Anda di halaman 1dari 83

pengetahuan

Minggu, 12 April 2015


trend dan issue keperawatan komunitas

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena berkat rahmat dan ridho-Nya
alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Trend dan
Issue Keperawatan dengan judul “Trend dan Issue Keperawatan Komunitas ’’.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi
materi maupun penulisannya.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakannya.
Semoga makalah yang telah penulis susun dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi yang membaca.Amin.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….... 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………….. 2
1.4 Manfaat ………………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………... 3
2.1 Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat ……………………………….. 3
2.2 Konsep Keperawatan Komunitas ……………………………………………… 4
2.3 Konsep Masalah Kesehatan Komunitas ……………………………………….. 8
2.4 Trend Dan Issue Keperawatan Komunitas …………………………………….. 11
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………………….. 12
3.1 KONSEP HOME CARE ……………………………………………………… 12
3.1.1 Definisi Home Care ………………………………………………………… 12
3.1.2 Model / Teori yang Mendukung Home Care ………………………………. 15
3.1.3 Landasan Hukum Home Care ………………………………………………. 18
3.1.4 Tujuan Perawatan Kesehatan Di Rumah …………………………………… 19
3.1.5 Unit Pelayanan Perawatan Di Rumah ………………………………………. 20
3.1.6 Mekanisme Perawatan Di Rumah ……………………………………………20
3.1.7 Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah ……………………………………21
3.1.8 Manfaat Perawatan Kesehatan Di Rumah (Home Care) …………………….23
3.1.9 Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan Di Rumah (Home Care) ……………….23
3.1.10 Prinsip Home Care ………………………………………………………….24
ii
3.1.11 Peran Dan Fungsi Perawat Home Care
3.1.12 Kegiatan Home Care
3.1.13 Tatalaksana Home Care
3.2 KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
3.1.1 Definisi Perawat Keluarga
3.1.2 Peran Perawat Keluarga
3.1.3 Intervensi Utama Perawat Keluarga
3.3 KONSEP PONDOK KESEHATAN DESA (PONKESDES)
3.3.1 Definisi Pondok Kesehatan Desa
3.3.2 Visi Ponkesdes
3.3.3 Misi Ponkesdes
3.3.4 Tujuan Ponkesdes
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan
kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat
menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan
memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan
dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan
keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai
tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh
:
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan
cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat,
 Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,
 Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.
Pada sisi lain, banyak anggota masyarakat yang menderita sakit dan karena berbagai
pertimbangan terpaksa di rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan
kesehatan, seperti kasus-kasus penyakit terminal, keterbatasan kemampuan masyarakat untuk
membiayai pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit,
banyak orang merasakan bahwa di rawat inap membatasi kehidupan manusia, lingkungan di
rumah yang dirasakan lebih nyaman ( Depkes RI,2002 ). Maka dari itu dalam makalah ini
kami membahas trend dan issue kesehatan keperawatan komunitas tentang home care (Home
Health Care), perawatan keluarga dan pondok kesehatan desa.

1
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang home care / home health care?
2. Bagaimana konsep tentang perawat keluarga?
3. Bagaimana konsep tentang ponkesdes?

2.3 Tujuan
1. Agar mengetahui tentang konsep home care/home health care.
2. Agar mengetahui tentang konsep perawat keluarga.
3. Agar mengetahui tentang konsep ponkesdes.

2.4 Manfaat
1. Mengetahui tentang konsep home care/home health care.
2. Mengetahui tentang konsep perawat keluarga.
3. Mengetahui tentang konsep ponkesdes.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama.
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan
dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul,


atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).Perawatan kesehatan adalah
bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran
serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan
yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan


masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth,
2007). Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek
dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat
mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak,
2005).

3
2.2 Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi
barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini
dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi,
2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan
komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran
serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh
dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai
kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).
Keperawatan komunitas adalah keperawatan yang diberikan dari luar suatu institusi
yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
Pada keperawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
4
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi
komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak,
2005).

2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

 Individu sebagai klien


Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
5
 Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
 Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang
bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam


keperawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak,
2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga,
dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau
pengembangan masyarakat.

6
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth,
2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat,
antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).

Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada


masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi
masyarakat (Elisabeth, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan
(Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :

 Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/klien.
7
 Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri.
 Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan.
 Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu
kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat
wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan
mamandang komunitas sebagai klien.

2.3 Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


 Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya
dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun
tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari
organisme tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia
(Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005), lingkungan
merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).

8
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan Program
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.
Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah
menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan pendekatan
sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
 Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
 Mencuci tangan pakai sabun.
 Mengelola air minum dan makanan yang aman.
 Mengelola sampah dengan benar.
 Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
 Penyediaan air minum
 Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
 Pembuangan sampah padat
 Pengendalian vector
 Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
 Higiene makanan, termasuk higiene susu
 Pengendalian pencemaran udara
 Pengendalian radiasi
 Kesehatan kerja
 Pengendalian kebisingan
 Perumahan dan pemukiman
 Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
 Perencanaan daerah dan perkotaan
 Pencegahan kecelakaan

9
 Rekreasi umum dan pariwisata
 Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana alam
dan perpindahan penduduk
 Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan


ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
 Penyehatan air dan udara
 Pengamanan limbah padat atau sampah
 Pengamanan limbah cair
 Pengamanan limbah gas
 Pengamanan radiasi
 Pengamanan kebisingan
 Pengamanan vektor penyakit
 Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana

 Perilaku Masyarakat
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta
lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakn
i respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat
pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau
practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit
dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori
(Wawan, 2010), yaitu:

10
 Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
 Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar

Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja atau tidak
disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).

2.4 Trend Issue Keperawatan Komunitas


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan
kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat
menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan
memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan
dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan
keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai
tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh
:
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan
cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat,
 Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,
 Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.

11

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konsep Home Care / Home Health Care


3.1.1 Definisi Home Care / Home Health Care
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit.
Menurut Sherwen ( 1991 ) mendefenisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai
bagian integral dari pelayanan keperawatan yang di lakukan oleh perawat untuk membantu
individu, keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang mereka hadapi.
Sedangkan menurut Stuart ( 1998 ) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah
sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari
rencana pemulangan ( discharge planning ), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari
rumah sakit. Perawatan di rumah ini biasanya dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit
semula, perawat komunitas dimana klien berada, atau tim khusus yang menangani perawatn
di rumah.
Menurut Neis dan Mc Ewen (2007) The term home health care describes a system in
which health care and social services are provided to homebound or disabled people in their
homes rather than in medical facilities (U.S.Department of Commerce and International
Trade Administration, 1990). Maksudnya adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang
harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya.
Home Health Care is that component of a continuum of comprehensive health care,
where by health services are provided to individuals and families in their places of residence
for the purpose of promoting, maintaining or restoring health, or maximing the level of
independence, while minimizing the effects of dissability and illness.
12
Services appropriate to the needs of the individual client and family are planned,
coordinated, and made available by providers organized for the delivery of home care trough
the use of employed staff, contractual arrangements, or a combination of the two patterns
(Warhola, 1980). Maksudnya, Home Health Care adalah komponen dari sebuah kontinum
pelayanan kesehatan yang komprehensif, di mana dengan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka untuk tujuan
mempromosikan, memelihara atau memulihkan kesehatan, atau memaksimalkan tingkat
kemandirian, dan meminimalkan efek kecacatan dan penyakit. Pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan klien individu dan keluarga yang direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan
oleh penyedia diselenggarakan untuk mempekerjakan staf melalui home care, pengaturan
kontrak, atau kombinasi dari dua pola tersebut (Warhola, 1980).
Health care secara pribadi masih diutamakan penyakit dan orientasi pengobatan dan
mempunyai keutamaan dalam terapi medisnya. Meskipun The American Medikal
Association (AMA) dan organisasi kesehatan lain mendorong orang-orang untuk
memeriksakan kesehatannya secara rutin yang bertujuan untuk pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Kebanyakan asuransi pribadi tidak mengadakan pemeriksaan fisik
secara rutin, sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh klien sangat mahal.
Dibidang masyarakat umum pengiriman layanan health care terlihat lebih baik.
Mendapatkan upah dari pelayanannya namun hal tersebut meliputi bermacam-macam
pegawai dan tenaga kesehatan yang sukarela yang tentang menyebarluaskan, mendorong
promosi kesehatan dan pendidikan umum tentang pemeliharaaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Ada banyak jenis program skrining, beberapa diantaranya dari pemerintah dan yang
lain dari yayasan pribadi untuk mendeteksi penyakit-penyakit tertentu. Sebagai contohnya
jenis skrining yang telah dilakukan oleh departemen kesehatan, pengadaan klinik untuk lansia
oleh komunitas lanjut usia (Margot, 1983).
Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun
1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian
yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun
pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai
perawatan dirumah.

13
Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat
12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan
keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi
dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang
melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric
B.L, 1993).
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19,
dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para
Biarawati yang merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih
wanita dari kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah
pengawasan Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris,
2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District
Nurse (DN) adalah :
 merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
 merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai
 mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan
pada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang
berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :
 melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam
upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
 memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,
karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan
atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah
merupakan hal biasa sejak dahulu kala.

14
3.1.2 Model/ Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care
Menurut Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home care
antara lain :
1) Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan
terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi :
a. Udara bersih,
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan
psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap
lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah
kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara
hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.

2) Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)


Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda – beda.

15
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan
manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu
keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari
integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan
lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan
berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses
terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan
– lahan maupun berlangsung dengan cepat.
Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang
sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979
Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus
menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.
3) Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan

pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan

pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa
seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan
keyakinan kultur (orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau
pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini
saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan
kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi
kesejahteraan dan kondisi sakit.

16
4) Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang
kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi
dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan
intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5) Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk teori
Self Care, di antaranya :
a. Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh
individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-
lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri
yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri
sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan
proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh.

