Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HHD (Hipertensi Heart Disease)


Disusun untuk memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Ida Rosidawati, M. Kep., Ns

Oleh :
Silvia Nur
NIM. C1914201013
4A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH TASIKMALAYA
2022
1. Definisi
 Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri,
2008)
 Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.
(Paula, 2009)
 Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan
penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH),
aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang
disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. (Morton, 2012).

2. Etiologi
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1). Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2). Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a). Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b). Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c). Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3). Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a). Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b). Kegemukan atau makan berlebihan.
c). Stress.
d). Merokok.
e). Minum alcohol.
f). Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.


1). Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2).Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol,
Vaskulitis.
3). Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4). Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5). Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1). Elastisitas dinding aorta menurun.
2). Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3). Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4). Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5). Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang
terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer
dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah
derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti
rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-
angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi
pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan
terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).
Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang
berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat
terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik
menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya
volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi
pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol
dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel
kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner, yaitu :
a). Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh
darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi
retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-
pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
b). Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat
otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel
kiri. (Chang, 2009)
4. Manifestasi Klinis
pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema
pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan angina adalah gejala yang menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipake berkontrasi melawan tekanan sistemik yang meningkat.
Apabia jantung tidak mampu lagi anahan peningkatkan beban kerja, maka dapat terjadi
gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi sebagai nokturis
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroks atau
serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan pada penderita
hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark otak mencapai 80%.

5. Klasifikasi
1. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya (90%)
2. Hipertensi Sekunder Penyebabnya dapat ditentukan (10%), antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme) dll.

6. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta
blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan
vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih
obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease
(HHD), yaitu :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
2. Pemeriksaan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.
7. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
8. Foto dada dan CT scan.
8. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit
diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit
diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman
(2008), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
a.Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
b.Diet kaya buah dan sayur.
c.Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
d.Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga
bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin
plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
 Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau
gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan seperti
NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau
menggunakannya dengan obat antihipertensi.

9. Komplikasi :
- Aterosklerosis
- Aneurisma
- Penyakit arteri perifer
- Penyakit arteri koroner
- Pembesaran ventrikel kiri jantung
- Serangan jantung
- Gagal jantung
- Glomerulosklerosis
- Aneurisma arteri ginjal
- Penyakit ginjal kronis
- Gagal ginjal
- Kebutaan
- Stroke
- Transcient ischemic attack atau stroke ringan
- Kesulitan dalam mengingat, fokus atau demensia
- Sindrom metabolik
- Disfungsi seksual
10. Diet / Nutrisi

- Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam maupun makanan
bersodium tinggi, seperti makanan dalam kemasan (makanan kalengan), dan makanan
cepat saji.
- Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula tinggi.
Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan mengandung lemak trans.
- Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu rendah lemak.
- Mengonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan makanan dengan gandum
utuh.

11. Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai sumber data untuk engevaluasi
dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan klien. (Nursalam 2001 : 17)
Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang terdekat
lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
1) Identitas klien :
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status marital, suku
bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no.rekam medis, ruang dan
alamat.
Identitas penanggung jawab :
Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat kesehatan :
a) Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi
paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time (PQRST).
b) Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai
dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat dan yang memperingan kualitas
dari keluhan dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
c) Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami klienyang
berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti riwayat penyakit kandung
kemih (gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat
penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang menular/keturunan.
Pemeriksaan fisik.
1. Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
2. Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya positif, bisa
membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
3. Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, septum letar
ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi sinus frontalis dan sinus
maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah, tidak terdapat retraksi dinding dada,
frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru resonan.
4. Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab, jumlah
gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil refleks menelan,
bentuk abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
5. Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis, peningkatan JVC, bunyi
jantung 5152 tekanan darah.
6. Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri tekan.
7. Sistem persyarafan dikaji :
- sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
- Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
- Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan rangsangan.
- Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lemfe, dan
menanyakan riwayat penyakit DM.
- Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna kulit, kepala.
- Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
– Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya hidup, dan pola
interaksi melalui wawancara / menanyakan kepada orang terdekat (keluarga).
– Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri, immage, harga
diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
– Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di rumah sakit.
Pemeriksaan diagnostik
a. Jadwal rutin pemantauan tekanan darah
b. Rontgen foto
c. Pemeriksaan hematologi
d. Pemeriksaan urinalisa
e. Elektrokardiografi (EJG)
f. Pemeriksaan kimia darah

12. Analisa Data


No Data Etiologi (Pathway) Masalah Keperawatan
1. Ds : Suplai darah ke otak
-Klien mengatakan menurun
sakit kepala Nyeri Akut
-Klien mengatakan Hipoksia Cerebral
nyeri dirasakan
dibagian belakang Merangsang
pengeluaran
kepala
mediator kimia
-Klien mengatakan (histamine,
merasa pusing prostaglandin,
-Klien mengatakan bradikinin)
nyeri dirasakan
terus menerus Informasi tranduksi
-Klien mengatakan trasmisi modula
nyeri diperberat menurun
bila klien duduk
dan diperingan Nyeri dipersepsikan
pada saat klien
Nyeri dikepala
istirahat

