Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Pleno tentang “PROSES
ASUHAN KEPERAWATAN DI KOMUNITAS” ini dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ari Pristiana
Dewi, M.Kep sebagai dosen pembimbing makalah pleno ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai proses asuhan keperawatan di komunitas semoga dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna untuk kami sendiri
maupun orang yang membaca.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun ada kata-kata yang kurang
berkenan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II. PEMBAHASAN 3
A. Step 1 (Terminologi) 3
B. Step 2 (Membuat Rumusa Masalah) 3
C. Step 3 (Menjawab Rumusan Masalah) 3
D. Step 4 (Tema dan Skema) 5
E. Step 5 (Membuat Learning Objektif) 6
F. Step 6 (Mencari Jawaban Learning Objektif) 6
G. Step 7 (Membahas Learning Objektif) 6
1. Definisi Keperawatan Komunitas 6
2. Tujuan Keperawatan Komunitas 6
3. Fungsi Keperawatan Komunitas 8
4. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas 8
5. Pusat Kesehatan Di Komunitas 11
6. Bentuk Pendekatan Dan Partisipasi Masyarakat 11
7. Prinsip Keperawatan Komunitas 12
8. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas 12
9. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Sesuai Agregat 13
10. Peran Perawat Komunitas 30
BAB III. PENUTUP 34
A. Kesimpulan 34
B. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keperawatan komunitas?
2. Apa tujuan dari keperawatan komunitas?
3. Apa fungsi dari keperawatan komunitas?
4. Apa saja strategi intervensi keperawatan komunitas?
5. Bagaimana pusat kesehatan di komunitas?
6. Apa saja bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat?
7. Apa saja prinsip keperawatan komunitas?
8. Bagaimana sasaran keperawatan kesehatan komunitas?
9. Bagaimana proses asuhan keperawatan dikomunitas sesuai agregat?
10. Apa saja peran perawat di komunitas?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan komunitas.
2. Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan komunitas
3. Untuk mengetahui fungsi dari keperawatan komunitas?
4. Untuk mengetahui strategi intervensi keperawatan komunitas?
5. Untuk mengetahui pusat kesehatan di komunitas?
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat?
7. Untuk mengetahui prinsip keperawatan komunitas?
8. Untuk mengetahui sasaran keperawatan kesehatan komunitas?
9. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan dikomunitas sesuai agregat?
10. Untuk mengetahui peran perawat di komunitas?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. STEP 1
Terminologi
1. Agregat
Suatu kelompok pada satu rentang yang sama.
2. Karies Gigi
Gigi yang rusak secara permanen, diakibatkan karena makanan manis dan
jarangnya sikat gigi.
3. Data Prevalensi
Data atau jumlah dari suatu populasi.
4. PUS (Pasangan Usia Subur)
Pasangan yang sudah produktif.
B. STEP 2
Merumuskan Pertanyaan
1. Tugas dan tanggung jawab sebagai perawat teladan di komunitas?
2. Apa metode pengumpulan data yang dipakai dalam pengkajian di skenario?
3. Apa tujuan melakukan pengkajian keperawatan di kelompok masyarakat di RW 01
tersebut?
4. Apa yang bisa dilakukan untuk penanganan masalah gizi?
5. Apa yang perawat lakukan untuk mengatasi karies gigi tersebut?
6. Bagaimana cara kita mengatasi masalah remaja yang sering merokok?
7. Bagaimana cara perawat melakukan pendekatan pada remaja untuk mendapatkan
data?
8. Apa saja dampak dari rokok pada saat usia remaja?
9. Berapa rentang usia pasangan subur? Apa yang menyebabkan faktor kesehatan wanita
lebih banyak dibandingkan pria?
10. Apa prioritas masalah utama dari skenario?
11. Apa diagnosa yang muncul dari skenario diatas?
12. Bagaimana cara kita mengetahui atau menentukan prioritas masalah?
C. STEP 3
Menjawab Pertanyaan
1. - Perawat teladan memiliki sifat yang baik, untuk tugas dan tanggung jawab perawat
sebagai fasilitator, educator dengan mengupayakan promotif dan preventif.
- Tugas uatama seorang perawat: Askep dimana perawat harus melaksanakan askep
dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab terhadap askep yang sudah disusun.
