DISUSUN OLEH :
Sri mela julisma (2315401017)
Nia ramadhani (2315401018)
Rauzatul jannah (2315401019)
Misra hidayani (2315401022)
Ti Anisah (2315401006)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Konsep Kebidanan tentang Model Koseptual Asuhan Kebidanan ini.
Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon
maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Model Konseptual Asuhan Kebidanan.........................................2
2.2 Model asuhan pelayanan kebidanan di Indonesia dan luar negeri.3
2.3 Pengantar Teori Kebidanan..........................................................4
2.4 Teori Ramona T. Mercer............................................................13
2.5 Teori Reva Rubin .......................................................................17
2.6 Teori ela jor lerman……………………………………………..18
2.7 Teori emestin……………………………………………………19
2.8 Teori jean ball…………………………………………………..20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Model Konseptual Asuhan
Kebidanan.
2. Untuk mengetahui kegunaan dari Model Konseptual Asuhan Kebidanan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dalam asuhan kebidahan termasuk:
1. Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologis maupun sosial dalam
siklus kehamilan dan persalinan.
2. Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan, konseling, asuhan
prenatal, dalam proses persalinan dan bantuan masa post partum.
3. Intervensi teknologi seminimal mungkin.
4. Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetric yang dibutuhkan.
5. Ruang lingkup praktek kebidanan
Menolong persalinan
Konseling
Penyuluhan
Asuhan pada saat hamil, melahirkan; nifas dan BBL
Deteksi dini penyakit
Pengobatan terbatas ginekologi
Pertolongan gawat darurat
Pengawasan tumbuh kembang
Supervisi
Praktek kebidanan, managemen kesehatan wanita secara mandiri berfokus
pada kehamilan, persalinan , nifas, asuhan BBL, KB dan kesehatan reproduksi
wanita.
3
2.2 Model asuhan pelayanan kebidanan di Indonesia dan luar negeri
A. Pengertian
Penerapan model asuhan kebidanan adalah bentuk dari asuahan
kebidanan yang diberikan seorang bidan kepada klien/ pasien dengan
pedoman atau acuan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan
pelayanan. Manfaat penerapan asuahan kebidanan di Indonesia adalah
untuk menggambarkan beberapa aspek (konkret maupun abstrak),
merupakan gagasan mental sebagai bagian dari teori yang membantu
ilmu-ilmu sosial mengkonsep dalam menyamakan aspek-aspek proses
sosial, menggambarkan suatu kenyataan gambaran abstrak sehingga
banyak digunakan disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik
C. Keadilan Pelayanan
Keadilan pelayanan dalam penerapan model asuhan kebidanan di
Indonesia adalah keadilan dalam memberi pelayanan kebidanan
merupakan aspek pokok dalam pelayanan bidan di Indonesia. Keadilan
dalam pelayana ini dimulai dengan:
1. Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai dengan kondisi klien.
2. Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani.
3. Adanya penelitian untuk mengembangkan/ meningkatkan pelayanan.
4. Adanya keterjangkauan ke tempat pelayanan.
4
D. Karakteristik Petugas Kesehatan
Karakteristik petugas kesehatan dalam penerapan model asuhan
kebidanan di indonesia adalah pasien memerlukan pelayanan dari petugas
kesehatan (provider) yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Semangat untuk melayani.
2. Simpati.
3. Empati.
4. Tulus Ikhlas.
5. Memberi kepuasan.
5
1. Ketersediaan pelayanan kebidanan (available).
2. Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate).
3. Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue).
4. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable).
5. Ketercapaian pelayana kebidanan (accessible).
6. Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable).
7. Efisiensi pelayanan kebidanan (efficient).
8. Mutu pelayanan kebidanan (quality).
6
A. Pengertian Model Asuhan Kebidanan
Model adalah suatu contoh, peraga untuk menggambarkan sesuatu. Tujuan
model adalah membuat kerangka pengertian dalam memberikan pelayanan.
Sedangkan, Asuhan Kebidanan berdasarkan body of knowledge nya yang unik dan
pengetahuan gabungan dari dasar disiplin ilmu yang luas termasuk keperawatan,
kesehatan masyarakat dan kedokteran. Asuhan berasal dari yang solid dari
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui kombinasi pembelajaran,
observasi dan pengalaman yang memberikan asuhan kebidanan yang aman dan bijak
dalam pilihan pengaturan dalam keluarga sendiri.