Do :
-TD 160/100 mmhg
-Klien tampak
meringis
-Nyeri skala 6

2. Ds : Riwayat Hipertensi Penurunan Curah Jantung


-Mengeluh sesak 2 tahun tidak
nafas sejak 3 jam terkontrol
sebelum masuk
rumah sakit. Beban jantung
-Sesak yang meningkat
dirasakanterus
menerus terasa Jantung
seperti ditimpa membengkak
beban berat.
-Pasien Jantung tidak dapat
jugamengeluh berkontraksi secara
sesak apabila normal
melakukan
aktivitas ringan Gagal jantung
sampai berat.
Daya pompa jantung
Do : menurun
-Setahun yang lalu
pasien di diagnose Gagal pompa
pembekakan ventrikel
jantung.
Penurunan Curah
-Riwayat hipertensi
Jantung
tidak terkontrol
2tahun yang lalu.
-Hasil pemeriksaan
fisik: pasien
tampak lemah,
pucat,ekstermitas
seanosis dan
keringat
dingin,tumit dan
tungkai bawah
bengkak.
-TD : 160/110
mmhg
-N : 100x/menit
-RR : 34x/ menit
-DVJ
-Auskultasi
thorak ;ronki di
kedua lapang paru,
BJ 1 &BJ 2
reguler, Mur-mur ;
-, Gallop
+.Abdomen
asites,hepatomigali.
-Pemeriksaan EKG
:irama sinus, axis
normal, HR 75
x/m,Gel P normal,
PR int0,12 dtk,
QRS komp0,06
dtk, ST-Tchange
(-) Kesa.n : Normal
3. Ds : Vasokontriksi Intolerasi Aktivitas
-Klien mengatakan
tidak mampu Pembuluh darah
memenuhi
kebutuhan After load
aktivitasnya karena meningkat
klien merasa lemah
-Klien mengatakan Metabolisme
sebagian aktivitas menurun
dilakukan dengan
bantuan keluarga Penyediaan energy
menurun
Do :
-Klien hanya Kelemahan fisik
duduk atau
berbaring di tempat Intoleransi
tidur aktivitas
-Klien tampak
lemah
13. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi heart desease
adalah;
1.Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya keluhan nyeri
pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya perubahan tingkat kesadaran,
perubahan nadi,tensi.
2.Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard,
perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur ventrikel kiri ditandai dengan
takikardi, disritmia, perubahan tekanan darah, bunyi jantung ekstra (S3, S4), nyeri dada,
nadi perifer tak teraba, ekstremitas dingin.
3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai dengan adanya
ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap aktivitas abnormal, adanya
perasaan tidak nyaman saat beraktivitas, dispnoe, adanya tanda-tanda iskemik yang dapat
dilihat dari hasil pemeriksaan EKG.

14. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah 1. Meminimalkan
berhubungan dilakukan tindakan stimulasi dan
dengan iskemik perawatan meningkatkan relaksasi.
jaringan ditandai diharapkanpasien 2. Tindakan yang
dengan adanya mampu melaporkan menurunkan tekanan
keluhan nyeri adanya pengurangan vascular dan memblok
pada dada, wajah rasa nyeri/nyeri respon simpatis efektif
meringis, gelisah terkontrol, pasien mengurangi rasa sakit dan
sampai adanya mampu komplikasinya.
perubahan tingkat mengungkapkan 3. Aktivitas vasokonstriksi
kesadaran, metode pengurangan akan meningkatkan
perubahan nyeri, pasien tekanan vascular jantung.
nadi,tensi. mengikuti theraphy 4. Untuk menurunkan/
farmakologi yang mengontrol nyeri dengan
diberikan untuk mengontrol rangsangan
mengurangi nyeri. system saraf simpatis.

INTERVENSI :
1. Pertahankan tirah
baring pada fase akut
2. Lakukan tindakan
distraksi dan
relaksasi, ciptakan
lingkungan yang
tenang
3. Minimalkan
aktivitas
vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan
nyeri seperti batuk
panjang,
membungkuk dll.
4. Kolaborasi
pemberian analgesic

