Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEMINAR

“APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN BETTY NEUMAN PADA


KASUS LANSIA HIPERTENSI”
Dosen Pengampu :

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3

Nama NIM
Alya Nurul Istikhomah 19130046
Ardila Meigina Noer Wahida 19130050
Wun Jong 19130062
Ni Komang Aryani 19130065
Awalia Mauli Dina 19130076
Shintia Indriani 19130077
Ni Kadek Ari Pratiwi 19130086
Patrisia Vindriyanti Mbaru 19130087
Sri Tanjung Saroyo Herry Soetjipto 19130100
Ismi Azizah 19130101
Ainun Muhammad Thamrin 19130110
Abigail Regina Mozes 21130001

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “APLIKASI
TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN BETTY NEUMAN” dengan tepat waktu tanpa
halangan suatu apapun. Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi orang yang
membacanya. Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Serta semoga makalah ini tercatat
menjadi motivator untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat.

Yogyakarta, 23 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Tujuan 4
BAB II TINJAUAN TEORI 4
2.1. Konsep Keperawatan Komunitas 4
2.2. Biografi Betty Neuman 4
2.3. Teori dan Model Konseptual 4
2.4 Konsep teori dan model Betty Neuman
BAB III TINJAUAN KASUS 4
3.1. Kasus 4
3.2. Aplikasi Teori dalam Kasus 4
3.3. Pembahasan 4
3.4. Implikasi 4
BAB IV KESIMPULAN 4
DAFTAR PUSTAKA 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Teori keperawatan adalah seperangkat ide, definisi, hubungan, dan harapan
atau saran yang berasal dari model keperawatan atau dari disiplin (bidang ilmu) lain
dan rancangan purposive, pandangan metodis fenomena dengan merancang
inter-relationship khusus diantara ide-ide yang bertujuan menggambarkan,
menjelaskan, peramalan, dan/atau merekomendasikan. Teori keperawatan membantu
disiplin ilmu keperawatan untuk mengklarifikasi kepercayaan, nilai-nilai, tujuan dan
membantu menegaskan kontribusi unik keperawatan dalam pemberian perawatan
pada pasien: teori keperawatan penting untuk pengembangan dan evolusi disiplin
ilmu keperawatan (Aini, 2018).
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam
menentukan status kesehatan klien, mengisolasi perhatian dan masalah kesehatan,
mengembangkan rencana untuk memulihkan mereka, memulai tindakan untuk
melaksanakan rencana tersebut, dan akhirnya mengevaluasi keadekuatan dari rencana
dalam meningkatkan kesehatan dan pemecahan masalah. Proses keperawatan
mendefinisikan interaksi dan intervensi dengan sistem klien, apakah sistem sebagai
suatu individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Widagdo & Kholifah, 2016).
Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan praktik
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat.
Pengertian lain dari keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan
profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas dengan
menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Tahap-tahap proses keperawatan komunitas
sama dengan tahap-tahap proses keperawatan pada umumnya, yaitu dimulai dari
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Perawat berupaya untuk merespon dan memenuhi kebutuhan komunitas (Widagdo &
Kholifah, 2016).
Teori Betty Neuman dipilih karena termasuk konsep Grand Teory Level yang
sering dikembangkan dalam pengaplikasiannya, yang mencakup 4 elemen penting
dalam proses keperawatan. Elemen tersebut meliputi manusia, lingkungan, kesehatan
dan pelayanan. Keempat elemen ini tidak bisa di pisahkan satu sama yang lainnya.
Dalam teori Neuman kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga dan
komunitas. Teori Neuman membantu individu, keluarga, kelompok dalam mencapai
dan mengelola tingkat maksimal dari kesejahteraan total dengan intervensi yang
sesuai.Model system Neuman dikembangkan berdasarkan pada teori umum dan
memandang klien sebagai suatu sistem terbuka yang bereaksi terhadap stressor dan
lingkungan. Variabel klien adalah fisiologis, psikologis, sosial budaya,
perkembangan dan spiritual. Intervensi keperawatan terjadi melalui tiga cara
pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier sehingga model ini bisa
digunakan dipelayanan keperawatan komunitas(Luthfa & Windani, 2015).
1.2.Tujuan
Umum:
Mengetahui teori atau konsep model keperawatan Betty Neuman
Khusus:
1. Menjelaskan Biografi Betty Neuman.
2. Mengetahui definisi 4 paradigma keperawatan menurut sudut pandang Betty
Neuman.
3. Mengidentifikasi variabel dari masing-masing komponen paradigma dari
teori/konsep model keperawatan Betty Neuman
4. Menjelaskan keterkaitan masing-masing variabel dalam diagram / gambar
5. Menjelaskan aplikasi teori dengan kasus yang dibuat
6. Menjelaskan implikasi dalam praktek/keilmuan keperawatan

