Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MODEL PRAKTIK DALAM KONTEKS

NASIONAL DAN GLOBAL DAN PENGUKURAN


KUALITAS DAN MUTU ASUHAN

OLEH DOSEN PENGAMPU : ANDI SUPIANI , S.ST, M.Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

1. Wayan Eka Wati (042023710)


2. Nur Fatwa HM (042023694)
3. Restu (042023699)
4. Rahmatiah (042023698)
5. Eti (042023687)
6. Wira Kolomerati (042023711)
7. Stevani Napakasih (042023705)
8. Jumrita Taming (042023690)

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA


PERSADA PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1)

TAHUN AJARAN 2023/ 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
taufik serta hidayahNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah disepakati. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah mahasiswa memahami
Model Praktik dalam konteks Nasional dan Global dan pengukuran kualitas dan mutu asuhan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada masyarakat maupun menginspirasi terhadap para
pembacanya.

Kolaka, 19 April 2024

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

1.1Latar Belakang.......................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 2

2.1 Pengertian Konsep ................................................................................................................... 2

2.2 Konseptual Model Kebidanan .................................................................................................. 2

2.3 Kegunaan Model Kebidanan…………….……………………………………………………….3


2.4 Komponen dan macam Model Kebidanan.…..…………………………………………………..3
2.5 Pengukuran Kualitas Mutu Asuhan….…………………………………………………………..7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 13

3.2 Saran……………………………………………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengantar teori dalam praktik kebidanan dituangkan dalam standar


pelayanan kebidanan yang berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar
pelayanan akan melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil
pelayanan dapat dilakukan dengan jelas. Dengan adanya standar pelayanan,
maka dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh masyarakat akan
memberikan kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksana pelayanan.

Masalah yang ditemukan dalam penyusunan standar pelayanan kebidanan


adalah bahwa diantara apa yang telah biasa dilakukan dalam praktIk
kebidanan sebenarnya merupakan tindakan ritualistik yang tidak berdasarkan
pada pengalaman praktik yang terbaik. Dalam standar praktik kebidanan
tindakan yang bersifat ritualistik seperti melakukan episiotomi secara rutin dan
memandikan bayi setelah lahir sudah tidak dianjurkan lagi. Perubahan standar
pelayanan seperti ini didasarkan pada pengalaman yang terbaik dari para praktisi
di seluruh dunia. Praktik kebidanan, managemen kesehatan wanita secara mandiri
berfokus pada kehamilan, persalinan, nifas, asuhan BBL, KB dan kesehatan
reproduksi wanita.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam proses penyusunan
makalah dibatasi pada:

1) Pengertian Konsep Kebidanan


2) Konseptual Model Kebidanan
3) Kegunaan Model Kebidanan
4) Komponen dan macam Model Kebidanan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep

Penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang dapat
diuji melalui observasi atau penelitian.

Model : Contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.

Kebidanan : Merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu (multi
disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu
keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu buaya, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada Ibu dalam masa
prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, Ibu bersalin, post partum, bayi dan baru lahir.
Pelayanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada Ibu dan anak,
melaksanakan konseling dan pendidikan terhadap individu, keluarga dan
masyarakat.

Teori Kebidanan merupakan seperangkat konsep yang dapat menguraikan


secara jelas tentang disiplin ilmu kebidanan.

Model Kebidanan : Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan


kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2.2 Konseptual Model Kebidanan

Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang menjadi
dasar suatu disiplin. Model Konseptual kebidanan adalah tolak ukur bagi
bidan dalam memberi asuhan kebidanan. Dalam memberikan suatu gambaran
tentang pelayanan dalam praktek kebidanan dan memberi jawaban - jawaban atas
pertanyaan seputar praktek kebidanan, dalah hal ini Model dalam Kebidanan
menyangkut 4 hal, diantaranya:Orang (wanita, ibu, pasangan, dan orang lain),
Kesehatan, Lingkungan, Kebidanan.