17
Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care Requisites
(kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care
Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation
Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala
perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan
dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya
secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau
kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian
masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat
untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan
pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik
pada orang lain.
6) Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang
ditetapkan oleh pasien.
3.1.3 Landasan Hukum Home Care
 Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :
 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan
hukum
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri
 Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

18
 Landasan hukum :
 UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
 UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
 UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
 PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker,
ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator
kesehatan, penyuluh kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer,
perekam medis, dan teknisi elektromedis
 SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
 Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
 Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
 Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasiona
 Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.
 Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
 Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan
3.1.4 Tujuan Perawatan Kesehatan di Rumah
 Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya.
 Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan dan kecacatan.
 Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga.
 Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang
diperlukan rehabilitasi atau perawatan paliatif.

19
3.1.5 Unit Perawatan Kesehatan di Rumah
 Pengelolah pelayanan
Merupakan individu, kelompok, ataupun organisasi yang bertanggung jawab terhadap seluruh
pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan, serta
mekanisme pelayanan sesuai standart yang ditetapkan.
 Pelaksana pelayanan
Merupakan tenaga keperawatan professional bekerja sama dengan tenaga professional lain
terkait dan tenaga non-profesional. Pelaksana pelayanan terdiri atas coordinator kasus dan
pelaksana pelayanan.
 Klien
Merupakan penerima perawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu anggota
keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan keluarga dapat
menunjuk seseorang yang akan menjadi pengasuh yang melayani kebutuhan sehari-hari klien.
3.1.6 Mekanisme Perawatan di Rumah (Home Care)
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan
rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun
pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau
praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di
lakukan adalah sebagai berikut:
 Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter
untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
 Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di
lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi
perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan
mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis
pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.

20
 Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah
baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola
perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh
koordinator kasus.
 Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan dirumah :
 Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping bagi
klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
 Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent)
 Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk
memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
3.1.7 Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan
keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan
keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
 Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio-
spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara
langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan
tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-
tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan dan melakukan evaluasi.
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien,
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara
hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
21
 Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan
klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi
yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan
pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
 Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan,
mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
Ruang Lingkup Home Care, yaitu:
a. Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
b. Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.
c. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social

Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di
rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus
khusus yang di jumpai di komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah
sakit adalah:
a. Klien dengan penyakit gagal jantung,
b. Klien dengan gangguan oksigenasi,
c. Klien dengan perlukaan kronis,
d. Klien dengan diabetes,
e. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
f. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,

22
g. Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
h. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
i. Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
1. Klien dengan post partum,
2. Klien dengan gangguan kesehatan mental,
3. Klien dengan kondisi usia lanjut,
4. Klien dengan kondisi terminal.
5. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis.

3.1.8 Manfaat Perawatan Kesehatan di Rumah (Home Care)


Manfaat untuk keluarga :
 Biaya kesehatan akan lebih terkendali
 Mempererat ikatan keluarga karena dapat berdekatan dengan anggota keluarga yang lain saat
sakit
 Merasa lebih nyaman karena berada di rumah sendiri
Manfaat untuk perawat :
 Memberikan variasi lingkungan kerja sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang sama.
 Dapat mengenal lingkungan dan klien dengan baik sehingga pendidikan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien.

3.1.9 Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan di Rumah (Home Care)


 Fase persiapan :
Pada Fase pertama ini,perawat mendapatkan data tentang keluarga yang akan dikunjungi dari
Puskesmas atau Ibu Kader.Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan
yang akan dilakukan.Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini.
 Fase Inisiasi (perkenalan)
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini,perawat dan
keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah
kesehatan.

23
 Fase implementasi
Pada Fase ini,Perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dimiliki oleh klien dan keluarga.
Lakukan intervensi sesuai rencana. Eksplorasi Nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga
terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat Pendidikan Klien dan
keluarga serta sediakan pula informasi tertulis.
 Fase terminasi
Fase ini perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan
yang ditetapkan bersama keluarga.Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah
kesehatan yang sekarang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin di alami oleh
keluarga sangat penting dilakukan pada fase terminasi.
 Fase pasca kunjungan
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokomentasi lengkap tentang hasil
kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan ,dokumentasi tersebut harus memenuhi
aspek lengkap(komplit),jelas(clear),dan dapat dibaca(legible). Adapun cara untuk melakukan
kunjungan yaitu angket, pertelepon, lewat email,atau kunjungan secara langsung.

3.1.10 Prinsip Home Care


 Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat/ tim
 Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
 Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
 Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetakan diagnosa keperawatan.
 Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan.
 Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
 Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
 Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.
 Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
24
 Mengembankan kemampuan profesional.
 Berpartisifasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
 Menggunakan kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik keperawatan

3.1.11 Peran dan Fungsi Perawat Home Care


A. Manajer kasus: Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,dengan fungsi :
 Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.
 Menyusun rencana pelayanan.
 Mengkoordinir aktifitas tim
 Memantau kualitas pelayanan
B. Pelaksana: memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan. dengan fungsi:
 Melakukan pengkajian komprehensif
 Menetapkan masalah
 Menyusun rencana keperawatan
 Melakukan tindakan perawatan
 Melakukan observasi terhadap kondisi pasien.
 Membantu pasien dalam mengembangkan prilaku koping yang efektif.
 Melibatkan keluarga dalam pelayanan
 Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
 Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan.
 Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

3.1.12 Kegiatan Home Care


Manajemen Kasus Home Care
1) Melakukan seleksi kasus
 Resiko tinggi ( Bayi, balita, lansia, ibu maternal )
 Cidera tulang belakang cidera kepala
 Coma, Diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat
 Stroke

25
 Amputasi
 Ketergantungan obat
 Luka kronis.
 Disfungsi kandung kemih
 Rehabilitasi medic
 Nutrisi melalui infuse
 Post partum dan masalah reproduksi
 Psikiatri
 Kekerasan dalam rumah tangga

2) Melakukan pengkajian kebutuhan pasien.


 Kondisi fisik
 Kondisi psikologis
 Status sosial ekonomi
 Pola prilaku pasien
 Sumber- sumber yang tersedia di keluarga pasien

3) Membuat perencanaan pelayanan


 Membuat rencana kunjungan
 Membuat rencana tindakan
 Menyeleksi sumber- sumber yang tersedia di keluarga / masyarakat.

4) Melakukan koordinasi pelayanan


 Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
 Membuat perjanjian kepada pasien da keluarga tentang pelayanan
 Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
 Melakukan rujukan pasien

26
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan.
 Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
 Menilai hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak )
 Mengevaluasi proses manajemen kasus
 Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur

3.1.13 Tatalaksana Home Care


1. Prasyarat Penyelenggara Home Care
Ketenagaan
a. Manajer kasus, dengan kualifikasi:
 Minimal D.III
 Pemegang sertifikat pelatihan home care
 Pengalaman kerja minimal 3 tahun
 Memiliki SIP,SIK,SIPP
b. Pelaksana pelayanan, dengan kwalifikasi :
 Minimal D.III
 Pemegang sertifikat pelatihan home care
 Pengalaman kerja minimal 3 tahun
 Memiliki SIP,SIK,SIPP

Alat/ sarana
a) Alat kesehatan
 Tas/ kit
 Pemeriksaan fisik
 Set perawatan luka
 Set emergency
 Set pemasangan selang lambung
 Set huknah

27
 Set memandikan
 Set pengambilan preparat
 Set pemeriksaan lab. Sederhana
 Set infus/ injeksi
 Sterilisator
 Pot/ urinal
 Tiang infuse
 Tempat tidur khusus orang sakit
 Pengisap lender
 Perlengkapan oxygen
 Kursi roda
 Tongkat/ tripot
 Perlak/ alat tenun
b) Alat habis pakai
 Obat emergency
 Perawatan luka
 Suntik/ pengamian darah
 Untuk infuse
 Pemasangan selang lambung
 Huknah, selang lambung, kateter
 Sarung tangan, masker

3.1.14 Perizinan Home Care


1. Berbadan hukum ( yayasan, badan hukum lainnya )
2. Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten/ Kota, dengan melampirkan:
 Rekomendasi PPNI
 Ijin prakik perawat ( SP, SIK, SIPP )
 Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi

28
 Ijin lokasi bangunan
 Ijin lingkungan
 Ijin usaha
 Persyaratan tata ruang bangunan

3.2 Konsep Perawatan Keluarga


3.2.1 Definisi Perawat Keluarga
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga
untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu
bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan
pada kinerja perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Menurut Neis dan Mc Ewen (2007) Family nursing care may be focused on the
individual family member, within the context of the family, or the family unit. Regardless of
the identified client, the nurse establishes a relationship with each family member within the
unit and understands the influence of the unit on the individual and society.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam
konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan
hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit
pada individu dan masyarakat.
Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah memiliki perhatian yang menyeluruh
terhadap masalah kesehatan yang ditemukan atau diidentifikasi dari keluarga tertentu atau
sekelompok keluarga. Perawat kesehatan masyarakat harus harus memiliki kemampuan
klinik yang memadai dan bekerja sama dengan klien yang ada di komunitas. Untuk dapat
melakukan hubungan dengan keluarga , perawat tidak perlu bertemu secara langsung dengan
seluruh anggota keluarga. Salah satu anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi,
tetapi perawat juga harus menyadari adanya kemungkinan bahwa informasi yang diberikan
tersebut dipengaruhi oleh persepsi dari sumber. Perawat memerlukan waktu untuk
memperkenalkan diri pada keluarga, gunakan panggilan yang formal, kecuali jika keluarga
berkehendak lain. Sangat penting bagi perawat untuk berinteraksi dengan sebanyak mungkin
anggota keluarga.

29
Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di europe yang merupakan praktek
keperawatan termodern saat ini adalah :
 Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma dari cure menjadi
care melalui tindakan preventif.
 Mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit .

3.2.2 Peran Perawat Keluarga


Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan,
Friedmen menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar
keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan
keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Peran perawat
dalam melakukan perawatan keluarga antara lain sebagai berikut :
a. Pendidik (Edukator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara madiri
dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu
didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar
mengajar. Secara umum tujuan proses pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku sehat
atau mengubah perilaku yang tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah
untuk peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit serta membantu keluarga untuk
mengembangkan ketrampilan penyelesaian maslaah yang sedang dialami atau dibutuhkan.
Disamping hal-hal diatas perawat kesehatan keluarga juga melakukan bimbingan antisipasif
kepada keluarga, sehingga dapat terwujud keluarga yang sejahtera, bertanggung jawab
memberikan pendidikan keperawaatan keluarga kepada sesame perawat dan tim kesehatan
lain.
b. Koordinator
Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum,
menyeluruh, dan berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan
dengan baik.
30
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien
yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan dirumah, maka diperlukan
koordinasi lanjuatan asuhan keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari
berbagai disiplin pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam pelaksanaanya. Koordinasi diperlukan pada nperawatana berkelanjutan agsr tercapai
pelayanan yang komprehensif.
c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
Kontak pertama perawat terhadap keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang sakit.
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga, baik di rumah, klinik, maupun di rumah
sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga
memberikan perawatan terhadap anggota yang di rumah sakit , perawat melakukan perawatan
langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga
mampu melakukanya di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga
untuk melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan
masyarakat.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan atau Penasehat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya. Dengan demikian keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang masalah
yang bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber untuk
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.

31
g. Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala
keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan. Sebagai advokat klien, perawat
berkewajiban untuk melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social ekonomi
lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga
mencari bantuan.
h. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat
kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai
kendala yang ada. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan masalah social budaya. Agar dapat
melaksanakan peran fasilitator dengan baik , maka perawat komunitas harus mengetahui
system pelayanan kesehatan misalnya system riujukan dan dana sehat.
i. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.

j. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

3.2.3 Intervensi Utama Perawat Keluarga


Empat intervensi utama perawat keluarga dititikberatkan kepada pencegahan.
 Primerà proaktif mencegah stessor, mempermudah mendapatkan fasilitas kesehatan.
Contoh : memberi pendkes untuk mencegah penyakit, menciptakan suasana harmonis di
keluarga.
 Sekunder screening, vaksinasi, deteksi awal timbulnya penyakit.
 Tersier rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya ROM bagi
penderita stroke.

32
 Direct care bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem pendukung utama untuk
menyembuhkan
Empat tingkatan keluarga
 Family as context
1. Fokus pada kesehatan individu
2. Keluarga sebagai background dari anggotanya
3. Keluarga sebai support system atau stressor terberat bagi anggota
4. Individu / anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi
5. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
 Family as client
1. Fokus pada seluruh anggota keluarga
2. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok atau keseluruhan dari anggota keluarga
3. Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya
4. Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan
diintervensi bersamaan.
 Family as system
1. Fokus masalah pada hubungan antara anggota keluarga
2. Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam keluarga
3. Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi
4. Fokus intervensi : mengenai hubungan ibu anak, hub perkawinan, dll
 Family as component of society
1. keperawatan.
2. Fokus keluarga dengan individu sebagai background
3. Keluarga dipandang sebgai interaksional system
4. Fokus intervensi : dinamis internal keluarga, hubungan dalam keluarga
5. subsistem keluarga dengan lingkungan luar.

33
3.3 Konsep Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES)
3.3.1 Definisi Pondok Kesehatan Desa
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai
jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan
akses dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

3.3.2 Visi Ponkesdes


"Terwujudnya Desa/Kelurahan Sehat Menuju Kecamatan Sehat". Visi tersebut
merupakan pengembangan dari visi Puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat.
Gambaran dari desa/kelurahan sehat adalah kondisi dimana suatu desa berada dalam
lingkungan yang sehat masyarakatnya, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta mudah
menjangkau dan dijangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3.3.3 Misi Ponkesdes :


Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi yang dilaksanakan adalah :
 Menggerakkan masyarakat desa/kelurahan,agar menciptakan lingkungan desa/kelurahan yang
sehat
 Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di desa/kelurahan
 Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar di Ponkesdes
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,keluarga,masyarakat desa/kelurahan.

3.3.4 Tujuan Ponkesdes


Tujuan Ponkesdes adalah meningkatkan akses pelayanan kesehatan serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
desa/kelurahan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya.

34

BAB 1V
PENUTUP

4.1 Simpulan
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit.
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga
untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebagian waktu
bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititik beratkan
pada kinerja perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai
jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan
akses dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
4.2 Saran
Perawat dapat memilih dari dan menggunakan berbagai metode, materi, dan media
untuk mendukung kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Sumber daya tersebut harus
ditinjau dan di evaluasi untuk kesesuaian mereka untuk kelompok sasaran yang dituju. Kunci
untuk memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat yang merangkul gagasan
bahwa pendidikan kesehatan adalah proses interaktif akan dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal banyak. Untuk rekan sejawat mengetahui trend issue keperawatan kesehatan
komunitas di Indonesia dan dunia diantaranya home care, home health care, perawat
keluarga, pondok kesehatan desa (ponkesdes).

35
DAFTAR PUSTAKA

http://dila-sht.blogspot.com/2012/11/trend-issue-keperawatan-komunitas.html
http://www.scribd.com/doc/84764566/Tren-Dan-Issue-Keperawatan-Komunitas

 Koenig Kathleen Blais dkk, 2006, Pratik Keperawatan Profesional, Edisi 4, EGC,
Jakarta

 Effendy Nasrul, 1998, dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,Edisi 2, EGC,


Jakarta

 Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan di
rumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC

 Setyowati Sri dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Aplikas kasus,
Edisi Revisi, Mitra Cendikiaa, jogyakarta

 Sumijatu dkk, 2005, Konsep Dasar Keperawatn Komunitas, EGC, Jakarta

Soliman Nur Setia


Tetap Tersenyum,Bersabar,Berikan, dan Lakukanlah Yang Terbaik !Walau Terkadang Kita
Direndahkan.

Powered by Translate

Jumat, 31 Oktober 2014


TREND DAN ISU KEPERAWATAN KOMUNITAS TERKINI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trend kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada transisi epidemologi dari penyakit
menular ke penyakit kronis serta degeneratif. Kondisi tersebut disebabkan oleh perubahan
struktur pendidikan dan gaya hidup masyarakat. Perubahan tersebut menyebabkan pola
perawatan jangka panjang sangat dibuthkan. Seiring dengan itu, konsep pelayanan kesehatan
pun berubah. Konsep yang tadinya masyarakat mendatangi institusi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit dan puskesmas menjadi pelayanan kesehatan yang mendatangi
masyarakat. Oleh karena itu, paradigma rumah sakit adalah tempat paling penting dalam
penyembuhan dan perawatan klien sudah mulai berubah menjadi perawatan dirumah (
Widyanto, 2014 ).
Hampir semua orang setuju bahwa rumah merupakan tempat paling baik untuk
melakukan perawatan kesehatan, terutama untuk meningkatkan kemandirian klien. Tidak
hanya memberikan perawatan yang lebih murah, home care juga merupakan langkah kunci
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal untuk banyak klien. Konsep home care dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan menghindari rawat inap di pelayanan kesehatan karena
kondisi kronis atau efek samping. Konsep home care juga menghindari kesalahan yang sering
dilakukan di rumah jika tidak ada perawat seperti kesalahan pengobatan atau terjatuh.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang Home Care yang
merupakan salah satu Trend dan Issue Keperawatan Komunitas Terkini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Home care merupakan salah satu trend issu keperawatan komunitas terkini.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi home care.
b. Mengetahui tujuan home care.
c. Mengetahui manfaat home care.
d. Mengetahui prinsip - prinsip home care.
e. Mengetahui faktor pendorongperkembangan home care.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Home Care


Home care merupakan penyidiaan pelayanan dan peralatan profesional perawat bagi
klien dan keluarganya dirumah untuk menjaga kesehatan, edukasi, pencegahan penyakit,
diagnosis dan penanganan penyakit, terapi paliatif, dan rehabilisatif ( Widyanto, 2014 ).
Sedangkan Depkes ( 2002 ) menyebutkan bahwa home care merupakan pelayanan kesehatan
yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan akibat penyakit.
Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI dalam
makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang “ Home care. Bukti Kemandirian Perawat “
menyebutkan bahwa home care sebagai salah satu bentuk praktik mandiri perawa. Homecare
merupakan sintesis dari pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknis
keperawatan klinik yang berasal dari spesialisasi keperawatan tertentu.

B. Tujuan Home Care


Menurut Widyanto ( 2014 ), Home care merupakan upaya untuk menyembuhkan,
mempertahankan, memilihara dan meningkatkan kesehatan fisik, mental atau emosi klien.
Pelayanan diberikan di rumah dengan melibatkan klien dan keluarganya atau pemberi
pelayanan yang lain. Tujuan khusus home care antara lain :
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar klien secara bio, psiko, sosial, dan spiritual.
b. Meningkatnya kemandirian pasien dan keluarga dalam pemiliharaan dan perawatan anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
c. Terpenuhinya pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan klien.
Home care merupakan salah satu jenis perawatan jangka panjang ( long time care ) yang
dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non professional yang telah mendapat
pelatiahan home care merupakan lanjutan asuhan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit
yang termasuk dalam rencana pemulangan dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah
sakit semula, oleh perawat komunitas dimana klien tersebut berada, atau keperawatan khusus
yang menangani klien dirumah. Pelayanan yang home care merupakan suatu komponen
rentang keperawatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu
dan keluarga di tempat tinggal mereka.

C. Manfaat Home Care


Manfaat pelayanan home care bagi klien menurut Triwibowo ( 2012 ) antara lain :
a. Pelayanan akan lebih sempurna, holistik, dan komprehensif.
b. Pelayanan lebih profesional.
c. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dibawah naungan legal dan etik
keperawatan.
d. Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga merasa lebih nyaman dan puas dengan
asuhan keperawatan yang profesional.

