Disusun Oleh :
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
World Health Organization (WHO) dan The International Society of Hypertension
(ISH) menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah (TD) sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini
merupakan hasil rerata minimal dua kali pengukuran setelah melakukan dua kali atau lebih
kontak dengan petugas (Yasmara, 2016).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode, hal ini
terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi.Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja
jantung dan arteri yang bila berlanjut akan menimbulkan kerusakan janntung dan pembuluh
darah.(Udjianti, 2013)
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer (Reni,
2010).
Penyebab terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu yang dapat
dirubah dan tidak dapat dirubah. Factor yang tidak dapat dirubah diantaranya factor usia,
jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga (Pratiwi, 2013). Dan untuk factor yang dapat
dirubah yaitu factor gaya hidup diantaranya kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih,
konsumsi lemak jenuh, dan obesitas, kurang aktivitas fisik (Kartikasari, 2012).
C. Tanda & gejala
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap
orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahuntahun
berupa:
1) Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Gejala lain yang yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal
dan lain-lain (Novianti, 2006 dalam Reni, 2010).
D. Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out put) dan
derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik). Tekanan darah arteri
dikontrol dalam waktu singkat oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan
pada arteri utama, dan kemudian melalui mekanisme umpan balik hormonal menimbulkan
berbagai variasi respons tubuh seperti frekuensi denyut jantung, kontraksi otot jantung,
kontraksi otot polos pada pembuluh darah dengan tujuan mempertahankan tekanan darah
dalam batas normal. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti
vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan penting dalam pengaturan
hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi dipastikan mengalami peningkatan salah
satu atau kedua komponen ini, yakni curah jantung dan atau resistensi vascular sistemik
(Nugraha, 2016)
Hemodinamik yang khas dari hipertensi yang menetap bergantung pada tingginya
tekanan arteri, derajat kontriksi pembuluh darah, dan adanya pembesaran jantung.
Hipertensi sedang yang tidak disertai dengan pembesaran jantung memiliki curah jantung
normal. Namun demikian, terjadi peningkatan resistensi vaskukar perifer dan penurunan
kecepatan ejeksi ventrikel kiri (Nugraha, 2016).
Saat hipertensi bertambah berat dan jantung mulai mengalami pembesaran, curah
jantung mengalami penurunan secara progresif meskipun belum terdapat tanda-tanda gagal
jantung. Hal ini disebabkan resistensi perifer sistemik semakin tinggi dan kecepatan ejeksi
ventrikel kiri semakin menurun (Nugraha, 2016).
Penurunan curah jantung ini akan menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai
organ tubuh, terutama ginjal. Kondisi ini berdampak pada penurunan volume ekstra sel dan
perfusi ginjal yang berujung dengan iskemik ginjal. Penurunan perfusi ginjal ini akan
mengaktivasi system renin angiostensin (Nugraha, 2016). Renin yang dikeluarkan oleh
ginjal ini merangsang angiotensinogen untuk mengeluarkan angiotensinogen I (AI) yang
bersifat vasokonstriktor lemah. Adanya angiotensin I pada peredaran darah akan memicu
pengeluaran angiotensin converting enzyme (ACE) di endotelium pembuluh paru. ACE ini
kemudian akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II (AII) yang merupakan
vasokpnstriktor kuat sehingga berpengaruh pada sirkulasi tubuh secara keseluruhan
(Nugraha, 2016).
Selain sebagai vasokonstriktor kuat, AII memiliki efek lain yang pada akhirnya
meningkatkan tekanan darah. Dampak yang ditimbulkan oleh AII antara lain hipertrofi
jantung dan pembuluh darah, stimulasi rasa haus, memicu produksi aldosterone dsn snit-
diuretic hormone (ADH) (Nugraha, 2016). Peningkatan tekanan darah sebagai dampak dari
adanya AII ini terjadi melalui dua cara utama yaitu efek vasokonstriksi kuat dan
perangsangan kelenjar adrenal.
a. Vasokonstriktor: AII menyebabksn vsdokondtriksi baik pada arteriol maupun vena.
Konstriksi arteriol akan meningkatkan tahanan perifer sehingga membutuhkan usaha
jantung lebih besar dalam melakukan pemompaan. Sedangkan pada vena dampak
konstriksinya lemah, tetapi sudah mampu menimbulkan peningkatan aliran balik darah
vena ke jantung. Peningkatan aliran balik ini akan menyebabkan peningkatan preload
yang membantu jantung untuk melawan resistensi perifer.
b. Perangsangan kelenjar endokrin: AII merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan
hormone aldosterone. Hormone ini bekerja pada tubula distal nefron. Dampak dari
keberadaan hormone aldosterone ini adalah peningkatan penyerapan kembali air dan
NaCl oleh tubulus distal nefron. Hal ini akan mengurangi pengeluaran garam dan air
melalui ginjal. Kondisi ini membuat volume darah meningkat yang diikuti pula dengan
peningkatan tekanan darah.
