Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM PELAYANAN


KEBIDANAN

“Evidence, Role Model, dan Manajemen Dalam Asuhan Kebidanan”

Dosen Pengampu : Rahma Kusuma D, S.T., SST., M.P.H

Disusun Oleh :

Anita Nuril Fadila (19680001)

Mectildis S.V Ndike (19680004)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Evidence, Role Model, dan
Manajemen Dalam Asuhan Kebidanan”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rahma Kusuma D, S.T.,


SST., M.P.H selaku Dosen mata kuliah Manajemen dan Kepemimpinan Dalam
Pelayanan Kebidanan yang telah memberikan tugas ini dan telah membimbing
kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak yang
terkait.

Kediri, 8 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

1.4 Metode Penulisan...........................................................................................3

1.5 Manfaat...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

2.1 Konsep Evidence............................................................................................5

2.1.1 Pengertian Evidence................................................................................5

2.1.2 Tujuan Evidence......................................................................................6

2.1.3 Ciri-ciri Evidence.....................................................................................6

2.1.4 Komponen kunci Evidence......................................................................7

2.1.5 Langkah –langkah dalam Proses Evidence..............................................7

2.1.6 Kelebihan Evidence.................................................................................8

2.1.7 Keterbatasan Evidence.............................................................................8

2.2 Perkembangan Keilmuan Midwifery yang Berhubungan Dengan Evidence.8

2.3 Prinsip Asuhan Kebidanan Berdasarkan Evidence......................................16

2.4 Konsep Role Model Dalam Asuhan Kebidanan...........................................16

2.4.1 Pengertian Role Model Dalam Asuhan Kebidanan...............................16

2.4.2 Konseptual Model Kebidanan...............................................................17

2.4.3 Kegunaan Model....................................................................................17

2.4.4 Komponen dan Macam Model Kebidanan............................................18

2.4.5 Macam-Macam Model Kebidanan........................................................18


2.4.6 Model Konseptual Dalam Asuhan Kebidanan......................................20

2.5 Pengertian Woman Center Care...................................................................23

2.5.1 Visi Misi Women Center Care..............................................................24

2.6 Toeri Model Kebidanan................................................................................25

2.6.1 Teori-teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan..............................26

2.6.2 Model Kebidanan dibeberapa Negara...................................................30

2.7 Konsep Manajemen Dalam Asuhan Kebidanan...........................................31

2.7.1 Konsep Umum Manajemen Kebidanan.................................................31

2.7.2. Prinsip-Prinsip Manajemen..................................................................31

2.7.3 Pengertian Manajemen Kebidanan........................................................32

2.7.4. Sasaran Manajemen Kebidanan............................................................33

2.7.5. Fungsi Manajemen Kebidanan.............................................................34

2.7.6 Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan............................................34

BAB III PENUTUP...............................................................................................40

3.1 Kesimpulan...................................................................................................40

3.2 Saran.............................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,


persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan
normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan,
persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dan
kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Kemampuan pelayanan
kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya
angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa
angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN,
merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal yang masih
cukup tinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan segara untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan
perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami


sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha
yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan
yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada
evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat
digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan
dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.

Model dalam teori kebidanan indonesia mengadopsi dari beberapa


model negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada
disamping dari teori & model yang bersumber dari masyarakat. Model asuhan

1
kebidanan didasarkan pada kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan episode yang normal dalam siklus kehidupan wanita.

Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu
hubungan saling percaya dalam pelaksanaan askeb. Dengan ini diharapkan
profesi kebidanan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya
menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian & kejadian seksio
sesaria pada persalinan.

Manajemen kebidanan adalah suatu metode/proses berfikir logis


sistematis.oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah / kerangka dalam menangani kasus
yang menjadi tanggung jawabnya. Menjelaskandasar-dasar yang harus
diperhatikan oleh bidandalam melaksanakan asuhan kebidanan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan


masalah dalam penulisan makalah ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar dari evidence?
2. Bagaimana perkembangan keilmuan midwifery yang berhubungan dengan
evidence?
3. Bagaimana prinsip asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence?
4. Bagaimana konsep dari role model dalam asuhan kebidanan?
5. Bagaimana konsep dari manajemen dalam asuhan kebidanan?
1.3 Tujuan

Tujuan yang dapat dicapai adalah sebagai berikut:


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
nilai Mata Kuliah Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Pelayanan
Kebidanan.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pemahaman tentang evidence, role model, dan
manajemen dalam asuhan kebidanan, diantaranya :
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari evidence
2. Untuk mengetahui perkembangan keilmuan midwifery yang
berhubungan dengan evidence
3. Untuk mengetahui prinsip asuhan kebidanan yang berdasarkan
evidence
4. Untuk mengetahui konsep dari role model dalam asuhan kebidanan
5. Untuk mengetahui konsep dari manajemen dalam asuhan kebidanan

1.4 Metode Penulisan

Studi pustaka yaitu suatu cara pengumpulan informasi dari berbagai


sumber seperti jurnal, buku- buku yang mendukung teori tentang evidence,
role model, dan manajemen dalam asuhan kebidanan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis makalah ini bermanfaat bagi penyusun untuk memahami


tinjauan teori dan tinjauan kasus tentang Manajemen dan
Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan khususnya pada topik
evidence, role model, dan manajemen dalam asuhan kebidanan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa / Penyusun


Untuk menambah wawasan penulis tentang Manajemen dan
Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan guna untuk
meningkatkan pemahaman mengenai topik evidence, role model, dan
manajemen dalam asuhan kebidanan.

2. Bagi Institusi Pendidikan (Kebidanan S-1 Universitas Kadiri)

3
Diharapkan dari penyusunan makalah ini institusi (Universitas
Kadiri) mendapatkan tambahan literatur kebidanan untuk mahasiswa
lainnya tentang Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Pelayanan
Kebidanan khusunya mengenai topik evidence, role model, dan
manajemen dalam asuhan kebidanan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Evidence

2.1.1 Pengertian Evidence

Pada awal tahun 1990-an, David Sackett dan teman sejawatnya di


Universitas McMaster, Ontario, Kanada, menciptakan istilah evidence-based
medicine (EBM) yang artinya mengintegrasikan keahlian klinis individu
dengan bukti klinis eksternal terbaik yang tersedia dari penelitian yang
sistematis untuk mencapai manajemen pasien sebaik mungkin. Mereka
kemudian menyempurnakan definisinya dengan memperhatikan juga nilai
pasien. Istilah Evidence Based Medicine yang secara luas menggantikan
istilah lama epidemiologi klinik, saat ini juga sering disebut evidence based
practice.