2. Penurunan curah Setelah 1. Biasanya terjadi


jantung dilakukan tindakan takikardi sebagai
berhubungan perawatan kompensasi penurunan
dengan perubahan diharapkan pasien kontraktilitas ventrikel.
kontraktilitas menunjukan tanda 2. Irama gallop umum
miokard, vital dalam batas dihasilkan dari ventrikel
perubahan irama yang dapat diterima, yang distensi
dan frekuensi bebas dari gejala 3. Pucat menunjukan
jantung, peubahan gagal jantung, penurunan perfusi akibat
struktur ventrikel penurunan curah jantung
kiri ditandai INTERVENSI : 4. Untuk mengetahui
dengan takikardi, 1. Kaji frekuensi dan adekuatnya perfusi
disritmia, irama jantung serebral terhadap
perubahan 2. Catat bunyi penurunan curah jantung.
tekanan darah, jantung 5. stress menghasilkan
bunyi jantung 3. Kaji kulit terhadap vaso konstriksi yang
ekstra (S3, S4), pucat dan sianosis meningkatkan tekanan
nyeri dada, nadi 4. Kaji perubahan darah dan meningkatkan
perifer tak teraba, pada sensori seperti frekuensi kerja jantung
ekstremitas letargi, bingung, 6.Untuk meningkatkan
dingin. cemas, depresi. kesediaan oksigen untuk
5. Berikan istirahat kebutuhan miokard dan
dengan lingkungan jaringan serta melawan
yang tenang, Bantu efek hipoksia.
pasien menghindari 7. vasodilator digunakan
stress untuk meningkatkan curah
6. Kolaborasi jantung
pemberian oksigen
dengan kanul/masker
sesuai indikasi.
7. Kolaborasi
pemberian
vasodilator

3. Intoleransi Setelah 1. Dengan mengetahui


aktivitas dilakukan tindakan parameter tersebut, akan
berhubungan perawatan membantu mengkaji
dengan kelelahan diharapkan pasien respon fisiologis terhadap
umum ditandai mampu stress aktivitas dan bila
dengan adanya berpartisipasi dalam muncul berarti terjadi
ungkapan verbal aktivitas yang kelebihan tingkat aktivitas
tentang diinginkan, 2. Tehnik menghemat
kelemahan, melaporkan energi mengurangi
respon tensi peningkatan penggunaan energi dan
terhadap aktivitas toleransi terhadap membantu keseimbangan
abnormal, adanya aktivitas yang dapat antara suplai dan
perasaan tidak diukur. kebutuhan oksigen.
nyaman saat 3. Aktivitas bertahap
beraktivitas, INTERVENSI : mencegah peningkatan
dispnoe, adanya 1. Kaji respon pasien kerja jantung secara tiba-
tanda-tanda terhadap aktivitas, tiba, memberibantuan
iskemik yang perhatikan adanya sesuai kebutuhan akan
dapat dilihat dari perubahan tanda mendorong memandirikan
hasil pemeriksaan vital, dipsnoe, nyeri pasien dalam beraktivitas.
EKG. dada, kelelahan yang
berlebihan.
2. Intruksikan pasien
tentang cara
penghematan energi
dan lakukan aktivitas
secara perlahan.
3. Dorong pasien
untuk melakukan
aktivitas secara
bertahap jika dapat
ditolerir, beri
bantuan sesuai
dengan kebutuhan.

15. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan pada klien dengan hipertensi menurut Aspiani
(2016 : 229) adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis keperawatan : Nyeri akut
1) Klien mengidentifikasi metode penghilangan nyeri
2) Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
3) Klien mendemostrasikan keterampilan teknik relaksasi dan
distraksi
b. Diagnosis keperawatan : Penurunan curah jantung
1) Klien melaporkan atau menunjukkan tidak ada tanda dispnea,
angina dan disritmia.
c. Diagnosis keperawatan : Intoleransi aktivitas
1) Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas
2) Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi
aktivitas
16. Jurnal Keperawatan
Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
P : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di RSUD dr.
Loekmono Hadi Kudus dengan sampel sebanyak 25 pasien.
I : Jenis penelitian ini adalah accidental sampling
C : Tidak ada perbandingan
O : Hasil penelitian ini menunjukkan Ada pengaruh yang signifikan antara tekanan
darah sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien
hipertensi. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam sebesar 153, 80 mmHg dan 142, 56 mmHg. Sedangkan pada
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah sebesar 94, 40 mmHg dan 84, 80
mmHg. Dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara tekanan darah
sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi
yaitu p value 0,000 (p< 0,000).
T : 2017
REFERENSI

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/
document/392657799/LAPORAN-PENDAHULUAN-
HHD&ved=2ahUKEwiy6f6vnfT7AhXyZWwGHaJOA98QFnoECBUQAQ&usg=AO
vVaw1hyi31ZRMc_PeGZmO9r2w0
https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/komplikasi-hipertensi/?amp=1
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/klasifikasi-hipertensi
https://id.scribd.com/document/360547227/Askep-Hipertensi-Analisa-Data
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/069_Nur%2520Mei
%2520Rosalina.pdf&ved=2ahUKEwie1MnPl_b7AhW0U2wGHf1kD5EQFnoECBE
QAQ&usg=AOvVaw0R3EIuKW32HzkCP1-f1l1y
Wijayanti, S., & Wulan, E. S. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di RSUD dr. Loekmono Hadi
Kudus. Prosiding HEFA (Health Events for All), 1(1).

Anda mungkin juga menyukai