Dampak hipertensi ke jantungadalah semakin meningkatnya beban jantung
sehingga dapat menimbulkan hipertrofi jantung. Kondisi hipertrofi ini menyebabkan
penyempitan ruang jantung sehingga menurunkan preloaddan curah jantung. Jika jantung
tidak dapat mengompensasi lagi, maka terjadilah gagal jantung (Nugraha, 2016).
Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada tekanan intraocular akan
mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan tidak segera dilakukan,
penderita akan mengalami kebutaan. Penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari resistensi
sitemik ini dapat menyebabkan kerusakan pada parenkim ginjal. Jika tidak segera
ditangani, akan berakhir dengan gagal ginjal (Nugraha, 2016).
E. Pemeriksaan penunjang
a. Pemerikaan Laboratorium
hipokoagubilita, anemia.
perbaikanginjal.
e. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaranjantung.
F. Penatalaksanaan medis
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu secara
nonfarmakologis dan farmakologi.
a. Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan obat,terapi non
farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana termasuk pengelolaan
stress dan kecemasan merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Penanganan non
farmakologis yaitu menciptakan keadaan rileks, mengurangi stress dan menurunkan
kecemasan. Terapi non farmakologi diberikan untuk semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit
lainnya.
b. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan yang dalam
kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi seperti :
angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium chanel dan lainnya.
Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap kompleks karena tekanan
darah cenderung tidak stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Keterangan
: Meninggal dunia
: pria
: wanita
5. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Pasien memiliki penyakit hipertensi dengan TD : 150/120, pasien selalu minum
obat rutin kadang pasien pada saat tekanan darah tinggi pasien mengeluh leher
nya sakit.
Pasien di unit rehabilitasi sosia dan keluarga
1) Keluhan utama dalam 1tahun terakhir : pasien mengatakan secara bertahap
leher nya kenceng dan aktivitas pasien menjadi tergangu karena leher nya
kenceng
2) Gejala yang dirasakan : leher kenceng pada saat tensi tinggi
3) Faktor pencetus : karena makan – makanan yang berlemak seperti gorengan
4) Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak (√) Bertahap
5) Upaya mengatasi : pad saat pasien merasakan leher nya kenceng pasien
mengatasinya dengan istirahat, minum obat tensi dan mengurangi makanan
yang mengakibatkan leher kenceng dan tensi naik
b. Riwayat Kesehtan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : Pasien mengatakan tidak ada masalah dari
riwayat kesehatan lalunya hanya sakit gigi karena giginya berlubang
2) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu dll) : tidak ada
3) Riwayat kecelakaan : tidak ada
4) Riwayat pernah dirawat di RS : tidak ada
5) Riwayat pemakaian obat : Candesartan 1x1 (8 mg), Amlodipine Besilate
1x1 (5mg).
6. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Pasien tidak mempunyai kebiasan merokok, minuman keras, ketergantungan
terhadap obat.
b. Nutrisi metabolik
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari makan 3x sehari, nafsu makan biasa
selalu dihabiskan, makanan yang tidak disukai tidak ada, alergi terhadap
makanan tidak ada, pantanga makanan yaitu jeroan dan gorengan, keluhan yang
berhubungan dengan makan yaitu makan yang berlemak lalu makan yang
minyaknya banyak pasien langsung tekanan darah langsung tinggi.
Saat sakit : Pasien mengatakan sehari makan 3x sehari, nafsu makan biasa selalu
dihabiskan, makanan yang tidak disukai tidak ada, alergi terhadap makanan
tidak ada, pantanga makanan yaitu jeroan dan gorengan, keluhan yang
berhubungan dengan makan yaitu makan yang berlemak lalu makan yang
minyaknya banyak pasien langsung tekanan darah langsung tinggi.
c. Eliminasi
1) BAK
Sebelum sakit : Frekuensi banyak ketika minum air putih banyak dan
waktunya pada saat bangun berwarna kuning kuning jernih, kebiasaan BAK
pada malam hari sebanayak 2x, keluhan berhubungan dengan BAK tidak
ada.
Saat sakit : Frekuensi banyak ketika minum air putih banyak dan waktunya
pada saat bangun berwarna kuning kuning jernih, kebiasaan BAK pada
malam hari sebanayak 2x, keluhan berhubungan dengan BAK tidak ada.
2) BAB
Sebelum sakit : Frekuensi sedang BAB padat, BAB 3x sehari, tidak ada
keluhan dalam BAB dan tidak pernah menggunakan pencahar.