B. Kegunaan Model
1. Untuk menggambarkan beberapa aspek (konkrit maupun abstrak). Dengan
mengartikan persamaannya seperti struktur, gambar, diagram dan rumus. Model tidak
seperti teori, tidak memfokuskan pada hubungan antara 2 fenomena tapi lebih
mengarah pada struktur dan fungsi. Sebuah model pada dasarnya analogi atau gambar
simbolik sebuah ide. (Wilson, 1985)
2. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan bantuan
ilmu-ilmu sosial dalam mengkonsep dan menyamakan aspek-aspek dalam proses
sosial. (Galt dan Smith, 1976).
3. Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak
digunakan ilmu lain sebagai parameter garis besar praktek (Berner, 1984).
Model kebidanan dapat digunakan untuk :
1. Menyatakan data secara lengkap
a. Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan
b. Dalam pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar
c. Untuk komunikasi bidan dengan klien.
2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan dan kebutuhan untuk:
a. Mengembangkan profesi
b. Mendidik siswi bidan
c. Komunikasi klien dengan pimpinan.
7
Macam-macam model kebidanan
1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktik kebidanan.
Model ini memiliki 4 unit yang penting, yaitu:
a. Ibu dalam keluarga
b. Konsep kebutuhan
c. Partnership
d. Faktor kedokteran dan keterbukaan
2. Model medical
Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam
memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan. Tujuannya adalah sebagai
kerangka kerja untuk pemahaman tindakan.
Model sehat untuk semua (Health For All=HFA)
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam deklarasi Alma Ata tahun 1978. Focus
pelayanan ditujukan kepada wanita, keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana
komunikasi dari bidan-bidan Negara lain. Tema HFA menurut Euis dan Simment
(1992) :
a. Mengurangi ketidaksamaan kesehatan
b. Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif
c. Partisipasi masyarakat
d. Kerjasama yang baik pemerintah dengan sector lain yang terkait
e. Primary Health Care (PHC) adalah dasar pelayanan utama dari system pelayanan
kesehatan.
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktik ilmu
pengetahuan yang logis dan metode sosial yang tepat serta teknologi universal yang
dapat diperoleh oleh individu dan keluarga dalam komunitas melalui partisipasi dan
merupakan suatu value dalam masyarakat dan Negara yang mampu menjaga setiap
langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan dan ketentuannya.
8
melihat suatu perbedaan yang nyata antara kebidanan keperawatan. Astrid Limburg
mengatakan : seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik
karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk
kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan
bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan, kebidanan adalah
profesi yang mandiri. Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni
sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien barulah kita harus mengatakan
pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi pada prakteknya
bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong
dirinya sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal,
natal, post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada
bidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerja sama.
Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah
profesi yang mendiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadi
role model dimasyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang
normal sehingga apabila seorang wanita merasa dirinya hamil dia dapat langsung
memeriksakan diri ke bidan.
E. Pelayanan Antenatal
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada
perawat. Bidan mempunyai izin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan
kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapratum dan post natal.
Tanpa ahli kandunagn yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga Audit
Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita dengan resiko tinggi atau kasus patologi ke
Ahli Kebidanan untuk dirawat dengan baik.
Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanandan untuk
meningkatkan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah daftar indikasi
oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
Daftar ini berisi riwayat sebelum dan sesudah pengobatan. Riwayat kebidanan akan
berguna dalam pelayanan kebidanan. Penelitian Woremever menghasilkan data
tentang mortalitas dan mobilitas yang menjamin kesimpulan : dengan sistem
pelayanan yang diterapkan Belanda memungkinkan mendapatkan hasil yang
memuaskan melalui seleksi wanita. Suksesnya penggunaan daftar indikasi merupakan
dasar yang penting mengapa persalinan di rumah disediakan dan menjadi alternatif
karena wanita dengan resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudian dirujuk ke Ahli
Kebidanan.
Selama kehamilan bidan menjumpai wanita hamil 10-14 kali di klinik bidan. Sasaran
utama praktek bidan adalah pelayanan komunitas. Jika tidak ada masalah, wanita
9
diberi pilihan untuk melahirkan di rumah atau di rumah sakit. Karena pelayanan
antenatal yang hati-hati sehingga kelahiran di rumah sama amannya dengan kelahiran
di rumah sakit. Tahun 1969 pemerintah Belanda menetapkan bahwa melahirkan di
rumah harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di Amsterdam 43%
kelahiran (catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland, diakui
bahwa rumah adalah tempat yang aman untuk melahirkan selama semuanya normal.
F. Pelayanan IntraPartum
Pelayanan Intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam
setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk
melakukan episiotomi tapi tidak diizinkan menggunakan alat kedokteran. Baisanya
bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli
Kebidanan. Syntomentrin dan Ergometrin diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan
kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.