D. Prinsip Home Care


Prinsip – prinsip home care menurut Triwibowo ( 2012 ) sebagai berikut :
a. Pengelolaan pelayanan keperawatan di rumah dilaksanakan oleh perawat/TIM yang memiliki
keahlian khusus bidang tersebut.
b. Mengaplikasi konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
c. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akurat dan komprehensif secara terus
menerus.
d. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa keperawatan.
e. Mengembangkan rencana keperawatna didasarkan pada diagnosa keperawatan yang
dikaitkan dengan tindakan – tindakan pencegahan, terapi dan pemulihan.
f. Memberikan pelayan keperawatan dalam rangka menjaga kenyamanan, penyembuhan,
peningkatan kesehatan, dan pencegahan komplikasi.
g. Mengevaluasi secara terus menerus respon klien dan keluarganya terhadap intervensi
keperawatan.
h. Bertanggung jawab kepada klien dan keluarganya akan pelayanan yang bermutu melalui
manajemen kasus, rencana penghentian asuhan keperawatan ( discharge planing ) dan
koordinasi dengan sumber – sumber di komunitas.
i. Memilihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan yang dilakukan
anggota tim saling mendukung.
j. Mengembangkan kemampuan profesional dan berkontribusi pada pertumbuhan kemampuan
profesional tenaga yang lain.
k. Berpartisipasi dalam aktivitas riset untuk mengembangkan pengetahuan pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah.
l. Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan.

E. Faktor Perkembangan Home Care


Bentuk pelayanan kesehatan yang saat ini dikenal masyarakat dalam sistem pelayanan
kesehatanadalah rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang
menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpakasa dirawat di rumah dan tidak di rawat
inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor – faktor yang mendorong perkembangan home
care menurut Triwibowo ( 2012 ) adalah :
a. Kasus – kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efesien apabila dirawat di
institusi pelayanan kesehatan.
b. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus – kasus penyakit
degeneratif yang memerlukan perawatan yang lebih lama. Hal itu akan berdampak pada
meningkatnya kasus – kasus yang memerlukan tindak lanjut perawatan di rumah.
c. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profil, merasakan perawatan pasien yang
lebih lama ( lebih dari 1 minggu ) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban dari
manajemen.
d. Banyak orang merasakan bahwa dirawat di institusi pelayanan kesehatan membatasi
kehidupan manusia, karena seseorang tidak menikmati kehidupan secara optimal karena
terkait dengan aturan – aturan yang ditetapkan.
e. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan
dengan perawatan dirumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Home care merupakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
penyakit. Home care memiliki tujuan antara lain yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar klien
secara bio, psiko, sosial, dan spiritual, meningkatnya kemandirian pasien dan keluarga dalam
pemiliharaan dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, serta
terpenuhinya pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan klien.

B. Saran
Sebagai perawat kita diharapkan tidak hanya terpusat pada pelayanan di institusi
pelayanan kesehatan saja. Tetapi kita juga bisa melaksanakan praktek mandiri seperti home
care sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Undang – Undang Keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV. Agung Seto.


Widyanto. 2014. Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha
Medika

DUNIA KITA
Minggu, 25 Desember 2011
MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS - HOME NURSING

BAB I

PENDAHULUAN
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah
konsep baru dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada
praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan sejak
tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool,
England dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan
kesehatan di rumah dengan memberikan pengobatan kepada klien
(masyarakat) yang mengalami sakit terutama terutama mereka dengan
status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan
lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai
jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan di masyarakat (Smith &
Maurer, 2000). Kunjungan rumah juga dilakukan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan
resiko penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya
kekambuhan penyakit, seperti: perawatan nifas pada ibu paska
melahirkan, perawatan anak diare, pemantauan klien dengan
Tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan klien
dengan berbagai penyakit, dll (Stanhope & Lancaster, 2001).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era
globalisasi ini, berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan
praktek keperawatan di Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan
kebutuhan pealayanan kesehatan juga semakin meningkat dan
berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik
menjdai kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi
klien/keluarga dengan penyakit terminal. Di samping itu perawatan di
rumah menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut)
yang cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronik , yang
membutuhkan perawatan dan pengobatan jangka panjang.
Hali ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi klien dan
keluarganya, bila mempertimbangkan aspek kenyamanan dan
keamanan klien dan keluarga lebih intens dan interaksi lebih bebas
bila berada di rumah sendiri, dan pembiayaan terapi perawatan di
rumah yang relative lebih murah dibandingkan dengan perawatan di
rumah sakit sehingga di rumah lebih cost effective.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang pelayanan


kesehatan yang komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan
untuk indiidu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan
meningkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan atau meningkatkan
kemandirian, menimalkan akibat dari ketidakmampuan dan penyakit terminal
(Warhola, 1980).
Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan bagian
integral dari pelayanan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu individu, keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi (Sherwen, 1991).
Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan
perawat kesehatan masyarakat dan ketrampilan tekhnis yang terpilih dari
perawat spesialis yang terdiri dari kumpulan perawat komunitas, seperti perawat
gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu dan anak, perawat kesehatan
masyarakat, dan perawat medikal – bedah.
Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer,
sekunder dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerja
sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan rumah
adalah sebuah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang
ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidak mampuan dan
membantu klien menyembuhkan yang menderita penyakit kronik (NAHC,
1994).
Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan kesehatan
rumah adala klien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang diberikan
secara profesional (multidisiplin), direncanakan, dikoordinasikan bertujuan
membantu klien kembali ketingkat kesehatan optimum dan mandiri yang
dilaksanakan di rumah beradasarkan kontrak dan merupakan kelanjutan dari
pelayanan keperawatan pada tiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.
2.2. Perkembangan Pelayan Kesehatan Rumah
Bentuk pelayanan kesehatan masyarakat yang populer dan banyak dikenal
masarakat adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Karena berbagai
pertimbangan terpaksa perawatan dilakukan di rumah. Faktor – faktor yang
mendorong perkembanagan kesehatan rumah adalah:
o kasus – kasus penyakit terminal dianggap tidak efisien lagi jika dirawat di
institusi pelayanan kesehatan, misal klien mengidap penyakit keganasan
(kanker) stadium akhir.
o Keterbatasan masyarakat untuk membiayai kasus penyakit degeneratif yang
memerlukan perawatan relatif lama, misal klien pasca – stroke yang mengalami
kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi dalam jangka waktu yang
cukup lama.
o Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, dengan asumsi bahwa
perawatan klien yang lama (> 1 minggu) tinggal di rumah sakit tidak
menguntungkan.
o Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian besar klien
jika dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan.
Pelayanan kesehatan rumah bertujuan:
a. Meningkatkan kemandirian klien dalam pencegahan komplikasi penyakit
kronik membantu mengurangi efek penyakit dan ketidakmampuan akibat
penyakit.
b. Biaya kesehatan akan lebih terkendali, kesinambungan pelayanan yang
diberikan akan mencegah terjadinya komplikasi.
c. Mutu pelayanan akan lebih meningkat, peran serta keluarga dalam memberikan
pelayanan akan memberikan kesempatan kepada perawat melakukan suatu
penelitian pada aspek –aspek yang membutuhkan pengembangan.

Menurut Suharyati, (2004) program home care mempunyai dampak yang


menguntungkan baik bagi klien dan keluarganya maupun bagi tenaga yang
terlibat dalam pelayanan home care. Bagi klien dan keluarga dapat membantu
secara efisien dalam mengurangi beben biaya rawat inap dirumah sakit yang
makin mahal dan semakin tidak terjangkau, disamping pula meningkat
kemandiri keluarga dalam perawatan klien dirumah. Sedangkan bagi para
petugas yang terlibat terutama dalam pelayanan langsung dirumah klien
program ini dapat memberikan variasi lingkungan kerja dan mampu menambah
pengasilan bagi para perawat yang bekerja dirumah sakit.
Karakteristik home care adalah memprioritaskan preventif dan promotif
tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative, cara pelayanan tidak terkotak-
kotak, terpadu dan berkesinambungan serta pendekatan pelayanan secara
menyeluruh, sedangkan manfaat yang dapat diambil dari pelayanan home care
adalah terpernuhinya kebutuhan dan tuntutan keperawatan dan kesehatan, biaya
kesehatan akan lebih terkendali, mutu pelayanan akan lebih meningkat dan
keluarga akan lebih terlibat secara aktif.
Strategi penggelolaan home care. Untuk mengelola home care dibutuhkan
komitmen dari berbagai pihak yang terkait baik dari penggelola, rumah sakit
maupun dari para pemberi pelayanan. Karena dalam pelaksanaannyahome care
tidak lepas dari berbagai masalah diantaranya adalah image masyarakat masih
berorientasi pada medis, praktek mandiri belum tersosialisasi.
Menurut Ficks. W.J (1993) ada beberapa kendala atau hambatan dalam
mencapai sukses dalam pengelolaan HHC (Home Health Cere) yaitu dilihat dari
aspek internal dan aspek eksternal. Hubungan dari aspek internal terdiri dari
product lifecycle,wage and benefits,administrivia, dan hospital large-scale mind
set. Sedangkan hambatan eksternal menyangkut system pembayaran yang tidak
ancer, meliputi : reimbusment changes, propective payment dan case
management yang tidak hati-hati. Untuk menanggulangi hambatan faktor
internal dan eksternal HHC menurut Lerman and Linne, (1993) diarahkan pada :
a. Menetapkan strategi MIA (Mission, Innovation, and Autonomy) untuk
mengatasi hambatan internal.
M = Mission
Antara agen / unit home cere dan rumah sakit harus saling bersinergi dan
mempunyai kesamaan pandangan dalam hal:
 Meningkatkan kunjungan klien, dimana bersama-sama berusaha secara aktif dan
proaktif, sehingga akan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan dalam
pelayanan program HHc sehingga akan berdampak pada peningkatan kunjungan
kerumah sakit (klien Rawat jalan), penghematan biaya : HHC didesain untuk
memaksimalkan penghematan biaya rumah sakit dengan menurunkan Length of
stay (LOS)
I = Innovation
Agensi atau hospitalisasi – Bassed Home Care harus dapat mendorong
menciptakan inovasi – inovasi terbaru berkaitan dengan pemasaran dan
pelayanan. Dalam konteks ini rumah sakit harus mendukung kegiatan HHC
tersebut dengan memberikan reward yang positif dan memedai. Ada dua prinsip
yang harus dipegang untuk mengembangkan hal tersebut, yaitu :
 Jika rumah sakit memiliki program inovasi yang dapat diimplementasikan tanpa
mengganggu operasional HHC, maka sebaiknya unit HHC mengadaptasi
program RS tersebut.
 Dan sebaliknya jika agensi atau unit HHc memiliki proses dan system inovasi
sendiri dan tidak mengganggu system RS, maka RS sebaiknya mengadaptasi
system HHC tersebut.

