Disusun Oleh :
UNIVERSITAS KADIRI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Evidence, Role Model, dan
Manajemen Dalam Asuhan Kebidanan”.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.5 Manfaat...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
3.1 Kesimpulan...................................................................................................40
3.2 Saran.............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
1
kebidanan didasarkan pada kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan episode yang normal dalam siklus kehidupan wanita.
Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu
hubungan saling percaya dalam pelaksanaan askeb. Dengan ini diharapkan
profesi kebidanan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya
menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian & kejadian seksio
sesaria pada persalinan.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pemahaman tentang evidence, role model, dan
manajemen dalam asuhan kebidanan, diantaranya :
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari evidence
2. Untuk mengetahui perkembangan keilmuan midwifery yang
berhubungan dengan evidence
3. Untuk mengetahui prinsip asuhan kebidanan yang berdasarkan
evidence
4. Untuk mengetahui konsep dari role model dalam asuhan kebidanan
5. Untuk mengetahui konsep dari manajemen dalam asuhan kebidanan
1.5 Manfaat
3
Diharapkan dari penyusunan makalah ini institusi (Universitas
Kadiri) mendapatkan tambahan literatur kebidanan untuk mahasiswa
lainnya tentang Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Pelayanan
Kebidanan khusunya mengenai topik evidence, role model, dan
manajemen dalam asuhan kebidanan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kata evidence based berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti
“bukti atau fakta”. Sedangkan kata based memiliki arti “dasar” Evidance
based practice merupakan suatu strategi dan sebuah proses yang membantu
tenaga kesehatan untuk mendapatkan pengetahuan terbaru berdasarkan
evidence atau bukti yang jelas, up to date, dan relevan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik klinis
guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
5
2. Menggunakan informasi penelitian untuk mengurangi kepastian.
6
e) Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang
perilaku dan peran profesional dan terutama dipedomani oleh suatu
sistem nilai bersama.
2. Bukti internal berupa kemampuan klinis yang diperoleh dari tata laksana
dampak dan pengembangan mutu, analisis pada pasien dan evaluasi
pelayanan pada pasien, dan pemakaian sumber yang ada.
7. Membagikan hasil.
7
2.1.6 Kelebihan Evidence
Kelebihan dari evidence based practice dalam praktek profesional
adalah :
a) Penolong dan klien bersama-sama memperoleh pengetahuan dan
informasi sebanyak-banyaknya terhadap suatu penyakit atau masalah
yang dialami klien, sehingga akan membantu klien dalam membuat
keputusan alternatif dari sejumlah pilihan penaganan masalah atau
penyakit (Stout & Hayes, 2005).
b) Dengan evidence based practice memungkinkan praktisi (a)
mengembangkan pedoman praktis yang bermutu yang bisa diterapkan
pada diri klien, (b) mengidentifikasi literatur yang cocok yang bisa
dijadikan bahan diskusi bersama klien, (c) berkomunikasi dengan para
profesional lain dari kerangka acuan atas panduan pengetahuan dan (d)
meneruskan proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan
kemungkinan pengobatan terbaik bagi klien (Hines, 2000).
2.1.7 Keterbatasan Evidence
Keterbatasan EBP dalam praktek profesional adalah:
a) Keterbatasan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif bersaing
dengan sejumlah bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu keputusan
(Burns, 1999).
b) Literatur yang relevan mungkin tidak dapat diakses. Waktunya tidak
cukup untuk melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang
ada (mungkin sangat banyak jumlahnya) yang relevan dengan masalah
klinis yang mendesak (Americal Medical Assosiation atau disingkat
AMA, 1992).
2.2 Perkembangan Keilmuan Midwifery yang Berhubungan dengan
Evidence
8
negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke
tingkat yang sangat rendah. Asuhan kesehatan ibu saat ini terfokus pada :
a. Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang
diinginkan.
9
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh
dibawah ini adalah perkembangan keilmuan kebidanan yang berhubungan
dengan evidence based practice antara lain :
a. Gentle Birth
Gentle birth adalah konsep persalinan yag santun, tenang, dan alami yang
bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang dan rileks saat
melahirkan. Konsep ini melibatkan praktik senam hamil, olah pernapasan,
serta self hypnosis yang rutin dilakukan sjak awal masa kehamilan hingga
menuju persalinan.
b. Water birth
Persalinan di air (Inggris: water birth) adalah proses persalinan atau
proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam
air (water birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui
vagina di dalam air. Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth
tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat
tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam
air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur.
Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu
akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan
menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan persalinan
dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.
c. Lotus Birth
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek
meninggalkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada
ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s
jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit
pasca persalinan.