Kata evidence based berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti
“bukti atau fakta”. Sedangkan kata based memiliki arti “dasar” Evidance
based practice merupakan suatu strategi dan sebuah proses yang membantu
tenaga kesehatan untuk mendapatkan pengetahuan terbaru berdasarkan
evidence atau bukti yang jelas, up to date, dan relevan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik klinis
guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.

Evidence based adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan


menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
klinis sehingga dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan. Jadi pengertian evidence based midwifery
dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian
yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis

Beberapa unsur penting pendekatan evidence based practice yaitu :

1. Mengenali ketidakpastian dalam pengetahuan klinik.

5
2. Menggunakan informasi penelitian untuk mengurangi kepastian.

3. Membedakan bukti yang kuat dan yang lemah.

4. Mengukur dan mengkomunikasikan ketidakpastian dengan probabilitas.

2.1.2 Tujuan Evidence

Tujuan evidence based practice adalah untuk menemukan bukti


sebagai jawaban dari pertanyaan klinis yang muncul dan kemudian
mengaplikasikan bukti tersebut ke dalam asuhan kebidanan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, menyiapkan bidan yang
professional dan memiliki kemampuan untuk memberikan sebuah pelayanan
kebidanan yang mempunyai kualitas yang didasarkan dari evidence based,
guna memperoleh data yang paling baik sebagai respon dari persoalan dalam
klinis praktikum kebidanan yang berguna untuk menambah taraf perawatan
pada ibu/pasien

2.1.3 Ciri-ciri Evidence


Timmermans dan Angell (2001) menunjukkan bahwa pertimbangan
klinis berbasis bukti memiliki lima ciri penting:
a) Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis.

b) Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang


memerlukan kemampuan untuk mensintesakan informasi dan membuat
pertimbangan mengenai kualitas bukti-bukti yang ada.

c) Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktisi di


suatu organisasi dan tingkat keyakinannya terhadap keefektifan informasi
yang digunakan.

d) Bagian dari penggunaan evidence based practice adalah kemampuan


mengevaluasi secara mandiri informasi yang digunakan dan menguji
validitasnya dalam konteks praktik masing-masing.

6
e) Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang
perilaku dan peran profesional dan terutama dipedomani oleh suatu
sistem nilai bersama.

2.1.4 Komponen kunci Evidence


Komponen evidence based practice dalam membuat keputusan klinis
berdasarkan evidence based antara lain :

1. Bukti eksternal yang dapat bermula dari penelitian, fakta berdasarkan


prinsip, pendapat seorang pimpinan, dan konsultasi dengan seorang yang
professional.

2. Bukti internal berupa kemampuan klinis yang diperoleh dari tata laksana
dampak dan pengembangan mutu, analisis pada pasien dan evaluasi
pelayanan pada pasien, dan pemakaian sumber yang ada.

3. Pilihan pada pasien.

2.1.5 Langkah –langkah dalam Proses Evidence


Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses evidence based
practice adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan keinginan pencarian (inquiry)

2. Mengajukan pertanyaan PICO (T) question.Dalam hal ini PICO (T)


kependekan dari pasien/populasi, intervensi, comparison intervention
atau intervensi pembanding, outcome atau hasil, dan time frame atau
kerangka waktu.

3. Menemukan fakta-fakta yang terbaik.

4. Melaksanakan evaluasi ciri atau data yang sudah diketahui.

5. Memadukan data dengan ketrampilan klinis serta pilihan pasien untuk


membuat keputusan klinis terbaik.

6. Evaluasi hasil setelah penerapan evidence based practice pada perubahan


praktek.

7. Membagikan hasil.

7
2.1.6 Kelebihan Evidence
Kelebihan dari evidence based practice dalam praktek profesional
adalah :
a) Penolong dan klien bersama-sama memperoleh pengetahuan dan
informasi sebanyak-banyaknya terhadap suatu penyakit atau masalah
yang dialami klien, sehingga akan membantu klien dalam membuat
keputusan alternatif dari sejumlah pilihan penaganan masalah atau
penyakit (Stout & Hayes, 2005).
b) Dengan evidence based practice memungkinkan praktisi (a)
mengembangkan pedoman praktis yang bermutu yang bisa diterapkan
pada diri klien, (b) mengidentifikasi literatur yang cocok yang bisa
dijadikan bahan diskusi bersama klien, (c) berkomunikasi dengan para
profesional lain dari kerangka acuan atas panduan pengetahuan dan (d)
meneruskan proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan
kemungkinan pengobatan terbaik bagi klien (Hines, 2000).
2.1.7 Keterbatasan Evidence
Keterbatasan EBP dalam praktek profesional adalah:
a) Keterbatasan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif bersaing
dengan sejumlah bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu keputusan
(Burns, 1999).
b) Literatur yang relevan mungkin tidak dapat diakses. Waktunya tidak
cukup untuk melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang
ada (mungkin sangat banyak jumlahnya) yang relevan dengan masalah
klinis yang mendesak (Americal Medical Assosiation atau disingkat
AMA, 1992).
2.2 Perkembangan Keilmuan Midwifery yang Berhubungan dengan
Evidence

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara


berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan,
eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama
kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya
pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua

8
negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke
tingkat yang sangat rendah. Asuhan kesehatan ibu saat ini terfokus pada :
a. Keluarga Berencana 
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang
diinginkan.

b. Asuhan Antenatal Terfokus 

Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya,


menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi

c. Asuhan Pasca keguguran 

Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta


tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

d. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih,


aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah
terjadinya kesakitan dan kematian

e. Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah


persalinan

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi


adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada
jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis
komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu
berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya.