2
2.3 Kegunaan Model Kebidanan

Model kebidanan memiliki beberapa kegunaan, diantaranya yaitu :

1. Untuk menggambarkan beberapa aspek (kongkrit maupun abstrak) dengan


mengartikan persamaannya seperti struktur, gambar, diagram, dan rumus.
Model tidak seperti teori, tidak memfokuskan pada hubungan antara dua
fenomena tapi lebih mengarah pada struktur dan fungsi. Sebuah model
pada dasarnya anologi atau gambar simbolik sebuah ide (Wilson, 1985).
2. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan
bantuan ilmu-ilmu sosial dalam mengkonsep dan menyamakan aspek-
aspek dalam proses sosial (Gait dan Smith, 1976).
3. Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak
digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktek
(Bemer. 1984).

 Model Kebidanan dapat digunakan untuk :


1. Menyatukan data secara lengkap
2. Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan
(Untuk Mengembangkan profesi)
3. Dalam pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar (Mendidik
siswi bidan)
4. Untuk komunikasi bidan dengan klien.

2.4 Komponen dan macam Model Kebidanan


Model kebidanan dibagi menjadi 5 komponen , yaitu :

1) Memonitor kesejahteraan ibu


2) Mempersiapkan ibu dgn memberikan pendidikan & konseling
3) Intervensi teknologi seminimal mungkin.
4) Mengidentifikasi dan memberi bantuan obstetric
5) Lakukan rujukan

3
Beberapa Macam Model Kebidanan :

1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan.

Model ini memiliki 4 unit yang penting, yaitu :

1) Ibu dalam keluarga


2) Konsep kebutuhan
3) Partnership
4) Faktor Kedokteran dan keterbukaan

2. Model medical
Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu
manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan.
Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan
dalam praktek kebidanan.

3. Model sehat untuk semua (Health For All-HFA)


Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklarasi Alma Atta tahun
1978. Fokus pelayanan ditujukan pada wanita, keluarga dan masyarakat
serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan negara lain. Tema HFA
menurut Euis dan Simmet (1992) :
 Mengurangi ketidaksamaan kesehatan
 Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif
 Partispasi masyarakat
 Kerjasama yang baik pemerintah dengan sector lain yang terkait
 Primary Health Care (PHC) sebagai dasar pelayanan utama dari sistem
pelayanan kesehatan. PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang
didasarkan pada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima oleh individu, keluarga dan masyarakat melalui partisipasi
mereka, serta dengan biaya yang terjangkau oleh mnasyarakat dan negara
untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat
untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
determination).

4
Dari model HFA dan definisi PHC terdapat lima konsep (WHO, 1998) :

Hak penentuan kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia


asuhan berdasarkan kebutuhan.

Pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dimana pelayanan dapat


memenuhi segala macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan
dalam satu kesatuan (semua pelayanan dalam satu tempat).

Pelayanan harus efektif, dapat diterima oleh norma, dan pelayanan harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat dan pelayanan harus dimonitor dan diatur
secara efektif.

Komunitas harus terlibat dalam pengembangan serta penentuan asuhan kesehatan


merupakan tanggung jawab semua komunitas dan kesehatan dipandang sebagai
faktor yang berperan untuk pengembangan seluruh lapisan masyarakat.

Model sehat untuk semua ini tidak dapat bergantung pada pelayanan kesehatan
saja tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : perumahan, polusi
lingkungan, persediaan rnakanan dan metode pubikasi.

 Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan
area ini adalah :
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum & metode pencegahan dan
pengontrolannya
2. Promosi kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak
3. Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat dan Persediaan
obat-obat essensial
4. Kesehatan ibu dan anak, Imunisasi dan KB
5. Pencegahan dan pengawasan penyakit endemic
6. Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum (morley
at all, 1989)

5
4. Model sistem maternitas di komunitas yang ideal University of Southeer
Queensland

Model kurikulum konseptual patnership dalam praktek kebidanan


berdasarkan pada model pelayanan kesehatan dasar. ( Guiilliland dan pairman,
1995 )

Patnership kebidanan adalah sebuah flllosofi prospektif dan suatu model


kepedulian ( model of care ) sebagai model flllosofi prospektif berpendapat bahwa
wanita dan bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses persalinan

 Persalinan merupakan proses yang sangat normal


 Sebuah hubungan patnership menggambarkan dua orang yang
bekerjasama dan saling menguntungkan
 Bidan tidak akan memaksakan suatu tindakan melainkan membantu
wanita untuk mengambil keputusan sendiri
 Konsep "wanita" dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan
tersebut, keluarga, kelompok dan budaya
 Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya
atau keluarga, budaya/sub kultur bidan tersebut dan “wewenang
profesional bidan”

Model of care the midwifery patnership didasarkan pada prinsip midwifery


care berikut ini:

1. Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran,


jiwa, fisik,dan lingkungan kultur sosial.
2. Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yg bersalin dapat ditolong
tanpa adanya intevensi.
3. .Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami.
4. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan ilmu
pengetahuan.
5. Relationship-based dan kesinambungan dalam motherhood.
6. Woman centered dan bertukar pikiran antara wanita.

6
7. Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab untuk suatu
pengambilan suatu keputusan.
8. Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik individu

Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa


mereka sendiri kedalam suatu hubungan patnership yang mana akan mereka
gunakan dalam teurapetik. Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus
didasari oleh rasa saling menghormati dan saling percaya satu sama lain.

2.5 Pengukuran Kualitas Mutu Asuhan

A. Konsep Kualitas Pelayanan

 Pengertian kualitas pelayanan menurut beberapa ahli adalah ;


1. Kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk
memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari kesejahtraan klien
sesuatu itu dihitung keseimbangan antara keuntungan yang diraih dan
kerugian yang semua itu merupakan penyelesaian proses atau hasil dari
pelayanan keseluruhan bagian ( donabedian, 1980 cit. Wijoyo, 1999 ).
2. Kualitas pelayanan kesehatan mengacu pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang disatu pihak menimbulkan kepuasan pasien (
Azwar ).
3. Kualitas pelayanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam
mengimbangi harapan konsumen ( tjiptono 2007 ).
4. Kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh
perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini
dapat diartikan sebagai jasa atau survice yang di sampaikan oleh pemilik
jasa yang berupa kemudahan , kecepatan ,hubungan ,kemampuan dan
keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam
memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen ( kotler 2002;83 ).

7
B. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan di antaranya ialah ;

1. Menciptakan visi tentang pelayanan Antenatal sehingga semua


petugas polindes mempunyai komitmen untuk
melaksanakan pelayanan Antenatal secara maksimal.
2. Perlu dikembangkan supervisi yang memfasilitasi (kunjungan
rumah) seperti ibu hamil yang belum pernah memeriksakan
kehamilannya.
3. Perlu adanya upaya untuk menyesuaikan target ibu hamil dengan
jumlah ibu hamil yang ada di wilayah polindesmelalui validasi data
secara dinamis. Pendataan dapat melalui bidan desa, kader desa
wisma, atau kader posyandu.
4. Menyusun perencanaan terpadu polindes dengan melibatkan
masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas pelayanan
Antenatal.
5. Menyusun Standart Operating Procedure(SOP) yang meliputi
prosedur untuk memenuhi hak-hak ibu hamil dalam pelayanan
Antenatal.
6. Memberikan kesempatan kepada bidan dan petugas kesehatan
lainnya untuk pelatihan dan pengembangan sebagai upaya
meningkatkan kompetensinya.pelatihan tersebut termasuk
pelatihan tentang tehnik komunikasi yang efektif dan pengelolaan
program KIA, agar mampu menyampaikan berbagi informasi yang
dibutuhkan oleh ibu hamil untuk memelihara kehamilan yang sehat
dan pelatihan pelayanan Antenatal comprehensif dan pelayanan
prima untuk meningkatkan kemampuan bidan dalam memberikan
pelayanan Antenatal yang lebih berkualitas.
7. Review pelaksanaan pencatatan kohort dan pelaporan PWS KIA
secara benar.
8. Perbaikan fasilitas polindes yang menunjang kenyamanan pasien.