Saat sakit : Frekuensi sedang BAB padat, BAB 3x sehari, tidak ada keluhan
dalam BAB dan tidak pernah menggunakan pencahar.
d. Aktivitas pola latian
Sebelum sakit : mandi 2x sehari, selalu gosok gigi dan keramas, pasien aktivitas
dirumah yaitu bersih – bersih rumah, tidak ada masalah dengan aktivitas,
paseien selalu mandiri dalam keseharian.
Saat sakit : mandi 2x sehari, selalu gosok gigi dan keramas, pasien aktivitas
dirumah yaitu bersih – bersih rumah, pada saat tensi naik pasien masih
beraktivitas seperti biasa dan selalu mandiri tetapi diperbanyak istirahat.
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : lama tidur 7 jam, jarang tidur siang, tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan tidur.
Saat sakit : lama tidur 5 jam sering terbangun, jarang tidur siang, tidak ada
keluhan yang berhubungan dengan tidur.
f. Pola kognitif persepsi
Sebelum sakit : untuk masalah penlihatan pasien kabur karena menggunakan
kacamata (-), tidak ada maslah pendengaran, tidak ada kesulitan membuat
keputusan pasien selalu mengambil keputusan dengan diri sendri.
Saat sakit : untuk masalah penlihatan pasien kabur karena menggunakan
kacamata (-), tidak ada maslah pendengaran, tidak ada kesulitan membuat
keputusan pasien selalu mengambil keputusan dengan diri sendri.
g. Persepsi diri- pola konsep diri
Pasein mengatakan memandang dirinya itu aktif dalam organisasi dan orang
memandang pasein juga aktif dan gesit meskipun sudah lansia.
h. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan suka bergaul dengan orang lain.
i. Sexualitas
Pasein mengatakan cerai mati
j. Koping – pola tolerasi stress
Pasien mengatakan tidak ada yang mnyebabkan stress karena pasein
mengatakan hidup itu harus senang
k. Nilai – pola keyakinan
Pasien menganut agama Kristen, pasien sering kegereja setelah pandemic
pasien tidak pernah kegereja, pasien selalau hadir dalam doa bersama selama
pandemic menggunakan meet, pasien juga rajin untuk membaca alkitab.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : composmentis
b. TTV : 150 / 120 mmHg
c. BB/TB : 56kg / 159cm
d. Kepala
1) Rambut : beruban
2) Mata : sclera non ikterik
3) Telinga : tidak terdapat serum, pendengaran baik
4) Mulut, gigi dan bibir : mokusa bibir kering, mulut kering, gigi ompong
e. Dada : simetris, tidak ada pembengkakan, sonor, tidak ada nyeri tekan
f. Abdomen : simetris, terdengar bising usus 20x, tidak ada nyeri tekan, timpani
g. Kulit : keriput
h. Ekstermitas atas : simetris, terdengar bising usus 20x, tidak ada nyeri tekan,
timpani
i. Ekstermitas bawah : sering nyeri dan kesemutan
8. Pengkajian kusus :
a. Status fungsional (Katz indeks) : Nilai A (kemandirian dalam hal makan,
kontinen (BAK/BAB), berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian)
b. Fungsi kognitif SPMSQ : Fungsi intelektual utuh,
karena salah 0 dari 10 soal yang di ujikan
c. APGAR Keluarga : Total nilai 8 menandakan Ny.A tidak
ada disfungsi keluarga
d. Skala depresi : Depresi tidak ada / depresi
minimal, karena hanya terdapat 3 poin yang berlainan dengan
nilai rujukan normal.
e. Morse Fall Scale : nilai 0. Menandakan Ny.S
tidak memiliki resiko jatuh.
f. Norton scale : nilai 20. Menandakan tidak
ada resiko dekubitus pada Ny.A
INDEKS KATZ
Analisi hasil :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
SKALA DEPRESI BECK
PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA “Beck & Decle,1972”
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan in
membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Analis Hasil
0-6 Depresi tidak ada atau minimal
7-13 Depresi ringan
14-21 Depresi sedang
22-39 Depresi berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
ALAT SKRINING SINGKAT YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
MENGKAJI FUNGSI SOSIAL LANSIA
Nama klien :Ny.A Tanggal :18/4/2022
Jenis kelamin :Perempuan Umur :65thn
Agama :Kristen TB/BB:158cm/56kg
Pendidikan :SMA Gol.Darah :-
Alamat : wahyu utomo, wahyu asri IV/D145
SKALA NORTON
MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS LANSIA
Keterangan:
F. IMPLEMENTASI
- Mengajarkan Ds : Ny.A
tekhnik non mengatakan mau
farmakologis menerima masukan
untuk tentang teknik non
menstabilkan farmakologis
tekanan darah hipertensi
Do: tampak Ny.A
kooperatif
- Ajarkan pola
tidur efktif Ds : Ny.A
mengatakan hanya
tidur 5 jam sehari
Do: tampak kantung
mata tebal dan
- Anjurkan hitam
minum obat jika
perlu Ds : Ny.A
mengatakan kadang
minum amlodipine
jika tekanan darah
tinggi dan
kesemutan
Do: tampak Ny.A
memperlihatkan
obatnya
18/4/2022 Nyeri akut b.d - Melakukan DS : Ny. A
16.05 WIB agen pencedera pengkajian mengatakan kakinya
fisiologis nyeri PQRST nyeri dan
kesemutan.
