Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Pleno tentang “PROSES
ASUHAN KEPERAWATAN DI KOMUNITAS” ini dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ari Pristiana
Dewi, M.Kep sebagai dosen pembimbing makalah pleno ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai proses asuhan keperawatan di komunitas semoga dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna untuk kami sendiri
maupun orang yang membaca.

Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun ada kata-kata yang kurang
berkenan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Pekanbaru, 21 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II. PEMBAHASAN 3
A. Step 1 (Terminologi) 3
B. Step 2 (Membuat Rumusa Masalah) 3
C. Step 3 (Menjawab Rumusan Masalah) 3
D. Step 4 (Tema dan Skema) 5
E. Step 5 (Membuat Learning Objektif) 6
F. Step 6 (Mencari Jawaban Learning Objektif) 6
G. Step 7 (Membahas Learning Objektif) 6
1. Definisi Keperawatan Komunitas 6
2. Tujuan Keperawatan Komunitas 6
3. Fungsi Keperawatan Komunitas 8
4. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas 8
5. Pusat Kesehatan Di Komunitas 11
6. Bentuk Pendekatan Dan Partisipasi Masyarakat 11
7. Prinsip Keperawatan Komunitas 12
8. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas 12
9. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Sesuai Agregat 13
10. Peran Perawat Komunitas 30
BAB III. PENUTUP 34
A. Kesimpulan 34
B. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak


terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam
sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat
sakit “ atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar,
ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas
menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang
dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara
menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
1
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di
sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat
untuk seluruh pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang
berarti untuk civitas akademika sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keperawatan komunitas?
2. Apa tujuan dari keperawatan komunitas?
3. Apa fungsi dari keperawatan komunitas?
4. Apa saja strategi intervensi keperawatan komunitas?
5. Bagaimana pusat kesehatan di komunitas?
6. Apa saja bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat?
7. Apa saja prinsip keperawatan komunitas?
8. Bagaimana sasaran keperawatan kesehatan komunitas?
9. Bagaimana proses asuhan keperawatan dikomunitas sesuai agregat?
10. Apa saja peran perawat di komunitas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan komunitas.
2. Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan komunitas
3. Untuk mengetahui fungsi dari keperawatan komunitas?
4. Untuk mengetahui strategi intervensi keperawatan komunitas?
5. Untuk mengetahui pusat kesehatan di komunitas?
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat?
7. Untuk mengetahui prinsip keperawatan komunitas?
8. Untuk mengetahui sasaran keperawatan kesehatan komunitas?
9. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan dikomunitas sesuai agregat?
10. Untuk mengetahui peran perawat di komunitas?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. STEP 1
Terminologi
1. Agregat
 Suatu kelompok pada satu rentang yang sama.
2. Karies Gigi
 Gigi yang rusak secara permanen, diakibatkan karena makanan manis dan
jarangnya sikat gigi.
3. Data Prevalensi
 Data atau jumlah dari suatu populasi.
4. PUS (Pasangan Usia Subur)
 Pasangan yang sudah produktif.

B. STEP 2
Merumuskan Pertanyaan
1. Tugas dan tanggung jawab sebagai perawat teladan di komunitas?
2. Apa metode pengumpulan data yang dipakai dalam pengkajian di skenario?
3. Apa tujuan melakukan pengkajian keperawatan di kelompok masyarakat di RW 01
tersebut?
4. Apa yang bisa dilakukan untuk penanganan masalah gizi?
5. Apa yang perawat lakukan untuk mengatasi karies gigi tersebut?
6. Bagaimana cara kita mengatasi masalah remaja yang sering merokok?
7. Bagaimana cara perawat melakukan pendekatan pada remaja untuk mendapatkan
data?
8. Apa saja dampak dari rokok pada saat usia remaja?
9. Berapa rentang usia pasangan subur? Apa yang menyebabkan faktor kesehatan wanita
lebih banyak dibandingkan pria?
10. Apa prioritas masalah utama dari skenario?
11. Apa diagnosa yang muncul dari skenario diatas?
12. Bagaimana cara kita mengetahui atau menentukan prioritas masalah?