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Keperawatan Komunitas
2.1.1. Komunitas
Komunitas adalah sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain,
memiliki kepentingan yang sama di mana karakteristik yang dimiliki membentuk
dasar bagi sebuah rasa kesatuan dan kepemilikan (Allender, Rector, and Warner,
2014). Komunitas atau masyarakat adalah kumpulan orang yang hidup bersama
dalam suatu daerah atau suatu lokasi, membentuk budaya dan saling berinteraksi satu
dengan yang lainnya, bersifat berkelanjutan serta terikat oleh identitas bersama.
Stanhope & Lancaster (2020).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa komunitas merupakan
sekumpulan orang yang saling berinteraksi dan memiliki rasa kesatuan dan rasa
saling memiliki satu sama lain. Masyarakat yang hidup bersama, dalam sebuah
tempat yang membentuk budaya dan saling membantu satu dengan yang lainnya.
2.1.2. Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. pelayanan keperawatan komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang berisiko tinggi seperti
keluarga penduduk di daerah kumuh., daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni
& Supriyono, 2017)
Nies & McEwen (2019) menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan
komunitas/masyarakat adalah perpaduan antara praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat. American Nurse Association (ANA) mendefinisikan
keperawatan kesehatan komunitas atau keperawatan kesehatan masyarakat sebagai
sintesis praktik keperawatan klinis dan kesehatan masyarakat yang bersifat
komprehensif, holistis dan berlangsung secara terus menerus, dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan populasi dengan fokus praktik pada upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif serta ditujukan
pada masyarakat secara keseluruhan baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2.2.Biografi Betty Neuman

Gambar 2.2.1. Betty Neuman


Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun 1924. Ayahnya seorang petani
dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dengan rasa cintanya pada tanah kelahirannya,
beliau bermaksud untuk membangun desanya, Ohio. Beliau pertama kali memperoleh
pendidikan di People Hospital School Of Nursing yang sekarang berubah nama
menjadi General Hospital Akron di Akron, Ohio pada tahun 1947. Kemudian beliau
pindah ke Los Angeles untuk tinggal dengan keluarganya di California. Beliau
memegang jabatan penting yaitu sebagai staf keperawatan rumah sakit di California.
Beliau melanjurkan pendidikannya di University of California dengan jurusan
psikologi. Beliau menyelesaikan gelar sarjana mudanya pada tahun 1957. pada tahun
1966 beliau mendapat gelar Master di bidang kesehatan mental, konsultan kesehatan
masyarakat di University of California, beliau melanjutkan program administrasi
pendidikan tinggi di Ohio University.
Banyak sekali pengalaman yang telah beliau dapatkan diantaranya menjadi
dosen keperawatan jiwa, konsultan, pemimpin koseling model Whole Person
Approach serta beliau telah membuat sebuah sistem model keperawatan di UCLA
dan memfokuskan sistem tersebut dalam masalah keperawatan. Model Whole Person
Approach dipublikasikan pada tahun 1972, A model of teaching total person
arpproach to patient problem dalam riset keperawatan. Publikasi edisi I (Conceptual
Models For Nursing Practice) tahun 1974, edisi II tahun 1980 dan 1986 The Neuman
Systems Model.
2.3. Teori dan Model Konseptual
2.3.1. Konsep Teori dan Model konseptual
Definisi teori menurut beberapa ahli, teori merupakan sekelompok konsep
yang membentuk sebuah pola yang nyata dan menjelaskan suatu proses. Teori
adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau definisi
yang memberikan suatu pandangan sistem terhadap gejala-gejala atau
fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara
konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan,
meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah
atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. Teori adalah
serangkaian konsep yang saling terkait yang menspesifikasi hubungan antara
variabel.
Teori Keperawatan adalah sekelompok konsep yang menjelaskan tentang
suatu proses, peristiwa atau kejadian mengenai keperawatan yang didasari oleh
fakta-fakta yang telah diobservasi. Teori keperawatan biasanya banyak
digunakan untuk menyusun atau membuat suatu model konsep dalam
keperawatan. Selain itu, karena model praktik keperawatan mengandung hal-hal
dasar seperti keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi dasar sebuah model. Maka
dari itu, dianggap sangat bperlu untuk memiliki dan mempelajari mengenai teori
dan model keperawatan yang telah ada karena dianggap sangat dibutuhkan oleh
