Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

HYPERTENSIVE HEART DISEASE DI RUANG ICU


RSUD INDRAMAYU

Disusun Untuk Memenuhi Salah Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :

ENES ASTRIANI

R210415023

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INDRAMAYU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN HYPERTENSIVE HEART DISEASE

A. PENGERTIAN

Hipertensi atau lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu

keadaan dimana sesorang mengalami peningkatan darah diatas normal yaitu

lebih dari 140/90 mmHg. Definisi lain menyebutkan, Hipertensi adalah

keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik

lebih dari 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2015).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan

hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme

pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2011)

Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk

menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle

hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit

jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik

secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012).

Hypertensive Heart Disease adalah istilah yang digunakan secara umum

untuk penyakit jantung, seperti LVH (Left Ventricle Hypertrophy), CHD

(Coronary Heart Disease) dan CHF (Congestive Heart Failure). LVH adalah

penyakit yang terjadi saat tekanan darah tinggi yang membuat jantung menjadi

sulit untuk memompa darah.


B. ETIOLOGI

Menurut Morton (2012), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat

dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu :

1. Hipertensi Esensial

Sampai saat ini penyebab Hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.

2. Hipertensi Primer

Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.

Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan.

3. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu

seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan

vaskuler dan lain-lain.

4. Hipertensi Maligna

Adapun penyebab paling umum pada penderita Hipertensi maligna adalah

Hipertensi yang tidak terobati.

C. PATHOFISIOLOGI

Pada stadium permulaan hipertensi, hipertropi yang terjadi konsentrik

(difus). Belum ada perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel

kiri. Pada stadium selanjutnya, akibat hipertensi yang terus menerus, maka

hipertropi menjadi tak teratur (eksentrik). Pada kondisi ini terjadi penurunan

fungsi pompa ventrikel secara menyeluruh yang berakibat pada penurunan

fraksi injeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik,


peningkatan konsumsi oksigen otot jantung, serta penurunan efek mekanik

pompa jantung. Kondisi ini akan lebih diperburuk bila terjadi penyakit jantung

koroner.

Pada kondisi hypertrophy maka tekanan perfusi pada koroner akan

meningkat dan diikuti dengan peningkatan tahanan pembuluh koroner. Sebagai

akibatnya cadangan aliran darah koroner akan berkurang. Ada dua factor utama

penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu:

1. Penebalan arteri koroner, yaitu bagian dari hiprtrophy umum otot polos

pembuluh darah seluruh tubuh. Kemudian terjadi retensi garam dan air

yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh darah dan

meningkatnya tahanan perifer.

2. Peningkatan hypertrophy mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler

unit otot jantung terutama pada hypertrophy eksentrik.

Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,

meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan

aktivitas mekanik ventrikel kiri (Mansjoer, 2011).


D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Alsagaff (2012), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan

menjadi dua, yaitu :

1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.


2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai

hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

Pada stadium dini hipertensi, akan tampak tanda-tanda akibat adanya

rangsangan simpatik yang kronik. Jantung berdenyut lebih cepatdan kuat.

Terjadi hiper sirkulasi yang mungkin diakibatkan oleh peningkatan aktifitas

dan system neurohumoral disertai dengan hipervolumia. Pada stadium lanjut,

akan timbul mekanisme kompensasi pada otot jantung berupa hipertropi

ventrikel kiri dan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer. Akan tampak

sesaknafas pada pasien oleh karena adanya gangguan diastolik.

E. KOMPLIKASI

Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014): Penyakit jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.

Komplikasi pada Ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya

glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan

nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.

Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan

menyebabkan edema.

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak


mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-

daerah yang diperdarahi berkurang. Pada mata komplikasi berupa perdarahan

retina, gangguan penglihatan, hingga kebutaan.

F. PENATALAKSAAN MEDIS

Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam

dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan

pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang

dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik

dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam

strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Somantri (2013)

yaitu:

1. Pengaturan Diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan

atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa

memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :

a. Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam

dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan

pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system

renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti

hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau

setara dengan 3-6 gram garam per hari.


b. Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi

mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena

dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric

oxide pada dinding vascular.

c. Diet kaya buah dan sayur.

d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

e. Tidak mengkomsumsi Alkohol.

2. Olahraga Teratur

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki

keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi

endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.

Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu

sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

3. Penurunan Berat Badan

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan

dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah

hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan

berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan

dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena

umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung

simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi


aritmia. Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan

MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya

dengan obat antihipertensi.

4. Farmakoterapi

Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat

menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,

beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel

blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator

seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau

lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.


G. PENGKAJIAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari

berbagai sumber data untuk engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status

kesehatan klien. (Nursalam 2011)

Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan

orang terdekat lainnya melalui percakapan dan pengamatan :

1. Identitas klien

2. Riwayat kesehatan :

a. Riwayat kesehatan sekarang

b. Riwayat kesehatan dahulu

c. Riwayat kesehatan keluarga

3. Pemeriksaan fisik.

Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital

4. Pemeriksaan diagnostic

a. Jadwal rutin pemantauan tekanan darah

b. Rontgen foto

c. Pemeriksaan hematologi

d. Pemeriksaan urinalisa

e. Elektrokardiografi (EJG)

f. Pemeriksaan kimia darah


H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Somantri (2013), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi

Heart Disease (HHD), yaitu :

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

2. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

ginjal dan jantung.

3. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.

4. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.

5. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi.

6. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7. Foto dada dan CT scan.

I. INFORMASI TAMBAHAN

a. Terapi yang diberikan adalah terapi farmakologis

b. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan


J. ANALISA DATA

No Data Senjang Etiologi / Masalah


Penyebab Keperawatan
DS dan DO

1. DS : Hypertensive Penurunan
Heart Disease Curah Jantung
- Palpitasi
(D0008)
- Lelah
- Dyspnea
Hipertrofi
DO : ventrikel kiri

- Bradikardia/Takikardia Volume sekuncup


- Gambaran EKG menurun, volume
aritmia residu meningkat
- Edema
- Distensi vena jugularis
- CVP Penurunan Curah
meningkat/menurun Jantung
- Hepatomegali
- TD
meningkat/menurun

2. DS : Dyspnea Hypertensive Pola Nafas


Heart Disease Tidak Efektif
DO :
(D0005)

- Penggunaan otot bantu


pernapasan Hipertrofi
- Fase ekspirasi ventrikel kiri
memanjang
- Pola napas abnormal Volume sekuncup
menurun, volume
residu meningkat

Tekanan atrium
kiri meningkat

Transudasi cairan
interstitial paru

Cairan masuk
alveoli

Edema paru

Sesak

Pola Nafas Tidak


Efektif

3. DS : Hypertensive Intoleransi
Heart Disease Aktivitas
- Mengeluh lelah
DO : (D0056)

- Frekuensi jantung Hipertrofi


meningkat >20% dari ventrikel kiri
kondisi istirahat
- Tekanan darah
berubah >20% dari Volume sekuncup
kondisi istirahat menurun, volume
- Gambaran EKG residu meningkat
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG Suplai O2 dan
menunjukkan iskemia nutrisi menurun
- Sianosis
-
Pemenuhan O2
nutrisi terganggu

Pembentukan
ATP terganggu

Kelelahan

Aktivitas
terganggu
Intoleransi
Aktivitas

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas d.d palpitasi,

lelah

2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah


L. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI KEPERAWATAN

No
Perencanaan Keperawatan
Dx
Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah di lakukan tindakan 3x24 jam Perawatan Jantung
diharapkan penurunan curah jantung 1. Identifikasi tanda dan 1. Untuk mengetahui tanda
dapat teratasi dengan kriteria hasil: gejala primer dan gejala primer
Indikator IR ER penurunan curah penurunan curah jantung
Palpitasi 3 5 jantung 2. Mengurangi resiko
Takikardia 3 5 2. Berikan diet jantung penurunan curah jantung

Lelah 3 5 yang sesuai 3. Agar jantung tetap sehat

Edema 3 5 3. Anjurkan berhenti 4. Mencegah aritmia

Dispnea 3 5 merokok
4. Kolaborasi pemberian
antiaritmia
2 Setelah di lakukan tindakan 3x24 jam Terapi Oksigen
diharapkan pola nafas tidak efektif 1. Monitor kecepatan 1. Untuk memenuhi
dapat teratasi dengan kriteria hasil: aliran oksigen kebutuhan O2
Indikator IR ER 2. Berikan oksigen 2. Mengurangi sesak
Tekanan 2 4 tambahan 3. Agar pasien mengerti
ekspirasi 3. Ajarkan cara 4. Untuk memenuhi
Tekanan 2 4 menggunakan oksigen kebutuhan O2
inspirasi dirumah
Dispnea 2 4 4. Kolaborasi penentuan
Frekuensi 2 4 dosis O2
nafas
3 Setelah di lakukan tindakan Manajemen Energi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor pola dan jam 1. Untuk mengetahui pola
diharapkan intoleransi aktivitas dapat tidur tidur pasien
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Berikan aktivitas 2. Agar pasien mampu
Indikator IR ER distraksi yang rileks
Frekuensi 3 5 menenangkan 3. Untuk memulihkan
nadi 3. Anjurkan tirah baring energi
Saturasi O2 3 5 Terapi Aktivitas 4. Untuk membantu pasien

Keluhan lelah 3 5 4. Kolaborasi dengan aktivitas bertahap


Tekanan 3 5 terapi okupasi dalam
Darah memonitor program
Frekuensi 3 5 aktivitas
nafas
M. DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, 2012. Buku Ajar Kardiovaskuler. Edisi 3. Jakarta : Selemba Medikal

Brunner & Suddarth, 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.
EGC.
Mansjoer, 2011. Buku keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Morton, 2012. Aplikasih keperawatan medikal bedah Dalam keperawatan.


Tanggerang : ilmu Medika
Nursalam, 2011. Asuhan keprawatan medikal bedah. Edisi 2. Surabaya:
Somantri, 2013. Asuhan eperawatan Pada kardiovaskuler. Taggerang : Ilmu
medis

Anda mungkin juga menyukai