2.3 Prinsip Asuhan Kebidanan yang Berdasarkan Evidence
10
Trimester I
Frekuensi kunjungan : 1 kali
Alasan perlu kunjungan:
1. Mendeteksi masalah yang dapat ditanagni sebelum membahayakan jiwa.
2. Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, dan kebiasaan
tradisional yang berbahaya.
3. Membangun hubungan saling percaya
4. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan mengahdapi komplikasi
5. Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat, seks,
dan lain-lain).
Trimester II
Frekuensi kunjungan : 2 kali
Alasan perlu kunjungan:
Sama sengan trimester I , ditambah : kewaspadaan khusus terhadap
hipertesi kehamilan (deteksi gejala pre-eklampsi, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, proteinuria ).
Trimester III
Frekuensi kunjungan : 3 kali
Alasan perlu kunjungan:
1) Sama dengan trimester sebelumnya ditambah deteksi kehamilan ganda.
2) Sama dengan trimester sebelumnya, ditambah kelainan letak atau kondisi
yang memerlukan persalinan di rumah sakit
11
secara tidak langsung dengan menurunkan risiko komplikasi saat kehamilan
dan persalinan.
3. Imunisasi TT 0,5 cc
Imunisasi adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
untuk pencegahan ter hadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin
kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan
TT 1 - Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
12
Bidan juga harus melakukan konseling pada saat kehamilan atau
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya 4 terlalu,
yaitu:
1). Terlalu muda
Dimana ibu hamil dengan usia terlalu tua atau kurang dari 20 tahun
Ibu yang hamil dengan jarak tiap anak kurang dari 2 tahun.
Apabila hanya terjadi anemia ringan, sebab yang paling sering adalah
difisiensi zat besi dan dapat diobati secara efektif dengan suplementasi
besi 60 mg/hari elemental besi dan 50µg asam folat untuk profilaksi
anemia. Program Kemenkes RI memberikan 90 tablet bsi selama 3 bulan.
13
Semua ibu hamil yang dapat suplementasi besi harus menghindari
tembakau, teh dan kopi serta dipastikan mereka mengonsumsi makanan
kaya protein dan vitamin
14
penekanan oleh uterus pada vena pelvis major dan vena cava inferior yang
akan mengurangu sirkulasi darah ke jantung bagian kanan dan akan
mengakibatkan pengaliran oksigen ke otak dan akan mengakibatkan
pingsan.
15
c. Mortalitas ibu relatif rendah pada populasi yang beresiko ( semua
wanita usia subur ). Faktir risiko secara relatif adalah umum pada
populasi yang sama, faktir risiko tersebut bukan merupakan indikator
yang baik dimana para ibu mungkin akan mengalami komplikasi.
d. Mayoritas ibu yang mengalami komplikasi dianggap berisiko rendah,
sebagian besar ibu yang dianggap berisiko rendah melahirkan bayinya
tanpa komplikasi.
e. Setiap wanita hamil berisiko mengalami komplikasi dan harus
mempunyai akses terhadap asuhan ibu bersalin yang berkualitas ,
sehingga pendekatan risiko tidak efektif.
f. Bahkan wanita berisiko rendah pun bisa mengalami komplikasi.
g. Tidak ada jumlah penapisan yang bisa membedakan wanita mana yang
akan membutuhkan asuhan kegawatdaruratan dan mana yang tidak
memerluka asuhan tersebut.
2.4 Konsep Role Model Dalam Asuhan Kebidanan
16
adalah suatu bentuk pedoman / acuan yang merupa.kan kerangka kerja
seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh
filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan), meliputi unsur-
unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku,
lingkungan dan pelayanan kesehatan).
17
Untuk komunikasi bidan dengan klien
2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan, dan
kebutuhan untuk :
Mengembangkan profesi
Mendidik siswi bidan.
Komunikasi dengan klien dan pimpinan.
18
Manusia dipisahkan dari lingkungan dimana Keduanya saling
kesehatan individu lebih diprioritaskan mempengaruhi
daripada kesehatan manusia
c. Model partisipasi.
Model asuhan selanjutnya adalah model partisipasi. Model
partisipasi adalah adanya partisipasi ibu dalam interaksinya dengan bidan
pada tingkat individual maupun tingkat masyarakat.