C. STEP 3
Menjawab Pertanyaan
1. - Perawat teladan memiliki sifat yang baik, untuk tugas dan tanggung jawab perawat
sebagai fasilitator, educator dengan mengupayakan promotif dan preventif.
- Tugas uatama seorang perawat: Askep dimana perawat harus melaksanakan askep
dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab terhadap askep yang sudah disusun.
2. - Metode bayi dan balita: pendekatan dengan keluarga untuk mencoba melakukan
wawancara mengenai bayi dan balita, observasi langsung bayi dan balita,
3
memberikan kuisioner kepada orang tua terhadap bagaimana pola makan dan pola
hidup bayi dan balita tersebut.
- Metode remaja: wawancara terhadap anak remaja tersebut.
3. - Ingin merumuskan suatu masalah, sehingga masalah tadi dapat dikumpulkan untuk
menangani masalah.
- Merumuskan masalah dikomunitas.
- Mengetahui masalah yang terjadi, mengumpulkan data = diagnosa.
4. Perekonomian dibawah rata-rata, beri pendidikan kesehatan tentang makanan bergizi
pada orang tua dan bayi, memantau tumbuh kembang anak tersebut, memberikan
suplai makanan yang bergizi, dan mengadakan posyandi didaerah tersebut.
5. Untuk disekolah kita memberikan pendidikan kesehatan terhadap bagaimana cara
menyikat gigi yang benar, memberitahukan untuk tidak memakan yang manis-manis
dan menganjurkan pada anak untuk menggosok gigi yang baik dan rutin. Selain itu
adanya promosi kesehatan kepada orang tua anak tersebut supaya anak bisa
mempraktekkannya dirumah, kerja sama dengan pihak sekolah dengan pengadaan
jajanan yang bergizi.
6. - Melibatkan peran orang tua untuk bekerja sama dengan orang tua untuk
menghilangkan masalah remaja dalam merokok.
- Memberikan pendidikan kesehatan.
- Membuat program setelah melakukan pendekatan dengan mengadakan kegiatan
olahraga.
- Melibatkan partnership disekolah.
- Bekerja sama dengan pihak yang berwenang seperti polisi untuk melakukan
pendidikan kesehatan.
7. Melakukan pendekatan individu dan kelompok, melakukan pendekatan dengan cara
kita saling mengenal lebih dahulu supaya dengan cara itu kita bisa masuk kedalam
dirinya dan menjadi orang yang dipercaya disekelilingnya, kita memberikan
pertanyaan terbuka sehingga mereka mampu menceritakan alasan mereka merokok.
8. Candu, berbohong, kondisi fisik bibir hitam, gigi kuning, tangan menjadi kuning,
mudah emosi, membantah pendapat siapapun, konsentrasi terganggu, penyakit ISPA,
sesak nafas.
9. Rentang usia subur 15-49 tahun, dan karena anatomi dari tubuh wanita tersebut
sehingga gampang mudah masuk mikroorganisme karna perbedaan anatomi wanita
terhadap laki-laki, dan juga pasangan suami istri, suaminya sebelum nikah dulu
pernah melakukan hal yang tidak wajar sehingga membawa ke istrinya.
10. - Prioritas masalah di scenario yaitu merokok atau pada agregat remaja mayoritas
remaja laki-laki (76%).
- Bayi dan balita lebih diutamakan penanganannya karena merupakan kelompok
beresiko tinggi dank arena masalah gizi yang kurang seperti masih banyaknya
stunting pada anak.
4
11. Diagnosa yang dapat muncul dari scenario diatas adalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan di komunitas.
12. – Melakukan pengkajian secara keseluruhan.
- Mengumpulkan data.
- Melihat kelompok rentan dan kelompok resiko tinggi.
- Diagnosa keperawatan: actual, potensial dan resiko.

D. STEP 4
Skema

PERAWAT SANTI

MELAKUKAN
PENGKAJIAN DI RW 01

PADA AGREGAT MASALAH PADA


PADA AGREGAT BAYI PADA AGREGAT REMAJA LAKI-LAKI AGREGAT PUS
DAN BALITA DI ANAK USIA SEKOLAH DIDAPATKAN DIDAPATKAN
DAPAT DATA GIZI DI DAPAT MASALAH MASALAH REMAJA BERBAGAI MASALAH
YANG KURANG KARIES GIGI DENGAN ALASAN KESEHATAN WANITA
COBA-COBA LEBIH BANYAK DARI
MEROKOK PRIA

MELAKUKAN PROSES ASKEP DI KOMUNITAS 5


E. STEP 5
Learning Objektif
1. Apa definisi keperawatan komunitas?
2. Apa tujuan dari keperawatan komunitas?
3. Apa fungsi dari keperawatan komunitas?
4. Apa saja strategi intervensi keperawatan komunitas?
5. Bagaimana pusat kesehatan di komunitas?
6. Apa saja bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat?
7. Apa saja prinsip keperawatan komunitas?
8. Bagaimana sasaran keperawatan kesehatan komunitas?
9. Bagaimana proses asuhan keperawatan dikomunitas sesuai agregat?
10. Apa saja peran perawat di komunitas?

F. STEP 6
Mandiri (mencari dan menjawab pertanyaan LO)

G. STEP 7
Tinjauan Teori
1. Definisi Keperawatan Komunitas
Definisi keperawatan komunitas adalah pelanyanan keperawatan profesional yang
bertujuan meningkatkan kesehatan dan menyediakan kesehatan bagi masyarakat
dengan mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang relevan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat (Stanhope dan Lancasfer, 2004).
Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan promosi kesehatan
dan melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan ilmu
keperawatan , ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat yang berfokus pada
tindakan promotif dan pencegahan penyakit (Anderson dan MCFarlane 2011)
Proses keperawatan komunitas merupakan Methode Asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinue, dan ber Kesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan Kayan, keluarga, kelompok, serta masarakat melalui
langkah langkah seperti penggajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas adalah mempertahankan sistem klien dalam
keadaan stabil melalui upaya preventif primer sekunder dan tersier (Pacala,2007;
Wallance , dalam Allender, Rector; & Warner, 2014). Adapun penjelasan
mengenai upaya preventif tersebut adalah sebagai berikut:
1) Prevensi primer
6
Prevensi primer ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sehat. Bentuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah promosi kesehatan dan perlindungan spesifik agar terhindar dari
masalah/penyakit. Contohnya adalah memberikan imunisasi pada balita,
memberikan vaksin, serta promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih
dan sehat.
2) Prevensi sekunder
Prevensi sekunder ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang beresiko mengalami masalah kesehatan. Bentuk intervensi
yang dapat dilakukan adalah pelayanan atau asuhan keperawatan mencakup
identifikasi masyarakat atau kelompok yang beresiko mengalami masalah
kesehatan, melakukan penanggulangan masalah kesehatan secara tepat dan
cepat, upaya penemuan penyakit sejak awal (skrining kesehatan),
pemeriksaan kesehatan berkala, serta melakukan rujukan terhadap masyarakat
yang memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.
3) Prevensi tersier
Prevensi tersier ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat pada masa pemulihan setelah mengalami masalah kesehatan.
Bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi pasca
perawatan di fasilitas tatanan pelayanan kesehatan atau kecamatan lebih
lanjut. Contoh tindakan yang akan dilakukan adalah melatih rentang
pergerakan sendi / range of motion (ROM) pada klien pasca stroke, atau
melakukan kegiatan pemulihan kesehatan pasca bencana.
b. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,


keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
7
3. Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).
b. Fungsi perawat dalam melaksanakan tugasnya adalah antara lain: fungsi
independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
1) Fungsi Independent
Yaitu fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak
tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya.
2) Fungsi Dependent
Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi
dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, radiologi dan lainya).
3) Fungsi Interdependent
Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan baik dalm
keperawatan maupun kesehatan (Henny, 2011).
4. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi keperawatan komunitas yang diberikan seyogyanya memperhatikan strategi
intervensi keperawatan komunitas agar tujuan ynag diharapkan dapat tercapai, berikut
uraiannya:
1. Proses kelompok
Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas
yang dilakukan dengan melibatkan atau peran serta aktif masyarakat (melalui
pembentukan peer/social suppport berdasarkan kondisi dan kebutuhan
masyarakat). Perawat komunitas dapat membentuk kelompok baru atau
bekerjaasama dengan kelompok yang telah ada (Stanhope & Lancaster 2016).
Adapun tahapan dalam proses kelompok meliputi:
a. Fase awal (Initiative phase)
1) Tingkat kepercayaan terhadap kelompok masih rendah
2) Tentukan tujuan yang spesifik dan ketua kelompok
3) Perlu ditentukan batasan, pengertian, maksud tujuan, strategi intervensi &
kapantujuan dapat tercapai
8
4) Ketua bertanggung jawab meyakinkan kelompok tentang peran, norma dan
tujuan kelompok
b. Fase kerja (Work phase)
1) Kelompok mengembangkan keeratan (Cohesiveness) untuk dapat berfungsi
sebagai tim dan berupaya mencapai tujuan kelompok
2) Menyelesaikan konflik yang timbul akibat adanya perselisihan/perbedaan
pendapat
3) Penyelesaian masalah dan pembuatan perubahan
4) Membuat keputusan kelompok bisa melalui keputusan ketua kelompok,
voting atau konsensus
c. Fase akhir (Termination phase)
1) Fase akhir dilakukan jika tujuan sudah tercapai atau sesuai waktu yang
ditentukan
2) Kelompok mulai mengevaluasi tercapainya tujuan dan menetapkan rencana
tindak lanjutnya
3) Lakukan diskusi dengan kelompok untuk mengekspresikan perasaan (Express
feeling)
2. Promosi kesehatan
a. Diseminasi informasi
Salah satu bentuk dari desiminasi informasi adalah pendidikan kesehatan.
b. Pengkajian dan penilaian
Mendorong seseorang agar mengurangi faktor resiko dan mengadopsi gaya
hidup sehat.
c. Modifikasi gaya hidup
Membantu klien bertanggung jawab atas kesehatan sendiri dan membuat
perubahan perilaku yang sesuai untuk meningkatkan kualitas kehidupan.
d. Penataan lingkungan
Kegiatan ini mencakup kegiatan penyediaan atau penataan faktor pendukung
untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan dan peningkatan perilaku.
3. Pemeberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan atau Empowerment adalah suatu kegiatan keperawatan
komnitas dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan
masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan
masalah (Hithock, Schubert & Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2016).
Perawat dapat menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu masyrakat
mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah,menciptakan
jejariing, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi untuk meningkatkan
kesehatan (Nies & McEwen, 2015).
4. Kemitraan (Partnership)

