Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata Keperawatan
Komunitas I
Dosen Pengampu: Miftahul Falah, S.Kep,Ns, MSN

Disusun Oleh:
Program Studi S1 Keperawatan Tingkat 3A
Kelompok 2
Allysa Putri Dierayani C1914201012
Adira Hermalia C1914201031
Sifa Nur Fauziah C1914201003
Rohana Nadia Azzahra C1914201011
Jajang Abdullah Nurdin C1914201030
Silvia Nur C1914201013
Novi Indri Tiani C1914201011

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Keperawatan Komunitas I yang membahas tentang konsep dasar keperawatan
komunitas.

Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan materi


konsep keperawatan komunitas. Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari
beberapa buku, jurnal, diskusi anggota, dan dari beberapa sumber lainnya.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan tugas
ini.

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan
dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.

Tasikmalaya, 25 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Konsep Keperawatan Komunitas..................................................................3

1. Pengertian keperawatan komunitas...........................................................3

2. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas........................................3

3. Prinsip Pemberian Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas.....8

4. Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan Komunitas...........10

B. Analisa Jurnal..............................................................................................16

BAB III PENUTUP...............................................................................................21

A. Kesimpulan.................................................................................................21

B. Saran............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

3
4
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam
melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan
teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana
terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-
simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk
menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang
nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau
kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang
absolut atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori keperawatan adalah
usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun
suatu model konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Berikut ini adalah
ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui oleh para perawat
profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang
didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan komunitas?

1
2. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas ?
3. Apa Prinsip Keperawatan Komunitas ?
4. Bagaimana teori dan model konseptual dalam keperawatan komunitas ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan komunitas?
2. Untuk mengatahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas ?
3. Untuk mengetahui Prinsip Keperawatan Komunitas ?
4. Untuk mengetahui teori dan model konseptual dalam keperawatan
komunitas ?
5.

2
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Pengertian keperawatan komunitas
Menurut WHO (1974) keperawatan komunitas mencakup
perawatan kesehatan keluarga (nurse health family) juga kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi
masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum
mereka meminta bantuan pada orang lain.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan
dan Dawkin, 1987).
American Nursis Association (1973), keperawatan komunitas
merupakan suatu sistem dari praktek kepeawatan dan praktik kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk.
Departmen kesehatan RI (1986), keperawatan kesehatan
masyarakat adalah suatu uapaya pelayanan keperawatan yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dialaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat
untuk memperoleh tim kesehatan individu, keluaraga, dan masyarakat
yang lebih tinggi.
2. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas

3
Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada
abad ke-16,yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit
cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit
kolera masuk ke indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi
wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia
melalui singapura dan mulai berkembang di indonesia, sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia
dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat. Gubernur Jendral Deandles pada tahun 1807 telah
melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya
ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dalam
praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka
kematian bayi (infan mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak
bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru
kemudian di tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya
para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan.pada tahun
1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Blekker-kepala
pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini dikenal
dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van Indiche Arsten)
atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya dengan nama NIAS
( Nederland Indische Artsen School).
Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran
dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun 1947, STOVIA berubah
menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain itu,
perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai dengan
berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun
1938 pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman.
Selanjutnya, laboratorium- laboratorium lain juga didirikan di kota-kota
seperti medan, Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam

4
rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta
penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun
1933-1935 penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama
dipulau jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program pemberantasan
penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap
rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun
1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang
petugas kesehatan pemerintah Belanda- melakukan pengamatan terhadap
masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas
purwokerto. Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa
tingginya angka kesakitan dan kematian dikedua daerah tersebut
dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang air
besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari sungai yang
telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya
sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik,
sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan
mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan
promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha
Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah saat
diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung plane) pada tahun 1951
oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan dengan
nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam
upaya pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek preventif dan kuratif tidak
dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik
dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956
dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y.
Susanti dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek

5
percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.
Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan
program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan
terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
a. Sumatra utara : indrapura
b. Lampung
c. Jawa Barat: Bojong Loa
d. Jawa tengah : Sleman
e. Yokyakarta : Godean
f. Jawa timur : Mojosari
g. Bali : Kesiman
h. Kalimantan Selatan : Barabai
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem
puskesmas sekarang ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar
yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu
sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai
konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang
mengacu pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini
telah disimpulakan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang
terdiri atas tipe A,B, dan C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat
kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu
sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh
pemerintah ( Departemen Kesehatan ) menjadi pusat pelayanan
kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu
unit yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,
menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau
sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan
pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu,
diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas
(strengthening puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia,

6
fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan lebih efektif dan
penting. Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk
membangun puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam master
plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan
pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18
kegiatan, yaitu :Kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga berencana
(KB), Gizi,Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan
penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan masyarakat,
Pengobatan, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Perawatan kesehatan
masyarakat, Kesehatan gigi dan mulit, Usaha kesehatan jiwa, Optometri,
Kesehatan geriatric, Latuhan dan olahraga, Pengembangan obat-obatan
tradisional, Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), Laboratorium dasar,
Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.
Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja,
yaitu puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B
yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan adanya perkembangan
tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak diadakan perbedaan
puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang
dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan
puskesmas mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas
tidak harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh
Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat
membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan
pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan
administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di
provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari
lulusan sarjana kesehatan masyarakat seperti di kabupaten Gresik,
Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu
peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi
puskesmas,sehingga dibedakan adanya :
a. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik

7
b. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
c. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning
untuk perencanaan dan lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan
dan pengembangan kerjasama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab
puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket
terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu) yang mencakup
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan
penyakit diare, dan imunisasi.
Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia
mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau
satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.
Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada
tahun 2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh
desa-dibandingkan dengan rumah sakit yang harus melayani 28.000
penduduk. Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih
lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah
puskesmas masih jauh dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar
jawa dan sumatra, puskesmas harus menangani wilayah yang uas,
( terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan
jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya
melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi sebagian penduduk
puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.
3. Prinsip Pemberian Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas
harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan
dimana semua

Tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan


manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan
kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam
waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan

8
kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan
diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan,
lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan
keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan
dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan
atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu
otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam
memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas,
yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan
masyarakat
b. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
c. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja
untuk masyarakat
d. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada
upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
e. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dituangkan dalam proses keperawatan.
Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah
di¬masyarakat dan bukan di rumah sakit.
f. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit
maupun yang sehat.
g. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan
perilaku hidup sehat masyarakat.
h. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan

9
fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin.
i. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi
bekerja secara tim.
j. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan
ko¬munitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan,
pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang
sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien
yang baru kembali dari rumah sakit.
k. Kunjungan rumah sangat penting.
l. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
m. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada
sistem pelayanan kesehatan yang ada.
n. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi
pela¬yanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah,
panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
4. Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan Komunitas
a. Definisi Teori Keperawatan Virginia Henderson
Virginia Henderson mendefinisikan keperawatan sebagai
“penolong individu, saat sakit atau sehat, dalam melakukan kegiatan
tersebut yang bertujuan untuk kesehatan, pemulihan , atau kematian
yang damai dan individu akan dapat melakukannya sendiri jika mereka
mempunyai kakuatan, keinginan, atau pengetahuan”(Harmer dan
Henderson, 1955; Henderson, 1996). Proses keperawatan mencoba
melakukan hal tersebut dan tujuannya adalah kebebasan.
Henderson dalam teorinya mengategorikan empat belas
kebutuhan dasar semua orang dan mengikutsertakan fenomena dari
ruang lingkup klien berikut ini : fisiologis, psikologis, sosiokultural,
spiritual, dan perkembangan. Bersama perawat dan klien bekerjasama
untuk mendapatkan semua kebutuhan dan mencampai tujuannya,
tujuan keperawatan menurut Virginia Henderson 1955 bekerja secara

