Oleh :
Silvia Nur
NIM. C1914201013
4A
2. Etiologi
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1). Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2). Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a). Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b). Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c). Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3). Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a). Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b). Kegemukan atau makan berlebihan.
c). Stress.
d). Merokok.
e). Minum alcohol.
f). Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
3. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang
terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer
dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah
derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti
rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-
angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi
pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan
terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).
Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang
berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat
terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik
menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya
volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi
pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol
dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel
kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner, yaitu :
a). Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh
darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi
retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-
pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
b). Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat
otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel
kiri. (Chang, 2009)
4. Manifestasi Klinis
pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema
pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan angina adalah gejala yang menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipake berkontrasi melawan tekanan sistemik yang meningkat.
Apabia jantung tidak mampu lagi anahan peningkatkan beban kerja, maka dapat terjadi
gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi sebagai nokturis
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroks atau
serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan pada penderita
hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark otak mencapai 80%.
5. Klasifikasi
1. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya (90%)
2. Hipertensi Sekunder Penyebabnya dapat ditentukan (10%), antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme) dll.
6. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta
blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan
vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih
obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease
(HHD), yaitu :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
2. Pemeriksaan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.
7. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
8. Foto dada dan CT scan.
8. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit
diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit
diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman
(2008), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
a.Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
b.Diet kaya buah dan sayur.
c.Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
d.Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga
bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin
plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau
gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan seperti
NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau
menggunakannya dengan obat antihipertensi.
9. Komplikasi :
- Aterosklerosis
- Aneurisma
- Penyakit arteri perifer
- Penyakit arteri koroner
- Pembesaran ventrikel kiri jantung
- Serangan jantung
- Gagal jantung
- Glomerulosklerosis
- Aneurisma arteri ginjal
- Penyakit ginjal kronis
- Gagal ginjal
- Kebutaan
- Stroke
- Transcient ischemic attack atau stroke ringan
- Kesulitan dalam mengingat, fokus atau demensia
- Sindrom metabolik
- Disfungsi seksual
10. Diet / Nutrisi
- Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam maupun makanan
bersodium tinggi, seperti makanan dalam kemasan (makanan kalengan), dan makanan
cepat saji.
- Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula tinggi.
Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan mengandung lemak trans.
- Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu rendah lemak.
- Mengonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan makanan dengan gandum
utuh.
Do :
-TD 160/100 mmhg
-Klien tampak
meringis
-Nyeri skala 6
INTERVENSI :
1. Pertahankan tirah
baring pada fase akut
2. Lakukan tindakan
distraksi dan
relaksasi, ciptakan
lingkungan yang
tenang
3. Minimalkan
aktivitas
vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan
nyeri seperti batuk
panjang,
membungkuk dll.
4. Kolaborasi
pemberian analgesic
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/
document/392657799/LAPORAN-PENDAHULUAN-
HHD&ved=2ahUKEwiy6f6vnfT7AhXyZWwGHaJOA98QFnoECBUQAQ&usg=AO
vVaw1hyi31ZRMc_PeGZmO9r2w0
https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/komplikasi-hipertensi/?amp=1
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/klasifikasi-hipertensi
https://id.scribd.com/document/360547227/Askep-Hipertensi-Analisa-Data
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/069_Nur%2520Mei
%2520Rosalina.pdf&ved=2ahUKEwie1MnPl_b7AhW0U2wGHf1kD5EQFnoECBE
QAQ&usg=AOvVaw0R3EIuKW32HzkCP1-f1l1y
Wijayanti, S., & Wulan, E. S. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di RSUD dr. Loekmono Hadi
Kudus. Prosiding HEFA (Health Events for All), 1(1).