10
Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses
patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukannya protap
pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu,
membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala dua, melakukan
episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta, memberikan uteronika
serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-
700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-
50% wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku
tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha
meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan.
11
Dengan adanya standar pelayanan dapat dibandingkan dengan pelayanan yang
diperoleh masyarakat akan memberikan kepercayaan yang lebih mantap terhadap
pelaksana pelayanan.
Suatu standar akan efektif bila dapat diobservasi, diakui, realistic, mudah
dilakukan dan dibutuhkan. Bila setiap ibu diharapkan mempunyai akses terhadap
pelayanan kebidanan maka diperlukan standar pelayanan kebidanan untuk
peningkatan kualitas pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan disebut berkualitas
bila tingkat pelayanan tersebut seorang memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Dengan demikian standar penting untuk pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian
kualitas pelayanan.
Masalah yang ditemukan dalam penyusunan standar pelayanan kebidanan
adalah bahwa diantara apa. yang telah biasa dilakukan dalam praktek kebidanan
sebenamya merupakan tindakan ritualistic yang tidak diriasarkan pada
pengalaman praktek yang terbaik.
Dalam standar praktek kebidanan tindakan yang bersifat ritualistic seperti
melakukan episiotomi secara rutin dan memandikan bayi setelah lahir sudah tidak
dianjurkan lagi. Perubahan standar pelayanan seperti ini diriasarkan pada
pengalaman yang terbaik dari para praktisi di seluruh dunia.
Standar praktek kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan
kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari. Standar
ini juga dapat digunakan sebagai standar untuk menilai pelayanan, menyusun
rencana pelatihan dan mengembangkan kurikulum pendidikan. Juga dapat untuk
membantu dalam menentukan kebutuhan operasional dalam penerapannya,
misalnya kebutuhan akan pengorganisasian, mekanisme peralatan dan obat yang
diperpukan.
Ketika audit terhadap pelayanan kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan
yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditentukan sehingga dapat dilakukan
perbaikan yang lebih spesifik.
12
2.4 TEORI RAMONA T. MERCER
Mercer banyak memfokuskan teorinya pada pengembangan teori dengan
menerapkan hasil penelitian dalam asuhan ibu. Dalam teorinya Mercer lebih
menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian peran ibu. Penilaian orang;
teori ini lebih ke arah praktek, ia memperlihatkan wanita saat melahirkan, wanita
pada awaf post partum, lebih mendekatkan diri pada bayi daripada melakukan
tugasnya sebagai ibu. Teori Mercer banyak digunakan dalam keperawatan dalam
bentuk Text Book Obstetri.
Pokok bahasan salam teori ini adalah :
1. Efek stress antepartum
2. Pencapaian peran ibu Efek Stress Antepartum
13
Satu-dua juta ibu di amerika yang gagal memerankan peran ibu
terbukti dengan tingginya jumlah anak yang mendapat perlakukan kejam (Mercer,
1981).
Menurutnya menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi wanita yang
menjadi ibu, tetapi ia juga melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi ibu dalam
melaksanakan peran ibu. Peran dan partisipasi suami sangat penting untuk
menyakinkan dan memberikan penghargaan terhadap peran baru ini.
Pencapaian peran ibu dalam kurun waktu tertentu dimana ibu menjadi
dekat dengan bayinya yang membutuhkan pendekatan yang berkompeten
termasuk peran dalam mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran
aktif ibu dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain.
Menurut Mercer, stress yang disebabkan oleh adanya resiko kehamilan
akan mempengaruhi penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan diri,
status kesehatan dan dukungan sosial mempunyai efek langsung yang positif
terhadap penguasaan. Dan mempunyai efek negatif terhadap ketakutan dan depresi
yang mempunyai efek negatif yang langsung terhadap fungsi keluarga.
Hasil penelitian wanita dengan kehamilan resiko tinggi mengalami
fungsi keluarga yang kurang optimal daripada wanita dengan kehamilan resiko
rendah.
Ekspresi peran banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Mercer
menguraikan 4 langkah dalam pencapaian peran ibu:
1. Anticipatory
adalah suatu masa sebelum menjadi ibu, memulai penyesuaian sosial dan
psikologi terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
2. Fonnal
Dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu. Pada masa ini bimbingan
peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem
sosial dari wanita.
3. Informal
14
Dimulai pada saat wanita telah seorang menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya sebagai ibu lahir telah seorang menentukan caranya
sendiri dalam melaksanakan peran bainya ini.
4. Personal
Dimulai pada saat wanita telah sepenuhnya seorang melaksanakan perannya
sebagai ibu.