Kunci aspek partisipasi pasien meliputi:
1. Bantuan diri : pasien yg aktif terlibat dalam asuhan
2. Tidak medikalisasi dan tidak professional
3. Demokrasi : keterlibatan pasien dalam decision making
Tingkat partisipasi yaitu sejauh mana pasien berpartisipasi pada pelayanan
kebidanan. Sedangkan tingkatan partisipasi ada beberapa macam, yaitu :
19
1. Tk I : Menerima pelayanan secara pasif
2. Tk II : Partisipasi aktif dengan rencana-rencana yg jelas misal, bertanya /
mengajak diskusi
3. Tk III : Berpartisipasi dalam pelaksanaan program kesehatan
4. TK IV : Berpartisipasi dalam program pengawasan dan evaluasi
5. Tk V : Berpartisipasi dalam perencanaan program / model
20
Medical model merupakan salah satu model yang dikembangkan
untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat dan sakit
dalam arti kesehatan. Model ini sering digunakan dalam bidang
kedoteran dan lebih fokus pada proses penyakit dan mengobati
ketidaksempurnaan yang tecakup dalam model ini adalah :
21
b. Paradigma sehat
Seperti yang kita sama-sama ketahui bahwa derajat kesehatan di
Indonesia masih rendah, hal ini menuntut adanya upaya pemerintah
dalam upaya menurunkannya. Salah satu usaha pemerintah dalam
menigkatkan derajat kesehatan, pemerintah membuat satu model dalam
pembangunan kesehatan yaitu PARADIGMA SEHAT. Apa yang
dimaksud paradigma sehat?
Paradigma sehat ini pertama kali dicetuskan oleh
Prof.Dr.F.A.Moeloek (Menkes RI) Pada Rapat sidang DPR Komisi VI
pada Tanggal 15 September 1998. Paradigma sehat adalah cara pandang,
pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah
kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan
orang sakit atau pemulihan kesehatan. Jadi, pada paradigma sehat ini
lebih menekankan pada pengobatan promotif, dan preventif.
Secara garis besar, dengan adanya paradigma sehat maka
pembangunan sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang
kesehatan. Secara khususnya, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya,
yaitu dengan adanya paradigma sehat maka pembangunan kesehatan
menekankan pada upaya promotif dan preventif.
Paradigma Sehat ini merupakan model dalam pembangunan
kesehatan tetapi juga dijadikan dalam asuhan kebidanan, hal ini karena:
1) Dengan paradigma sehat akan merubah cara pandang tentang
kesehatan termaksuk kesehatan roproduksi, dan mendorong
masyarakat menjadi mandiri dan sadar akan pentingnya upaya
promotif dan preventif
2) Mengingat paradigma sehat merupakan upaya untuk merupakan
derajat kesehatan di Indonesia yang utamanya di nilai dari AKI dan
AKB, maka Bidan sebagai bagian dari tenaga yang turut bertanggung
jawab terhadap menurunya AKI dan AKB perlu menjadikan
paradigma sehat sebagai model.
22
3) Paradigma sehat merupakan suatu gerakan nasional sehingga bidanpun
harus menjadikannya sebagai model atau acuan.
c. Midwifery care
Care dalam bahasa Inggris mempunyai arti memelihara,
mengawasai, memperhatikan dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan
dunia kebidanan maka “care” disini sering disebut dengan asuhan.
Bidan dalam memegang prinsip Midwifery care yaitu:
1) Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik, psikis dan lingkungan
kultur sosial
2) Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
3) Mendukung dan meningkatkan persalinan alami
4) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan
seni
5) Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama
untuk suatu pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau
keputusan akhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya
6) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik
23
mereka punya peran dalam menentukan pilihan sehingga terpenuhi
kebutuhannya dan timbul kepuasan. Hal ini juga menunjukan bahwa asuhan
berorientasi pada wanita atau women Center Care amat penting untuk
kemajuan praktik kebidanan.
Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus menerapkan hal-hal berikut
ini:
a. Lakukan intervensi minimal
b. Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
c. Melakukan segala tindakan sesuai dengan standar, wewenang dan
kompetensi
d. Memberikan inform konten
e. Memberikan asuhan yang nyaman, aman, logis dan berkualitas
f. Menerapkan asuhan sayang ibu
24
d. Memberdayakan ibu / wanita dan keluarga.
Rentang kehidupan
Aktivitas Kehidupan
Ketergantungan atau kebebasan individu
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu
2. Rosemary Methven
25
Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap
asuhan kebidanan, dimana dalam sistem perawatanada 5 metode
pemberian bantuan yaitu :
26
2.6.1 Teori-teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan
1. Teori Reva Rubin
27
4. Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah berakhir.
28
Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya.
Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya.
Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh
ke kondisi normal
Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan
nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi
tubuh tidak berlangsung normal
b. Periode Taking Hold (Hari ke 2 - 4 setelah melahirkan)
Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan
tanggungjawab akan bayinya
Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB,
dan daya tubuh
Ibu berusaha untuk menguasai- ketrampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
Kemungkinan ibu mengalami depresi post partum karena merasa tidak
mapu membesarkan bayinya.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta
perhatian keluarga
Ibu sudah mengambil tanggungjawab dalam merawat bay! dan memahami
kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan
hubungan ssosial
29
Ball mengemukakan teori kursi goyang yang di bentuk 3 elemen :
Pelayanan maternitas
Pandagan masyarakat terhadap keluarga
Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian wanita
2. Australia
30
Memberdayakan wanita dalam pengambilan keputusan.
