeluarkan cairan dan garam dari dalam tubuh, berkurangnya cairan dalam darah akan
menurunkan tekanan darah.
Pada pengelolaan seledri sebagai obat hipertensi dilakukan informan dengan cara
direbus terlebih dahulu. Pengolahan daun seledri dengan cara direbus hal ini dilakukan
karena daun seledri diambil sarinya atau kandungan yang ada dalam daun seledri
tersebut. Selain itu, pengelolaan daun seledri sebagai obat hipertensi juga dapat
dikonsumsi secara langsung atau dibuat jus. Tetapi jika dikonsumsi tanpa pengolahan
terlebih dahulu kandungan saponin yang tinggi dalam seledri dapat menyebabkan rasa
sebah didalam lambung. Ketika dibuat jus akan mengindikasi kadar saponin yang tinggi
oleh karena itu seledri lebih aman dikonsumsi dengan direbus terlebih dahulu dan cukup
di ambil sarinya. Orang dengan gangguan infeksi ginjal dan wanita hamil dilarang
mengkonsumsi seledri karena dapat menyebabkan kontraksi uterus. (Hembing, 2008)
Seledri (Apium graveolens, Linn) Dalam pengobatan hipertensi dengan seledri
dikonsumsi sehari 1-2 sendok sehari 2 kali. Dalam penelitian Muzakar dan Nuryanto
(2012), dengan mengkonsumsi daun seledri sebanyak 40 gram direbus dengan dua gelas
air (400 ml) hingga didapatkan segelas air (200 ml) kemudian disaring dan diminum dua
kali, pagi 100 ml dan sore 100 ml selama tiga hari berturut-turut mampu menurunkan TD.
3.2 TERAPI YANG DIPILIH
3.2.1 Bawang Putih (Allium sativum)
Senyawa aktif
Bawang putih digunakan untuk terapi infeksi pernapasan (pilek, flu, bronkitis kronis dan
radang tenggorokan) dan penyakit kardiovaskuler (hipertensi, antitrombotik, fibrinolitik,
antimikroba, antikanker, ekspektoran, antidiabetes, dan untuk menurunkan kadar lipid
(Wiliamson dkk., 2009).
Mekanisme
1. Mekanisme hipertensi
Hasil turunan bawang putih (polisulfida) dapat meragsang produksi gasotransmiter
hidroge sulfida (H2S) vaskuler dan meningkatkan regulasi endothelial nitric oxide, yang
akan menginduksi terjadinya relaksasi sel otot polos, vasodilatasi dan penurunan tekanan
darah (Ried dan Fakler, 2014).
2. Mekanisme arterosklerosis akibat dislipidemia
Bawang putih bekerja dengan menghambat biosintesis kolesterol di hati dan menghambat
oksidasi LDL, sehingga dapat menurunkan dan menormalkan kadar lipid, serta
menghambat arterosklerosis pembuluh darah (Qidwai dan Ashfaq, 2013).
3. Mekanisme antioksidan
Bawang putih mengandung senyawa organosulphur yang bersifat stabil dan larut air,
dengan mekanisme kerja menetralisir radikal bebas sehingga dapat mencegah kerusakan
oksidatif terutama pada pembuluh darah (Capasso, 2013).
Evidence based
Pada meta analisis termasuk 20 uji klinis dinyatakan bahwa bawang putih lebih baik
daripada placebo dalam menurunkan tekanan darah pada pasien dengan rata-rata penurunan
sebesar 8-9 mmHg pada SBP dan 6-7 mmHg pada DBP. Pengujian meta analisi ini telah
dibandingkan dengan obat antihipertensi umum. Sementara itu, untuk suplemen bawang putih
terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, namun tidak mempengaruhi
pasien dengan tekanan darah normal. Respon terhadap keefektifan bawang putih dipengaruhi
oleh factor genetic dan diet, dimana terdapat penurunan tekanan darah sebesar 40 mmHg pada
respinden SBP dan sekitar 25-33% nonresponden pada uji coba selama 3 bulan (Ried dan Fakler,
2014).
Farmakodinamik
Alisin bekerja dengan menghambat angiotensin converting enzyme (ACE) dan efek organic
polisulfida Ca2+ pada kanal K-ATPase, sehingga menghasilkan penurunan kadar Ca2+ intraseluler
sehigga didapat efek vasodilatasi dan penurunan tekanan darah (Ried dan Fakler, 2014).