perawat untuk jadi acuannya. (Budiono, 2016)
Model merupakan gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. Model
konseptual merupakan sintesis dari suatu kumpulan konsep dan penyataan yang
mengiterpretasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model
keperawatan adalah kerangka pikir, sebagai suatu cara melihat keperawatan, atau
gambaran tentang lingkup keperawatan. (Budiono, 2016)
2.3.2. Konsep teori dan model Betty Neuman
Sistem model Neuman berdasarkan pada teori sistem dan menggambarkan
kehidupan alamiah individu sebagai sistem terbuka (Bertalanffy, 1968 dalm
(Tomey & Alligood, 2006) yang saling berinteraksi baik antar individu maupun
dengan lingkungannya (Neuman, 1982 dalam (Tomey & Alligood, 2006).
Neuman melakukan sintesis terhadap pengetahuan dari beberapa disiplin ilmu
dan menggabungkannya dengan keyakinan filosofi dan pengalaman klinis yang
dimilikinya terutama dalam keperawatan jiwa. Neuman mengambil inspirasi
inspirasi dalam mengembangkan teorinya dan teori (Tomey & Alligood, 2006) :
a. Pierre Tielhard de Chardin, Seorang theorist yang percaya bahwa
manusia terus berkembang menuju kesempurnaan.
b. Gestalt : seorang theorist asal Jerman yang mengemukakan bahwa
interaksi dinamis dari seorang individu dan situasi menentukan
pengalaman dan perilaku.
c. General Adaptation Syndrom, menjelaskan tentang reaksi individu
terhadap stress pada 3 level yaitu: alarm, resisten, kelelahan.
d. General System Thery, mendalilkan bahwa dunia terdiri dari sistem yang
saling berhubungan dan dipengaruhi satu sama lain.
Betty Neuman’s System Model mengemukakan tentang cara pandang
terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara
keseluruhan) meliputi aspek (variabel) fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan
adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal
maupun eksternal.
Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap
stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input,
proses, output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. dengan
menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu,
kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat
diterapkan oleg berbagai disiplin keilmuan.
Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara
optimal. Apabila stabilitas tercapai makan akan terjadi revitalisasi dan sebagai
sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan,
dan mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam
maupun diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman
menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak
negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui
respon dan gejala yang diidentifikasi.
Konseptual Betty Neuman’s System Model. Konsep yang dikemukakan oleh
Betty Neuman adalah konsep “Health Care System” yaitu model konsep yang
menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditunjukan kepada penekanan
penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksible atau
normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Betty
Neuman mendefinisikan manusia secara utuh, merupakan gabungan dari konsep
holistik dan pendekatan sistem terbuka.
Betty Neuman menyajikan aspek-aspek model sistemnya dalam suatu
diagram lingkaran konsentris, yang meliputi variabel fisiologi, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual, struktur dasar/ pusat inti dan sumber
energi, garis pertahanan, garis pertahanan normal, garis pertahanan tetap, stressor
( faktorintra, inter dan ekstra personal), prevention/pencegahan primer, sekunder,
tersier, serta reconstitution/ pemulihan.
2.3.3. Paradigma Keperawatan
Istilah paradigma berasal dari karya Kuhn (1970), yang merujuk pada
paradigma sebagai “pandangan dunia” tentang fenomena yang menjadi perhatian
dalam suatu disiplin ilmu. Dua individu dengan pandangan paradigmatik yang
berbeda dapat melihat fenomena yang sama persis dan masing-masing akan
melihat atau memandang fenomena tersebut secara berbeda. (DeLaune &
Ladner, 2011).
Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita dalam
melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi, serta memilih tindakan atau
fenomena yang ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berfikir
yang menjelaskan suatu fenomena. Paradigma mengandung berbagai konsep
yang terkait dengan fokus keilmuannya (Hasian Leniwita & Yanti Anggraini,
2019)
Paradigma keperawatan merupakan pandangan global yang dianut oleh
mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang
membentuk suatu susunan yang mengatur bangunan diantara teori tersebut guna
mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka
kerja keperawatan (Hasian Leniwita & Yanti Anggraini, 2019).