2. - Metode bayi dan balita: pendekatan dengan keluarga untuk mencoba melakukan
wawancara mengenai bayi dan balita, observasi langsung bayi dan balita,
3
memberikan kuisioner kepada orang tua terhadap bagaimana pola makan dan pola
hidup bayi dan balita tersebut.
- Metode remaja: wawancara terhadap anak remaja tersebut.
3. - Ingin merumuskan suatu masalah, sehingga masalah tadi dapat dikumpulkan untuk
menangani masalah.
- Merumuskan masalah dikomunitas.
- Mengetahui masalah yang terjadi, mengumpulkan data = diagnosa.
4. Perekonomian dibawah rata-rata, beri pendidikan kesehatan tentang makanan bergizi
pada orang tua dan bayi, memantau tumbuh kembang anak tersebut, memberikan
suplai makanan yang bergizi, dan mengadakan posyandi didaerah tersebut.
5. Untuk disekolah kita memberikan pendidikan kesehatan terhadap bagaimana cara
menyikat gigi yang benar, memberitahukan untuk tidak memakan yang manis-manis
dan menganjurkan pada anak untuk menggosok gigi yang baik dan rutin. Selain itu
adanya promosi kesehatan kepada orang tua anak tersebut supaya anak bisa
mempraktekkannya dirumah, kerja sama dengan pihak sekolah dengan pengadaan
jajanan yang bergizi.
6. - Melibatkan peran orang tua untuk bekerja sama dengan orang tua untuk
menghilangkan masalah remaja dalam merokok.
- Memberikan pendidikan kesehatan.
- Membuat program setelah melakukan pendekatan dengan mengadakan kegiatan
olahraga.
- Melibatkan partnership disekolah.
- Bekerja sama dengan pihak yang berwenang seperti polisi untuk melakukan
pendidikan kesehatan.
7. Melakukan pendekatan individu dan kelompok, melakukan pendekatan dengan cara
kita saling mengenal lebih dahulu supaya dengan cara itu kita bisa masuk kedalam
dirinya dan menjadi orang yang dipercaya disekelilingnya, kita memberikan
pertanyaan terbuka sehingga mereka mampu menceritakan alasan mereka merokok.
8. Candu, berbohong, kondisi fisik bibir hitam, gigi kuning, tangan menjadi kuning,
mudah emosi, membantah pendapat siapapun, konsentrasi terganggu, penyakit ISPA,
sesak nafas.
9. Rentang usia subur 15-49 tahun, dan karena anatomi dari tubuh wanita tersebut
sehingga gampang mudah masuk mikroorganisme karna perbedaan anatomi wanita
terhadap laki-laki, dan juga pasangan suami istri, suaminya sebelum nikah dulu
pernah melakukan hal yang tidak wajar sehingga membawa ke istrinya.
10. - Prioritas masalah di scenario yaitu merokok atau pada agregat remaja mayoritas
remaja laki-laki (76%).
- Bayi dan balita lebih diutamakan penanganannya karena merupakan kelompok
beresiko tinggi dank arena masalah gizi yang kurang seperti masih banyaknya
stunting pada anak.
4
11. Diagnosa yang dapat muncul dari scenario diatas adalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan di komunitas.
12. – Melakukan pengkajian secara keseluruhan.
- Mengumpulkan data.
- Melihat kelompok rentan dan kelompok resiko tinggi.
- Diagnosa keperawatan: actual, potensial dan resiko.
D. STEP 4
Skema
PERAWAT SANTI
MELAKUKAN
PENGKAJIAN DI RW 01
F. STEP 6
Mandiri (mencari dan menjawab pertanyaan LO)
G. STEP 7
Tinjauan Teori
1. Definisi Keperawatan Komunitas
Definisi keperawatan komunitas adalah pelanyanan keperawatan profesional yang
bertujuan meningkatkan kesehatan dan menyediakan kesehatan bagi masyarakat
dengan mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang relevan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat (Stanhope dan Lancasfer, 2004).
Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan promosi kesehatan
dan melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan ilmu
keperawatan , ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat yang berfokus pada
tindakan promotif dan pencegahan penyakit (Anderson dan MCFarlane 2011)
Proses keperawatan komunitas merupakan Methode Asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinue, dan ber Kesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan Kayan, keluarga, kelompok, serta masarakat melalui
langkah langkah seperti penggajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).