Farmakokinetik
Ada banyak konstituen aktif dalam bawang putih dan fungsinya belum sepenuhnya terbukti.
Alisin adalah subjek yang dipertimbangkan untuk mengalami first pass effect yang terjadi di
liver, yang tidak termetabolisme hanya pada konsentrasi yang tinggi. Tetapi alisin merupakan
komponen yang tidak stabil. Vinilditin dan dialilsulfida tidak ditemukan di darah dan diurin
setelah pemberian secara oral (Wiliamson dkk., 2009).
Ada beberapa eksperimen untuk membuktikan efek dari bawang putih dan konstituen yang
berada pada isoenzim CYP450. pada studi in vitro kemungkinan bahwa bawang putih
menghambat berbagai tingkat: CYP2C9, CYP2C19, isoenzim sub-family CYP3A, CYP2A6,
CYP1A2, CYP2D6, dan CYP2E1. pada studi yang dilakukan di tikus diperoleh bahwa bawang
putih dapat menghambat CYP2E1 dan menginduksi CYP2C9. bagaimanapun pada studi klinis,
bawang putih dan konstituennya seperti tidak berefek pada isoenzim CYP450 (Wiliamson dkk.,
2009).
Waktu minum
a. Dosis =
- Fresh garlic = 2-5 g
Bubuk = 2-5 g
Minyak = 2-5 mg
Ekstrak = 300-1000 mg
- Sediaan lain = harus mengandung 4-12 mg alliin atau alisin 5 mg
- Standarisasi
Farmakope AS = mengandung allicin 0,3% (bubuk) hingga 0,5% (segar, kering).
Farmakope Eropa = tidak kurang dari 0,45% allicin setiap hari dari bubuk bawang
putih
- Untuk hipertensi: dosis 600-900 mg
b. Waktu minum =
dapat diminum setelah makan, dalam keaadaan perut isi agar tidak terjadi ESO heart
burn, nausea, vomiting.
Tidak terdapat interaksi obat yang terjadi antara Allium sativum (bawang putih) dengan obat
anti hipertensi yang digunakan oleh pasien (Ny. C)
Efek samping yang timbul seperti heart burn, nausea, vomiting, saat perut kosong
BAB IV
PEMBAHASAN
6.1 STUDI KASUS
Ny.C usia 42 tahun datang ke klinik saintifikasi jamu meninta rekomendasi tanaman obat untuk
menurunkan tekanan darahnya. Pasien mengeluh pusing dan sering merasa lelah.
Riwayat penyakit : hipertensi sejak 7 tahun yang lalu
Riwayat pengobatan : sejak terdiagnosa hipertensi, pasien mengkonsumsi berbagai macam
antihipertensi, dengan tingkat kepatuhan rendah (karena efek samping obat). Antihipertensi yang
saat ini dipakai pasien (selama 3 bulan terakhir) atenolol 100 mg/hari dan HCT 12,5 mg/hari.
Tekanan darah pasien selama menggunakan obat antihipertensi tersebut berkisar antara 150/110
mmHg hingga 155/114 mm/Hg.
Pola hidup : tidak mengikuti diet hipertensi, jarang olahraga
Pemeriksaan fisik : BMI 24,21 ; Minimal retinophaty
Hasil pemeriksaan lab : serum sodium 138 mEq/L; potassium 3.4 mEq/L; blood urea nitrogen
(BUN) 19 mg/dL; creatinine 0.9 mg/dL; calcium 9.8 mg/dL; total cholesterol 268 mg/dL;
triglycerides 230 mg/dL; dan GDP 105 mg/dL.
Riwayat keluarga: ibu meninggal pada usia 56 tahun dengan hypertension-related CVD
(cardiovascular disease). Kakek dan nenek juga memiliki riwayat CVD.
Pertanyaan :
1. Sebutkan factor resiko munculnya hipertensi pada NY.C ?
2. Sebutkan efek samping potensial yang dialami oleh Ny.C pada pemakaian antihipertensi
sehingga tingkat kepatuhan pasien rendah?
3. Lakukan analisa pada progresivitas hipertensi dari Ny.C (apakah sudah mengarah ke
atrosclerosis/ komplikasi yang lain)? berapa target TD pada Ny.C ?