Metaparadigma Teori Betty Neuman (Rafii, 2021)


1. Manusia
Betty Neuman memandang manusia secara keseluruhan/holistik sebagai
sustem klien dan manusia itu adalah multidimensi yang berlapis. Setiap
lapisan terdiri dari 5 variabel yaitu:
a. Fisiologis, melihat struktur fisik dan fungsi tubuh.
b. Psikologis, mengacu pada proses mental dan emosi.
c. Sosial Budaya, mengacu pada hubungan dan sosial/fungsi budaya dan
aktivitas
d. Spiritual, mengacu pada pengaruh keyakinan spiritual.
e. Developmental Perkembangan, mengacu pada proses perkembangan
kehidupan.
2. Lingkungan
Menurut Neuman lingkungan adalah seluruh faktor-faktor internal dan
eksternal yang berada di sekitar klien. Neuman mengatakan baik lingkungan
internal maupun eksternal pada manusia memiliki hubungan yang harmonis
dan keduanya mempunyai keseimbangan yang bervariasi, dimana
keseimbangan atau keharmonisan antara lingkungan internal dan aksternal
tersebut dipertahankan.
Stressor yang berasal dari lingkungan meliputi 3 hal yaitu interpersonal,
interpersonal dan extrapersonal.
a. Interpersonal, terjadi dalam diri individu, misalnya infeksi, pikiran
dan perasaan.
b. Interpersonal, terjadi antara individu, misalnya harapan, peran.
c. Extrapersonal, terjadi diluar individu, misalnya masalah pekerjaan dan
keuangan.
Neuman membagi lingkungan menjadi 3 yaitu :
a. Lingkungan internal yaitu lingkungan intrapersonal yang ada dalam
sistem klien.
b. Lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang berada diluar sistem
klien. Kekuatan-kekuatan dan pengaruh interaksi yang berada di luar
sistem klien.
c. Lingkungan yang diciptakan merupakan pertukaran energi dalam
sistem terbuka dengan lingkungan internal dan eksternal yang bersifat
dinamis. Lingkungan ini tujuannya adalah untuk memberikan stimulus
positif ke arah kesehatan klien.
3. Kesehatan
Neuman mendefinisikan sehat/kesehatan adalah sebagai kondisi dimana
semua bagian/variabel keseluruhan manusia selalu berada dalam keadaan
harmoni. Sistem klien akan bergerak terhadap penyakit dan kematian bila
lebih banyak energi yang dibutuhkan daripada yang tersedia. Sistem klien
akan bergerak menuju kesehatan, bila lebih banyak energi yang tersedia
daripada yang dibutuhkan.
4. Keperawatan
Neuman melihat keperawatan sebagai profesi yang unik yang berkaitan
dengan semua variabel yang mempengaruhi respon seseorang terhadap
stressor. Pencegahan terdiri dari:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer berfokus pada melindungi garis pertahanan normal
dan memperkuat garis pertahanan fleksibel. Pencegahan primer terjadi
sebelum sistem bereaksi stressor dan memperkuat individu untuk
memungkinkan dia mengatasi stres lebih baik dan memanipulasi
lingkungan untuk mengurangi/ melemahkan stres. Pencegahan primer
meliputi promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan internal garis
resistensi, mengurangi reaksi stres dan meningkatkan faktor-faktor
resistensi untuk mencegah kerusakan pada pusat inti. Hal ini terjadi
setelah sistem bereaksi terhadap stressor.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier berfokus pada adaptasi dan stabilitas, menjaga
pemulihan atau kembali ke kesehatan setelah perawatan. Hal ini
terjadi setelah sistem diobati melalui strategi pencegahan sekunder.
pencegahan tersier memberi dukungan untuk klien dan upaya untuk
menambah energi pada sistem atau mengurangi energi yang
diperlukan dalam rangka untuk memfasilitasi pemulihan.
(Sumber: Simak. V. F & Renteng. S. (2021) )

Lapisan biasanya diwakili oleh lingkaran konsentris, terdiri dari pusat inti, garis
resistensi, garis pertahanan normal, dan garis pertahanan fleksibel. berikut adalah
garis pertahanan di sekitar komunitas:
A. Central core/pusat inti
Struktur dasar atau pusat inti terdiri dari faktor-faktor kelangsungan hidup
dasar yang umum/mekanisme bertahan hidup. Faktor-faktor tersebut meliputi
fungsi organ, kekuatan fisik, mengatur suhu, struktur genetik, pola respon,
kemampuan kognitif, ego. Sistem manusia adalah sistem terbuka, oleh karena
itu bersifat dinamis dan terus berubah dan berkembang. Stabilitas/
homeostasis terjadi ketika jumlah energi yang tersedia melebihi yang
digunakan oleh sistem. Sistem homeostatik tubuh akan terus dalam suatu
proses dinamis mulai dari input, output, umpan balik dan kompensasi yang
mengarah ke keadaan keseimbangan.
B. Line of resistance/ garis reistensi
Garis-garis perlawanan, melindungi struktur dasar/ pusat inti menjadi aktif
ketika stress lingkungan menyerbu garis pertahanan normal. Jika garis
resistensi efektif, sistem ini dapat menyusun kembali, dan jika garis resistensi
tidak efektif, hilangnya energi yang dihasilkan dapat mengakibatkan
kematian.
C. Line of normal defence/ garis pertahanan normal
Garis pertahanan normal merupakan pertahanan stabilitas sistem dari waktu
ke waktu. Hal ini di anggap level yang biasa dari stabilitas dalam sistem.
Garis pertahanan normal dapat berubah dari waktu ke waktu dalam respon
untuk mengatasi/ menanggapi lingkungan yang meliputi kecerdasan, sikap,
pemeccahan masalah dan mengatasi kemampuan.
D. Lines of flexible defence/ garis pertahanan fleksibel.
Garis pertahanan fleksibel adalah penghalang untuk luar/ batas-batas luar ke
garis pertahanan normal, garis perlawanan dan struktur inti. garis pertahanan
fleksibel akan menjaga sistem bebas dari stress dan tergantung pada jumlah
istirahat, status gizi, serta kualitas dan kuantitas pengalaman stress seseorang.
Jika garis pertahanan fleksibel gagal untuk memberikan perlindungan yang
memadai terhadap garis pertahanan normal, maka garis perlawanan menjadi
aktif. Garis pertahanan fleksibel bersifat dinamis dan dapat berubah dalam
waktu yang relatif singkat.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Kasus

Pada saat praktek lapangan, mahasiswa Unriyo secara kelompok ditugaskan


mengelola suatu komunitas. Komunitas yang dikelola terdapat di desa X dimana
desa tersebut menjadi salah satu desa yang terdapat kelompok lansia penderita
Hipertensi yang cukup banyak namun pengelolaan Posbindu di desa X mengenai
Hipertensi masih belum maksimal, banyak dari lansia di desa X belum mengetahui
perawatan hipertensi, dan masih menganggap penyakit hipertensi merupakan
penyakit yang wajar muncul karena pertambahan usia. Mahasiswa mengkaji
permasalahan yang terjadi di komunitas tersebut dengan menerapkan aplikasi teori
Betty Neuman.