8
C. Indikator Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan

Philip kotler dalam bukunya “marketing management” mendefinisikan


bahwa

; kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan


hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk/jasa yang dirasakan
dalam hubungannya dengan harapan seseorang.

Dengan demikian tingkat kepuasan pelanggan adalah suatu fungsi dari perbedaan
antara penampilan produk/jasa dengan harapan pelanggan. Djoko wijoyo, dalam
bukunya “manajemen mutu pelayanan kesehatan” menyebutkan bahwa ada 3
tingkat kepuasan pelanggan, yaitu ;

1. Bila penampilan kurang dari harapan , pelanggan tidak puas


2. Bila penampilan sebanding dengan harapan , pelanggan puas
3. Bila penampilan melebihi harapan , pelanggan amat puas atau senang

Menurut Parasuraman dalam Wiyono (1999) terdapat 10 indikator untuk


mengukur kepuasan pelanggang. Dalam perkembangan selanjutnya ke sepuluh
faktor tersebut dirangkum menjadi 5 (lima) dimensi mutu pelayanan sebagai
penentu kualitas jasa, yaitu:

 Bukti langsung ; adalah segala sesuatu yang tampak seperti ;fasilitas,


peralatan, kenyamanan ruangan dan sikap petugas
 Keandalan adalah elemen yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mewujutkan pelayanan yang dapat di andalkan
 Daya tangkap adalah elemen yang berkaitan dengan kesediaan karyawan
dalam membantu dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien ,
petugas dapat memberikan informasi yang jelas, petugas memberikan
pelayanan dengan segera dan tepat waktu, petugas memberikan pelayanan
yang baik.
 Jaminan hal ini terutama mencakup pengetahuan , kemampuan
,kesopanan dan sikap dapat dipercaya petugas. Selain itu, bebas dari
bahaya saat pelayanan merupakan jaminan juga

9
 Empati meliputi perhatian pribadi dalam memahami kebutuhan para
pasien.

D. Mutu Pelayanan Dalam Kebidanan

Seperti peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan bidan didesa dengan


wadah polindes. Wijoyo (1999) menerangkan bahwa mutu dapat dilihat dari
berbagai perspektif yaitu meliputi :

 Untuk pasien dan masyarakat , mutu pelayanan berarti suatu empati,


respek dan tanggap akan kebutuhan, pelayanan harus sesuai dengan
mereka dan diberikan dengan cara yang ramah waktu merekah berkunjung.
 Untuk petugas kesehatan ,mutu berarti bebas melakukan segala sesuatu
secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan
masyarakat sesuai dengan ilmu pengataahuan dan keterampilan yang maju,
mutu pelayanan yang baik dan memenuhi standar yang baik.
 Untuk manager dan administrator, mutu pelayanan tidak terlalu
berhubungan langsung dengan tugas mereka sehari – hari. Namun, tetap
sama pentingnya. Untuk manager, faktor pada mutu akan mendorongnya
untuk mengatur staf, pasien dan masyarakat yang baik.
 Untuk yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki
tenagah profesionl yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para manger
dan pemilik institusi mengharapkan efesiensi dan kewajiban
penyelenggaraan, minimal yang tidak merugikan jika dipandang dari
berbagai aspek seperti tidak adanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya,
waktu dan sebagainya.