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman


serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran
paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi,
menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta
pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu

9
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh
dibawah ini adalah perkembangan keilmuan kebidanan yang berhubungan
dengan evidence based practice antara lain :
a. Gentle Birth
Gentle birth adalah konsep persalinan yag santun, tenang, dan alami yang
bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang dan rileks saat
melahirkan. Konsep ini melibatkan praktik senam hamil, olah pernapasan,
serta self hypnosis yang rutin dilakukan sjak awal masa kehamilan hingga
menuju persalinan.
b. Water birth
Persalinan di air (Inggris: water birth) adalah proses persalinan atau
proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam
air (water birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui
vagina di dalam air. Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth
tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat
tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam
air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur.
Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu
akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan
menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan persalinan
dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.
c. Lotus Birth
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek
meninggalkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada
ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s
jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit
pasca persalinan.
2.3 Prinsip Asuhan Kebidanan yang Berdasarkan Evidence

Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan


program kebijakan asuhan kehamilan sebagai berikut:

1.   Kunjungan ANC minimal dilakukan 6 kali kunjungan selama kehamilan

10
 Trimester I
Frekuensi kunjungan : 1 kali
Alasan perlu kunjungan:
1. Mendeteksi masalah yang dapat ditanagni sebelum membahayakan jiwa.
2. Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, dan kebiasaan
tradisional yang berbahaya.
3. Membangun hubungan saling percaya
4. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan mengahdapi komplikasi
5. Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat, seks,
dan lain-lain).
 Trimester II
Frekuensi kunjungan : 2 kali
Alasan perlu kunjungan:
Sama sengan trimester I , ditambah : kewaspadaan khusus terhadap
hipertesi kehamilan (deteksi gejala pre-eklampsi, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, proteinuria ).

 Trimester III
Frekuensi kunjungan : 3 kali
Alasan perlu kunjungan:
1) Sama dengan trimester sebelumnya ditambah deteksi kehamilan ganda.
2) Sama dengan trimester sebelumnya, ditambah kelainan letak atau kondisi
yang memerlukan persalinan di rumah sakit

2. Pemberian suplemen mikronutrien


Tablet yang mengandung FeSO4, 320 mg (setara dengan zat besi 60
mg) dan asam folat 500 gr. Sebanyak 1 tablet per hari segera setelah rasa
mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu hamil harus dinasehati
agar tidak meminumnya bersama dengan teh/ kopi agar tidak mengganggu
penyerapannya.

Berdasarkan penelitian yang ada, suplemen mikronutrien berguna


untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu
hamil secara langsung yakni dengan mengobati penyakit pada kehamilan atau

11
secara tidak langsung dengan menurunkan risiko komplikasi saat kehamilan
dan persalinan.

3. Imunisasi TT 0,5 cc
Imunisasi adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
untuk pencegahan ter hadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin
kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan
TT 1 - Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun

4. 10 T dalam pemeriksaan kehamilan dan 4 Terlalu


Pada pemeriksaan kehamilan bidan wajib memeriksa dan memberikan
10 T (Depker RI, 2009 ) yaitu:

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


b) Ukur tekanan darah
c) Tentukan status gizi (mengukur LILA)
d) Ukur tinggi fundus uteri
e) Tentukan presentasi janin dan DJJ
f) Skrining dan pemberian Tetanus Toksoid (TT)
g) Pemberian tablet tambah darah
h) Tes laboratorium
i) Tata laksana kasus
j) Temu wicara / konseling

12
Bidan juga harus melakukan konseling pada saat kehamilan atau
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya 4 terlalu,
yaitu:

1). Terlalu muda

Dimana ibu hamil dengan usia terlalu tua atau kurang dari 20 tahun

2). Terlalu sering hamil

Ibu yang hamil dengan jarak tiap anak kurang dari 2 tahun.

3). Terlalu banyak anak

Ibu hamil dengan jumlah anak lebih dari 4 anak,

4). Terlalu tua hamil

Ibu hamil dengan usia saat kehamilan lebih dari 35 tahun.

4 terlalu dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan, seperti


cacat pada janin, perdarahan, bahkan sampai kematian ibu dan janin
(Manuaba, 2010).

5. Perkiraan hemoglobin pada kehamilan


Dalam kehamilan normal akan terjadi penurunan kadar hemoglobin.
Kadar Hb terendah terjadi sekitar pada umur kehamilan 30 minggu. Oleh
karena itu pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk
melihat data awal, lalu diulang pada sekitar 30 minggu. Untuk saat ini
anemia dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb <11g%.
Pada trimester I dan III atau Hb <10,5g% pada trimester II.

Apabila hanya terjadi anemia ringan, sebab yang paling sering adalah
difisiensi zat besi dan dapat diobati secara efektif dengan suplementasi
besi 60 mg/hari elemental besi dan 50µg asam folat untuk profilaksi
anemia. Program Kemenkes RI memberikan 90 tablet bsi selama 3 bulan.

13
Semua ibu hamil yang dapat suplementasi besi harus menghindari
tembakau, teh dan kopi serta dipastikan mereka mengonsumsi makanan
kaya protein dan vitamin

6. Perkiraan Tinggi Fundus Uteri


Tinggi fundus uteri adalah tinggi puncak tertinggi rahim sesuai usia
kehamilan. Biasanya pengukuran inidilakukan saat pemeriksaan abdomen
ibu hamil tepatnya saat melakukan Leopold 1. Dari pengukuranTFU dapat
diketahui taksiran usia gestasi dan taksiran berat badan janin. Pengukuran
TFU menggunakan jari pemeriksa sebagai alat ukurnya, namun
kelemahannya tiap orang memiliki ukuran jari yang berbeda.TFU lebih
baik diukur menggunakan metylen dengan satuan cm, ujung metylen
ditempelkan padasimfisis pubis sedangkan ujung lain ditempelkan di
puncak rahim.

a. TFU untuk mengetahui tafsiran usia kehamilan (UK).

Jika fundus belum melewati pusat : UK (minggu) = Hasil ukur + 4

Jika fundus sudah melewati pusat : UK (minggu ) = hasil ukur + 6

b.  TFU untuk taksiran berat badan janin.

TBJ ( gram ) = (TFU – 12) X 155 gram

Terdapat variasi yang lebar antara operator yang melakukan


pengukuran TFU dengan cara tradisional (jari tangan). Menggunakan
pita ukur untuk mengukur jarak antara tepi atas simpisis pubis dengan
fundus uteri dalam centimeter adalah metoda yang dapat diandalkan
untuk memperkirakan TFU. Jarak tersebut (dalam cm) sesuai dengan
umur kehamilan (dalam minggu) setelah umur kehamilan 24 minggu.

7. Hipotensi Pada Saat Berbaring Terlentang.

Posisi terlentang mempengaruhi fisiologi ibu dan janin. Setiap ibu


hamil hendaknya menghindari posisi terlentang terutama pada kehamilan
lanjut. Hal ini disebabkan karena apabila berbaring terlentang akan terjadi

14
penekanan oleh uterus pada vena pelvis major dan vena cava inferior yang
akan mengurangu sirkulasi darah ke jantung bagian kanan dan akan
mengakibatkan pengaliran oksigen ke otak dan akan mengakibatkan
pingsan.