3.2. Aplikasi Teori dalam Kasus

Konsep teori yang dijelaskan oleh Betty Neuman adalah konsep “Health care
system” digambarkan sebagai suatu sistem. Pada model ini, manusia dipandang
sebagai suatu sistem terbuka yang bereaksi terhadap stressor dan lingkungan serta
secara konstan berinteraksi secara timbal balik dengan lingkungannya.
Pengaplikasiannya, mencakup 4 elemen penting dalam proses keperawatan. Elemen
tersebut meliputi manusia, lingkungan, kesehatan dan pelayanan. Sistem model
yang dimaksud merupakan bentuk pendekatan holistik yang meliputi 5 aspek yaitu
aspek perkembangan, fisiologis, psikososial, sosiokultural dan spiritual.

Aplikasi Teori model Betty Neuman pada kasus sekelompok lansia penderita
Hipertensi:

1. Pengkajian
Dalam proses pengkajian menggunakan konsep model Betty
Neuman adalah sebagai berikut:

a) Pengumpulan data

Tahap pengumpulan data bertujuan untuk mengidentifikasi masalah


yang ada pada komunitas atau kelompok di masyarakat. Data didapat
melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan
instrument pengkajian pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
yang sesuai dengan kelompok lansia di komunitas.

Pendekatan holistik klien meliputi 5 aspek menurut Betty Neuman


aspek perkembangan, fisiologis, psikososial, sosiokultural dan spiritual.

a) Aspek perkembangan, yang dimaksud dengan lanjut usia


(Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Karakteristik perkembangan lansia
yang mengalami hipertensi dapat dilihat dari hal-hal yang berkaitan
dengan jenis kelamin, pengetahuan, kondisi kesehatan (hipertensi),
keadaan ekonomi, sikap, perilaku lansia terhadap hipertensi, dukungan
keluarga, aktivitas harian lansia.

b) Aspek fisiologis, Hipertensi merupakan penyakit yang sering


ditemukan pada usia lanjut, sebagian besar lansia akan merasakan gejala
hipertensi yang paling umum seperti sakit kepala (pusing) dan nyeri
tengkuk. Keadaan fisiologis dan penurunan fungsi tubuh menyebabkan
tekanan darah pada lansia meningkat.

c) Aspek psikologis, persepsi merupakan cara kita


menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah diproses oleh sistem
inderawi (Sabarini et al, 2021). Persepsi ini akan mendasari perilaku
lansia hipertensi untuk pergi ke pelayanan kesehatan atau tidak. Koping
dan dukungan keluarga juga sangat penting dalam upaya penanggulangan
dan perawatan hipertensi lansia,

d) Aspek sosial kultural, aspek budaya merupakan aspek yang


dapat mempengaruhi kebiasaan dan aktivitas lansia. Aspek ini
berhubungan dengan kebiasaan lansia seperti kebiasaan makan, aktivitas,
kegiatan lansia di masyarakat dan pemilihan pelayanan kesehatan.

e) Aspek spiritual, aspek ini terkait dengan agama dan


kepercayaan lansia, hal yang harus menjadi perhatian dalam aspek ini
adalah kegiatan atau pelaksanaan ibadah lansia apakah pelaksanaan
ibadah dilakukan secara rutin atau tidak. Spiritualitas yang baik dapat
memberikan ketenangan batin bagi lansia dalam menghadapi
permasalahan yang ada.

Pengkajian dalam keperawatan komunitas menggunakan inti


komunitas beserta faktor lingkungannya, dengan delapan subsistem yang
mempengaruhi komunitas, antara lain:

a) Lingkungan perumahan

Kondisi lingkungan tempat tinggal yang dihuni, kondisi rumah,


sirkulasi udara, kepadatan penduduk yang dapat menjadi stressor bagi
kelompok lansia yang dapat mengganggu kesehatannya.

b) Edukasi (Pendidikan komunitas)

Mengkaji dan mengidentifikasi adanya sarana dan prasarana


pendidikan dalam komunitas yang dapat meningkatkan pengetahuan
terutama dalam bidang kesehatan.

c) Keamanan dan keselamatan

Mengkaji dan mengidentifikasi keamanan dan keselamatan yang ada


dilingkungan sekitar komuntias terutama bagi lansia.

d) Politik dan kebijakan pemerintah

Mengkaji dan mengidentifikasi adanya kebijakan pemerintah dalam


komunitas tersebut menunjang pelayanan kesehatan di komunitas.