A = Autonomy
Karena dalam mengembangkan program HHC mengandung unsure bisnis
(profit oriented), maka sebaiknya penggelolaan HHC diberi otonomi dalam
mengembangkan teknik-teknik euntrepreneurship (kewirausahaan), oleh karena
itu sebaiknya yang menjadi admistratur HHC adalah seorang euntrepreuneur.
Dengn demikian akan mampu meningkatkan penampilan HHC yang
professional.
b. Untuk mengatasi hambatan eksternal, direkomendasikan 4 hal yang perlu
diperhatikan :
 Administrator harus memastikan semua informasi yang dibutuhkan oleh staff
dan tersedia dengan lengkap, meliputi akunting, laporan pelayanan, dan monitor
produktiftas pelayanan.
 Untuk meningkatkan efisiensi operasional HHC, maka penggelola HHC harus
mampu mengembangkan system pembiayaan yang efektif dan efisien ( dihitung
berdasarkan unit cost/ kunjungan).
 Program HHC harus mampu menciptakan system referral (rujukan) sebagai
upaya mengembangkan net working yang mendukung peningkatan kinjungan
ke HHC.
 Kunci sukses yang paling penting adalah menciptakan serive atau pelayanan
yang berorientasi pada costume / pelanggan. Oleh karena orientasi kalkulasi
bisnis harus berubah dan keuntungan (profit) = Rev-enue-biaya (cost) menjadi
long term profit ( dari customer yang puas)-biaya= profil plus.

Secara umum jenis pelayanan yang dapat diberikan dalam pelayanan kesehatan
rumah dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan rehabilitasi
3. Pelayanan informasi dan rujukan
4. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
5. Pendidikan dan latihan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial

Langkah – langkah Home Care menurut Smith (1995) ada empat aktifitas atau
fase dalam melaksanakan keperawatan dirumah, yaitu:
1. Fase Permulaan
Perawatan merupakan kasus – kasus yang perlu ditidak lanjuti dirumah, melelui
seleksi kasus dipuskesmas sesuai dengan prioritas. Kemudian menetapkan
jadual kunjungan, kontrak waktu kunjungan dengan membuat kesepakatan
dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan kehadiran anggota keluarga
pengambilan keputusan. Selama fase ini pula perawat dan keluarga berusaha
untuk saling mengenal dan mengetahui bagaimana keluarga menangapi suatu
masalah kesehatan. Selain itu juga perawat menyiapkan perlengkapan lapangan
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kunjungan seperti mempelajari riwayat
penyakit klien (individu atau anggota keluarga) dari rekan kesehatan anggota
keluarga (family folder) dipuskesmas dan pencatatan lain (unit pelayanan
kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut, membuat catatan singkat
tentang masalah klien dan keluarga tersebut.
2. Fase implementasi
Fase ini perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai
rencana, eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap
kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannya dan
sediakan pula informasi tertulis.
3. Fase terminasi
Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan bersama keluarga. Menyususn rencana tindak
lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah
kesehatan yang mungkin dialami keluarga. Tinggal nama dan alamat perawat
serta nomor telpon yang bisa dihubungan oleh keluarga.
4. Aktivitas post visit
Fase terakhir adalah pendokumentasian, dimana perawat melakukan pencatatan
secara lengkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan,
tempat perawat bertugas.

Karakteristik pelayanan kesehatan rumah antara lain


a. Pelayanan kesehatan rumah memiliki karakteristik sebagai bentuk pelayanan
kesehatan promotif dan preventif yang menjadi prioritas utama dengan tidak
mengabaikan upaya pengobatan, pencegahan kecacatan yang dilakukan dalam
bentuk kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi.
b. Tatacara pelayanan tidak diselenggarakan secara terpisah – pisah, namun
dilkukan secara terpadu (interdisiplin) dalam rangka memenuhi kebutuhan
klien.
c. Pendekatan penyelenggaraan pelayanan secara menyeluruh.
Agen adalah pengelola yang bertanggung jawab terhadap seluruh
pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan
peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejak awal
berdirinya pelayanan kesehatan rumah, banyak organisasi yang telah membuat
program pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan klien.
Berdasarkan pada administrasi dan struktur organisasi, agen kesehatan rumah
dibagi dalam lima jenis yaitu:
1. Agen pemerintahan
2. Agen voluntir/sukarela
3. Agen kombinasi
4. Agen rumah sakit
5. Agen proprietary/swasta

Tiap tipe berbeda satu dengan yang lain baik dari segi administrasi maupun
struktur organisasi, namun sama dalam kaitan dengan standar yang harus
dipenuhi seperti lisensi (izin), sertifikasi dan akreditasi.
Agen pemerintahan
Baik perawat maupun profesi lain yang bekerja dibayar oleh pemerintah daerah
maupun pemerntah pusat (departemen kesehatan). Sumber pembiayaan dengan
menggunakan dana pajak, tidak mencari keuntungan. Kegiatan yang dilakukan
tidak hanya melakukan pelayanan kesehatan rumah secara umum tetapi juga
terlibat dalam pelayanan kesehatan pencegahan seperti program imunisasi,
klinik anak sehat dan pendidikan kesehatan.
Agen sukarela
Tim pelayanan kesehatan yang bekerja secara sukarela tidak memperoleh
bayaran dari klien yang dilayani. Namun kadang – kadang dibantu oleh charity
(donatur). Jasa yang mereka terima tergantung dari jenis pelayanan yang
diberikan mencakup program rehabilitasi, jenis pelayanan lain yang
dilaksanakan apabila mereka bekerja di agent pemerintahan.
Agen kombinasi
Pada agen jenis ini petugas merupakan gabungan antara agen pemerintah dan
agen sukarelayang memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat dengan
penghasilan di bawah standar. Pelayanan kesehatan yang diberikan dengan
memperhatikan peran seperti halnya mereka bekerja dengan agen pemerintah.
Agen berbasis rumah sakit
Agen ini berbeda dan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan agen
pelayanan kesehatan rumah lainnya. Dewan Direktur Rumah Sakit bertanggung
jawab dan mengatur pelayanan kepada klien ini. Lebih dari itu klien yang
dirawat di Rumah Sakit telah mempunyai akses ke petugas kesehatan di rumah
sakit tersebut apakah agen pemerintah, voluntir, swasta maupun kombinasi,
tergantung dari struktur rumah sakit terkai.
Kegiatan ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi rumah sakit,
sehigga mereka akan lebih berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas
pelayanan dan siap bersaing dengan agen lain yang berbasis komunitas.
Agen swasta
Pendirian agen jenis ini atas perolehan izin dari pemerintah. Untuk melakukan
kegiatan pelayanan kesehatan rumah mereka harus memiliki lisensi, sertifikat
dan akreditasi. Pemilikan usaha ini bertanggung jawab kepada pemerintah
menerima pembayaran dari pihak ketiga dan klien sebagai individu, jika tidak
menjadi peserta asuransi. Pelayanan yang diberikan harus sesuai standar, tidak
hanya mementingkan unsur keuntungan.
Jika klien memiliki bukti – bukti pelayanan di bawah standar, klien dapat
mengajukan klaim/komplain. Munculnya berbagai jenis agen yang
menyediakan pelayanan kesehatan rumah di masyarakat dengan perhatian
utama ditujukan kepada pelayanan yang berkwalitas, hal ini merupakan suatu
isu emosional terutama orang – orang yang bekerja pada agen yang
bersangkutan. Agar pelayanan yang mereka berikan tetap berkwalitas, maka
pemerintah melakukan pengaturan yang merangsang proses kompetisi secara
sehat, di antara aen yang ada sehingga dapat mengembangkan dan memelihara
program pelayanan kesehatan yang mereka janjikan.
Aspek lain yang menjadi perhatian pemerintah adalah biaya yang terjangkau
oelh individu dan keluarga. Manajemen dan penampilan di samping
administrasi yang rapi merupakan ukuran lain pada aspek penilaian.