Keadaan tersebut lebih terkenal dengan supine hypotensif syndrome


yang dapat mengakibatkan denyut jantung janin (DJJ) abnormal. Namun
apabila posisi terlentang dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan
bantal kecil dibawah sisi kiri punggung bawah.

Secara ringkas penelitian menunjukan hasil:

1. Posisi terlentag mempengaruhi fisiologi ibu dan janin.


2. Setiap ibu hamil hendaknya menghindari posisi terlentang terutama
pada kehamilan lanjut.
3. Bila posisi terlentang dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan
bantal kecil dibawah sisi kiri punggung bawah.
8. Pentingnya Deteksi Penyakit Bukan Penilaian/Pendekatan Risiko.

Pendekatan risiko yang mempunyai rasionalisasi bahwa asuhan


antenatal adalah melakukan screening untuk memprediksi faktor-faktor
resiko untuk memprediksi suatu penyakit.

Dapat dikatakan bahwa wanita hamil mempunyai risiko untuk


mengalami komplikasi dan haruus mempunyai akses terhadap asuhan ibu
bersalin yang berkualitas. Bahkan wanita yang digolongkan dalam risiko
rendah bisa saja mengalami komplikasi. Jadi pendekatan risiko bukan
merupakan strategi yang efisien ataupun efektif untuk menurunkan angka
mortalitas ibu karena:

a. Faktor risiko tidak dapat memperkirakan komplikasi, biasanya bukan


penyebab langsung terjadinya komplikasi.
b. Apa yang akan anda lakukan bila megidentifikasi pasien beresiko tinggi
dan apa yang harus dilakukan pada pasien dengan risiko rendah?

15
c. Mortalitas ibu relatif rendah pada populasi yang beresiko ( semua
wanita usia subur ). Faktir risiko secara relatif adalah umum pada
populasi yang sama, faktir risiko tersebut bukan merupakan indikator
yang baik dimana para ibu mungkin akan mengalami komplikasi.
d. Mayoritas ibu yang mengalami komplikasi dianggap berisiko rendah,
sebagian besar ibu yang dianggap berisiko rendah melahirkan bayinya
tanpa komplikasi.
e. Setiap wanita hamil berisiko mengalami komplikasi dan harus
mempunyai akses terhadap asuhan ibu bersalin yang berkualitas ,
sehingga pendekatan risiko tidak efektif.
f. Bahkan wanita berisiko rendah pun bisa mengalami komplikasi.
g. Tidak ada jumlah penapisan yang bisa membedakan wanita mana yang
akan membutuhkan asuhan kegawatdaruratan dan mana yang tidak
memerluka asuhan tersebut.
2.4 Konsep Role Model Dalam Asuhan Kebidanan

2.4.1 Pengertian Role Model Dalam Asuhan Kebidanan


Konsep adalah penopang sebuah teori yang dapat diuji melalui
observasi atau penelitian. Model adalah  contoh atau  peraga untuk
menggambarkan sesuatu.

Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu


(multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, ibu
bersalin, post partum, bayi dan baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi
pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling
dan pendidikan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang


menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa
penyederhanaan atau idealisasi. Model konseptual adalah model
representasi untuk suatu ide atau konseptual. Model asuhan kebidanan

16
adalah suatu bentuk pedoman / acuan yang merupa.kan kerangka kerja
seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh
filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan), meliputi unsur-
unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku,
lingkungan dan pelayanan kesehatan).

2.4.2 Konseptual Model Kebidanan


Dalam memberikan akan suatu gambaran tentang pelayanan dalam
praktek kebidanan dan memberi jawaban - jawaban atas pertanyaan, apa
yang merupakan praktek kebidanan. Model dalam Kebidanan terdiri atas 4
elemen.

 Orang (wanita, ibu, pasangan, dan orang lain)


 Kesehatan
 Lingkungan
 Kebidanan

2.4.3 Kegunaan Model


1) Untuk menggambarkan beberapa aspek (kongkrit maupun abstrak) dengan
mengartikan persamaannya seperti struktur, gambar, diagram, dan rumus.
Model tidak seperti teori, tidak memfokuskan pada hubungan antara dua
fenomena tapi lebih mengarah pada struktur dan fungsi. Sebuah model
pada dasarnya anologi atau gambar simbolik sebuah ide (Wilson, 1985).
2) Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan
bantuan ilmu-ilmu sosial dalam mengkonsep dan menyamakan aspek-
aspek dalam proses sosial (Gait dan Smith, 1976).
3) Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak
digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktek
(Bemer. 1984).
Model kebidanan dapat digunakan untuk :
1. Menyatukan data secara lengkap
 Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pemimpin.
 Dalam pendidikan untuk mengorganisasi program belajar.

17
 Untuk komunikasi bidan dengan klien 
2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan, dan
kebutuhan untuk :
 Mengembangkan profesi
 Mendidik siswi bidan.
Komunikasi dengan klien dan pimpinan.

2.4.4 Komponen dan Macam Model Kebidanan


Model kebidanan dibagi menjadi 5 komponen, yaitu :
 Memonitor kesejahteraan ibu
 Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan dan konseling
 Intervensi teknologi semininal mmungki
 Mengidentifikasi dan memberi bantuan obstetric
 Lakukan rujukan

2.4.5 Macam-Macam Model Kebidanan


a. Medical model
Merupakan fondasi dari praktik-praktik kebidanan yang sudah
meresap di masyarakat.Meliputi proses penyakit, pemberian tindakan, dan
komplikasi penyakit / tindakan.