e) Pelayanan kesehatan

Mengkaji adanya pelayanan kesehatan yang memadai dalam


melakukan deteksi dini, perawatan, dan pemantauan kesehatan terutama
hipertensi pada lansia.

f) Komunikasi

Mengkaji pemanfaatan sistem komunikasi di komunitas untuk


meningkatkan pengetahuan terkait hipertensi pada lansia, dapat berupa
surat kabar, internet, atau televisi.

g) Ekonomi

Mengkaji dan mengidentifikasi tingkat ekonomi dan pendapatan di


komunitas hal ini dapat dijadikan sebagai penentu anjuran konsumsi jenis
makanan yang sesuai dengan hipertensi pada lansia.
h) Rekreasi

Mengkaji dan mengidentifikasi adanya saran dan prasarana yang


tersedia dalam komunitas yang mendukung komunitas melakukan rekreasi
untuk menghindari stress yang dapat memicu masalah kesehatan.

b) Analisa data

Berdasarkan data yang diperoleh dan disusun secara sistematis. Hasil data
yang terkumpul kemudian di analisa besarnya stressor yang dapat mempengaruhi
kesehatan dikomunitas sebagai penentu permaslahan dikomunitas.

2. Diagnosa keperawatan

Penegakkan diagnosa berdasarkan tingkat reaksi masyarakat terhadap stressor


yang ada. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan berupa diagnose actual,
ancaman, resiko, dan wellness. Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan
masyarakat antara lain:

a. Masalah yang ditetapkan dari data umum

b. Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan kesehatan

Dalam kasus lansia hipertensi dalam komunitas dapat ditegakkan diagnosa


Pemeliharaan kesehatan tidak efektif dilihat dari data bahwa lansia hipertensi di
desa X belum mengetahui perawatan hipertensi, dan masih menganggap penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang wajar muncul karena pertambahan usia.

3. Perencanaan (Intervensi)

Konsep model Neuman menyatakan bahwa sekali masalah utama telah


didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan harus dibuat sebagai bentuk
intervensi apa yang harus diambil sebagai prioritas yang membuat keputusan adalah
proses kolaborasi antara perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan
kolaborasi yang sesuai.

Intervensi yang dapat dilakukan pada lansia hipertensi dalam kasus adalah:

1) Pendidikan kesehatan mengenai hipertensi pada lansia


2) Deteksi dini penyakit hipertensi
3) Perawatan pada lansia hipertensi
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan setempat untuk memperbaiki
stressor
5) Rujukan rumah sakit jika diperlukan

4. Pelaksanaan
Secara garis besar teori sistem model Neuman mengemukakan bahwa dalam
memberikan tindakan keperawatan terhadap klien yang mengalami stress
perawatan yang dilakukan berdasarkan pendekatan-pendekatan perorangan secara
total.

Model konseptual Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress


dengan cara memperkuat garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut dengan terfokus pada 4 intervensi:

1) Intervensi yang bersifat promosi

2) Intervensi yang bersifat pervensi

3) Intervensi yang bersifat kuratif, dilakukan garis pertahanan terganggu

4) Intervensi yang bersifat rehabilitative

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan menilai respon lansia hipertensi terhadap program


kesehatan yang telah dilakukan. Menilai respon verbal dan non verbal lansia
hipertensi setelah dilakukan intervensi. Hal-hal yang di evaluasi adalah masukan
(input), pelaksanaan (proses), dan hasil (output).

3.3. Pembahasan

Lansia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan umur dengan


disertai penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh, dan
penurunan fungsi otak (Carolina et al. 2019). Pada usia lanjut akan mengalami
penurunan fungsi imun tubuh. Fungsi imun tubuh termasuk penurunan fungsi
jantung yang salah satu penyakitnya yaitu hipertensi (Syamsidar, F., & Nengsih, W.
2020). Lansia sebagai populasi berisiko (population at risk) mempunyai
karakteristik usia, biologik dan usia, sosial, ekonomi, gaya hidup dan kejadian
hidup. Faktor biologik yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
organ diantaranya jantung mengalami penebalan pada miokardial dan pembuluh
darah terjadi kekakuan. Secara sosial lansia juga mengalami kehilangan peran dan
produktivitas yang akan berdampak pada psikologis. Faktor ekonomi cenderung
umum terjadi yaitu penurunan pendapatan dan gaya hidup lansia yang cenderung
kurang berolahraga serta kurang memperhatikan diet. Selain itu lansia juga
mengalami kehilangan orang yang dicintai yang dapat memperkuat timbulnya
berbagai permasalahan kesehatan pada lansia (Stanhope & Lancaster, 2004).