9
Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan
manfaat) untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip
dan peran masing-masing (Depkes, 2006). Partnership adalah intervensi
keperawatan komunitas dalam bentuk kerjasama dengan pihak terkait untuk
membina, mengawasi dan mencegah permasalahan komunitas (Ervin, 2002).
Pihak yang dapat dilibatkan dalam partnership adalah pemerintah (Dinas
Kesehatan, Dinasa Pendidikan, Kelurahan), Lembaga Swadaya Masyarakat/ LSM
dan pihak swasta. Bentuk kegiatan tersebut dapat berupa kerjasama program dan
dukungan dari pihak yang diajak kerja sama. Program dapat berasal dari pihak
yang diajak kerja sama atau perawat.
Jenis dari kemitraaan meliputi:
a. Kerjasama dengan konsumen (Consumery Advocacy)
Consumery Advocacy merupakan bentuk partnership yang terjadi jika
melihat kebijakan sumber pelayanan kesehatan prioritas tertinggi ditujukan
untuk kebutuhan klien. Consumery Advocacy juga diartikan sebagai upaya
pemecahan masalah lebih laniut jika penylesaian konflik tidak konsisten dengan
keinginan klien.
Perawat diharapkan melakukan advokasi jika kebutuhan kelompok
beresiko tidak tersedia di dalam program atau di dalam sistem pelayanan
kesehatan. Perawat dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan penyediaan
dana, penyediaan waktu dari profesi lain. Keterlibatan klien dalam proses
advokasi sangat penting.
b. Multidisiplin kolaborasi sangat efektif untuk mengidentifikasi dan mengkaji
resiko kesehatan di masyarakat yaitu :
1) Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas,
2) Menentukan populasi yang beresiko sakit, cacat, kematian.
3) Merencanakan program dan mengalokasikan sumber.
4) Mengidentifikasi isu-isu penelitian.
c. Membangun Jejaring (Neworking):
1) Mengumpulkan informasi tentang kebutuhan pelayanan kesehatan mulai dari
waktu (when), alasan(why) dan cara (how). Menurunkain resiko kesehatan di
masyarakat dan dapat memfasilitasi perawat untuk masuk ke masyarakat dan
mengembangkan kerjasama komunitas.
2) Meningkatkan dan mempertahankan hubungan kerjasama dengan profesi lain
dan memfasilitasi terjadinya tipe kerjasama perawat dengan klien maupun
kerjasama dengan multidisiplin.
5. Intervensi Profesional Keperawatan
Adalah bentuk tindakan keperawatan profesiosal, dapat berupa terapi modalitas
dan
10
komplementer, contoh: terapi relaksasi progresif, story telling, dll.
5. Pusat Kesehatan Di Komunitas
a. Sekolah/Kampus: Pelayanan keperawatan meliputi pendidikan pencegahan
penyakit, meningkatkan derajat kesehatan, dan pendidikan
kesehatan(penyuluhan) tentang seks pada remaja.
b. Lingkungan Kesehatan Kerja: Meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja.
c. Lembaga Perawatan Kesehatan Di Rumah: perawat memberikan perawatan
kesehatan di rumah. Misal: perawat kunjungan rumah, hospice care, home
care, dll.
d. Lingkungan Kesehatan Kerja Lain: Terdapat sejumlah tempat lain dimana
perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang
bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah
binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang
berkualitas (Mubarak, 2006).
6. Bentuk-Bentuk Pendekatan Dan Partisipasi Masyarakat
Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan
posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana
masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu
posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan
kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatankegiatan
seperti: kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan
diare, sanitasi dasar, penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan
untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di
posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu
dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat
namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu
pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan
upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi
terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan
anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu
(Zulkifli, 2003).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1) mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat penerimaan NKKBS, (4)
11
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup
sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta
masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan
masyarakat.
Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan Posyandu
dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:
1) Meja I a. Pendaftaran b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan
PUS (Pasangan Usia Subur)
2) Meja II Penimbangan Balita dan ibu hamil
3) Meja III Pengisian KMS 4.