10
bebas dengan pekerja pelayan kesehatan lainnya (Tomey dan Alligood,
2006), membantu klien mendapatkan kekuatannya lagi. Dan latar
belakang untuk praktik menurut Henderson yaitu perawat membantu
klien melaksanakan empat belas dasar kebutuhan Henderson, 1966.
Model konsep keperawatan dijelasakan oleh Virginia
Henderson adalah model konsep aktivitas sehari-hari dengan
memberikan gambaran tugas perawat yaitu mengkaji individu baik
yang sakit ataupun sehat dengan memberikan dukungan kepada
kesehatan, penyembuhan serta agar meninggal dengan damai.
Pemahaman konsep tersebut dengan didasari kepada keyakinan
dan nilai yang dimilikinya diantaranya : pertama, manusia akan
mengalami perkembangan mulai dari pertumbuhan dan perkembangan
dalam rentang kehidupan; kedua, dalam melaksanakan aktivitas sehari-
hari individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga
menjadi mandiri pada dewasa yang dapat dipengaruhi oleh polah asuh,
lingkungan dan kesehatan; ketiga, dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari individu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
diantaranya terhambat dalam melakukan aktivitas, belum dapat
melaksanakan aktivitas dan tidak dapat melakukan aktivitas.
b. Model Keperawatan Virginia Henderson
1) Autoritarian dan struktur hierarki di rumah sakit
2) Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan
gangguan fungsi fisik semata
3) Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien
merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan pada masa itu
4) Adanya keanekaragaman pengalaman yang ia miliki selama karier
keperawatannya di Amerika Serikat di berbagai bidang layanan
kesehatan
c. Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan
1) Manusia

11
Individu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan: jiwa
dan raga adalah satu kesatuan. Lebih lanjut lagi, indifidu dan
keluarganya dipandang sebagai unit tunggal. Setiap manusia harus
berupaya untuk memepertahankan keseimbangan fisiologis dan
emosional.
2) Lingkungan
Henderson mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor
eksternal dan kondisi yang memengaruhi kehidupan dan
perkembangan manusia.
3) Sehat dan Sakit
Sehat adalah kualitas hidup tertentu, yang oleh Henderson
dihubungkan dengan kemandirian. Karakteristik utama dari sakit,
adalah ketergantungan dan berbagai tingkat inkapasitas individu
(sekarang pasien) untuk memuaskan kebutuhan manusianya.
Menganggap bahwa sehat adalah kemandirian dan sakit adalah
ketergantungan dapat dipandang sebagai simplifikasi. Dapat juga
dikatakan bahwa sakit adalah keterbatasan kemandirian.
4) Keperawatan
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu,
baik apakah ia sakit atau sehat, dalam peran tambahan atau peran
pendukung. Tujuan dari keperawatan adalah untuk membantu
individu memperoleh kembali kemandiriannya sesegera mungkin.
Namun demikian, keputusan Henderson untuk meningkatkan
kemandirian dan hanya melakukan sesuatu untuk pasien jika ia
tidak dapat melakukannya sendiri tidak disetujui oleh profesi
sebagai prinsip dasar asuhan keperawatan sebelum Henderson
menjelaskannya lebih lanjut.
d. Konsep Utama Teori Henderson
Konsep utama dalam teori Henderson mencakup manusia,
keperawatan, kesehatan, dan lingkungan.
1) Manusia

12
Henderson melihat manusia sebagai individu yang
membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau
kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian.
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14
komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan.
Keempatbelas kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Bernapas secara normal
b) Makan dan minum dengan cukup.
c) Membuang kotoran tubuh.
d) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
e) Tidur dan istirahat.
f) Memilih pakaian yang sesuai.
g) Menjaga suhu tubuh tetab dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan.
h) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta serta melindungi
integumen.
i) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
j) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan
emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
k) Beribadah sesuai dengan keyakinan.
l) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
m) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
n) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Keempat belas kebutuhan dasar manudia di atas dapat di
klarifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan
biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual.
2) Keperawatan
Perawat mempunyai fungsi unik untuk membantu individu,
baik dalamkeadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim

13
kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam
penanganan perawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia (14
komponen di atas). Untuk menjalankan fungsinya, perawat harus
memiliki pengetahuan biologis maupun sosial.
3) Kesehatan
Sehat adalah kualitas hidup yang menjadi dasar seseorang
dapat berfungsi bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih
penting daripada mengobati penyakit. Untuk mencapai kondisi
sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan. Individu
akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki
kekuatan, kehendak, serta pengetahuan yang cukup.
4) Lingkungan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan
aspek lingkungan :
a) Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka,
namun kondisi sakit akan menghambat kemampuan tersebut.
b) Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
c) Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan
lingkungan.
d) Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat
sebagai dasar dalam memberikan resep.
e) Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui
saran-saran tentang konstruksi bangunan dan pemeliharaannya.
f) Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik
keagamaan untuk memperkirakan adanya bahaya.
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan
antara perawat dan klien. Menurut Henderson, hubungan perawat-
klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat
bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
a) Perawat sebagai pengganti (subtitute) bagi pasien.
b) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.

14
c) Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
e. Aplikasi Teori Henderson dalam Proses Keperawatan
Definisi ilmu keperawatan Henderson dalam kaitannya dengan
praktik keperawatan menunjukkan bahwa perawat memiliki tugas
utama sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien.
Manfaat asuhan keperawatan ini terlihat dari kemajuan kondisi pasien,
yang semula bergantung pada orang lain menjadi mandiri. Perawat
dapat membantu pasien beralih dari kondisi bergantung (dependent)
menjadi mandiri (independent) dengan mengkaji, merencanakan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi 14 komponen penanganan
perawatan dasar.
Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan
dasar pasien berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan
data, perawat menggunakan metode observasi, indra penciuman,
peraba, dan pendengaran. Setalah data terkumpul, perawat
menganalisis data tersebut dan membandingkannya dengan
pengetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisis tersebut
menentukan diagnosis keperawatan yang akan muncul. Diagnosis
keperawatan, menurut Henderson, dibuat dengan mengenali
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya-dengan atau
tanpa bantuan-serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau
pengetahuan yang dimiliki individu.
Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi aktivitas
penyusunan rencana perawatan sesuai kebutuhan individu-termasuk di
dalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan-serta
dokumentasi bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan
sakit atau sehat. Selanjutnya, pada tahap implementasi, perawat
membantu individu memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun
dalam rencana perawatan guna memelihara kesehatan individu,
memulihkannya dari kondisi sakit, atau membantunya meninggal
dalam damai. Intervensi yang diberikan perawat sifatnya individual,

15
bergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya,
keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik
individu. Tarakhir, perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang
diharapkan dengan menilai kemandirian pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
f. Tujuan Keperawatan Menurut Henderson
Dari penjelasan tersebut tujuan keperawatan yang dikemukakan
oleh Handerson adalah untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga
pemberi pelayanan kesehatan dan membantu klien untuk mendapatkan
kembali kemandiriannya secepat mungkin. Dimana pasien merupakan
mahluk sempurna yang dipandang sebagai komponen bio, psiko,
cultural, dan spiritual yang mempunyai empat belas kebutuhan dasar.
(Aplikasi model konseptual keperawatan, Meidiana D). Menurut
Handerson peran perawat adalah menyempurnakan dan membantu
mencapai kemampuan untuk mempertahankan atau memperoleh
kemandirian dalam memenuhi empat belas kebutuhan dasar pasien.

B. Analisa Jurnal
1. Judul Artikel Jurnal : “PENELITIAN PENGETAHUAN LANSIA
TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA BERDASARKAN
TEORI VIRGINIA HENDERSON “

No Kriteria Jawab Pembenaran & Critical tinking


1. P Ya Populasi adalah semua usia lanjut yang berada
di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang sebanyak 65 orang dengan kriteria
inklusi dan ekslusi.Keritia inklusi yaitu lansia
yg bersedia menjadi responden.
2. I Ya Desain penelitian yang digunakan adalah pre
experimental dengan rancangan one group pre
test-post test.