Medical model Model kebidanan


Orientasi pada penyakit X filosofi asuhan Orientasi pada manusia sehat
kebidanan mengikuti proses alamiah

Manusia (bidan) sebagai kontrol terhadap Kondisi fisiologis


alam (mempercepat proses seharusnya dapat
berjalan secara alamiah)

Memahami individu dari bio dan body Holistic approach (bio-psiko


sosio cultural spirit)

Bidan berorientasi pada pengobatan penyakit Orientasi sehat

18
Manusia dipisahkan dari lingkungan dimana Keduanya saling
kesehatan individu lebih diprioritaskan mempengaruhi
daripada kesehatan manusia

Adanya spesialis asuhan asuhan Komprehensif minimalis


mengutamakan high teknologi intervensi
Dokter sebagai kontrol, peran pasien pasif, Pasien sebagai objek
informasi terbatas pada pasien

Fokus pada kondisi pasien Mencakup lingkungan

b. Model sehat untuk semua (health for all)


Model sehat untuk semua (Health For All) ini Diproklamirkan oleh
WHO sejak tahun 1978. Fokus dari model ini adalah pada wanita,
keluarga, dan masyarakat. Pelaksananya adalah bidan di komunitas
Tema dalam HFA (Health For All):
1) Mengurangi kesenjangan dalam kesehatan
2) Bentuk Yankes adalah kesehatan dan pencegahan penyakit
3) Partisipasi masyarakat
4) Adanya kerjasama antar tim kesehatan
5) Berfokus pada Yankes. Primer

c. Model partisipasi.
Model asuhan selanjutnya adalah model partisipasi. Model
partisipasi adalah adanya partisipasi ibu dalam interaksinya dengan bidan
pada tingkat individual maupun tingkat masyarakat.
Kunci aspek partisipasi pasien meliputi:
1. Bantuan diri : pasien yg aktif terlibat dalam asuhan
2. Tidak medikalisasi dan tidak professional
3. Demokrasi : keterlibatan pasien dalam decision making
Tingkat partisipasi yaitu sejauh mana pasien berpartisipasi pada pelayanan
kebidanan. Sedangkan tingkatan partisipasi ada beberapa macam, yaitu :

19
1. Tk I : Menerima pelayanan secara pasif
2. Tk II : Partisipasi aktif dengan rencana-rencana yg jelas misal, bertanya /
mengajak diskusi
3. Tk III : Berpartisipasi dalam pelaksanaan program kesehatan
4. TK IV : Berpartisipasi dalam program pengawasan dan evaluasi
5. Tk V : Berpartisipasi dalam perencanaan program / model

Untuk melaksanakan model partisipasi ini membutuhkan :


1) Pendekatan
2) Kerjasama antara bidan, ibu dan keluarga
3) Pertanyaan (untuk mengetahui pengetahuan ibu, apa yg diharapkan)
4) Pemberitahuan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, rencana tindakan,
5) alternatif tindakan

Unit komponen dalam model ini:


1) Ibu dan keluarga (banyak variasi : norma patriakal, single parent, cerai
dan lain-lain)
2) Konsep kebutuhan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual)
3) Partnership (kerjasama dengan klien, keluarga maupun tim nakes)
4) Faktor kedekatan & keterbukaan (menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan, pengharapan, kepercayaan, dan perekanan)
5) Model menolong Bagi bidan di ruang kebidanan
6) Pemberian informasi (dengan komunikasi yang baik)
7) Pemberian pilihan dan kontrol (dilibatkan dalam decision making)
8) Penerimaan klien saat bersalin (komunikasi yang baik)
9) Kesadaran diri sendiri (kekuatan dan kelemahan)
10)Model sistem maternitas di komunitas
11)Bidan yg memberikan asuhan di komunitas akan melakukan rujukan
2.4.6 Model Konseptual Dalam Asuhan Kebidanan
a. Medical model

20
Medical model merupakan salah satu model yang dikembangkan
untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat dan sakit
dalam arti kesehatan. Model ini sering digunakan dalam bidang
kedoteran dan lebih fokus pada proses penyakit dan mengobati
ketidaksempurnaan yang tecakup dalam model ini adalah :

1) Berorientasi pada penyakit


2) Menganggap bahwa akal/pikiran dan badan terpisah
3) Manusia menguasai alam
4) Yang tidak biasa menjadi menarik
5) Pasien berperan pasif
6) Dokter yang menentukan
Model ini kurang cocok untuk kebidanan karena terlalu
berorientasi pada penyakit dan tidak memberikan pasien
menentukan keinginannya sendiri. Tapi masih banyak yang
terpengaruhi dengan model ini. berikut ini akan diberikan gambaran
bagaiman perbedaan pandangan mengenai kehamilan sesuai medical
model dan falsafah kebidanan.

Medical model Falsafah kebidanan


Perspektif Normal dalam antisipasi

Kasus tidak biasa menjadi Setiap persalinan peristiwa unik


menarik
Dokter bertanggung jawab Wanita dan keluarga membuat
informasi terbatas keputusan Informasi diberikan
tidak terbatas
Outcome yang diharapkan ibu dan bayi hidup Outcome yang diharapkan ibu
dan sehat dan bayi yang hidup dan sehat
dan kepuasan akan
kebutuhan individu

21
b. Paradigma sehat
Seperti yang kita sama-sama ketahui bahwa derajat kesehatan di
Indonesia masih rendah, hal ini menuntut adanya upaya pemerintah
dalam upaya menurunkannya. Salah satu usaha pemerintah dalam
menigkatkan derajat kesehatan, pemerintah membuat satu model dalam
pembangunan kesehatan yaitu PARADIGMA SEHAT. Apa yang
dimaksud paradigma sehat?
Paradigma sehat ini pertama kali dicetuskan oleh
Prof.Dr.F.A.Moeloek (Menkes RI) Pada Rapat sidang DPR Komisi VI
pada Tanggal 15 September 1998. Paradigma sehat adalah cara pandang,
pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah
kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan
orang sakit atau pemulihan kesehatan. Jadi, pada paradigma sehat ini
lebih menekankan pada pengobatan promotif, dan preventif.
Secara garis besar, dengan adanya paradigma sehat maka
pembangunan sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang
kesehatan. Secara khususnya, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya,
yaitu dengan adanya paradigma sehat maka pembangunan kesehatan
menekankan pada upaya promotif dan preventif.
Paradigma Sehat ini merupakan model dalam pembangunan
kesehatan tetapi juga dijadikan dalam asuhan kebidanan, hal ini karena:
1) Dengan paradigma sehat akan merubah cara pandang tentang
kesehatan termaksuk kesehatan roproduksi, dan mendorong
masyarakat menjadi mandiri dan sadar akan pentingnya upaya
promotif dan preventif
2) Mengingat paradigma sehat merupakan upaya untuk merupakan
derajat kesehatan di Indonesia yang utamanya di nilai dari AKI dan
AKB, maka Bidan sebagai bagian dari tenaga yang turut bertanggung
jawab terhadap menurunya AKI dan AKB perlu menjadikan
paradigma sehat sebagai model.