Betty Neuman berpendapat bahwa ”Stressor mempengaruhi keseimbangan


homeostatis jika keseimbangan ini terganggu maka energi dikeluarkan untuk
mengatasinya”. Adanya stress sebagai penyakit menyebabkan seseorang bereaksi
untuk mempertahankan kesehatannya melalui mekanisme pemecahan masalah atau
koping tertentu. Penyebab stressor dapat berasal dari diri sendiri, dari luar individu
atau karena interaksi dengan orang lain, pada hubungan individu dengan stres,
reaksinya atas stres, dan faktor-faktor pemulihan kembali yang dinamis secara
alamiah. Pemulihan kembali (rekonstitusi) adalah kondisi adaptasi terhadap terhadap
stressor.
Kelebihan Model sistem Betty Neuman lebih flexible bisa digunakan pada
berbagai area keperawatan, pendidikan dan pelatihan keperawatan. Model teori
Betty Neuman dalam keperawatan lebih memperhatikan stressor potensial yang
berkaitan dengan penggunaan pengaruh dan potensial dampak stressor lingkungan.
Teori ini berfokus pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan
diri yang bersifat fleksibel, normal, dan resisten sehingga sehat akan terwujud
dengan menyeimbangkan bio-psiko-sosial kultural dan spiritual pada tiga garis
pertahanan klien (Harmili & Amiyani, 2021). Dalam teori ini Neuman menggunakan
diagram yang jelas yang dapat memudahkan untuk memahami teori yang
dikemukakan serta memperjelas tantangan-tantangan perawat sebagai pertimbangan.
Model sistem Neuman dikembangkan berdasarkan pada teori umum dan
memandang klien sebagai suatu sistem terbuka yang bereaksi dengan stressor dan
lingkungan. variabel klien yaitu perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial budaya,
dan spiritual. Intervensi dalam teori ini dianggap prevensi yaitu: pencegahan primer,
pencegahan tersier.
Kekurangan Model sistem Neuman tidak membahas detail tentang perawat
dan klien, hanya membahas penurunan stress pada klien dengan memperkuat garis
pertahanan padahal dibutuhkan hubungan antara perawat dan klien sehingga asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan baik. Model sistem Neuman dapat digunakan
oleh semua profesi kesehatan, sehingga untuk profesi keperawatan, area
keperawatan, pendidikan, dan pelatihan kesehatan sehingga tidak dapat dilakukan
pengaplikasian secara spesifik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amalia & Windani (2015) tentang
penerapan teori Betty Neuman dalam proses keperawatan didapatkan hasil aspek
yang dikaji meliputi: Aspek perkembangan lansia, berkaitan dengan perkembangan
lansia yang meliputi usia, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia
terhadap hipertensi, penghasilan lansia, dukungan ekonomi keluarga, riwayat
hipertensi pada keluarga, dukungan psikologis pada keluarga, aktivitas olahraga
lansia. Perilaku lansia yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
diantaranya adalah pola kebiasaan yang telah dilakukan lansia sejak dahulu, dan
tidak selalu didasari oleh pengetahuan yang memadai khususnya tentang hipertensi.
Pada aspek fisiologis, berkaitan dengan kondisi fisiologis lansia dengan
masalah hipertensi. Sebagian besar lansia merasakan tanda dan gejala hipertensi
yang paling umum seperti pusing dan kaku pada tengkuk. Sebanyak 35% lansia
mengalami hipertensi pada derajat I, 26% lansia mengalami hipertensi derajat II,
21% lansia mengalami hipertensi derajat III, dan 10% lansia memiliki tekanan darah
normal.
Pada aspek psikologis, aspek ini mendapatkan koping dan dukungan yang
cukup baik bagi lansia. Koping dan dukungan yang cukup baik sangat berperan
penting bagi lansia dalam memperbaiki kesehatannya khususnya dalam upaya
penanggulangan hipertensi.
Pada aspek sosial kultural, Pada aspek ini didapat hubungan sosial lansia
cukup baik, akan tetapi lansia enggan untuk mengikuti kegiatan di masyarakat. Hal
ini didukung dengan sebanyak 48 % lansia tidak pernah melakukan kunjungan ke
posbindu. Sebanyak 77% lansia mempercayai pengobatan tradisional, hal ini perlu
menjadi perhatian bagi petugas kesehatan setempat untuk memantau konsumsi obat
lansia agar sesuai dengan penanggulangan hipertensi dan tidak menimbulkan efek
samping.
Aspek spiritual. Pada aspek ini peneliti melihat spiritual lansia cukup baik
dibuktikan dengan sebanyak 99% rutin melakukan ibadah, 90% lansia aktif
mengikuti kegiatan keagamaan, dan 72% lansia terbiasa berdoa sebagai salah satu
upaya penyelesaian masalah. Spiritualitas yang baik pada lansia mampu memberikan
ketenangan batin dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa teori Betty Neuman memungkinkan
untuk diterapkan khususnya pada agregat lansia yang mengalami hipertensi.
Neuman percaya bahwa klien sebagai suatu sistem, memiliki lima variabel yang
membentuk sistem tersebut, yakni fisik, psikologis, sosiokultural, perkembangan,
dan spiritual. Menurut Neuman, klien adalah cerminan secara multidimensional dan
holistik, pernyataan tersebut membuktikan bahwa setiap individu mempunyai
keunikan masing-masing untuk menanggapi sebuah peristiwa yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Sistem klien didefenisikan dengan istilah struktur dasar dan
lingkaran konsentrik yang saling terkait (Risnah dkk, 2021). Dalam intervensinya
Betty Neuman telah dibagi dalam tiga tingkatan yaitu primer, sekunder, dan tersier dengan
melihat tiga garis pertahanan yaitu flexible line defense, normal line defense, dan resisten
line defense.
3.4. Implikasi
Model sistem Neuman berasal dari sistem teori umum yang berfokus pada
klien yang merupakan suatu sistem (dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
ataupun masyarakat) dan respon klien terhadap stresor. Model ini dapat digunakan
untuk menjelaskan perilaku individu, keluarga, kelompok, dan komunitas dengan
penekanan pada bagaimana interaksi masing-masing komponen yang ada di
komunitas mempengaruhi keseluruhan komunitas atau sebaliknya (Risnah dkk,
2021). Model Konseptual Neuman memberi penekanan dalam memperkuat
pertahanan baik yang bersifat fleksibel, normal, ataupun resisten untuk menurunkan
stres.
Teori model keperawatan Betty Neuman sangat cocok dalam berbagai area
praktik keperawatan pendidikan dan pelatihan kesehatan saat ini, model keperawatan
ini dapat memandu perawat untuk bekerja dengan rekan mereka, serta dengan pasien
keluarga dan masyarakat dalam komunitas. Model ini tidak hanya mengarahkan ke
sudut pandang perkembangan seseorang, tetapi juga mengkaji klien secara fisiologis,
psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Model keperawatan Betty Neuman
membantu perawat mengkaji klien secara menyeluruh dengan memperhatikan
stressor yang dapat mempengaruhi kesehatan klien berdasar struktur garis
pertahanan komunitas, sehingga perawat dapat menerapkan intervensi yang sesuai.
Model keperawatan ini dapat digunakan secara menyeluruh, salah satunya adalah
penggunaannya pada keperawatan komunitas. Namun dikarenakan model ini dapat
digunakan oleh semua profesi kesehatan, sehingga penggunaan teori ini dalam
praktik keperawatan tidak dapat diaplikasikan secara spesifik.