Do :
P : nyeri pada
radang sendi
Q : seperti di remas-
remas
R : terasa dibagian
kaki
S : skala nyeri 5
T : setelah
- Mengajarkan melakukan aktivitas
tekhnik berat
relaksasi nafas
dalam Ds : Ny.A
Mengatakan belum
tahu cara relaksasi
nafas dalam.
Do : Ny.A
- Kolaborasi Kooperatif dan
pemberian obat, mengikuti arahan
jika perlu yang diajarkan
Ds : Ny.A
Mengatakan tidak
minum obat pereda
nyeri dan hanya
memakaikan
minyak
tawon/minyak
pereda nyeri seperti
cpunterpain
Do : tampak Ny.A
memperlihatkan
minyak pereda nyeri
19/4/2022 Resiko perfusi - Melakukan Ds : Ny. A
15.30 WIB serebral tidak TTV mengatakan tensi
efektif b.d nya berangsur
factor resiko membaik.
DO : TD: 143/98
Nadi : 87x/mnt
RR : 23x.mnt
- Mengevaluasi Ds : Ny.A
tekhnik non mengatakan sudah
farmakologis melakukan teknik
untuk non farmakologis
menstabilkan yang diajarkan
tekanan darah Do: tampak Ny.A
yang telah kooperatif
diajarkan
- Ajarkan pola Ds : Ny.A
tidur efktif mengatakan masih
hanya tidur 5 jam
sehari
Do: tampak kantung
mata tebal dan
- Anjurkan hitam
minum obat jika
perlu Ds : Ny.A
mengatakan hari ini
tidak minum
amlodipine
Do: tampak Ny.A
tidak
memperlihatkan
obatnya
19/4/2022 Nyeri akut b.d - Melakukan DS : Ny. A
15.35 WIB agen pencedera pengkajian mengatakan kakinya
fisiologis nyeri PQRST masih nyeri dan
kesemutan.
Do :
P : nyeri pada
radang sendi
Q : seperti di remas-
remas
R : terasa dibagian
kaki
S : skala nyeri 4
T : setelah
- Mengevaluasi melakukan aktivitas
tekhnik berat
relaksasi nafas
dalam Ds: Ny.A
mengatakan
melakukan tekhnik
relaksasi nafas
dalam
- Kolaborasi Do : tampak Ny.A
pemberian obat, bisa melakukan
jika perlu secara mandiri
Ds : Ny.A
mengatakan hanya
memberikan minyak
zaitun
Do : tampak bekas
minyak kayu putih
di sebelah Ny.A
20/4/2022 Resiko perfusi - Melakukan Ds : Ny. A
16.30 WIB serebral tidak TTV mengatakan tensi
nya sering tinggi
efektif b.d tapi tidak setinggi
factor resiko kemarin
DO : TD: 132/90
Nadi : 88x/mnt
RR : 24x.mnt
- Mengajarkan Ds : Ny.A
tekhnik non mengatakan mau
farmakologis menerima masukan
untuk tentang teknik non
menstabilkan farmakologis
tekanan darah hipertensi
Do: tampak Ny.A
kooperatif
- Ajarkan pola
tidur efktif Ds : Ny.A
mengatakan tidur 7
jam sehari
Do: tampak kantung
- Anjurkan mata sudah
minum obat jika berkurang
perlu
Ds : Ny.A
mengatakan tidak
minum amlodipine
Do: tampak Ny.A
memperlihatkan
obatnya
20/4/2022 Nyeri akut b.d - Melakukan DS : Ny. A
16.45 WIB agen pencedera pengkajian mengatakan kakinya
fisiologis nyeri PQRST masih nyeri dan
kesemutan.
Do :
P : nyeri pada
radang sendi
Q : seperti di remas-
remas
R : terasa dibagian
kaki
S : skala nyeri 3
T : setelah
- Mengevaluasi melakukan aktivitas
tekhnik berat
relaksasi nafas
dalam Ds: Ny.A
mengatakan
melakukan tekhnik
relaksasi nafas
dalam
- Kolaborasi Do : tampak Ny.A
pemberian obat, bisa melakukan
jika perlu secara mandiri
Ds : Ny.A
mengatakan hanya
memberikan minyak
kayu putih
Do : tampak bekas
minyak kayu putih
di sebelah Ny.A
G. EVALUASI