Akreditasi
Akreditasi adalah penilaian kembali terhadap mutu pelayanan kesehatan
yang diterima masyarakat, dilakukan baik oleh pemerintah atau badan
independen yang akan mengendalikan pelayanan kesehatan rumah. Tujuan
proses akreditasi, agar seluruh komponen pelayanan dapat berfungsi secara
optimal, tidak terjadi penyalahgunaan serta penyimpangan. Komponen evaluasi
meliputi:
1. Pelayanan masyarakat
2. Organisasi dan admnistrasi
3. Program
4. Staf/personal
5. Evaluasi
6. Rencana yang akan datang

2.3. Kebutuhan Pendidikan Untuk Bidang Praktek


Instituti pendidikan keperawatan bertanggung jawab untuk menghasilkan
tenaga perawat yang mahir dan berkompeten. Kompetensi profesional adalah
kebutuhan utama bagi perawat kesehatan rumah yang berasal dari berbagai
tingkat pendidikan dan mempunyai pengalaman praktik yang berbeda. Kedua
aspek ini harus disiapkan dengan baik selama masa pendidikan karena
mempunyai konstribusi dalam ;pelanyanan kesehataan rumah. Kelak perawat
harus dididik dan dilatih untuk memperoleh pengalanman dan mencapai
kemamnpuan yang lebih tertinggi sehingga selain dapat bekerja dengan rekan
seprofesi maupun profesi, lain mampu bekerja sama dengan klien daan anggota
masyarakat. Lulusan serjana keperawatan merupakan tingkat minimum untuk
bergabung daalam profesi perawat kesehatan masyaraka.
Kualitas pendidikan merupakan dasar untu mengembangkan karakteristik
penting dalam pelayanan kesehatan rumah. Pengalaman hidup, empati dan
kesadaran diri adalah faktor yang tidak dipisahkan dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas pada klien. Didalam pelayanan kesehatan rumah,
lulusan sarjana keperawataan (SI) merupakan tenaga perawat tingkat minumum
yang akan teribat hanya sebagai perawat staf, sedang tenaga perawat lulusan
pascaserjana (spesialis) (S2) yang telah dipersiapkan dengan baik,akan
bertindak sebagai perencanaan, pengatur program dan dapat pula berfungsi
sebagai tenaga pengajar. Jika pelayanan kesehatan rumah berkembang , maka
kebutuhan akan perawat akan spesialis klinin akan meningkat terutama dalam
keperawatan tekhnologi tinggi yang dipindahkan dari rumh sakit kesituasi
rumah. Pengaturan pelayanan keperawtan rumah lebih dibutuhkan perawat
klinis spesialis untuk mengatur dan mengembangkan program dalam memenuhi
kebutuhan poulasi yang dilayani melalui jaringan yang ada.
2.4. Lingkup Praktik
Hal penting yang perlu diingat bahwa pelayan kesehatan rumah adalah
bagian dari perawat kesehatan masyarakat, yang menitip beratkan kegiatan
promosi kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan adalah komponen dasar dari
praktik kesehatan yang dilakukan pada klien dengan tujuan utama memfasilitas
(mempermuda) klien melakukan perawaan diri sendiri. Menurut Orem (1995)
perawata mandiri adalah aktifitas aktifitas praktik individu yang meliputi
pemeliharaan kesehatan dan kesejatraan klien tampa mengabaikan kecactan
mereka. Contoh, klien dengan pasca strok tidak mampu melakukan kegatan
sehari hari tanpa bantuan. Walupun demekian klien dapat dilatih dan diajarkan
me;akukan kegiatan dengan modifikasi sehingga secra bertahap klien menuju
ketahap pelaksanaan prinsip perawatan diri sendiri secara sempurna.
Pada dasarnya perawatan diri sendiri adalah suatu tindakan yang dipilih leh
konsumen dan klien terhadap diri mereka sendiriuntuk memelihara kehdupan
kesehatan kesejatraan mereka (Goeppengor, 1992). Tujuan utama untuk
membantu mencega terjadinya penyakit dan untuk menngkatkan kesejatraan
klien pada area kesehatan rumah. Klien yang menentukan dan
mengontrolpelayanan yang diberiakan kepadanya dan rencana pelayanan yang
akan diberikan harus ditetapkan bersama sama. Perawat hanya bertindak
sebagai pasilitator untuk mengembangkaan prilaku kesehatan positif kepada
individu yang mengidap penyakit tertentu, setelah kembali ke rumah sakit /
instansi kesehatan lain.
Aplikasi proses keperawatan difokuskan pada kepada kebutuhan klien
individu dan pemberi perawatan mereka. Menurut American Nurses
Credentialing center, “kerangka kerja praktik kesehatandi rumaha adalah
manajemen perawatan, yang mencakup: penggunaan proses keperawatan untuk
mengkaji, mendiagnosis, merencanakan, dan mengevaluasi perawatan;
pelaksanaan intervensi keperawatan, termasuk penyuluhan; koordinasi dan
penggunaan rujukan dan sumber; pemberian dan pemantauan semua tingkat
perawatan semua teknis; kolaborasi dengan disiplin lain dan pemberi perawatan
lai; identifikasi masalah klinis dan penggunaan pengetahuan penelitian;
sepervisi personel tambahan; dan advokasi hak klien untuk determinasi diri.
Perbedaan antara keperawatan kesehatan di rumah berbeda dengan peran
perawat di perawatan akut. Stackhouse (1998) mengidentifikasi beberapa
pertimbangan utama pada keperawatan kesehatan rumah:
 Perawat bekerja dalam lingkungan klien. Perawat adalah tamu di rumah klien. Di
rumah sakit, sering kali ada perasaan bahwa perawat dan dokter adalah pemilik
rumah sakit dan klien adalah tamu.
 Kebuuhan akan komunikasi yang jelas dan lengkap penting karena anggota tim
kesehatan lain biasanya tidak hadir bersama perawat.
 Pengetahuan mengenai sistem reimbursement sangatlah pentng. Klien harus
mengetahui layanan apa yang tersedia karena sebagian besar orang tidak
membayar langsung atas layanan.
 Perawat kesehatan rumah bekerja sendiri. Perawat di ruah sakit dikelilingi oleh
rekan kerja yang lain, sedangkan perawat kesehatan rumah hanya memiliki
telepon.
 Perawat di rumah sakit memiliki berbagai suplai dan peralatan. Perawat kesehatan
rumah sering kali harus membuat atau mengadaptsi peralatan untk disesuaikan
dengan rumah.
 Pengetahuan mengenai sumer komunitas itu penting. Sumber komunitas sering kali
dapat menimbulkan banyak perbaikan pada kualitas hidup klien. Perawat
kesehatan di rumah sebaiknya memiliki berkas sumber untuk dibagikan ke klien
dan keluarga klien.

2.5. Hubungan Perawat – Klien Dengan Keluarga


Perawat – perawat yang berkunjung ke rumah memiliki perhatian terhadap
seluruh masalah kesehatan yang teridentifikasi dari keluarga tertentu atau
sekelompok keluarga. Perawat tersebut memiliki kemapuan klinik yang general
dan dapat bekerja dengan klien dari seluruh kelompok usia.

Prinsip hubungan perawat – klien dengan keluarga :


1. Focus intervensi perawat adalah keluarga
2. Intervensi yang diberikan dapat berfokus pada seluruh kebutuhan kesehatan dan
meliputi tiga level pencegahan.
3. Keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil keputusan terhadap
kesehatan.
4. Perawat adalah tamu di rumah keluarga

Fase hubungan perawat-klien dengan keluarga


1. Fase premisiasi atau persiapan
Pada fase pertama, perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di
kunjungi dari puskesmas atau ibu kader,perawat perlu membuat laporan
pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Baik perawat yang sudah
berpengalaman fase ini di perpendek jangka waktunya. Sangat penting untuk
dilakukan fase ini adalah kontrak waktu kunjungan dengan keluarga.
2. Fase inisiasi atau perkenalan
Fase ini mungkin memerlukan berapa kali kunjungan Selama fase ini, perawat
dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga
menanggapi suatu masalah kesehatan.
3. Fase implementasi
Pada fase ini, kerja perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki keluarga bersama-sama dengan
keluarga. Lakukan intervensi sesuai perencanaan. Eksplorasi nilai-nilai keluarga
dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan
sesuai dengan tingkat pendidikan dan sediakan pula informasi tertulis.
4. Fase terminasi
Difase ini, perawat membuat kesimpulan hasi kunjungan berdasarkan pada
pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun rencana tindak
lanjut terhada masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah kesehatan
yang mungkin dialami keluarga penting dilakukan fase terminasi. Tinggalkan
nama dan nomor telpon.
5. Fase paska kunjungan
Fase terakhir ini sering terabaikan. Difase ini hendaknya membuat dokumentasi
lengkap tentang hasil kunjunagan untuk di simpan di pelayanan kesehatan,
tempat perawat bertugas.

2.6. Kontrak Kerja


Kontrak adalah elemen utama dari hubungan perawat klien melipyuti
ketetapan / peratutan maupun petunjuk : permintaan pihak III yang akan
membayar jasa bagi pemberi pelayana kesehatan. Kontrak dapat direpisisesuai
dengan perawatan yang dilakukan dirumah, dilakukan tergantung dari setiap
fase/ tahap proses kesetahan. Sebagai contoh, pada tahap pengkajian, perawat
melakukan pengujungan rumah untuk mengumpulkan data dan menentukaan
komponen persetujuan dan rencana tindakan yang akan dilakukan bersama klien
dan keluarga.
Apabila terjadi kesesuaian pada saat pertama kali kunjungan rumah
kontrak dapat dlakukan, jika belum maka perawat harus mencari peluang lain
untuk meyakinkan klien dan keluarga pada kunjunan rumah berikutnya.
Pada kasus manapun bukanlh jenis kontrak yang dipermasalhkan namun
aspek penting adalah keikitsertaan / keterlibatan klien dan keluarga dalam
menetapkan dan mengevaluasi proses. Penentuan tujuan jangka pendek dan
jangka panjang dilakukan yang bertujuan tidak hanya untuk melakukan
perawatan berkelanjutan akan tetapi untuk mengevaluasi kemajuan kondisi
klien.
Penelitian dalam bidang kesehatan masyarakat menemukan bahwa
sebagian besar kunjungan rumah tidak dikenal oleh klien karena perawat tidak
menjelaskan dengan baik tentang tujuan kunjungan mereka dengan klien dan
keluarga. Sebagian besar dialog gagal yang menunjukan kegagalan pembinaan
hubungan antara perawat dan klien dan keluarga.

2.7. Sistem Kontark Kerja


Kontrak kerja dalam pelayanan kesehatanrumah adalah perjanjian kerja
sama antara dua pihak (unsur) yang berkepentingan seperti tecantum dalam
mekanisme pelayanan kesehatan di rumah. Bentuk kontrak kerja meliputi :
perjanjian kerja sama antara pihak –pihak yang melakukan kerja sama tertulis
(kontrak kerja) yang bentuk perjanjiannya meliputi :
a. Perjanjian kerja sama antara penggelola dan rumah sakit
b. Perjanjian kerja sama antara penggelola dan pengelola lainnya ( penyediaan
tenaga, pengadaan atau penyewaan alat kesehatan, penyewaan ambulans dan
sarana transportasi lainnya dan lain sebagainya.
c. Perjanjian kerja sama antara pengelola dan perusahaan penjamin klien termasuk
ansuransi.
d. Perjanjian kerja antara pengelola dan pelaksana pelayanan
e. Perjanjian antara konsumen dan pengelola.