9
Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan
manfaat) untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip
dan peran masing-masing (Depkes, 2006). Partnership adalah intervensi
keperawatan komunitas dalam bentuk kerjasama dengan pihak terkait untuk
membina, mengawasi dan mencegah permasalahan komunitas (Ervin, 2002).
Pihak yang dapat dilibatkan dalam partnership adalah pemerintah (Dinas
Kesehatan, Dinasa Pendidikan, Kelurahan), Lembaga Swadaya Masyarakat/ LSM
dan pihak swasta. Bentuk kegiatan tersebut dapat berupa kerjasama program dan
dukungan dari pihak yang diajak kerja sama. Program dapat berasal dari pihak
yang diajak kerja sama atau perawat.
Jenis dari kemitraaan meliputi:
a. Kerjasama dengan konsumen (Consumery Advocacy)
Consumery Advocacy merupakan bentuk partnership yang terjadi jika
melihat kebijakan sumber pelayanan kesehatan prioritas tertinggi ditujukan
untuk kebutuhan klien. Consumery Advocacy juga diartikan sebagai upaya
pemecahan masalah lebih laniut jika penylesaian konflik tidak konsisten dengan
keinginan klien.
Perawat diharapkan melakukan advokasi jika kebutuhan kelompok
beresiko tidak tersedia di dalam program atau di dalam sistem pelayanan
kesehatan. Perawat dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan penyediaan
dana, penyediaan waktu dari profesi lain. Keterlibatan klien dalam proses
advokasi sangat penting.
b. Multidisiplin kolaborasi sangat efektif untuk mengidentifikasi dan mengkaji
resiko kesehatan di masyarakat yaitu :
1) Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas,
2) Menentukan populasi yang beresiko sakit, cacat, kematian.
3) Merencanakan program dan mengalokasikan sumber.
4) Mengidentifikasi isu-isu penelitian.
c. Membangun Jejaring (Neworking):
1) Mengumpulkan informasi tentang kebutuhan pelayanan kesehatan mulai dari
waktu (when), alasan(why) dan cara (how). Menurunkain resiko kesehatan di
masyarakat dan dapat memfasilitasi perawat untuk masuk ke masyarakat dan
mengembangkan kerjasama komunitas.
2) Meningkatkan dan mempertahankan hubungan kerjasama dengan profesi lain
dan memfasilitasi terjadinya tipe kerjasama perawat dengan klien maupun
kerjasama dengan multidisiplin.
5. Intervensi Profesional Keperawatan
Adalah bentuk tindakan keperawatan profesiosal, dapat berupa terapi modalitas
dan
10
komplementer, contoh: terapi relaksasi progresif, story telling, dll.
5. Pusat Kesehatan Di Komunitas
a. Sekolah/Kampus: Pelayanan keperawatan meliputi pendidikan pencegahan
penyakit, meningkatkan derajat kesehatan, dan pendidikan
kesehatan(penyuluhan) tentang seks pada remaja.
b. Lingkungan Kesehatan Kerja: Meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja.
c. Lembaga Perawatan Kesehatan Di Rumah: perawat memberikan perawatan
kesehatan di rumah. Misal: perawat kunjungan rumah, hospice care, home
care, dll.
d. Lingkungan Kesehatan Kerja Lain: Terdapat sejumlah tempat lain dimana
perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang
bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah
binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang
berkualitas (Mubarak, 2006).
6. Bentuk-Bentuk Pendekatan Dan Partisipasi Masyarakat
Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan
posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana
masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu
posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan
kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatankegiatan
seperti: kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan
diare, sanitasi dasar, penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan
untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di
posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu
dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat
namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu
pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan
upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi
terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan
anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu
(Zulkifli, 2003).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1) mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat penerimaan NKKBS, (4)
11
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup
sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta
masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan
masyarakat.
Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan Posyandu
dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:
1) Meja I a. Pendaftaran b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan
PUS (Pasangan Usia Subur)
2) Meja II Penimbangan Balita dan ibu hamil
3) Meja III Pengisian KMS 4.
4) Meja IV a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, PUS yang belum mengikuti KB b. Penyuluhan kesehatan c. Pelayanan
PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom
5) Meja V a. Pemberian iminisasi b. Pemeriksaan Kehamilan c. Pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
7. Prinsip Keperawatan Komunitas
Prinsip keperawatan komunitas memberikan dukungan serta merawat bukan
hanya pada individu namun juga ke keluarga ataupun masyarakat. Ada beberapa
prinsip keperawatan komunitas diantaranya sebagai berikut:
1) Kemanfaatan : Asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang benar
yang besar bagi komunitas.

2) Kerjasama : Kerjasama adalah waktu panjang serta melakukan kerjasama


lintas program dan lintas sektor bersifat berkelanjutan.

3) Secara langsung : Asuhan keperawatan diberikan secara langsung dengan


melakukan pengkajian dan memberikan intervensi.

4) Keadilan : Tindakan disesuaikan dengan kemampuan dan komunitas dari


perawat itu sendiri

5) Otonomi klien : Diberikan kebebasan dalam memilih atau melaksanakan


beberapa alternatif dalam menyelesaikan masalah yang ada.

8. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas


Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)
a. Sasaran individu

12
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
b. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan
prioritas:
 Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
 Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
 Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan
prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat
dalam suatu institusi. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu
institusi antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok
pekerja informal.
d. Kelompok masyarakat
Khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti
asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan
(lapas). Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang
rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan pada Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa)
yang mempunyai :
 Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
 Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain
 Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
 Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dll)
 Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya.
9. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Sesuai Agregat
1. Pengkajian Keperawatan Komunitas

13
Pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Anderson & Mc. Farlane,
2011).
a. Jenis data komunitas
1) Data inti komunitas
2) Data subsistem komunitas
3) Data persepsi

Data yang dikumpulkan dalam pengkajian keperawatan komunitas


dapat diperoleh dengan metode wawancara, angket, observasi, windshield
survey. Setelah data terkumpul analisis data komunitas dapat dilakukan dalam
beberapa tahap yaitu:

a) Kategorisasi
i. Karakteristik demografi (komposisi keluarga, usia, jenis kelamin, etnis
dan kelompok ras)
ii. Karakteristik geografis (batas wilayah, jumlah dan besarnya KK)
iii. Karakteristik sosial ekonomi
iv. Sumber dan pelayanan kesehatan
b) Ringkasan
c) Perbandingan
d) Membuat kesimpulan
2. Diagnosis Keperawatan Komunitas
Formulasi diagnosis digunakan tanpa etiologi. Penulisan tersebut sesuai
dengan label diagnosis sesuai dengan NANDA (2015-2017) mencakup
diagnosis aktual, promosi kesehatan/ sejahter atau resiko.
3. Perencanaan Keperawatan Komunitas
a. Menetapkan Prioritas
Perawat dalam menetapkan prioritas masalah memperhatikan enam kriteria
yaitu (Stanhope & Lancaster, 2016):
1) Kesadaran masyarakat akan masalah
2) Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
3) Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
4) Ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi masalah
5) Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
6) Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat
dicapai