4. Rekomendasikan tanaman obat yang bisa menurunkan tekanan darah Ny.C (lengkapi dengan
data: senyawa aktif, mekanisme antihipetensi, evidence based pada manusia/ hasil uji klinis,
farmakodinamik dan farmakokinetik- terutama terkait adsorpsi dan reseptor kerja)
5. Lakukan KIE kepada pasien obat apa saja yang digunakan (termasuk waktu minum, interaksi,
dan efek samping) ?
2. Sebutkan efek samping potensial yang dialami oleh Ny.C pada pemakaian antihipertensi
sehingga tingkat kepatuhan pasien rendah!
Efek samping potensial pada Ny.C yaitu pada penggunaan HCT yaitu obat diuretik yang
dapat memberikan efek samping berupa hipokalemia. hipokalemia adalah kondisi ketika kadar
kalium dalam aliran darah berada di bawah batas normal. Dalam kondisi normal, kadar kalium
di dalam darah berkisar antara 3,6 sampai 5,2 milimolar per liter (mmol/L). Tetapi pada pasien
nilai kaliumnya yaitu 3,4. Apabila kadar kalium sangat rendah, maka hal tersebut bisa
berbahaya atau bahkan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Kalium adalah
elektrolit yang sangat penting untuk fungsi saraf dan otot, terutama otot jantung. Kalium juga
berperan sebagai pengatur tekanan darah. Kadar kalium di dalam tubuh dikendalikan oleh
ginjal. Kekurangan kalium juga bisa meningkatkan risiko komplikasi, seperti kelemahan pada
otot, aritmia, dan beberapa gangguan jantung lainnya. Penyebab hipokalemia yang sering
terjadi yaitu karena penggunaan obat-obatan diuretik (HCT) yang berfungsi untuk
mempercepat pembentukan urine yang membuat pasien sering BAK untuk menurunkan kadar
garam yang tinggi di tubuh, sehingga pasien malas dan merasa tidak nyaman untuk
mengkonsmsi obat hipertensi yang menyebabkan kepatuhan pasien rendah.
4. Rekomendasikan tanaman obat yang bisa menurunkan tekanan darah Ny.C (lengkapi
dengan data: senyawa aktif, mekanisme antihipetensi, evidence based pada manusia/hasil
uji klinis, farmakodinamik dan farmakokinetik- terutama terkait adsorpsi dan reseptor
kerja)!
Tanaman yang bisa direkomendasikan untuk Ny. C adalah bawang putih (Allium
sativum). Bawang putih tergolong grade C untuk mengatasi hipertensi dan grade B untuk
mengatasi hiperlipidemia sehingga dirasa tepat untuk kondisi Ny. C yang menderita hipertensi
sekaligus hiperlipidemia. Selain itu bawang putih mudah didapat dan cara mengonsumsinya
mudah. Bagian yang dikonsumsi adalah umbi atau bisa juga dengan mengonsumsi sediaan jadi
berupa suplemen bawang putih yang sudah banyak tersedia di pasaran.
Senyawa aktif: alliin yang oleh enzim alinase dipecah menjadi allicin. Allicin yang
berperan penting dalam mengatasi hipertensi.
Mekanisme antihipertensi:
o Meningkatkan komponen nitrit oksida (NO) allicin mengandung arginine
yang merupakan precursor NO. Arginine diubah oleh enzim nitrit oksidase
menjadi NO. NO yang terbentuk pada akhirnya akan menyebabkan retake Ca2+
sehingga kanal kalium akan terbuka. Menurunnya konsentrasi Ca2+ akan
memicu relaksasi sel otot polos pembulouh darah sehingga terjadi vasodilatasi.
o Menghambat kerja ACE ACE berperan mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II yang merupakan vasokontriktor poten. Struktur allicin menyerupai
ACE inhibitor sehingga allicin ikut menghambat kerja ACE layaknya ACE
inhibitor. Dengan terhambatnya ACE maka angiotensin II tidak terbentuk yang
memicu berkurangnya penyerapan Na dan air sehingga volume plasma dan
tekanan darah menurun.