BAB IV
KESIMPULAN
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman, adalah model konsep health
care system yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang
ditujukan kepada penekanan penurunan stres dengan memperkuat garis pertahanan diri
secara fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Model ini sangat cocok diterapkan di berbagai area praktik keperawatan terutama dalam
keperawatan komunitas pada lansia hipertensi seperti dalam kasus. Neuman percaya
bahwa klien sebagai suatu sistem, memiliki lima variabel yang membentuk sistem
tersebut, yakni fisik, psikologis, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual yang
dijelaskan dalam teori ini dapat mengoptimalkan hubungan antar jiwa, pikiran dan tubuh
yang dinamis namun stabil dalam lingkungan dan masyarakat yang terus berubah. Dalam
intervensinya Betty Neuman telah dibagi dalam tiga tingkatan yaitu primer, sekunder, dan tersier
dengan melihat tiga garis pertahanan yaitu flexible line defense, normal line defense, dan resisten
line defense. Kelebihan Model sistem Betty Neuman lebih flexible bisa digunakan pada
berbagai area keperawatan, pendidikan dan pelatihan keperawatan. Kekurangan Model
sistem Neuman tidak membahas detail tentang perawat dan klien, hanya membahas
penurunan stress pada klien dengan memperkuat garis pertahanan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan: Keperawatan (Vol. 1). UMMPress.
Harmili & Kristina. (2021). Buku Ajar Keperawatan Komunitas 1. Pekalongan: Nasya
Expanding Management.

Kemetrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin ‘Situasi dan Analisis Lanjut Usia'. Jakarta:
Kemenkes RI.

Luthfa, I., & Windani, C. (2015). Penerapan Teori Betty Neuman dalam Pengkajian Lansia
dengan Diabetes Mellitus di Desa Margalaksana Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut.
Jurnal Keperawatan Komunitas, 3(1), 23-28.

Sabarini. S. S et al. 2021. Persepsi dan Pengalaman Akademik Dosen Keolahragaan


Mengimplementasikan E-Learning pada Masa Pandemi Covid-19. Yogyakarta: Deepublish

Simak. V. F & Renteng. S. (2021). Keperawatan Komunitas 2: Konsep Asuhan keperawatan


Komunitas. Makassar: Tohar Media

Widagdo. W & Kholifah. S. N. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta:


Kemenkes RI
Mardiah, S. et al.(2020).Modul Ajar Konsep Dasar Keperawatan. Surakarta : Prodi D3
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Rofii,M. (2021). Teori dan Falsafah Keperawatan. Edisi 1 . Semarang : Fakultas Kedokteran
Undip

Anda mungkin juga menyukai