Tabel 2 Contoh penentuan prioritas masalah dengan scoring

14
Diagnosa Keperawatan 1 2 3 4 5 6 Total RKG

b. Menetapkan sasaran (Goal)


c. Menetapkan tujuan (Objective)
d. Menetapkan rencana intervensi
4. Implementasi Keperawatan Komunitas
5. Evaluasi Keperawatan Komunitas
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis
mengenai suatu kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan informasi dan
hasil analisis dibandingkan terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan
keberhasilannya untuk keperluan pemangku kepentingan.
a. Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan
1) Evaluasi formatif
2) Evaluasi sumatif
b. Prinsip-prinsip evaluasi meliputi:
1) Pengetahuan program
2) Menggunakan berbagai pendekatan
3) Desain evaluasi untuk kriteria penting di komunitas
4) Menciptakan proses partisipasi
5) Diharapkan lebih flesksibel
6) Membangun kapasitas
c. Proses evaluasi
1) Menentukan tujuan evaluasi
2) Menyusun desain evaluasi
3) Mendiskusikan rencana evaluasi
4) Menentukan pelaku evaluasi
5) Melaksanakan evaluasi
6) Mendesiminasikan hasil evaluasi
7) Menggunakan hasil evaluasi
d. Kriteria penilaian dalam evaluasi
1) Relevansi (relevance) : apakah tujuan program mendukung tujuan
kebijakan?
2) Efektivitas (effectiveness) : Apakah tujuan program dapat tercapai?

15
3) Efisiensi (efficiency) : Apakah tujuan program tercapai dengan biaya
paling rendah?
4) Hasil (outcomes) : Apakah indikator tujuan program membaik?
5) Dampak (impact) : Apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
6) Keberlanjutan (sustainablity) : Apakah perbaikan indikator terus
berlanjut setelah program selesai?
 Agregat Bayi dan Balita
1. Pengkajian
A. Data Inti
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi terdapat 66 balita
Umur : 0-12 bulan = 21
13- 36 bulan = 15
37- 60 bulan = 30
Pekerjaan : sebagian besar ibu yang memiliki balita bekerja sebagai ibu
rumah tangga sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik
sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan.
Agama : mayoritas islam
Data statistik: Berdasarkan informasi dari kader setempatBalita yang gizi
buruk lebih banyak di dapatkan pada balita perempuan.
B. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
a. Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah
permanen, pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di
bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus
basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan
b. Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah
yang luas
c. Kebiasaan: balita yang berumur 36 – 60 bulan sering mengkonsumsi
makanan ringan (snack) yang biasa di beli di warung- warung
terdekat. Serta sering mengkonsumsi mie instant
d. Transportasi: ibu mengantarkan balita ke posyandu dengan jalan kaki
sedangkan untuk beraktivitas biasanya menggunakan sepeda motor
e. Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas
f. Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
g. Tempat ibadah: 1 masjid dan 1 gereja
2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas.
3. Ekonomi

16
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga
perbulan Rp. 900.000- 1.500.000.
4. Keamanan Dan Transportasi
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk
masuk di pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan
gangnya sangat sempit. Mayoritas warga menggunakan alat
transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas.
5. Pemerintahan
Kader yang dimiliki sebanyak 5 orang.
6. Politik
Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada
balitanya yang terkena diare dan lansung di bawa ke puskesmas untuk
tindakan lebih lanjut.
7. Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komuniaksi
verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dialkuakn
dengan menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid.
8. Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua balita 20 orang lulusan SD,18 orang
SMP dan selebihnya SMA/ SMK. Terdapat 1 TK, 1 Paud, 1 atap SDN
simomulyo.
9. Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka
warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar
kampung dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu
pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan
di pasar pagi dadakan yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol
surabaya – malang dekat kampung warga.
Metode pengumpulan data :

- Wawancara
- Windshield survey
- Kuesioner
- Observasi
Data yang diapatkan : Prevalensi gizi kurang pada balita perempuan
(60 %) dan pada pada balita laki-laki (40 %)

2. Diagnosis : Ketiakefektifan pemeliharaan kesehatan

17
3. Intervensi

Data Diagnosis NOC NIC


Keperawatan

Prevalensi gizi Ketidakefektifan Prevensi Primer : Prevensi Primer :


kurang pada balita Pemeliharaan
perempuan (60 %) Kesehatan - Pengetahuan - Penyuluhan
dan pada pada perilaku kesehatan
balita laki-laki (40 kesehatan - Pengajaran
%) - Pengetahuan : kelompok
Promkes - Monitoring
- Pengetahuan : kebijakan
diet sehat kesehatan
Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder :

-
Kontrol resiko - Screening
-
Kepatuhan kesehatan
perilaku diet - Manajemen
sehat perilaku
- Kualitas hidup - Pengontrolan
- Efektivitas berkala
screening
kesehatan
komunitas
- Efektivitas
program
Prevensi Tersier Prevensi Tersier :

- Partisipasi tim - Dukungan


kesehatan terhadap caregiver
dalam keluarga - Dukungan
- Dukungan keluarga
sosial

4. Implementasi

Diagnosa Tujuan Sasaran Strategi Rencana Keperawatan

Ketidakefek - Pengetahuan ibu - Ibu/peg - Empowerment - Revitalisasi


tifan atau pengasuh asuh - Partnership posyandu

18
Pemeliharaa tentang gizi - Balita - Bekerja sama
n Kesehatan meningkat dengan dinkes atau
- Masalah gizi puskesmas untuk
pada balita pengadaan makanan
dapat teratasi tambahan bagi bayi
- Pemeliharaan dan balita.
kesehatan - Membentuk kader
menjadi aktif kelompok peduli
- Proses gizi
Kelompok - Memberikan
- Pendidikan penyuluhan tentang
kesehatan pemenuhan gizi bagi
- Intervensi bayi dan balita
profesional - Screening kesehatan
keperawatan

5. Evaluasi

Diagnosa Kegiatan Evaluasi Faktor Faktor RTL


Penghambat Pendukung

Ketidakefek 1. - 80% Ibu/pengasuh Partisipasi Adanya Lanjutkan


tifan Penyuluhan di masyarakat masyarakat dukungan kegiatan
Pemeliharaa Kesehatan datang dan belum daru kader dan
n Kesehatan mengikuti kegiatan maksimal kesehatan monitorin
penyuluhan dengan peduli gizi g
baik.