o Stimulasi bradikinin hambatan ACE akan menyebabkan penumpukan
bradikinin di dalam tubuh. Bradikinin akan mengaktifkan enzim fosfolipase yang
menyebabkan pelepasan asam arakidonat yang merupakan vasodilator sehingga
terjadi penurunan tekanan darah. Bradikinin juga akan berikatan dengan reseptor
BK2 yang terdapat pada sel endotel pembuluh darah dan menstimulasi produksi
NO.
o Menghambat cyclooxygenase-1 (COX-1) allicin menghambad COX-1 yang
berperan mengubah asam arakidonat menjadi tromboksan 2 (TBX2) yang
merupakan komponen vasokonstriktor. Tidak diproduksinya TBX2 memicu
vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
Evidence based/uji klinik pada manusia: berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
bawang putih dapat menurunkan tekanan darah. Salah satu contohnya penelitian oleh
Hood (2010) di Australia dengan menggunakan metode Quasi Experiment dengan desain
one group pretest posttest. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa pemberian air seduhan
bawang putih rutin setiap pagi selama 7 hari berturut-turaut pada responden dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6-10 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 6-9
mmHg. Di Australia sendiri bawang putih telah direkomendasikan oleh para dokter
sebagai pendamping obat medis untuk pengobatan hipertensi.
Farmakokinetik:
o Absorbsi mudah terdegredasi pada pH asam < 3. Terabsorbi secara optimum
(mudah dan cepat) pada pH 4,5 – 5,0
o Distibusi banyak terdistribusi ke plasma, ginjal dan liver. Mencapai
konsentrasi maksimum dalam waktu 30 – 120 menit
o Metabolisme inhibitor CYP2E1, inducer CYP3A
o Eliminasi waktu paruh 4 – 9 jam. Ekskresi melalui urine mencapai 85,55% dan
melalui feses mencapai 92,3% setelah 72 jam penggunaan.
Farmakodinamik: meningkatkan komponen nitrit oksida (NO), menghambat kerja ACE,
stimulasi bradikinin, menghambat cyclooxygenase-1 (COX 1)
5. Lakukan KIE kepada pasien obat apa saja yang digunakan (termasuk waktu minum,
interaksi, dan efek samping)!
Menghimbau pasien untuk mengkonsultasikan terkait efek samping obat atenolol dan
HCT yang timbul seperti lemas, pusing, gangguan pada penglihatan (retinopathy), dan
peningkatan frekuensi buang air kecil agar dapat dipertimbangkan penggantian obat ke
golongan lain yang dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pasien.
Menginformasikan bahwa bawang putih bersifat sebagai pengobatan pendamping dari
obat antihipertensi yang telah diresepkan sehingga obat antihipertensi yang telah
diresepkan harus tetap dikonsumsi.
Menginformasikan cara mengonsumsi bawang putih sebagai terapi hipertensi. Preparasi
dari tanaman langsung dapat dilakukan dengan menyeduh 4-5 gram umbi bawang putih
dengan 200 cc air. Hasil air seduhan diminum 1x1 pagi hari. Selain mengonsumsi dari
tanaman langsung, telah banyak sediaan bawang putih dalam bentuk suplemen. Salah
satu contohnya Blackmores Odorless Garlic diminum 2-3x1 setelah makan.
Berinterksi moderate dengan obat antihipertensi golongan 𝛽-blocker dimana efek kerja
𝛽-blocker menjadi meningkat. Hal tersebut memicu munculnya kondisi hipotensi.
Atenolol termasuk gologan 𝛽-blocker sedangkan HCT termasuk golongan diuretic. Maka
dari itu perlu dimonitoring efek penggunaan bersama antara atenolol dan bawang putih.
Menghimbau pasien agar rutin memeriksakan tekanan darah dan kadar kolesterol darah
untuk mengetahui progresivitas penyakit yang diderita.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic dengan konsisten
diatas 140/90 mmHG yang dapat disebabkan karena obesitas, diet sodium tinggi, kurang
olahraga, dan genetik. Terapi fitoterapi yang dapat diberikan untuk hipertensi yakni bawang
putih, rosella, seledri, dan lainnya. Namun, dari semua tanaman, bawang putih merupakan
tanaman yang paling disarankan untuk pasien hipertensi karena selain dapat menurunkan tekanan
darah juga dapat mengobati ataupun menghindari terjadinya aterosklerosis. Sediiannya pun
mudah ditemukan dan mudah dikonsumsi.