Hal-hal yang harus termuat dalam kontrak kerja


1. Judul kontra kerja
2. Hari dan tanggal penandatanganan kontrak kerja
3. Pihak-pihak yang melakukan kerja sama dan penandatanganan kontrak kerj.
Jelas disebutkan nama, alamat dan tanda tangan masing-masing pihak.
4. Hak masing-masing pihak
5. Kewajiban masing-masing pihak
6. Sanksi terhadap pengingatan /pembatalan kontrak kerja secara sepihak
7. Jangka waktu/ masa kontrak kerja
8. Kontrak kerja dibuat diatas kertas bermaterai ( yang mempunyai kekuatan
hukum).

2.8. Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah


Perawat pelayanan kesehatan, terlibat dalam perawtan langsung dan
perawatan tidak langsung. Dalam melaksakan tugasnya, perawat pelayanan
kesehatan rumah menjalankan beberapa macam perAN.
Perawatan Langsung
Perawatan yang diberikan mengacu pada aspek fisik yang nyata yang diperoleh
melalui intraksi perawat – klien. Kegiatan pelayanan secara langsung yang
diberiakan pada klien meliputi pengkajian fisik klien, mengganti balutan luka,
memberikan injeksi, memasang kateter dan atau memberi injeksi ntravena.
Selain itu perawat memberiakn pendidikan kesehatan pada klien dan anggota
kluarga yang memberikan pelayanan kesehatan ( Caregiver), tentang cara cara
melakukan prosedur tertentu.
Perawat dapat membantu klien dan keluatga mengembangkan sikap yang
positif. Kemampuan dan kecakapan tehnis harus diperhatikan oleh perawat
pelayanan kesehatan rumah sehinga dapat menerima pembayaran jasa yang
telah diberikan oleh pihak ke III. Untuk menentukan tindakan apa saja yang
telah dilakukakan leh perawat maka berikut ini terdapat beberapa hal yang harus
dicatat secara ade kuat yaitu :
 Apakah pelayan kompleks, diberiakan oleh perawat yang terekistrasi (RN)
 Apakah yang dapat dilakukan perawat yang terampil sesuai dengan kondisi klien
 Dapatkan pelayanan yang diberikan dilakukan oleh seseorang yang bukan
petugas kesehatan
 Apakah instruksi yang diberikan dalam merawat klien melipuyi pengetahuan,
instruksi (perawatan) dilakukan oeh seorang perawat RN
Guna menjawab pertayaan tersebut, perawat pelayanan kesehatan rumah
harus memiliki dasar pengetahuan yang cukup untuk mengetahui dan
menafsirkan / menginterprestasikan kata keterampilan. Klien dan keluarga
mempunyai penafsiran terhadap pelayan yang diberikan data subyektif atau
obyektif. Beberapa contoh dari pelayanan kesehatan berikut ini, akan
membantuk petugas keperawatan untuk menyakinkan mereka tentang
objektifitas pelayanan yang diberikan.
 Obsevasi dan evaluasi keadaan fisik dan emosional.
 Meyediakan perawatan langsng seperti aturan dalam keperawatan, latihan
rehabilitasi, pemasangan kateter, irigasi kolostomi dan petawatan luka
 Membantu klien dan keluarga megembangkan prilaku positif dalam kesehatan
 Membantu klien dan keluarga untuk memberikan pengobatan jika diperlukan
 Ajarkan klien dan keluarga untuk menjalakan diet yang dianjurkan dokter,
mempertimbangkan masalah budaya, keungan dan hal yang terksit dengan
privasi.
 Lapotkan kedokter jika muncul tanda dan gejala yang berhubungan dengan status
kesehatan klien dan kelanjutan pengobatan yang sedang dijalani
 Membantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi sumber daya yang akan
membantu klien mencapa fungsi kesehatan optimal.

Perawatan Tidak Langsung


Perawatan tidak langsung dilakukan ketika klien tidak mempunyai kontak
langsung dengan perawat. Perawatan cenderung pada perawatan tidak langsung
lebih kearah kegiatan konsultasi. Perawat pelayanan kesehatan rumah dihubungi
oleh perawat rumah sakit untuk melanjutkan kegiatan kegiatan yang telah
dilakukan klien dan keluarga misalnya dalam hal merawat ostomi.
Perawat pelayanan kesehatan rumah berfungsi sebagai tenaga konsultan,
nasehat yang diberikan tentang bagaimana cara mengatur klien dengan
masalah tertentu melalui kerja sama dengan anggota lain dalam tim. Pertemuan
tim secara berkala yang memberikan perawatan tidak langsung dipelayanan
kesehatan rumah dilakukan secara teratur. Ini merupahkan waktu yang ideal
untuk meni ngkatkan koordinasi dan kesinambungan pelayanan perawatan klien
dan menggunakan sumber daya secara optimal.
Pengawasan terhadap asisten atau pembantu perawatan kesehatan rumah
dilakukan secara tidak langsung, melalui evaluasi yang dilakukan terhadap
klien, dilakukan dua minggu sekali. Banyak tindakan keperawatan yang
dilakukan di rumah, mungkin tidak secara langsung kelihatan oleh klien, tetapi
dapat dinilai melalui kualitas pelayanan kesehatan rumah.
Sebagai perawatan klinis, pendidik, peneliti, administrator dan konsultan dapat
menerapkan ilmu dan pengalaman mereka sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki. Dikatakan sebagai pendidik karena mereka mengajarkan klien dan
keluarga bagaimana cara “melakukan sesuatu” dan mengajarkan cara tahapan
perawatan diri sendiri secara formal mereka mengajar topik-topik pendidikan
kesehatan kepada kelompok masyarakat. Peran peneliti dapat diterapkan pada
penelitian untuk meningkatkan asuhan keperawatan dimasa medatang.

2.9. Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Rumah


Standar praktik merupakan salasatu prangkat yang diperlukan oleh setiap
tenaga profesinal. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi harapan
minimal bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawataan
yang aman efektif dan etis. Standar praktik pelayanan kesehatan rumah yang
dikembangkan oleh Amerikan Nurse Association(1986)yang memperlihatkan
hubungan proses keperawatan dengan standar praktik .

Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah direncanakan, diorganisir langsung oleh perawat
profesional tingkat master yanag telah dipersiapkan untuk memberi pelayanan
kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik secara organisasi maupun
diorganisasi kesehatan komunitas. Pimpinan dan perawat pelaksana bekerja
bersama-sama, untuk membuat rencana dan program yang sesuai dengan
kebutuhan dengan pelayanan komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat misi,filosofi,dan tujuan agen yang
akan memutuskan jenis pelayana yang dibutuhkan klien adan keluarganya di
lingkungan mereka. Anggaran kebijakan perorangan dan metoda evaluasi
terhadap program dan personal ditetapkan. Penetapan cara memantau program
kendali mutu untuk memperbaiki dan meningkat pelayanan yang diberikan.

Standar II-IV (Teori)


Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja bermanfaat untuk pengkajian
,intervensi,dan evaluasi berdasarkan pada konsep teori dari
keperawatan,kesehatan masyaraka,fisik,sosial dan ilmu prilaku. Perawatan
pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab untuk mengkaji klien dan
kluarga pada sat kunjungan rumah pertama kali dan kunjungan teratur
brikutnya. Informasi ynga diprileh dari klien dan keluarga di tetapkan menjadi
data dasar yang terdiri dari data objektif dan subjektif. Sebagai contoh:
 Data subjektif : meliputi informasi klien,keluarga,dokter dan perawat dalam
bentuk komuniksai verbal.informasi diperoleh melalui pertanyaan langsung
untuk me\lengkapi data dasar guna mendirikan diagnosis keperawatan yang
akurat meliputi:
1. Diagnosis
2. Status kesehatan
3. Riwayat keluarga
4. Tinjauan terhadap riwayat kesehatan dan penyakit yang terkait dengan
sistenkardiopaskuler, paru -
paru,muskuloskeletal,gastrointestinal,genitourinaria,endokrin,neurologi dan
integumen
5. Kondisi sosial ekonomi,meliputi: sumber pengahasilan,besarnya
penghasilan,agama,sistem pendukung,keamanan lingkungan dan
ketergantungan terhadap pekerjaan.
6. Pola hidup sehari-hari yang mencakup diet,pola makan,eliminasi,istirahat dan
tidur,latihan,aktivitas,rekreasi dan kebersihan.

 Data objektif: diperoleh dari tijaun seluruh sistem tubuh melalui pengkajian
/pemeriksaan fisik secara terampil dari kepala hingga kaki.dari data lain yang
tercatan pada format diklinik pelayanan rumah,diidentifikasi dan dikembangkan
menjadi diagnosis keperawatan.
Pada tahap pengkajian parawt pelayanan kesehatan rumah menentukan profesi
lain yangg dibutuhkan klien seperti ahli terapi okupasi,ahli terapi wicara,pekerja
sosial,dibidangkesehatan.ahli gizi keluargaharus dilibatkan dalam secaraa
keseluruhan dalam proses keperawatan.
Standar V (Perencanaan)
Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. Tujuan berfokus pada unsure-unsur promosi dan pemeliharaan
kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi.