- Status gizi bagi


bayi dan balita
2. meningkat
Revitalisasi
Posyandu
- Sebaran makanan
tambahan merata
3. Pengadaan
makanan
tambahan
19
bagi balita

4. Screening - Bisa mendeteksi


Kesehatan secara dini
adanya masalah
gizi balita

- Tercapainya
5. tujuan dari
Membentuk pembentukan
kelompok kader peduli gizi
peduli gizi

 Agregat Anak Usia Sekolah

I. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan
Community as partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
A. Data inti komunitas
1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data untuk usia 6
– 12 tahun, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan golongan
umur tergambar pada grafik di bawah ini.
2. Etnis
Suku budaya siswa seperti batak, melayu, minang, dan sebagainya.
3. Nilai, kepercayaan dan agama .
Agama yang dianut oleh anak sekolah. Data bisa didapatkan melalui
metode pengumpulan data kuisioner dan wawancara, dan observasi
B. Data subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik

 Inspeksi
Misalnya, tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat
dengan jalan raya. Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga
dengan baik, terdapat 1 kantin di dalam sekolah yang menjual makanan
yang kurang terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan
di depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin
kebersihannya. Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar
mandi anak laki-laki dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.
20
 Auskultasi
Misalnya, hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di
sekolah SDN IV Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang
sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam,
kesenian meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti
pengajian.
 Angket
Misalnya, adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah
yang kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan
lingkungan anak yang membiasakan tidak menggosok gigi sebelum
tidur sehingga kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial


Pelayanan kesehatan di SD Negeri 01 terdapat UKS untuk tempat
istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat
ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.

3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang
tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang
untuk mencari nafkah.

4. Keamanan dan Transportasi


a. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah
menyebrang jalan raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang
mengancam kesehatan anak usia sekolah:

1) Kebiasaan jajan sembarangan


Data bisa didapatkan melalui metode kuisioner. Misalnya,
mayoritas anak usia sekolah di SD 01 memiliki kebiasaan jajan
sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif
bagi kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan
kandungan gizi yang ada di dalam makanan tersebut bisa
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan untuk anak usia
sekolah.

2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah


Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai
berikut : Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia

21
sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan
hal yang negatif bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam
permen mengandung kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko
tinggi terjadi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN 01
di RW 01.

3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur


Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini
merupakan hal yang negatif bagi perilaku anak usia sekolah karena
kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak dini, selain itu apabila tidak
menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai macam masalah
kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa


anak-anak SDN 01 RW 01 sudah mendapat pengetahuan tentang
cara menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok
gigi sebelum tidur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

b. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN 01 RW 01
adalah sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.

5. Politik dan pemerintahan


Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah
adalah keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta
kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak usia
sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti
kegiatan kepramukaan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru
dan orang tua.

Berdasarkan data yang di dapat, mayoritas anak mengetahui


mengenai informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari
media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%. Media
informasi yang digunakan anak ini mempunyai dampak positif dan
negatif.

b. Komunikasi informal
22
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN 01 RW 01 meliputi data tentang diskusi yang dilakukan
anak dengan orang tua, peran orang tua dalam menyelesaikan dan
mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua dan lingkungan dalam
menyelesaikan masalah anak.

Contoh data, mayoritas anak menjawab jarang mengadakan


diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar
74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya
perilaku anak untuk mencari informasi melalui orang lain atau media
yang belum tentu kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua
berperan sebagai pendengar aktif dan pemberi solusi bagi permasalahan
yang dihadapi oleh anaknya.

7. Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN 01 RW 01 Sail.

8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang
tuanya biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota,
Pantai Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk
pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di sekolah SDN
IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

II. Diagnosa Keperawatan

Tabel 1.1 Contoh Analisis data

Kategori data Ringkasan laporan Kesimpulan Diagnosa Keperawatan

Masalah kesehatan
- Kejadian karies gigi Kejadian karies gigi Resiko terjadinya
pada agregat anak pada anak laki-laki hampir sama antara kejadian karies gigi
usia sekolah di (54%) anak laki-laki pada agregat anak usia
SDN - Kejadian karies gigi dengan anak sekolah
pada anak permepuan perempuan
(46%)

23
III. Intervensi

Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
Keperawatan

Resiko 1. Jangka 1. Memberikan - Kepala 1. Ceramah 20 SDN


terjadinya Panjang penyuluhan Sekolah, dan diskusi Februari, 01 RW
kejadian Terbentuknya kesehatan tentang guru dan 2. Edukasi 2020 01, Sail
karies gigi kelompok karies gigi pada penjaga dan
pada agregat Anak Usia kelompok Anak kantin demonstras
Anak Usia Sekolah yang Usia Sekolah SDN 01 i
Sekolah di peduli (Pendidikan RW 01, 3. Monitoring
SDN 01 RW terhadap Kesehatan) Sail
01, Sail kesehatan 2. Mendemostrasikan - Kelompok
gigi cara menggosok Anak
2. Jangka gigi dengan baik Usia
Pendek dan benar pada Sekolah
 Agregat kelompok Anak SDN 01
Anak Usia Usia Sekolah RW 01,
Sekolah (Tindakan Sail
tidak Profesional
mengalam Keperawatan)
i karies 3. Sekolah
gigi mengadakan
 Agregat kantin murah dan
Anak Usia sehat sebagai
Sekolah upaya mengurangi
mendapat angka karies gigi
pengetahu pada Anak Usia
an yang Sekolah
cukup (Empowerment)
tentang 4. Dibentuknya
pencegaha kelompok
n masalah swabantu Anak
karies Usia Sekolah yang
gigi. mengalami karies
gigi yang
mengalami karies
gigi, kelompok ini
difasilitasi oleh

