Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena berkat rahmat dan ridho-Nya
alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Trend dan
Issue Keperawatan dengan judul “Trend dan Issue Keperawatan Komunitas ’’.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi
materi maupun penulisannya.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakannya.
Semoga makalah yang telah penulis susun dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi yang membaca.Amin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
3.1.7 Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah ……………………………………21
ii
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan
terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan kesehatan
berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan
dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan trend
holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik
dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren
praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan
cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat,
b. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,
c. Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.
Pada sisi lain, banyak anggota masyarakat yang menderita sakit dan karena berbagai
pertimbangan terpaksa di rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan
kesehatan, seperti kasus-kasus penyakit terminal, keterbatasan kemampuan masyarakat untuk
membiayai pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, banyak
orang merasakan bahwa di rawat inap membatasi kehidupan manusia, lingkungan di rumah yang
dirasakan lebih nyaman ( Depkes RI,2002 ). Maka dari itu dalam makalah ini kami membahas
4
trend dan issue kesehatan keperawatan komunitas tentang home care (Home Health Care),
perawatan keluarga dan pondok kesehatan desa.
2.3 Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
6
2.2 Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah keperawatan yang diberikan dari luar suatu institusi yang
berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
7
Pada keperawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip,
yaitu
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi
komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian
(Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas
itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan
atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat (Riyadi, 2007).
8
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki
Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
c. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang
bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).
9
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau
pengembangan masyarakat.
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
(Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat,
antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri
untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang
kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus
dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama,
10
di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada
Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman,
dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan.
d. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu
kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau
masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas
diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.
1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya
dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung
maupun tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan
dari organisme tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannyauntuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan Ahli
Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).
11
(STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program
Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah
menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan pendekatan sanitasi
total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
a. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
b. Mencuci tangan pakai sabun.
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
d. Mengelola sampah dengan benar.
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
12
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan ruang
lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamanan limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
Ø Perilaku Masyarakat
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku
merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakn
i respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice).
Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit,
sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan, 2010),
yaitu:
10
13
§ Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi kesehatan
individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja
berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan
terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan kesehatan
berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan
dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan trend
holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik
dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren
praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh :
· Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi
dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat,
14
11
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit.
Sedangkan menurut Stuart ( 1998 ) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian
dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan
( discharge planning ), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit. Perawatan di
rumah ini biasanya dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, perawat komunitas
dimana klien berada, atau tim khusus yang menangani perawatn di rumah.
15
Menurut Neis dan Mc Ewen (2007) The term home health care describes a system in which
health care and social services are provided to homebound or disabled people in their homes
rather than in medical facilities (U.S.Department of Commerce and International Trade
Administration, 1990). Maksudnya adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di
rumah karena kondisi kesehatannya.
Home Health Care is that component of a continuum of comprehensive health care, where by
health services are provided to individuals and families in their places of residence for the
purpose of promoting, maintaining or restoring health, or maximing the level of independence,
while minimizing the effects of dissability and illness.
12
Services appropriate to the needs of the individual client and family are planned, coordinated,
and made available by providers organized for the delivery of home care trough the use of
employed staff, contractual arrangements, or a combination of the two patterns (Warhola, 1980).
Maksudnya, Home Health Care adalah komponen dari sebuah kontinum pelayanan kesehatan
yang komprehensif, di mana dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka untuk tujuan mempromosikan, memelihara atau memulihkan
kesehatan, atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan efek kecacatan dan
penyakit. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien individu dan keluarga yang
direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh penyedia diselenggarakan untuk
mempekerjakan staf melalui home care, pengaturan kontrak, atau kombinasi dari dua pola
tersebut (Warhola, 1980).
Health care secara pribadi masih diutamakan penyakit dan orientasi pengobatan dan mempunyai
keutamaan dalam terapi medisnya. Meskipun The American Medikal Association (AMA) dan
organisasi kesehatan lain mendorong orang-orang untuk memeriksakan kesehatannya secara
rutin yang bertujuan untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kebanyakan
asuransi pribadi tidak mengadakan pemeriksaan fisik secara rutin, sehingga biaya yang harus
dikeluarkan oleh klien sangat mahal.
16
Dibidang masyarakat umum pengiriman layanan health care terlihat lebih baik. Mendapatkan
upah dari pelayanannya namun hal tersebut meliputi bermacam-macam pegawai dan tenaga
kesehatan yang sukarela yang tentang menyebarluaskan, mendorong promosi kesehatan dan
pendidikan umum tentang pemeliharaaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Ada banyak jenis
program skrining, beberapa diantaranya dari pemerintah dan yang lain dari yayasan pribadi
untuk mendeteksi penyakit-penyakit tertentu. Sebagai contohnya jenis skrining yang telah
dilakukan oleh departemen kesehatan, pengadaan klinik untuk lansia oleh komunitas lanjut usia
(Margot, 1983).
Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880- an,
dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.
Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya
masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah.
13
Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat
terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah pada
keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk
melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan
keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993).