22
3) Paradigma sehat merupakan suatu gerakan nasional sehingga bidanpun
harus menjadikannya sebagai model atau acuan.

c. Midwifery care
Care dalam bahasa Inggris mempunyai arti memelihara,
mengawasai, memperhatikan dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan
dunia kebidanan maka “care” disini sering disebut dengan asuhan.
Bidan dalam memegang prinsip Midwifery care yaitu:
1) Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik, psikis dan lingkungan
kultur sosial
2) Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
3) Mendukung dan meningkatkan persalinan alami
4) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan
seni
5) Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama
untuk suatu pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau
keputusan akhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya
6) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik

2.5 Pengertian Woman Center Care

Women center care merupakan model konseptual dalam asuhan


midwifery care dan asuhan ini berorientasi pada wanita. Dalam hal ini bidan
difokuskan untuk memberikan dukungan pada wanita dalam upaya
memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan
memutuskan perawatan kesehatannya sendiri.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh badan yaitu House
of commons Health commitee tahun 1992, disimpulkan bahwa terdapat
permintaan yang meluas pada kaum wanita untuk memilih pilihan yang
lebih besar dalam menentukan jenis asuhan maternitas saat ini membuat
mereka frustasi bukan memfasilitasi mereka. Hasil penelitian ini
menunjukkan pentingnaya asuhan yang berorientasi pada wanita dimana

23
mereka punya peran dalam menentukan pilihan sehingga terpenuhi
kebutuhannya dan timbul kepuasan. Hal ini juga menunjukan bahwa asuhan
berorientasi pada wanita atau women Center Care amat penting untuk
kemajuan praktik kebidanan.

2.5.1 Visi Misi Women Center Care


Women Center care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM
(Internasional Confederation of Midwifery) yang tertuang pada visinya
yaitu:
1. Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan asuhan
kebidanan
2. Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai
kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan
wanita dan keluarga
3. Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan di masa mendatang
termasukpelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh
wanita dan keluarga.

Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus menerapkan hal-hal berikut
ini:
a. Lakukan intervensi minimal
b. Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
c. Melakukan segala tindakan sesuai dengan standar, wewenang dan
kompetensi
d. Memberikan inform konten
e. Memberikan asuhan yang nyaman, aman, logis dan berkualitas
f. Menerapkan asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu ini adalah


a. Asuhan yang tidak menibulkan penderitaan bagi ibu
b. Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan
c. Asuahan yang berorientasi dengan kebutuhan ibu

24
d. Memberdayakan ibu / wanita dan keluarga.

2.6 Toeri Model Kebidanan

Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara


jelas menguraikan fenomena yang penting dalam sebuah disiplin teori yg
termasuk dalam teori model kebidanan adalah :

1. Ruper, Logan dan Tierney Activity of living Model

Model yang dipengaruhi oleh Virginia Henderson Model. Terdiri dari


4 elemen :

 Rentang kehidupan
 Aktivitas Kehidupan
 Ketergantungan atau kebebasan individu
 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu

Dalam model ini diidentifikasi adanya 10 macam kebutuhan manusia


sebagai proses kehidupan yaitu :

 Mempertahankan lingkungan yang aman


 Komunikasi
 Bermapas
 Makanan dan minuman
 Eliminasi
 Berpakaian dan kebersihan dir
 Pengaturan suhu tubuh
 Mobilisasi (bekerja dan bermain)
 Seksualitas
 Tidur

2. Rosemary Methven

25
Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap
asuhan kebidanan, dimana dalam sistem perawatanada 5 metode
pemberian bantuan yaitu :

 Mengerjakan untuk klien


 Membimbing klien
 Mendukung klien (secara fisik dan psikologis)
 Menyedian lingkungan yang mendukung kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan sekarang dan masa akan datang
 Mengajarkan klien

Peran bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan


sesuatu untuk membantu klien untuk memenuhi kebutuhannya. Manfaat
dari model ini menurut Methuen adalah sebagai bukti praktek pengkajian
kebidanan yang tidak didasarkan pada kerangka kerja dari tradisi
manapun. Sebagai dasarnya adalah kesehatan bukan kesakitan sehingga
asuhan yang di berikan efektif bagi ibu dan memberikan kebebasan pada
bidan untuk melakukan asuhan.

3. Roy Adaption Model

Pencetusnya adalah suster Callista Roy (1960), sebagai dasarnya


makhluk biopsikososial yang berhubungan dengan
lingkungan. Dikemukakan tiga macam stimulasi yang mempengaruhi
adaptasi kesehatan dari individu, yaitu :

a. Vokal stimuli.yaitu stimuli dari lingkungan di dekat individu, contohnya :


kesehatan bayi akan mempengaruhi ibu yang baru saja melakukan
fungsinya.
b. Kontekstual stimuli yaitu faktor-faktor umum yang mempenagaruhi
wanita. Contohnya : Kondisi kehidupan yang buruk
c. Residual stimuli yaitu faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman,
dan sikap. Model kebidanan ini berguna bagi bidan dalam melakukan
pengkajian secara menyeluruh (holistik)

26
2.6.1 Teori-teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan
1. Teori Reva Rubin

Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai


peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian
aktifitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon
ibu dapat mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia
mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya
perubahan psikososial dalam kehamilan dan setelah persalinan.

Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-


harapan, antara lain:

 Kesejahteraan ibu dan bayinya


 Penerimaan dari masyarakat
 Penetuan identitas diri
 Mengerti tentang arti memberi dan menerima
 Perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah :
 Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga
dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan
janinnya 
 Ibu memerlukan sosialisasi
Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calpon ibu dalam
mencapai perannya:
1. Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi
dengan anak yang lain
2. Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada
tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
3. Plateu Stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Tahap
ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian
melanjutkan sendiri.

27
4. Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah berakhir.