24
guru dan perawat
komunitas akan
mencoba
membimbing
Anak Usia
Sekolah agar
peduli terhadap
kesehatan gigi dan
mulut.
(Proses
Kelompok)
5. Melakukan kerja
sama dengan
puskesmas
setempat untuk
melakukan
monitoring
terhadap
kelompok Anak
Usia Sekolah di
SDN 01 RW 01,
Sail
(Partnership)
 Agregat Remaja Laki-Laki
I. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak remaja menggunakan pendekatan Community as
partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.

B. Data inti komunitas


1. Demografi : Jumlah remaja keseluruhan menurut data untuk usia 15 – 18
tahun, jumlah remaja menurut jenis kelamin.
2. Etnis
Suku budaya siswa seperti batak, melayu, minang, dan sebagainya.
3. Nilai, kepercayaan dan agama .
Agama yang dianut oleh anak sekolah. Data bisa didapatkan melalui metode
pengumpulan data kuisioner dan wawancara, dan observasi
C. Data subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik

25
 Inspeksi
Misalnya, melihat sikap remaja dari lingkungan remja tersebut, sekolah,
masyrakat, dll.
 Auskultasi
Misalnya, mendengarkan aktifitas yang dilakuan remaja tersebut, dari
orang tua, guru-guru disekolah, lingkungan masyarakat dll
 Angket
Misalnya, adanya kebiasaan pada lingkungan remaja tersebut
menganggap bahwa rokok adalah hal yang biasa.
1. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Pelayanan kesehatan puskesmas.
2. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para
siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk
mencari nafkah.
3. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan remaja adalah kendaraan roda dua
4. Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi remaja adalah keikut sertaan
dalam organisasi sosial di sekolah serta masyarakat.
5. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh remaja untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang bahaya merokok berasal dari media, dan
orang tua.
b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh remaja meliputi data tentang
diskusi yang dilakukan reamaja dengan orang tua, peran orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua dan
lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak.
6. Pendidikan
Semua anak remaja di RW 01
7. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dilakuan anak remaja adalah bersama
kelompok seperti melakuan famgat disuatu tempat dan mengisi dengan hal-
hal yang positif
II. Diagnosa Keperawatan

Tabel 1.1 Contoh Analisis data

26
Kategori data Ringkasan laporan Kesimpulan Diagnosa Keperawatan

Masalah kesehatan - Mayoritas remaja Sebagian besar Penyalah gunaan rokok


pada agregat laki-laki 76% sudah remaja laki-laki
remaja merokok, remaja sudah merokok
merokok dengan
alasan coba-coba.

II. Intervensi

Diagnosa Rencana
Tujuan Sasaran Metode Waktu Tempat
Keperawatan Tindakan

Penyalah 1. Jangka Panjang 1. Memberikan - masyarakat 1. Ceramah 20 01 RW


gunaan rokok Terbentuknya penyuluhan rw 01 dan diskusi Februari,
pada remaja kelompok kesehatan tentang terkhususn 2. Edukasi 2020
laki-laki di Anak remaja rokok, bahaya ya orang dan
RW 01 peduli akan merokok, dan tua yang demonstrasi
kesehatan dan akibat dari rekok memiliki 3.
mengetahi tersebut anak Monitoring
bahaya 2. Membuat remaja
merokok, kelompok remaja - Kelompok
anti rokok, usia
2. Jangka Pendek kelompok remaja remaja
 Agregat sehat dan lain
remja di lain
RW 01
tidak
merokok
 Agregat
remaja
mendapat
pengetahuan
yang cukup
tentang
bahyanya
merokok
diusia remja
dan
dampaknya

27
di masa
yang akan
datang.

 Agregat Pasangan Usia Subur

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang


bertujuan mengidentifikasikan data yang penting mengenai klien.

1) Core atau inti

Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri dari umur,


pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan,
serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

2) Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman).

a. Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi,


dan kepadatan.

b. Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk


meningkatkan pengetahuan.

c. Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal apakah tidak


menimbulkan stress.

d. Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan apakah


cukup menunjang, sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
28
e. Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat dan memantau apabila gangguan sudah terjadi.

f. Sistem komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat


dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkanpengetahuan
terkait dengan gangguan nutrisi, misalnya televise, radio, koran, atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.

g. Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah


sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regioal), dibawah UMR atau di
atas UMR, sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai
status ekonomi tersebut.

h. Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah


biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk mengurangi stress.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa NIC NOC

Ketidakefektifan Prevensi primer : Prevensi primer :


pemeliharaan kesehatan
1. Pengetahuan :promosi 1. Pendidikan kesehatan
kesehatan 2. Pengembangan
2. Perilaku meningkatkan kesehantan komunitas
status kesehatan 3. Manajemen kasus
3. Partisipasi dalam 4. Dukungan pembuatan
membuat keputusan keputusan
pada perawatan
kesehatan

Prevensi sekunder :
Prevensi sekunder :
1. Skrining kesehatan
1. Perilaku meningkatkan 2. Identifikasi resiko
status kesehatan 3. Peningktan keterlibatan
2. Perilaku pencarian keluarga
kesehatan 4. Panduan sistem
3. Kepercayaan kesehatan: kesehatan
merasa mampu
mengontrol