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dengan mulai
berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang merawat
orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan
menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati
tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus
berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN) adalah :
Ø merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai
17
Ø mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan
pada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang berperan
sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :
Ø melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam
upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru, karena
merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh
tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan hal biasa
sejak dahulu kala.
14
Menurut Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home care antara lain :
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi
proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam
mempertahankan kesehatan individu yang meliputi :
18
a. Udara bersih,
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan psikologis
yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan
sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka
yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang
daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa manusia merupakan satu
kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda – beda.
19
15
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia
setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik
dan keunikan tersendiri.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan
manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta
proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari integritas,
resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang
tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan
berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses
terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan –
lahan maupun berlangsung dengan cepat.
Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak
mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja
Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah
dan menyelaraskan dengan lingkungannya.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis
pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman
yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup
memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang
efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat
memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan
profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
20
Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.
16
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan
antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai
manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Pandangan teori
Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang
meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan
psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan
seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.
Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk teori Self Care, di
antaranya :
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu
itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
21
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang
merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri
dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh.
17
Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care Requisites
(kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care
Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation
Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala
perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan
seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus
menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan
tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan
perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki
metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai
pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk
pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang
ditetapkan oleh pasien.
22
3.1.3 Landasan Hukum Home Care
· Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan
hukum
18
Ø Landasan hukum :
· PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker,
ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator
kesehatan, penyuluh kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam
medis, dan teknisi elektromedis
23
· SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
· Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.
· Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan
· Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya.
· Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang
diperlukan rehabilitasi atau perawatan paliatif.
19
· Pengelolah pelayanan
24
Merupakan individu, kelompok, ataupun organisasi yang bertanggung jawab terhadap seluruh
pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan, serta
mekanisme pelayanan sesuai standart yang ditetapkan.
· Pelaksana pelayanan
Merupakan tenaga keperawatan professional bekerja sama dengan tenaga professional lain
terkait dan tenaga non-profesional. Pelaksana pelayanan terdiri atas coordinator kasus dan
pelaksana pelayanan.
· Klien
Merupakan penerima perawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu anggota
keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan keluarga dapat
menunjuk seseorang yang akan menjadi pengasuh yang melayani kebutuhan sehari-hari klien.
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan dari
klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun pasien/ klien dapat
langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per
orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:
· Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter
untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
· Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di
lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi
perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai
pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis
peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
25
20
· Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
· Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping
bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
· Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk
memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
· Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio-
spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara
langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan
keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan
26
wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan
evaluasi.
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini
diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai
bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
21
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
27
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah
meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang
di jumpai di komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
22
28
5. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis.
· Mempererat ikatan keluarga karena dapat berdekatan dengan anggota keluarga yang lain
saat sakit
· Memberikan variasi lingkungan kerja sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang sama.
· Dapat mengenal lingkungan dan klien dengan baik sehingga pendidikan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien.
· Fase persiapan :
Pada Fase pertama ini,perawat mendapatkan data tentang keluarga yang akan dikunjungi dari
Puskesmas atau Ibu Kader.Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang
akan dilakukan.Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini.
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini,perawat dan keluarga
berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan.
23
29
· Fase implementasi
Pada Fase ini,Perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dimiliki oleh klien dan keluarga.
Lakukan intervensi sesuai rencana. Eksplorasi Nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga
terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat Pendidikan Klien dan
keluarga serta sediakan pula informasi tertulis.
· Fase terminasi
Fase ini perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang
ditetapkan bersama keluarga.Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang
sekarang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin di alami oleh keluarga sangat penting
dilakukan pada fase terminasi.
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokomentasi lengkap tentang hasil kunjungan
untuk disimpan di pelayanan kesehatan ,dokumentasi tersebut harus memenuhi aspek
lengkap(komplit),jelas(clear),dan dapat dibaca(legible). Adapun cara untuk melakukan
kunjungan yaitu angket, pertelepon, lewat email,atau kunjungan secara langsung.
30
§ Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
24
§ Menetapkan masalah
31
§ Melakukan tindakan perawatan
Ø Stroke
25
Ø Amputasi
Ø Ketergantungan obat
Ø Luka kronis.
32
Ø Rehabilitasi medic
Ø Psikiatri
Ø Kondisi fisik
Ø Kondisi psikologis
33
Ø Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
26
Ketenagaan
· Minimal D.III
· Memiliki SIP,SIK,SIPP
34
· Minimal D.III
· Memiliki SIP,SIK,SIPP
Alat/ sarana
a) Alat kesehatan
· Tas/ kit
· Pemeriksaan fisik
· Set emergency
· Set huknah
27
· Set memandikan
· Sterilisator
· Pot/ urinal
35
· Tiang infuse
· Pengisap lender
· Perlengkapan oxygen
· Kursi roda
· Tongkat/ tripot
· Obat emergency
· Perawatan luka
· Untuk infuse
· Rekomendasi PPNI
36
· Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi
28
· Ijin lingkungan
· Ijin usaha
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk
menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu bekerja di
rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja
perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Menurut Neis dan Mc Ewen (2007) Family nursing care may be focused on the individual family
member, within the context of the family, or the family unit. Regardless of the identified client,
the nurse establishes a relationship with each family member within the unit and understands the
influence of the unit on the individual and society.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam konteks
keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan
dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu
dan masyarakat.
Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah memiliki perhatian yang menyeluruh terhadap
masalah kesehatan yang ditemukan atau diidentifikasi dari keluarga tertentu atau sekelompok
keluarga. Perawat kesehatan masyarakat harus harus memiliki kemampuan klinik yang memadai
37
dan bekerja sama dengan klien yang ada di komunitas. Untuk dapat melakukan hubungan dengan
keluarga , perawat tidak perlu bertemu secara langsung dengan seluruh anggota keluarga. Salah
satu anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi, tetapi perawat juga harus menyadari
adanya kemungkinan bahwa informasi yang diberikan tersebut dipengaruhi oleh persepsi dari
sumber. Perawat memerlukan waktu untuk memperkenalkan diri pada keluarga, gunakan
panggilan yang formal, kecuali jika keluarga berkehendak lain. Sangat penting bagi perawat
untuk berinteraksi dengan sebanyak mungkin anggota keluarga.
29
Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di europe yang merupakan praktek keperawatan
termodern saat ini adalah :
· Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma dari cure menjadi
care melalui tindakan preventif.
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Friedmen
menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga,
diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga.
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai
unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Peran perawat dalam melakukan
perawatan keluarga antara lain sebagai berikut :
a. Pendidik (Edukator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara madiri dan
38
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu
didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar
mengajar. Secara umum tujuan proses pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku sehat atau
mengubah perilaku yang tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk
peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit serta membantu keluarga untuk
mengembangkan ketrampilan penyelesaian maslaah yang sedang dialami atau dibutuhkan.
Disamping hal-hal diatas perawat kesehatan keluarga juga melakukan bimbingan antisipasif
kepada keluarga, sehingga dapat terwujud keluarga yang sejahtera, bertanggung jawab
memberikan pendidikan keperawaatan keluarga kepada sesame perawat dan tim kesehatan lain.
b. Koordinator
Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum,
menyeluruh, dan berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan
dengan baik.
30
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien
yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan dirumah, maka diperlukan
koordinasi lanjuatan asuhan keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari berbagai
disiplin pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaanya. Koordinasi diperlukan pada nperawatana berkelanjutan agsr tercapai pelayanan
yang komprehensif.
Kontak pertama perawat terhadap keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang sakit.
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga, baik di rumah, klinik, maupun di rumah sakit
bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga
memberikan perawatan terhadap anggota yang di rumah sakit , perawat melakukan perawatan
langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga
mampu melakukanya di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga
39
untuk melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan
masyarakat.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
Dengan demikian keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang masalah yang bersifat
pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
31
g. Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala
keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan. Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban
untuk melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social ekonomi lemah yang tidak
mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga mencari bantuan.
h. Fasilitator
40
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.
Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada.
Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam menggunakan pelayanan
kesehatan, masalah ekonomi dan masalah social budaya. Agar dapat melaksanakan peran
fasilitator dengan baik , maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan
misalnya system riujukan dan dana sehat.
i. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan
secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.
· Tersierà rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya ROM bagi
penderita stroke.
41
32
· Direct careà bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem pendukung utama untuk
menyembuhkan
Ø Family as context
Ø Family as client
4. Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan
diintervensi bersamaan.
Ø Family as system
42
1. keperawatan.
33
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau kelurahan
yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai jaringan
Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan akses dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
43
3.3.3 Misi Ponkesdes :
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi yang dilaksanakan adalah :
34
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Simpulan
44
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit.
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk
menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebagian waktu bekerja di
rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititik beratkan pada kinerja
perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau kelurahan
yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai jaringan
Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan akses dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
4.2 Saran
Perawat dapat memilih dari dan menggunakan berbagai metode, materi, dan media untuk
mendukung kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Sumber daya tersebut harus ditinjau dan di
evaluasi untuk kesesuaian mereka untuk kelompok sasaran yang dituju. Kunci untuk memenuhi
kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat yang merangkul gagasan bahwa pendidikan
kesehatan adalah proses interaktif akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal banyak.
Untuk rekan sejawat mengetahui trend issue keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia dan
dunia diantaranya home care, home health care, perawat keluarga, pondok kesehatan desa
(ponkesdes).
35
45
DAFTAR PUSTAKA
http://dila-sht.blogspot.com/2012/11/trend-issue-keperawatan-komunitas.html
http://www.scribd.com/doc/84764566/Tren-Dan-Issue-Keperawatan-Komunitas
Koenig Kathleen Blais dkk, 2006, Pratik Keperawatan Profesional, Edisi 4, EGC, Jakarta
Effendy Nasrul, 1998, dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,Edisi 2, EGC, Jakarta
Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan di rumah
(Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC
Setyowati Sri dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Aplikas kasus, Edisi
Revisi, Mitra Cendikiaa, jogyakarta
· http://fakhrun-duniakita.blogspot.com/2011/12/makalah-keperawatan-komunitas-
home.html
46