16
3. C Tidak Tidak ada perbandingan dalam jurnal ini
4. O Ya Hasil analisis bivariat menggunakan uji T
dependen menunjukan terdapat perbedaan yang
bermakna pada pengetahuan usia lanjut sebelum
pendidikan kesehatan dengan nilai rata-rata 9,10
standar deviasi 1,447 dan rata
-rata pengetahuan usia lanjut sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan nilai 11,63 standar
deviasi 1,847 dengan p-value 0,000.
Kesimpulan: Adapengaruhpendidikan kesehatan
tentang kebutuhan dasar manusia secara
holistik berdasarkan teori Virginia Henderson
pada usia lanjut di Panti Tresna Werdha
Teratai Palembang.
5 T Ya 2020

2. Judul “APLIKASI TEORI KEPERAWATAN VIRGINIA


HANDERSONDENGAN PENDEKATAN PERAWAT SAHABAT
KELUARGA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN DANDER
BOJONEGORO”
No Kriteria Jawab Pembenaran & Critical tinking
1. P Ya Perawat Sahabat Keluarga (PerSaga) adalah
program pengabdian masyarakat sekaligus
menjadi metode pembelajaran yang menjadikan
keluarga sebagai mitra pelaksana kegiatan,
Perawat Sahabat Keluarga memiliki tujuan
untuk memberikan pengalaman lebih banyak
pada mahasiswa dalam menangani masalah
kesehatan di masyarakat melalui pendekatan
keluarga dan memberikan pemahaman lebih
pada mahasiswa tentang teori keperawatan

17
yang sudah ada serta implementasinya
dalam permasalahan nyata.

Dalam jurnal ini membahas mengenai


pengaplikasian teori keperawatan Virginia
handerson dengan pendekatan perawat sahabat
keluarga, dengan populasi masyarakat Desa
Sumberagung, Kab.Bojonegoro.
2. I Ya Dalam program kegiatan ini yang pertama
dilakukan ialah mengurus perizinan terlebih
dahulu, setelah itu mahasiswa mulai datang ke
lokasi dan melaksanakan kegiatan sesuai susunan,
Adapun susunan kegiatan tersebut meliputi:
1. Melakukan bina hubungan saling percaya,
dalam fase ini mahasiswa menerapkan teori
virginia handerson yaitu pendekatan keluarga
dan konsep aktivitas sehari-hari. Dengan
harapan mampu menjadi barometer untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat
serta pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan.
2. Penyuluhan kesehatan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala
3. C Tidak Dalam jurnal ini tidak ada pembanding dengan
tindakan lainnya.
4. O Ya Keluarga merupakan salah satu sasaran dari
keperawatan komunitas dengan tujuan
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan
yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka

18
miliki.

Perawat sahabat keluarga adalah salah satu contoh


program dalam keperawatan komunitas, dalam
jurnal ini membahas mengenai pengaplikasian
Teori Virginia Handerson dengan pendekatan
perawat sahabat keluarga.

Dalam jurnal membuktikan bahwa penerapan


teori ini memang efektif dilakukan untuk
pendekatan dan membina hubungan saling
percaya.
5. T Ya 31 Agustus 2020

3. Judul “APLIKASI TEORI VIRGINIA HENDERSON PADA PASIEN


NEGLECTED FRACTURE OF LEFT SHAFT FEMUR”
No. Kriteria Jawab Pembenaran/Critical Thinking
1. P Ya Populasi dalam penelitian inj adalah pasien
dengan neglected fractur of left shaft femur.
2. I Ya Intervensi yang diberikan yaitu berupa asuhan
keperawatan dengan mengaplikasikan teori
Virginia Henderson dimana untuk meningkatkan
kemandirian akibat perubahan fisik dan
psikologis.
3. C Tidak Tidak ada pembanding dalam jurnal ini.
4. O Ya Hasil dalam penelitian ini yaitu bahwa ada
pengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan
dalam meningkatkan kemandirian akibat
perubahan fisik dan psikologis yang di terima
oleh pasien.
5. T Ya September 2019