Bila Rubin menyatakan bahwa pencapaian peran ibu ini dimulai sejak mulai
hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan. Mercer melihat bahwa peran aktif
seorang wanita dalam pencapaian peran ini umumnya dimulai setelah bayi
lahir yaitu pada 3 bulan sampai 7 bulan post partum.
15
Suatu hal yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Mercer adalah
penekanannya pada pengaruh bayi (infant personality) pada waktu ibu
melaksanakan perannya sebagai ibu. .
Dengan mengambil factor sosial suppport, Mercer mengidentifikasi 4
faktor pendukung yaitu :
1. Emosional Support
Adalah perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya diri dan mengerti.
2. Informational Support
Yaitu membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan
memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah
situasi.
3. Physical Support
Adalah pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi dan
memberikan dukungan dana.
4. Appraisal Support
Merupakan informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan,
bagaimana ia menampilkan dalam peran. Hal ini memungkinkan individu
seorang mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan
penampilan orang lain.
Menurutnya factor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran fungsi
ibu adalah : umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan
konsep diri.
Mercer menguraikan 4 faktor dalam masa adaptasi yaitu :
o Physical Recovery Phase (Lahir-1 Bulan)
Merupakan adaptasi terhadap fungsi tubuh. Selain pemulihan sendiri juga
termasuk di dalamnya perkembangan bayi. Secara psikologis ibu khawatir
terhadap resiko menjadi seorang ibu. Masa pemulihan sangat penting
karena bila fungsi tubuh tidak kembali seperti semula akan menimbulkan
keluhan psikologis dan sosiologis yang berkepanjangan bagi ibu.
o Achievement Phase (Z- 4/5 Bulan)
o Disruption phase (6-8 bulan)
o Reorganisation Phase (8 -12 Bulan)
16
Bidan yang diharapkan mercer dalam teorinya membantu wanita dalam
melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan adaptasi peran ibu dan
mengidentifikasi factor apa yang mempengaruhi peran ibu dalam pencapaian
peran ibu dalam pencapaian peran, fungsi dan kontribusi dari stress antepartum.
17
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya. Pada tahap ini ibu
memerlukan bantuan anggota keluarga lain.
3. Plateu Stage
Pada tahap ini ibu akan mencoba dengan sepenuhnya apakah ia telah
seorang menjadi ibu. Tahap ini membutukan waktu beberapa minggu dan
ibu akan melanjutkan sendiri.
4. Disengagement
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan.
Pada tahap ini berperan sebagai orang tua belum jelas.
18
7. Pembelaan/advokasi pada klien
8. Waktu
2.7 TEORI ERNESTIN WEIDENBACH
Emestine Weidenbach adalah seorang perawat yang telah bekerja selama
20 tahun. Walaupun weidenbach pernah lama menjadi perawat tetapi bukunya
yang berjudul “Family Centered maternity Nurcing” ditulis sewaktu dia bekerja
dibagian kebidanan.
2. The recipient
Penerima asuhan adalah perempuan, keluarga dan masyarakat yang
membutuhkan pertolongan. Kebutuhan muncul karena adanya
kondisi tertentu misalnya kehamilan, persalinan dan nifas. Recipient
menurut weidenbach adalah individu yang berkompeten dan mampu
melakukan segalanya sendiri sehingga bidan memberi pertolongan
hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri secara memuaskan.
19
4. The means
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model konseptual kebidanan adalah:
1. Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu
2. Pada dasarnya sam a dengan pengertian konsep kerja,sistem,dan skema ,yaitu
menunjukan ide global tentang individu,kelompok,situasi dan kejadian yang
menarik untuk suatu ilmu. Model konseptual kebidanan biasanya berkembang
datri teori wawasan intuitif keilmuan yang sering kali disimpulkan dalam
kerangka acuan disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett 1992) sehinga
model konseptual memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari
disiplin ilmu
3. Model memberikan kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktik
guna membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi
pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian. Konsep model ditunjukan
dalam banyak cara,yaitu mental model,fisik mental,dan simbolik (Lancaster).
Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas
menguraikan fenomena penting dalam sebuah disiplin ilmu.
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu
(multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, kesehatan masyarakat,
menagemen untuk dapat memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dalam masa
pra konsepsi, hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir yang meliputi pendeteksian
keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan mendirikan
kesehatan terhadap ibu, keluarga dan masyarakat. (50 Tahun IBI 2001).
21
DAFTAR PUSTAKA
http://sitimujirahayu.blogspot.co.id/2016/03/vbehaviorurldefaultvmlo_55.html
https://www.scribd.com/doc/45197986/makalah-konseptual-kebidanan
22