5.2 SARAN
Pasien diedukasi mengenai gaya hidup yang meliputi diet sodium rendah dan olahraga
yang rutin. Tekanan darah juga perlu dimonitoring. Untuk penggunaan obat konvensional dan
fitoterapi dapat diberikan jeda waktu agar tidak terjadi hipotensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Ade Dian dkk, 2009, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kejadian Hipertensi
pada pasien yang Berobat di poliklinik dewasa Puskesmas bangkinang Periode januari
sampai juni 2008, Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Hal : BAB I, BAB II,
http://yayanakhyar.files. wordpress.com
Capasso, Anna. 2013. Antioxidant Action and Therapeutic Efficacy of Allium sativum L. Journal
of molecules. Department of Pharmacy, University of Salerno, 18: 690-700.
Costas, T., et. al. 2011. Pathophysiology of Resistant Hypertension: The Role of Sympathetic
Nervous System. International Journal of Hypertension. Vol. 1 (1): 73-78
Dalimartha, S., B.T. Purnama, N. Sutarina, Mahendra, R. Darmawan. 2008. Care Your Self,
Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Djojoseputro, Soedarso. 2012. Manfaat Seledri bagi Kesehatan & Kecantikan. Surabaya:
Stomata. 128 halaman.
Febyan, dkk. 2015. Peranan Allicin dari Ekstrak Bawang Putih sebagai Pengobatan Komplemen
Alternatif Hipertensi Stadium I. Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 42 (4): 303-306.
Gao, Cuicui, et.al. 2013. Drug Metabolism and Pharmacokinetics of Organosulfur Compounds
from Garlic. Drug Metabolism & Toxicoology. Vol. 4 (5): 1-10
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Terjemahan oleh Irawati Setiawan, EGC,
Jakarta.
Halimah & Ekwantini, Rosa Delima. 2014. Jus Seledri (Apium Graveolens) Menurunkan
Tekanan Darah Tikus Rattus Strain Wistar dengan Hipertensi
Hembing, Wijayakusuma. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Jakarta: Niaga
Swadaya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta:
Kemenkes RI.
Mohanis. 2015. Efektivitas Pemberian Air Seduhan Bawang Putih. Jurnal IPTEK Terapan. Vol.
9 (1): 124-135.
Muhadi. 2016. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. Divisi
Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Vol. 43, No.1, pg 54-59.
Muzakar, & Nuryanto. 2012. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Pembangunan Manusia. Vol 6. No 1.
Pionas. 2015. Atenolol. Diakses pada 5 Maret 2019 di Badan POM RI:
http://pionas.pom.go.id/monografi/atenolol.
Pionas. 2015. Hidroklorotiazid. Diakses pada 5 Maret 2019 di Badan POM RI:
http://pionas.pom.go.id/monografi/hidroklorotiazid.
Qidwai, Waris., Ashfaq, Tabinda. 2013. Review Article: Role of Garlic Usage in Cardiovascular
Disease Prevention: An Evidence-Based Approach. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine. Department of Family Medicine, Aga Khan University Stadium
Road: 1-9.
Rahajeng, E. dan S. Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 59, no. 12, hal. 580–587.
Rampengan, Starry H. 2015. Resistant Hypertension. Jurnal Kedokteran Yarsi. Vol. 23 (2): 114-
127
Ried, Karin., Fakler, Peter. 2014. Potential of garlic (Allium sativum) in lowering high blood
pressure: mechanisms of action and clinical relevance. Article from Dove Press Journal.
Integrated Blood Pressure Control, 7: 71-82.
Rimbawan dan A. Siagian. 2004. Indeks Glikemiks Pangan. Bogor: Penebar Swadaya.
Sartik, dkk. 2017. Faktor-Faktor Resiko dan Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk
Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol.8 (3): 180-191
Williamson, Elizabeth., Driver, Samuel., Baxter, Karen. 2009. Stockley’s Herbal Medicies
Interactions. USA: Pharmaceutical Press, RPS Publishing.
Yogisusanti,Gurdani., Hari Kusnanto., Lientje Setyawati., dan Yasumasa Otsuka. 2013. Pengaruh
Pelatihan Pengendalian Kelelahan Kerja terhadap Peningkatan Pengetahuan Dosen
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan 7 (2).