19
20
BAB III PENUTUP
PENUTUP

A. Kesimpulan
Departmen kesehatan RI (1986), keperawatan kesehatan masyarakat
adalah suatu uapaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang dialaksanakan oleh perawat dengan
mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh
tim kesehatan individu, keluaraga, dan masyarakat yang lebih tinggi.
Pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
masyarakat sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan
Konsep keperawatan yang dirumuskan oleh Virginia Henderson dalam
definisinya tentang teori keperawatan dan empat belas komponen asuhan
keperawatan dasar, tidak rumit dan cukup jelas. Oleh karena itu, dapat
digunakan sebagai panduan untuk praktik keperawatan oleh sebagian besar
perawat tanpa kesulitan. Banyak idenya disajikan dan digunakan di seluruh
dunia baik di negara maju maupun negara berkembang untuk memandu
kurikulum keperawatan dan praktek. Hal ini divalidasi oleh permintaan untuk
publikasi ICN, yang pada 1972 berada di cetakan ketujuh.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang
teori-teori keperawatan yang lain. Setelah mengetahui pengetahuan tentang
teori keperawatan menurut Virginia Henderson yang telah diuraikan dalam
makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami teori ini, karena teori
ini juga sangat penting bagi perawat untuk menjelenkan praktik keperawatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Tamar, M., & Rini, P. S. (2020). Penelitian PENGETAHUAN LANSIA


TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA BERDASARKAN TEORI
VIRGINIA HENDERSON. Masker Medika, 8(2), 287-291.
Diakses di
http://jmm.ikestmp.ac.id/index.php/maskermedika/article/view/405/343
pada tanggal 26 Oktober 2021, pukul 14.49 WIB.
2. Faqih, M. R. (2020). Aplikasi Teori Keperawatan Virginia Handerson Dengan
Pendekatan Perawat Sahabat Keluarga Di Desa Sumberagung Kecamatan
Dander Bojonegoro. Jurnal Humanis (Jurnal Pengabdian Masyarakat STIKes
ICsada Bojonegoro), 5(1), 1-7.
Diakses di
https://jurnal.stikesicsada.ac.id/index.php/humanis/article/view/87
pada tanggal 27 Oktober 2021, pukul 13.18 WIB.
3. Sahrudi., dkk. 2019. Aplikasi Teori Virginia Henderson Pada Pasien Neglected
Fracture Of Left Shaft Femur. Dunia Keperawatan. Vol (7), Nomor (2).
Diakses di
https://www.researchgate.net/publication/
336790435_APLIKASI_TEORI_VIRGINIA_HENDERSON_PADA_PASIEN
_NEGLECTED_FRACTURE_OF_LEFT_SHAFT_FEMUR/fulltext/
5db2517aa6fdccc99d94a482/APLIKASI-TEORI-VIRGINIA-HENDERSON-
PADA-PASIEN-NEGLECTED-FRACTURE-OF-LEFT-SHAFT-FEMUR.pdf
pada tanggal 26 Oktober 2021, pukul 19.00 WIB.
4. https://docshare.tips/makalah-konsep-keperawatan
kom_5789e71cb6d87fc02a8b4993.html
5. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
repo.stikesicmejbg.ac.id/4438/5/Keperawatan%2520Komunitas
%2520I.pdf&ved=2ahUKEwimhO29lbzAhUFeisKHYsOAaEQFnoECD0QAQ
&usg=AOvVaw0eSnVNBD4IdzutpZxxGbKf

22
6. https://id.scribd.com/document/366518293/KOMUNITAS-MG-1-Konsep-
Keperawatan-Koseptual-Virginia-Henderson

23

Anda mungkin juga menyukai