Oleh Kelompok 7:
DENPASAR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Isu dan Tren Dalam Pelayanan
Kesehatan. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.Penulis telah berusaha untuk dapat
menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan
adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya
kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon
maaf dan kritikserta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh
kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan 7
3.2 Saran 7
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat kepada masyarakat adalah dalam
bentuk pelayanan preventif, promotif, kuratif, dan rehabiliatif. Bentu pelayanan preventif dan
promotif adalah seperti deteksi dini dan identifikasi factor-faktor resiko terjadinya suatu
1
penyakit pada individu atau keluarga, masyarakat, serta memberikan pendidikan atau
penyuluhan dan konseling pada individu, keluarga atau masyarakat yang beresiko atau telah
mengalami sakit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi adalah suatu program diploma yang menerapkan pelayanan atau
tindakan kesehatan berdasarkan pada UU NO 34 tahun 2014 tentang keperawatan pada
pasal 6 (1) tingkat vokasi yang paling rendah adalah diploma (D3) keperawatan.
b. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik adalah pendidikan sarjana dan pasca sarjana yang menjerumus
pada pengusaan dan pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan secara mendalam.
Berdasarkan pada UU NO 34 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 7, pendidikan
akademik terdiri atas program sarjana keperawatan, program megister keperawatan,
dan program doctor keperawatan. (S2) dengan permintaan keperawatan komunitas
sudah banyak beredar pada universitas negeri diantaranya UI, UGM, Universitas
Brawijaya dan UNDIP. Doctor keperawatan komunitas (S3) sudah diterapkan di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
c. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi adalah jenjang pendidikan tinggi setelah program sarjana dimana
mahasiswa memiliki skill dalam pekerjaan dengan keahlian khusus dalam bidang
profesi dan spesialis tertentu dimana peserta didik jenjang pendidikan profesi ners
komunitas dan spesialis komunitas sudah diterapkan pada Universitas Indonesia
pendidikan profesi menurut UU NO 34 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 8
terdiri atas program profesi keperawatan dan program spesialis keperawatan.
2. kewenangan pendidikan dan ruang lingkup
Ruang lingkup pada keperawatan komunitas sudah ditetapkan oleh PBP-PPNI
2007 bahwa kualifikasi perawat kesehatan komunitas berdasarkan jenjang pendidikan
perawat. PK 1 dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien dan keluarga klien dengan tingkat pendidikan minimal adalah
D3 keperawatan dengan memiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar
berdasarkan ilmu dasar keperawatan komunitas.
3
PK II dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien, keluarga klien, dan kelompok dengan masalah kesehatan
tertentu, dengan tingkat pendidikan minimal adalah S1 keperawatan dan NERS
komunitas, dimana untuk S1 harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan
dasar dalam lingkup keperawatan komunitas yang masih dalam pengawasan
pembimbing dari perawat senior dengan bimbingan yang terbatas. Sedangkan untuk
NERS komunitas harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam
ligkup keperawatan komunitas dalam pengawasan bimbingan dari perawat senior yang
sepenuhnya sudah dilimpahkan atau diberikan kepercayaan oleh perawat senior
PK III dalam ruang lingkup ini perawat mampu mengelola dalam
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, dengan tingkat pendidikan minimal
adalah magister (S2)
Keperawatan komunitas dengan memiliki kompetensi melakukan tindakan
keperawatan khusus dengan keputusan mandiri dan bertanggung jawab sepenuhnya
atas tindakan keperawatan yang diberikan.
PK IV dalam ruang lingkup ini perawat mampu dalam mengembangakan
penanggulangan masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang komplek, dengan
pendidikan minimal adalah spesialis komunitas. Pada tingkat pendidikan ini perawat
harus memiliki kompetensi melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub spesialis
dengan keputusan mandiri, memeberikan keperawatan dasar pada klien dalam lingkup
keperawatan komunitas dengan menyeluruh/atau dan melakukan rujukan keperawatan.
PK V dalam ruang lingkup ini perawat mampu melakukan konsultasi dan
pengembangan pelayanan, dengan tingkat pendidikan doctor dan paling rendah adalah
magister. Doctor dalam tingkatan inimemiliki kompetensi yang tinggi yaitu melakukan
tindakan dan asuhan secara keperawatan khusus dengan keputusan mandiri dan sebagai
konsultan dalam lingkup komunitas.
4
Menurut depkes 2014 angka kejadian diare sangat tinggi, banyak peneliti yang
melakukan penelitian terhadap PHBS pada anak usia sekolah karena anak usia sekolah
lebih aktif dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap benda asing sehingga rentan
sekali untuk terkena penyakit diare dan kurangnya suatu penerapan tersebut dari orang
tua dan pihak sekolah dengan dilakukannya tindakan PHBS maka anak, dan orang tua
mengetahui bahwa pentingnya melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan
air mengalir sebelum dan sesudah makan.
Trend dan issue saat ini juga adalah kurangnya dukungan keluarga terhadap
alnsia, sehingga para lansia memiliki harga diri rendah seperti masa sudah tidak berdaya
dalam keluarganya. Dukungan keluarga kepada lansia sangat dibutuhkan agar lansia
merasa bahagia dan berguna, dengan cara memberikan motivasi kepada lansia dalam
mengikuti suatu kegiatan di lingkungan sekitar rumah.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Profesi keperawatan mengembangkan layanan praktik mandiri keperawatan
kepada masyarakatdalam mencari solusi terhadap masalah kesehatannya pelayanan
praktik mandiri perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai
dengan wewenang seorang perawat professional. Praktik mandiri keperawatan diatur
dalam undang-undang keperawatan No. 38 tahun 2014 dan peraturan Menteri
Kesehatan No. 17 tahun 2013. Profesi keperawatan mengembangkan layanan praktik
mandiri keperawatan kepada masyarakat dalam mencari solusi terhadap masalah
kesehatannya. Pelayanan praktik mandiri perawat memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sesuai dengan wewenang seorang perawat professional.
3.2 SARAN
Seorang perawat wajib memiliki ijin dalam melakukan praktek keperawatan
perawat yang bekerja di fasilitas pelayanan (RS, klinik, dll) wajib memiliki SKIP,
sedangkan jika perawat tersebut ingin menambah prakteknya dengan perawatan
mandiri (diluar fasilitas kesehatan) maka perawat tersebut wajib mengurus SIPP dengan
memasang papan nama praktek keperawatan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal, 2011. Buku ajar keperawatan komunitas 5. Jakarta : CV sagung seto.
Efendi, Ferry & makhfud. (2010). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperwatan. Jakarta : salemba medika