4) Meja IV a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, PUS yang belum mengikuti KB b. Penyuluhan kesehatan c. Pelayanan
PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom
5) Meja V a. Pemberian iminisasi b. Pemeriksaan Kehamilan c. Pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
7. Prinsip Keperawatan Komunitas
Prinsip keperawatan komunitas memberikan dukungan serta merawat bukan
hanya pada individu namun juga ke keluarga ataupun masyarakat. Ada beberapa
prinsip keperawatan komunitas diantaranya sebagai berikut:
1) Kemanfaatan : Asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang benar
yang besar bagi komunitas.
12
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
b. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan
prioritas:
Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan
prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat
dalam suatu institusi. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu
institusi antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok
pekerja informal.
d. Kelompok masyarakat
Khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti
asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan
(lapas). Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang
rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan pada Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa)
yang mempunyai :
Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain
Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dll)
Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya.
9. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Sesuai Agregat
1. Pengkajian Keperawatan Komunitas
13
Pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Anderson & Mc. Farlane,
2011).
a. Jenis data komunitas
1) Data inti komunitas
2) Data subsistem komunitas
3) Data persepsi
a) Kategorisasi
i. Karakteristik demografi (komposisi keluarga, usia, jenis kelamin, etnis
dan kelompok ras)
ii. Karakteristik geografis (batas wilayah, jumlah dan besarnya KK)
iii. Karakteristik sosial ekonomi
iv. Sumber dan pelayanan kesehatan
b) Ringkasan
c) Perbandingan
d) Membuat kesimpulan
2. Diagnosis Keperawatan Komunitas
Formulasi diagnosis digunakan tanpa etiologi. Penulisan tersebut sesuai
dengan label diagnosis sesuai dengan NANDA (2015-2017) mencakup
diagnosis aktual, promosi kesehatan/ sejahter atau resiko.
3. Perencanaan Keperawatan Komunitas
a. Menetapkan Prioritas
Perawat dalam menetapkan prioritas masalah memperhatikan enam kriteria
yaitu (Stanhope & Lancaster, 2016):
1) Kesadaran masyarakat akan masalah
2) Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
3) Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
4) Ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi masalah
5) Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
6) Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat
dicapai
14
Diagnosa Keperawatan 1 2 3 4 5 6 Total RKG
15
3) Efisiensi (efficiency) : Apakah tujuan program tercapai dengan biaya
paling rendah?
4) Hasil (outcomes) : Apakah indikator tujuan program membaik?
5) Dampak (impact) : Apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
6) Keberlanjutan (sustainablity) : Apakah perbaikan indikator terus
berlanjut setelah program selesai?
Agregat Bayi dan Balita
1. Pengkajian
A. Data Inti
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi terdapat 66 balita
Umur : 0-12 bulan = 21
13- 36 bulan = 15
37- 60 bulan = 30
Pekerjaan : sebagian besar ibu yang memiliki balita bekerja sebagai ibu
rumah tangga sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik
sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan.
Agama : mayoritas islam
Data statistik: Berdasarkan informasi dari kader setempatBalita yang gizi
buruk lebih banyak di dapatkan pada balita perempuan.
B. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
a. Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah
permanen, pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di
bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus
basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan
b. Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah
yang luas
c. Kebiasaan: balita yang berumur 36 – 60 bulan sering mengkonsumsi
makanan ringan (snack) yang biasa di beli di warung- warung
terdekat. Serta sering mengkonsumsi mie instant
d. Transportasi: ibu mengantarkan balita ke posyandu dengan jalan kaki
sedangkan untuk beraktivitas biasanya menggunakan sepeda motor
e. Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas
f. Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
g. Tempat ibadah: 1 masjid dan 1 gereja
2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas.
3. Ekonomi
16
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga
perbulan Rp. 900.000- 1.500.000.
4. Keamanan Dan Transportasi
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk
masuk di pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan
gangnya sangat sempit. Mayoritas warga menggunakan alat
transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas.
5. Pemerintahan
Kader yang dimiliki sebanyak 5 orang.
6. Politik
Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada
balitanya yang terkena diare dan lansung di bawa ke puskesmas untuk
tindakan lebih lanjut.
7. Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komuniaksi
verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dialkuakn
dengan menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid.
8. Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua balita 20 orang lulusan SD,18 orang
SMP dan selebihnya SMA/ SMK. Terdapat 1 TK, 1 Paud, 1 atap SDN
simomulyo.
9. Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka
warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar
kampung dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu
pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan
di pasar pagi dadakan yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol
surabaya – malang dekat kampung warga.
Metode pengumpulan data :
- Wawancara
- Windshield survey
- Kuesioner
- Observasi
Data yang diapatkan : Prevalensi gizi kurang pada balita perempuan
(60 %) dan pada pada balita laki-laki (40 %)
17
3. Intervensi
-
Kontrol resiko - Screening
-
Kepatuhan kesehatan
perilaku diet - Manajemen
sehat perilaku
- Kualitas hidup - Pengontrolan
- Efektivitas berkala
screening
kesehatan
komunitas
- Efektivitas
program
Prevensi Tersier Prevensi Tersier :
4. Implementasi
18
Pemeliharaa tentang gizi - Balita - Bekerja sama
n Kesehatan meningkat dengan dinkes atau
- Masalah gizi puskesmas untuk
pada balita pengadaan makanan
dapat teratasi tambahan bagi bayi
- Pemeliharaan dan balita.
kesehatan - Membentuk kader
menjadi aktif kelompok peduli
- Proses gizi
Kelompok - Memberikan
- Pendidikan penyuluhan tentang
kesehatan pemenuhan gizi bagi
- Intervensi bayi dan balita
profesional - Screening kesehatan
keperawatan
5. Evaluasi
- Tercapainya
5. tujuan dari
Membentuk pembentukan
kelompok kader peduli gizi
peduli gizi
I. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan
Community as partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
A. Data inti komunitas
1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data untuk usia 6
– 12 tahun, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan golongan
umur tergambar pada grafik di bawah ini.
2. Etnis
Suku budaya siswa seperti batak, melayu, minang, dan sebagainya.
3. Nilai, kepercayaan dan agama .
Agama yang dianut oleh anak sekolah. Data bisa didapatkan melalui
metode pengumpulan data kuisioner dan wawancara, dan observasi
B. Data subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi
Misalnya, tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat
dengan jalan raya. Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga
dengan baik, terdapat 1 kantin di dalam sekolah yang menjual makanan
yang kurang terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan
di depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin
kebersihannya. Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar
mandi anak laki-laki dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.
20
Auskultasi
Misalnya, hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di
sekolah SDN IV Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang
sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam,
kesenian meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti
pengajian.
Angket
Misalnya, adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah
yang kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan
lingkungan anak yang membiasakan tidak menggosok gigi sebelum
tidur sehingga kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang
tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang
untuk mencari nafkah.
21
sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan
hal yang negatif bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam
permen mengandung kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko
tinggi terjadi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN 01
di RW 01.
b. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN 01 RW 01
adalah sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.
b. Komunikasi informal
22
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN 01 RW 01 meliputi data tentang diskusi yang dilakukan
anak dengan orang tua, peran orang tua dalam menyelesaikan dan
mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua dan lingkungan dalam
menyelesaikan masalah anak.
7. Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN 01 RW 01 Sail.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang
tuanya biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota,
Pantai Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk
pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di sekolah SDN
IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.
Masalah kesehatan
- Kejadian karies gigi Kejadian karies gigi Resiko terjadinya
pada agregat anak pada anak laki-laki hampir sama antara kejadian karies gigi
usia sekolah di (54%) anak laki-laki pada agregat anak usia
SDN - Kejadian karies gigi dengan anak sekolah
pada anak permepuan perempuan
(46%)
23
III. Intervensi
Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
Keperawatan
24
guru dan perawat
komunitas akan
mencoba
membimbing
Anak Usia
Sekolah agar
peduli terhadap
kesehatan gigi dan
mulut.
(Proses
Kelompok)
5. Melakukan kerja
sama dengan
puskesmas
setempat untuk
melakukan
monitoring
terhadap
kelompok Anak
Usia Sekolah di
SDN 01 RW 01,
Sail
(Partnership)
Agregat Remaja Laki-Laki
I. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak remaja menggunakan pendekatan Community as
partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
1. Lingkungan Fisik
25
Inspeksi
Misalnya, melihat sikap remaja dari lingkungan remja tersebut, sekolah,
masyrakat, dll.
Auskultasi
Misalnya, mendengarkan aktifitas yang dilakuan remaja tersebut, dari
orang tua, guru-guru disekolah, lingkungan masyarakat dll
Angket
Misalnya, adanya kebiasaan pada lingkungan remaja tersebut
menganggap bahwa rokok adalah hal yang biasa.
1. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Pelayanan kesehatan puskesmas.
2. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para
siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk
mencari nafkah.
3. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan remaja adalah kendaraan roda dua
4. Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi remaja adalah keikut sertaan
dalam organisasi sosial di sekolah serta masyarakat.
5. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh remaja untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang bahaya merokok berasal dari media, dan
orang tua.
b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh remaja meliputi data tentang
diskusi yang dilakukan reamaja dengan orang tua, peran orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua dan
lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak.
6. Pendidikan
Semua anak remaja di RW 01
7. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dilakuan anak remaja adalah bersama
kelompok seperti melakuan famgat disuatu tempat dan mengisi dengan hal-
hal yang positif
II. Diagnosa Keperawatan
26
Kategori data Ringkasan laporan Kesimpulan Diagnosa Keperawatan
II. Intervensi
Diagnosa Rencana
Tujuan Sasaran Metode Waktu Tempat
Keperawatan Tindakan
27
di masa
yang akan
datang.
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
Prevensi sekunder :
Prevensi sekunder :
1. Skrining kesehatan
1. Perilaku meningkatkan 2. Identifikasi resiko
status kesehatan 3. Peningktan keterlibatan
2. Perilaku pencarian keluarga
kesehatan 4. Panduan sistem
3. Kepercayaan kesehatan: kesehatan
merasa mampu
mengontrol
29
Prevensi tersier Prevensi tersier :
3. Intervensi
31
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan
puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugasdan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.
7) Peran sebagai kolaborator
Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja
samadengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi,
danlain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan
klien.Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan
keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan
ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan.
8) Peran sebagai penemu kasus(Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
padaindividu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadapatstatus kesehatan melalui kunjugan rumah, pertemuan-pertemuan
observasidan pengumpulan data. (Widyanto, 2014).
a. Peran Pada Invidu Atau Keluarga
b. Sebagai pelaksana kesehatan
c. Sebagai pendidik
d. Sebagai konselor
e. Sebagai peneliti
9) Peran dalam bidang kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip
keperawatandalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam
segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan
praktik keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu,
kelompok dan masyarakat ditatanan industry, pabrik, tempat kerja, tempat
konstruksi, universitas danlain-lain.
32
10) Perawatan kesehatan di rumah
Perawatan kesehatan dirumah adalah bagian dari rangkaian
perawatankesehatan umum yang disediakan pada individu dan keluarga
untukmeningkatkan, memelihara dan memulihkan kesehatan guna
memaksimalkankesehatan dan meminimalkan penyakit (Ilmi, 2011).
11) Perawat kesehatan masyarakat sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada
anakditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan
pelayanan (Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah
siswa danlingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang meliputi, pengkajian, analisa data, rumusan masalah,
perencanaan, dan implementasi pada klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi
dan meningkatkan gizi pada bayi dan balita, menjaga kesehatan gigi pada anak usia sekolah,
dampak merokok terhadap kehidupan remaja laki-laki, dampak kesehatan pada pasangan usia
subur di Sail RW 01 sudah dilakukan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan setelah dilakukan
asuhan keperawatan tersebut serta dilakukannya berbagai strategi intervensi komunitas pada
agregat tersebut diharapkan mampu menerapkan perilaku hidup sehat dan peningkatan gizi.
B. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Anggra. 2015. Peran dan Fungsi Komunitas 5. Diakses pada tanggal 23 Juni 2016.
http://dokumen.tips/documents/peran-dan-fungsi-perawat-komunitas-5.html
Candra Widyanto, F. (2014). Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis. In Nuha
Medika. https://doi.org/10.1080/10837450902911929
Depkes RI. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Usaha Kesehatan
Sekolah. Jakarta
Henny, Achjar Komang Ayu., (2011). Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktek.
Jakarta: EGC.
Makhfudli & Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal , 2006, Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2, Jakarta : CV Sagung Seto
Selviana. 2015. Sejarah Keperawatan Komunitas Konsep Model Keperawatan Komunitas.
Diakses pada tanggal 23 Juni 2016. http://dokumen.tips/documents/sejarah-
keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas-5608d8c6d271d.html
Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas : Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika.
35