29
Prevensi tersier Prevensi tersier :

1. Perilaku mencari 1. Rujukan


pelayanan kesehatan 2. Peningkatan sistem
dukungan
3. Dukungan kelompok

3. Intervensi

Diagnosa Tujuan Sasaran Strategi Perencanaan Kegiatan Evaluasi


kegiatan

Ketidakefekti Diharapka PUS Pendidik Penyuluhan Memberikan PUS dapat


fan n setiap (Pasang an tentang penyuluhan memahami
pemeliharaan pasangan an Usia kesehata masalah tentang tentang
kesehatan usia subur Subur) n kesehatan masalah masalah
terpelihara wanita dan kesehatan kesehatan
kesehatann pria serta dan dan cara
ya pencegahann pencegahann pencegahann
ya ya ya

10. Peran Perawat Komunitas


Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
oranglain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dam unit social (Robbins,
2002).Peran dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar
dan bersifat stabil. Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah, (Candra
Widyanto, 2014) :
1) Pemberi Asuhan Keperawatan (Care provider)
Peran perawat sebagai care provider ditujukan kepada individu,
keluarga,kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan masyarakat
yang utuh (holistic) serta berkesinambungan (komprehensif). Asuhan
keperawatan dapatdiberikan secara langsung maupun secara tidak langsung
pada berbagaitatanan kesehatan meliputi puskesmas, ruang rawat inap
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling sekolah, panti,
posyandu ,dan keluarga.
2) Peran Sebagai Pendidik (Edukator)
30
Peran sebagi pendidik (edukator) menuntut perawat untuk
memberikan pendidikan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik di
rumah,puskesmas dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka
menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
optimal. Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu
mengkaji kebutuhan klien yaitu kepada individu, keluarga, kelompok
masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun
program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit.
Misalnya penyuluhan tentang
nutrisi, senam lansia, manajemen stress, terapi relaksasi, gaya hidup bahkan
penyuluhan mengenai proses terjadinya suatu penyakit.
3) Peran sebagai konselor (Counselor)
Peran sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha
memecahkan masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat
dilakukandengan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4) Peran sebagai panutan (Role Model)
Peran kesehatan masyarakat harus dapat member contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tatacara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
5) Peran sebagai pembela (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkatkomunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan social yang ada pada masyarakat. Seorang
pembela klienadalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk
didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan
klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
6) Peran sebagai manajer kasus (Case Manager)

31
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan
puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugasdan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.
7) Peran sebagai kolaborator
Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja
samadengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi,
danlain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan
klien.Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan
keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan
ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan.
8) Peran sebagai penemu kasus(Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
padaindividu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadapatstatus kesehatan melalui kunjugan rumah, pertemuan-pertemuan
observasidan pengumpulan data. (Widyanto, 2014).
a. Peran Pada Invidu Atau Keluarga
b. Sebagai pelaksana kesehatan
c. Sebagai pendidik
d. Sebagai konselor
e. Sebagai peneliti
9) Peran dalam bidang kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip
keperawatandalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam
segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan
praktik keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu,
kelompok dan masyarakat ditatanan industry, pabrik, tempat kerja, tempat
konstruksi, universitas danlain-lain.

32
10) Perawatan kesehatan di rumah
Perawatan kesehatan dirumah adalah bagian dari rangkaian
perawatankesehatan umum yang disediakan pada individu dan keluarga
untukmeningkatkan, memelihara dan memulihkan kesehatan guna
memaksimalkankesehatan dan meminimalkan penyakit (Ilmi, 2011).
11) Perawat kesehatan masyarakat sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada
anakditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan
pelayanan (Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah
siswa danlingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.

33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang meliputi, pengkajian, analisa data, rumusan masalah,
perencanaan, dan implementasi pada klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi
dan meningkatkan gizi pada bayi dan balita, menjaga kesehatan gigi pada anak usia sekolah,
dampak merokok terhadap kehidupan remaja laki-laki, dampak kesehatan pada pasangan usia
subur di Sail RW 01 sudah dilakukan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan setelah dilakukan
asuhan keperawatan tersebut serta dilakukannya berbagai strategi intervensi komunitas pada
agregat tersebut diharapkan mampu menerapkan perilaku hidup sehat dan peningkatan gizi.

B. Saran

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, perawat harus melakukan intervensi


dengan tepat dan sesuai dengan yang ditentukan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada
klien tersebut, klien mengerti dan dapat menerapkannya. Sebaiknya makalah ini dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi penulis, bagi klien dan bagi institusi pendidikan
(pelayanan kesehatan, pendidikan keperawatan, penelitian keperawatan). Serta tetap menjaga
kesehatan dan memelihara bahkan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anggra. 2015. Peran dan Fungsi Komunitas 5. Diakses pada tanggal 23 Juni 2016.
http://dokumen.tips/documents/peran-dan-fungsi-perawat-komunitas-5.html
Candra Widyanto, F. (2014). Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis. In Nuha
Medika. https://doi.org/10.1080/10837450902911929

Depkes RI. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Usaha Kesehatan
Sekolah. Jakarta
Henny, Achjar Komang Ayu., (2011). Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktek.
Jakarta: EGC.

Makhfudli & Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal , 2006, Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2, Jakarta : CV Sagung Seto
Selviana. 2015. Sejarah Keperawatan Komunitas Konsep Model Keperawatan Komunitas.
Diakses pada tanggal 23 Juni 2016. http://dokumen.tips/documents/sejarah-
keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas-5608d8c6d271d.html
Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas : Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika.

35

Anda mungkin juga menyukai