Unsur – unsur yang pokok dalam program menjaga mutu pelayanan agar selalu
berkualitas terbagi atas 4 unsur , diantaranya meliputi :

 Unsur masukan
Unsur masukan adalah semua hal yang diperlukan untuk terselengaranya
satu pelayanan kesehatan, unsur masukan terpenting adalah tenaga , dana
dan sarana yang meliputi satrana fisik, perlengkapan, peralatan ,organisasi

10
dan managemen , keuangan , sumber daya manusia serta sumber daya
lainya di fasilitas kesehatan. Hal ini berarti yang dimaksud dengan struktur
adalah infut, baik tidaknya struktur infut dapat diukur dari ;
1. Jumlah besarnya infut
2. Mutu struktur
3. Besarnya anggaran atau biaya
4. Kewajaran

Sarana ( kuantitas dan kualitas ) tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan ( standard of personels and facilities ), serta jika dana yang tersedia
tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan
kesehatan.

 Unsur lingkungan
Unsur lingkungan adalah keadaan lingkungan sekitar yang mempengaruhi
penyelengaraan pelayanan kesehatan . untuk suatu institusi kesehatan,
keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan, organisasi dan
mangemen , secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi dan
managemen tersebut tidak sesuaidengan standar dan /atau tidak bersifat
mendukung, maka sulitlah diharapkan bermutuny pelayanan kesehatan
 Unsur proses
Unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada waktu
penyelengaraan pelayanan kesehatan . tindakan tersebut dapat dibedakan
atas 2 macam yakni ; tindakan medis dan tindakan non medis , secara
umum disebukan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan ( standard of conduct ) maka sulitlah diharapkan
bermutunya pelayanan kesehatan.

Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanankan secara profesional oleh


tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian proses ini
mencakup diagnosa , rencana pengobatan ,indikasi, tindakan, sarana kegiatan
dokter, kegiatan perawatan, dan penanganan kasus . baik tidaknya proses dapat
diukur dari;

1. Relefan tidaknya proses itu bagi pasien

11
2. Fleksibel dan efektifitas
3. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang sesuai
4. Kewajaran , tidak kurang dan tidak berlebihan

 Unsur keluaran
Unsur keluaran adalah yang menunjukan pada penampilan ( performance )
pelayanan kesehatan. Penampilan dapat dibedakan atas dua macam,
pertama penampilan aspek medis pelayanan kesehatan , kedua penampilan
aspek non medis pelayanan kesehatan . secara umum disebutkan apabila
keduan penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah dietapkan (
standard of performance ) maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu. Keempat unsur
pelayanan ini saling terkait dan mempengaruhi.

Berdasarkan dari penilaian di atas , mutu pelayanan yang baik menurut


(sabarguna, 2004) adalah:

1. Tersedia dan terjangkau


2. Tepat kebutuhan
3. Tepat sumber daya

Tepat standar profesi/etika profesi

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model Kebidanan adalah Suatu bentuk pedoman atau acuan yang


merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Sedangkan Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang
menjadi dasar suatu disiplin. Model konseptual kebidanan ini dapat dijadikan
tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada klien
sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam pelaksanaan askeb.
Dengan ini diharapkan profesi kebidanan dapat memberikan sumbangan yang
berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian &
kejadian seksio sesaria pada persalinan.

3.2 Saran

Dalam memberikan suatu gambaran tentang pelayanan dalam praktek


kebidanan dan memberi jawaban - jawaban atas pertanyaan seputar praktek
kebidanan. Alangkah baiknya jika standar praktek kebidanan digunakan untuk
menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-
hari, dan juga sebagai standar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana
pelatihan dan mengembangkan kurikulum pendidikan. Juga dapat untuk
membantu dalam menentukan kebutuhan operasional, misalnya kebutuhan akan
mekanisme peralatan dan obat yang diperlukan. Dengan hal ini, maka berbagai
kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditentukan sehingga
dapat dilakukan perbaikan yang lebih spesifik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Estiwidani Dwana, dkk. 2008, Konsep Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Asrina, Siswoyo Putri Sinta, Sulistyorini Dewie, Muflihah Syamrotul Ima, Sari
Nirmala Dian, 2010, Konsep Kebidanan, Graha Ilmu.

Hidayat Asri, 2009, Catatan Kuliah: Konsep Kebidanan, Yogyakarta: Mitra


Cendekia Press.

14

Anda mungkin juga menyukai