Pelayanan kebidanan dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek.
Individu yang mengacu pada wanita dan petugas kesehatan lain jika di
butuhkan.
3. New Zealand
1. Efisiensi
31
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan
sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sedikit mungkin.
Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai
dan usaha yang telah dikeluarkan (misalnya oleh seorang tenaga
kesehatan).
2. Efektivitas
Efektifitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai;
efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh
manajemen.
3. Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasioanal sangat diperlukan dalam proses
manajemen. Keputusan merupakan su atau pilihan dari dua atau lebih
tindakan. Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan
jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan.
2.7.3 Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut buku 50th IBI, 2007, Manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Deples RI, 2005, Manajemen Kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada individu, keluarga, dan
masyarakat.
Menurut Helen Varney, 1997, Manajemen Kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan
oleh ACNM (1999) terdiri atas:
1. Mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap dan relevan
secara sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap
32
kesehatan setiap klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan
melakukan pemeriksaan fisik.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis ber-dasarkan
interpretasi data dasar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersama klien.
4. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga dapat
membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6. Secara pribadi, bertanggung jawab terhadap implementasi rencana
individual.
7. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat
jika terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
33
Individu sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan
disebut klien.yang dimaksud klien di sini ialah setiap individu yang dilayani
oleh bidan baik itu sehat maupun sakit.klien yang sakit
disebut pasien.upaya menyehatkan dan meningkatkan status kesehatan
keluarga akan lebih efektip bila dlakukan melalui ibu baik didalam keluarga
maupun didalam kelompok masyarakat.didalam pelaksanaan manajemen
kebidanan,bidan memandang keluarga dan kelompok masyarakat sebagai
kumpulan individi-individuyang berada di dalam suatu ikatan sosial dimana
ibu memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan,pencegahan penyakit,penyembuhan,pemulihan kesehatan ibu dan
anak dalam lingkup dan tanggungjawab
2.7.5. Fungsi Manajemen Kebidanan
1. Planning (perencanaan), yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak
dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus
diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
2. Organizing (pengelompokan), yaitu mengelompokkan dan
menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan iitu
3. Staffing (kepeluan SDM), yaitu menentukan keperluan-keperluan
sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan
pengembangan tenaga kerja.
4. Controlling (pengawasan), yaitu mengukur pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan
mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
34
3. Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak
efektif.
35
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulakan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang sfesipik.
Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan
penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap
klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di
identifikasi oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai
contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang
berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin
tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester
ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah
tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori
“nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu
masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
36
persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan
beriap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distocia bahu dan juga
kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap
kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan
tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus prematur atau bayi
kecil. Persiapan yang sederhana adalahdengan bertanya dan mengkaji
riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium
terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika
infeksi saluran kencing terjadi.
37
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorng ahli perawat klinis bayi
baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap
klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling
tepat dalam manajemen asuhan klien.
38
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
BAB III
PENUTUP
39
3.1 Kesimpulan
40
apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
3.2 Saran
Semoga, apa yang kita peroleh dalam makalah ini dapat kita pelajari
dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah
makalah tentang Evidence, Role Model, dan Manajemen Dalam Asuhan
Kebidanan ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
baik kami yang membuat maupun anda yang membaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, dkk. 2010. Konep Kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal 109-121
41
Azwar, Azrul. 1996.. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa
Aksara
Bennett, V. Ruth. 1993. My Textbook for Midwives. 12th ed. London: Churchill
Livingstone
Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 900/Menkes/SK/VII/2002. Tentang Registrasi dan Praktek
Bidan. Jakarta: PP Ikatan Bidan Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 1995. Konsep Kebidanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI Dimond, Bridgit. 2002. Legal Aspects of Midwifery. Chelshire:
Books for Midwives Press
Depkes RI.2001. Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan. EGC: Jakarta
Dosen Diploma III Kebidanan; Buku 1 Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Depertamen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Estiwati, D; Meilani , N; Widyasi, H; Widyastuti, Y; (2009) Konsep
Kebidanan. Jogjakarta:
Hidayat, A; Mufdillah, (2009) Catatan kuliah, Konsep Kebidanan plus materi
bidan Delima. Jogjakarta: Mitra Cendekia
Khaghnizadeh, M., Nir, M. S., Noori, J. M., & Zicker, F. 2015. Evidence-based
Nursing Education: A Scoping Review. International Journal of Medical Reviews,
2(3), 273-277
Pusdiknakes. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi
Schneider, Z., & Whitehead, D. (2013). Nursing and midwifery research: methods
and appraisal for evidence-based practice. Elsevier Australia.
Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Studi Megister
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.
42