Aspek-aspek yang diidentiflkasi dalam peran ibu adalah gambaran


tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita
adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari
pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan
dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan dan perubahan
spesifik yang terjadi selama kehamilan dan setelah persalinan

 Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu


 Taking On (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya
dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.
 Taking In
Seorang wanita sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan.
Introjection, projection, dan rejection merupakan tahap dimana wanita
membedakan model - model yang sesuai dengan keinginannya.
 Letting Go
 Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya.
Pada tahapan ini seorang Wanita akan mulai meninggalkan perannya di
masa lalu.
Adaptasi psikososial pada waktu post partum :
Keberhasilan masa transisisi menjadi orang tua pada masa post partum
dipengaruhi  :   
 Respon dan dukungan dari keluarga
 Hubungan antara pengalaman saat melahirkan dengan harapan-harapan
 Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lau
 Budaya

Rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi 3 yaitu :

a. Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)


 Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain

28
 Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya.
 Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya.
 Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh
ke kondisi normal
 Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan
nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi
tubuh tidak berlangsung normal
b. Periode Taking Hold (Hari ke 2 - 4 setelah melahirkan)
 Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan
tanggungjawab akan bayinya
 Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB,
dan daya tubuh
 Ibu berusaha untuk menguasai- ketrampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
 Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
 Kemungkinan ibu mengalami depresi post partum karena merasa tidak
mapu membesarkan bayinya.
c. Periode Letting Go
 Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta
perhatian keluarga
 Ibu sudah mengambil tanggungjawab dalam merawat bay! dan memahami
kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan
hubungan ssosial

2. Teori Jeal Ball

Menurut Jean Ball respon terhadap perubahan setelah melahirkan akan


mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan mereka akan
mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persiapan yang sudah dilakukan
bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi respon emotional wanita
terhadap perubahan akibat proses kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita
setelah melahirkan sangat tergantung pada personality atau kepribadian,
sistem dukungan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas.

29
Ball mengemukakan teori kursi goyang yang di bentuk 3 elemen :

 Pelayanan maternitas
 Pandagan masyarakat terhadap keluarga
 Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian wanita

2.6.2  Model Kebidanan dibeberapa Negara


1. United Kingdom

 Bidan Inggris menuntut adanya pelayanan mandiri dan menolak medical


modal karena dianggap tidak cocok dengan praktek kebidanan
 Mereka lebih banyak menggunakan Orem Self Care Model (kemampuan
seseorang untuk merawat dirinya sendiri.
 Keuntungan bagi wanita adalah menernpatkan kebutuhan wanita sebagai
prioritas utama, wanita berhak memilih asuhan yang diinginkan dan
rencana kelahiranya
 Keuntungan bagi bidan adalah memudahkan bidan dalam memberikan
asuhan yang berkesinambungan dan menerapkan women center care,
memudahkan dalam melakukan asuhan mandiri dan komprehensif pada
ibu, bayi dan keluarga

2. Australia

 Menggunakan modal partnership kebidanan dimana wanita sebagai partner


bidan dalam berbagai pengalaman tentang proses melahirkan dan
melahirkan adalah proses yang normal dalam kebidanan.
 Prinsip - prinsip yang mendasari partnership dalam kebidanan adalah:
 Mengetahui dan mendukung sosial budaya (suatu yang hholistic
 Sebagian besar wanita dapat melahirkan bayi tanpa iintervensi
 Mendukung proses alamiah dalam tubuh .
 Pelayanan kebidanan adalah seni dan ilmu, pendekatan pemecahan
masalah di gunakan bila diperlukan .
 Pelayanan kebidanan berpusat pada wanita.
 Berhubungan dengan Mengetahui dan mendukung kesatuan antara tubuh,
pikiran, jiwa, lingkungan fisik proses pencapaian peran ibu.

30
 Memberdayakan wanita dalam pengambilan keputusan.
 Pelayanan kebidanan dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek.
Individu yang mengacu pada wanita dan petugas kesehatan lain jika di
butuhkan.

3. New Zealand

Menggunakan model patnership bidan dengan ibu. Adapun fillosofi


yang mendasari:

 Kehamilan dan persalinan adalah proses kehidupan yang normal


 Tugas kebidanan secara profesional adalah pendamping ibu dalam
kehamilan, persalinan dan periode post natal nnormal
 Kebidanan memberikan pelayanan kepada wanita secara
berkesinambungandan kebidanan berpusatpada wanita.

2.7 Konsep Manajemen Dalam Asuhan Kebidanan

2.7.1 Konsep Umum Manajemen Kebidanan


Pengertian manajemen sangat universal, tetapi tidak ada kesepakatan
mengenai batasannya banyak definisi yang dapat dipilih sesuai
dengantujuan masing-masing. Batasan yang paling singkat mengenai
manajemn yaitu :
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
Prinsip yang mendasari batasan ini adalah ‘komitmen pencapaian’ yakni
komitmen untuk melakukan kegiatan yang bertujuan, bukan semata-mata
kegiatan. Untuk menegaskan gagasan tujuan ini, batasannya dapat ditulis
ulang sebagai : ‘manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak
dikerjakan, kemudian menyelesaikannya’. Dengan kata lain, manajemen
menentukan tujuan dahulu secara pasti (yakni menyatakan dengan rinci apa
yang hendak dituju) dan mencapainya.
2.7.2. Prinsip-Prinsip Manajemen
Tiga prinsip pokok manejemen adalah efisien, efektif, dan rasional
dalam mengambil keputusan.

1. Efisiensi

31
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan
sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sedikit mungkin.
Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai
dan usaha yang telah dikeluarkan (misalnya oleh seorang tenaga
kesehatan).
2. Efektivitas
Efektifitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai;
efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh
manajemen.
3. Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasioanal sangat diperlukan dalam proses
manajemen. Keputusan merupakan su atau pilihan dari dua atau lebih
tindakan. Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan
jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan.
2.7.3 Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut buku 50th IBI, 2007, Manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Deples RI, 2005, Manajemen Kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada individu, keluarga, dan
masyarakat.
Menurut Helen Varney, 1997, Manajemen Kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan
oleh ACNM (1999) terdiri atas:
1. Mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap dan relevan
secara sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap

32
kesehatan setiap klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan
melakukan pemeriksaan fisik.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis ber-dasarkan
interpretasi data dasar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersama klien.
4. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga dapat
membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6. Secara pribadi, bertanggung jawab terhadap implementasi rencana
individual.
7. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat
jika terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

2.7.4. Sasaran Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan
kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga diterapkan di dalam
pelaksanaan pelayaanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan
masyarakat.manajemen kebidanan  mendorong para bidan menggunakan
cara yang teratur dan rasional sehingga mempermudah pelaksanaan yang
tepat dalam mencagahkan masalah klien dan kemudian akhirnya tujuan
mewujudkan kondisi ibu dan anak yang sehat dapat  tercapai.
Seperti  yang telah dikemukakan di atas bahwa permasalahan kesehatan
ibu dan anak yang ditangani oleh  bidan mutlak menggunakan metode dan
pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan
tanggungjawab bidang maka sasaran manajemen kebidanan ditunjukan
kepada baik individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.

33
Individu sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan
disebut klien.yang dimaksud klien di sini ialah setiap individu yang dilayani
oleh bidan baik itu sehat maupun sakit.klien yang sakit
disebut pasien.upaya menyehatkan dan meningkatkan status kesehatan
keluarga akan lebih efektip bila dlakukan melalui ibu baik didalam keluarga
maupun didalam kelompok masyarakat.didalam pelaksanaan manajemen
kebidanan,bidan memandang keluarga dan kelompok masyarakat sebagai
kumpulan individi-individuyang berada di dalam suatu ikatan sosial dimana
ibu memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan,pencegahan penyakit,penyembuhan,pemulihan kesehatan ibu dan
anak dalam lingkup dan tanggungjawab
2.7.5. Fungsi Manajemen Kebidanan
1. Planning (perencanaan), yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak
dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus
diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
2. Organizing (pengelompokan), yaitu mengelompokkan dan
menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan iitu
3. Staffing (kepeluan SDM), yaitu menentukan keperluan-keperluan
sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan
pengembangan tenaga kerja.
4. Controlling (pengawasan), yaitu mengukur pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan
mengambil tindakan korektif yang diperlukan.

2.7.6 Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan


1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan.
2. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau
masalah.

34
3. Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak
efektif.

Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney adalah


sebagai berikut :

Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap, yaitu :
 Riwayat kesehatan
 Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
 Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
 Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultsi. Pada keadaan tertentu dapat
terjadi langkah pertama akan overlap dengan 5 dan 6 (atau menjadi bagian
dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari
hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic yang lain.
Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar

35
Pada langkah ini dilakukan identifikasi  yang benar terhadap diagnose
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulakan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang sfesipik.
Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan
penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap
klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di
identifikasi oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai
contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang
berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin
tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester
ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah
tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori
“nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu
masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mngisentifikasi masalah atau diagnosa potensial


lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memunkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh
seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang
berlebihan tersebut (misalnya pelihidramnion, besar dari masa kehamilan,
ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian ia harus
mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-
siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan post partum yang
disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang berlebiahan. Pada

36
persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan
beriap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distocia bahu dan juga
kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap
kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan
tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus prematur atau bayi
kecil. Persiapan yang sederhana adalahdengan bertanya dan mengkaji
riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium
terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika
infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang


Memerlukan Penanganan Segera

Menidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter fan


atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan
hanyaselama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada
waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu
dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidikasikan situasi
yan gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang
rendah).    Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yan lain harus menunggu intervensi
dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi  lainnya bisa saja
tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medic
yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan

37
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorng ahli perawat klinis bayi
baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap
klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling
tepat dalam manajemen asuhan klien.

Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan


oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau
masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhannya terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek
asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan k lien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagia dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu,
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan rencana bersama klien, kehidupan membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini


harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yan
up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang atau tidak akan
dilakukan oleh klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan
keadan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau

38
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI (keenam) : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah


diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidn tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar  terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi

Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan


yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam masalah diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

BAB III

PENUTUP

39
3.1 Kesimpulan

Evidence based adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan


menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
klinis sehingga dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan.

Beberapa contoh dibawah ini adalah perkembangan keilmuan


kebidanan yang berhubungan dengan evidence based practice antara lain
gentle birth, water birth, dan lotus birth.

Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan


program kebijakan asuhan kehamilan sebagai berikut antara lain kunjungan
ANC minimal dilakukan 6 kali kunjungan selama kehamilan, pemberian
suplemen mikronutrien, imunisasi TT 0,5 cc, 10 T dalam pemeriksaan
kehamilan dan 4 terlalu, perkiraan hemoglobin pada kehamilan, perkiraan
tinggi fundus uteri, hipotensi pada saat berbaring terlentang, dan pentingnya
deteksi penyakit bukan penilaian/pendekatan risiko.
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan
suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan
atau idealisasi. Model konseptual adalah model representasi untuk suatu
ide atau konseptual. Model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk
pedoman / acuan yang merupa.kan kerangka kerja seorang bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan
(filosofi asuhan kebidanan), meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam
paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan dan pelayanan
kesehatan).
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
Prinsip yang mendasari batasan ini adalah ‘komitmen pencapaian’ yakni
komitmen untuk melakukan kegiatan yang bertujuan, bukan semata-mata
kegiatan. Untuk menegaskan gagasan tujuan ini, batasannya dapat ditulis
ulang sebagai : ‘manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak
dikerjakan, kemudian menyelesaikannya’. Dengan kata lain, manajemen
menentukan tujuan dahulu secara pasti (yakni menyatakan dengan rinci

40
apa yang hendak dituju) dan mencapainya.

3.2 Saran

Semoga, apa yang kita peroleh dalam makalah ini dapat kita pelajari
dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah
makalah tentang Evidence, Role Model, dan Manajemen Dalam Asuhan
Kebidanan ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
baik kami yang membuat maupun anda yang membaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010. Konep Kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal 109-121

41
Azwar, Azrul. 1996.. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa
Aksara
Bennett, V. Ruth. 1993. My Textbook for Midwives. 12th ed. London: Churchill
Livingstone
Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 900/Menkes/SK/VII/2002. Tentang Registrasi dan Praktek
Bidan. Jakarta: PP Ikatan Bidan Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 1995. Konsep Kebidanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI Dimond, Bridgit. 2002. Legal Aspects of Midwifery. Chelshire:
Books for Midwives Press
Depkes RI.2001. Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan. EGC: Jakarta
Dosen Diploma III Kebidanan; Buku 1 Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Depertamen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Estiwati, D; Meilani , N; Widyasi, H; Widyastuti, Y; (2009) Konsep
Kebidanan. Jogjakarta:
Hidayat, A; Mufdillah, (2009) Catatan kuliah, Konsep Kebidanan plus materi
bidan Delima. Jogjakarta: Mitra Cendekia
Khaghnizadeh, M., Nir, M. S., Noori, J. M., & Zicker, F. 2015. Evidence-based
Nursing Education: A Scoping Review. International Journal of Medical Reviews,
2(3), 273-277
Pusdiknakes. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi
Schneider, Z., & Whitehead, D. (2013). Nursing and midwifery research: methods
and appraisal for evidence-based practice. Elsevier Australia.
Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Studi Megister
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.

42

Anda mungkin juga menyukai