Standar VI (pelaksanaan / intervensi)


Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase : sebelum, selama dan sesudah
kunjungan rumah., bertanggung pada keperluan perawat pelayanan kesehatan
rumah bertanggung jawab membantu klien kembali ketingkat fungsi optimal
dan kesehatannya dan menjamin klien dan keluarga terlibat. Dan partisipasi
dalam pelayanan kesehatan rumah, penyuluhan, pengawasan terhadap obat-obat
dan diet dan evaluasi terhadap Pengaturan klien dengan diabetes.
Standar VII (evaluasi)
Secara bersama-sama klien , keluarga dan perawat pelayanan kesehatan rumah
melakukan penilaian terhadap status klien dan kemajuan yang dicapai sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Karena pada kunjungan rumah yang
pertama perawat telah menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang harus dicapai.
Standar VIII ( keperawatan Berkelanjutan)
Perawat bertanggung jawab untuk menyediakan system keperawatan yang
menyediakansuatu transisi secara bertahap bag kliendan keluarga, dari rumah
sakit kerumah.hal ini dilakukan melalui koordinasi dengan sumber daya
lainyang ada dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan klien.
Standar IX (kerja sama antar di-siplin)
Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan kesehatan rumah cukup penting
karena banyak anggota yang terlihat dalam tim pelayanan kesehatan rumah.agar
kerja tim antar disiplin ini sukses maka mereka harus bersama-sama
merencanakan, menerapkan dan melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang
diberikan.
 Standar X (pengembangan Profesional)
Perawatan kesehatan masyarakat selalu aktif berusaha (mengambil bagian)
dalam menjamin pelayanan yang berkualitas melalui evaluasi terhadap
kelompok, evaluasi diri sendiri yang merupakan bagian dari tim keehatan.
Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi kesempatan untuk meningkatkan
pendidikan formal maupun kegiatan ilniah lainnya. Pengembangan professional
adalah suatu area pentiing karena pelayanan kesehatan rumah sedang
berkembang dengan pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam masalah sosisl dan ebutuhan peleyanan kesehatan dirumah.
Standar XI (Riset)
Perawat pelayana kesehatanrumah berpartisifasi daalam berbagai kesempatan
dalam melakukan riset,walau belum pernah mempunyai pengalaman riset
keperawatan terutama dalam riset keperawatan komunitas.namun jika
sumberdaya dan faktor pendukung dalam penelitian tersebut memadai ,perawat
kesehatan rumah dapat dilibatkan.
Standar XII (Etika)
Kode etik yang disun oleh American Nurses Assosiasion bagi perawat guna
membuat pertimbangaan etis dalam haal bertindak sebagai advokat
kilen,melakukan promosi kesehatan,memberikan informed consent dan
melakukan kontrak pertama untuk melihat sumberdaya yang ada
dimasyarakat.dilema dan komflik diselesaikan melalui suatu mekanisme yang di
rancang dan disepakati. Untu kmencapai tujuan tersebut perawat bertanggung
jawab untuk membina hubungan saling percaya dengan keluarga dalam
meyakinkan bahwa rumah adalah tempat yang sesuai untuk pemberian
pelayanan kesehatan.
2.10. Pendekatan Interdisiplin Dalam Pelayanan Kesehatan Rumah
Kerja sama antar disiplin di perlukan dalam pelayanan kesehatan rumah.
Tanpa kerja sama yang efektif tidak akan terjadi pelayana yang
berkesinambungan, sehingga akan terjadi kebingungan dan salah pengertian
pada klien dan keluarga. Proses kolaborasi di mulai dari rumah sakit dengan
rrencana pulang, perawat di rumah sakit yang mengidentifikasi akan kebutuhan
klien untuk pelayanan kesehatan rumah yang merencanakan bersama dengan
dokter untuk membuat program di rumah nanti.
Rencana pulang (Discharge planning) yang telah di buat, kemudian di
kordinasikan dengan pelayanan kesehatan rumah dan secara khusus di minta
untuk memberikan pelayanan sesuai dengan permintaan dari dokter. Jika
personal yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan rumah terdiri atas
bebwrapa disiplin maka di rektur dari agen yang memberikan pelayanan
kesehatan rumah tersebut harus maelakukan pengawasan dari proses kolaborasi.
Dalam pelayanan kesehatan rumah para anggota profesional stress karena
perubahan peran dan tumpang tindi tanggung jawab. Oleh karena itu, setiap
anggota profesi secara hati- hati menganalisis peranannya untuk menghingdari
kerangcungan maupun kebingungan dalam memberikan pelayanan kesehatan
rumah pada klien sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan. Yang
bertanggung jawab terhadap klien adalah dokter yang merawat sebelumnya,
harus menjamin pengobatan untuk klien.
Dalam pelaksanaannya, tiap anggota profesional yang bekerja di pelayanan
kesehatan rumah melakukan evaluasi ulang terhadap status kesehatan klien dan
melaporkannya kepada dokter pengelolah kemudian di modifikasi rencana
pengobatan klien tersebut. Pelayanan telah di berikan, memerlukan
pendokumentasian. Hal ini selain untuk mempertanggung jawabkan apa yang
telah di lakukan dalam menjamin kesinambungan, sebagai bukti suksesnya kerja
sama antar disiplin. Peran dan fungsi profesi antar disiplin bergantung beberapa
faktor, faktor tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan
karakteristik masing-masingv anggota tim harus kompeten sebagai pelaksana
pelayanan kesehatan di bidang mereka.
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat pelayanan kesehatan rumah
adalah dokter. Ahli fisioterapi, ahli okupasi, ahli terapi wicara.
Dokter
Klien sebaiknya berada di bawah pengawasan dokter langsung. Perawat yang
menjalankan rencana program di rumah memerlukan persetujuan dokter yang
merawat klien sebelumnya. Rencana ini harus dievaluasi sedikitnya setiap 62
hari (kurang lebih 2 bulan) atau jika kondisi klien berubah, maka waktu kunjung
akan ditinjau kembali.
Rencana keperawatan yang dibuat meliputi diagnosis, status kejiwaan, jenis
pelayanan dan peralatan yang dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis,
aktivitas yang boleh dilakukan, kebutuhan gizi, pengobatan dan perawatan,
unsur – unsur keselamatan untuk melindungi klien terhadap terhadap seluruh
pelaksanaan rencana program di rumah (NAHC, 1994).
Dokter komunitas juga memberikan konsultasi kepada agen pelayanan
kesehatan rumah baik mengenai prosedur maupun kebijakan, merencanakan dan
menjelaskan tentang manfaat pelayanan kesehatan rumah kepada masyarakat.

Ahli fisioterapi
Tenaga ahli fisioterapi yang bekerja di pelayanan kesehatan rumah adalah
lulusan S1 dn S2 (Master). Sebagaimana halnya perawat, ahli fisioterapi dapat
bekerja secara langsung maupun tidak langsung. Pelayanan langsung yang
diberikan meliputi memperkuat otot – otot, memulihkan pergerakan kontrol
kekuatan otot, latihan beban (gaya) disertai latihan aktif dan pasif. Cara
perawatan yang digunakan meliputi stimulasi saraf permukaan secara elektris
(TENS), panas, air, cahaya ultrasuara, drainase postural dan latihan penguatan
paru – paru. Ahli fisioterapi bertanggung jawab untuk mengajar klien dan
keluarga cara – cara perawatan mandiri.
Aktivitas tidak langsung dari ahli fisioterapi disepakati dengan asisten (lulusan
Diploma III) untuk melakukan tindakan latihan sesuai kondisi klien di bawah
pengawasan ahli fisioterapi lulusan S1 atau master.

Ahli terapi okupasi


Ahli terapi okupasi membantu klien untuk mencapai tingkat optimal agar dapat
berfungsi, dengan jalan mengajar mereka untuk mengembangkan dan
memelihara kemampuan yang ada guna melakukan aktivitas sehari – hari di
rumah. Tenaga ahli terapi okupasi dengan tingkat pendidikan sarjana bekerja
melatih klien, mengevaluasi tingkat kemampuan otot, mengajarkan kegiatan
mandiri, memodofikasi alat – alat yang digunaka untuk disesuaikan sehingga
klien dapat beradaptasi dengan kondisinya.

Ahli terapi Wicara


Tenaga ahli terapi wicara, di amerika serikat merupakan lulusan dari Asosiasi
Bahasa dan Pendengaran. Ahli terapi wicara bekerja membantu anggota
masyarakat yang bermasalah yang berkaitan dengan suara, bahasa dan
pendengaran. Kebanyakan klien mendapat latihan langsung dari ahli terapi
wicara yang diawali dengan evaluasi suara dam kemampuan bahasa. Rencana
spesifik yang diajarkan kepada klien dan keluarga untuk mengembangkan
kemampuan bahasa ahli terapi wicara dapat mengajarkan perawat maupun
keluarga klien tentang bagaimana cara mendorong mengembangkan metode
komunikasi yang teraik bagi klien.
 Pekerja sosial
Pekerja sosial di pelayanan kesehatan rumah adalah tenaga yang berijazah
sarjana dan minimal memiliki satu tahun pengalaman dalam bidangnya. Tenaga
ini bekerja membantu keluarga berkaitan dengan masalah – masalah sosial,
emosional, dan faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
mereka. Pekerja sosial membatu klien secara langsung atau merujuk klien ke
sumber daya yang sesuai.
Masalah yang sering dialami klien, pembayaran, pengadaan alat maupun
intervensi krisis yang sesuai dengan kondisi klien setelah kembali dari rumah
sakit.

Pembantu kesehatan rumah/ibu rumah tangga


Sejak dimulainya pelayanan kesehatan rumah, tenaga pembantu kesehatan
rumah merupakan bagian dari tim pelayanan kesehatan rumah. Tenaga ini
diawasi langsung oleh perawat pelayanan kesehatan rumah atau tenaga profesi
lain seperti ahli terapi wicara.
Peran pembantu kesehatan rumah adalah membantu klien untuk meningkatkan
kemandirian secara bertahap terutama dalam higiene personal, membersihkan
ruangan atau ketrampilan lain yang dapat dilakukan di rumah. Mereka harus
memiliki sertifkat yang diperoleh melalui pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan dan pengalaman tentang pelayanan kesehatan rumah. Dalam
melaksanakan tugasnya mengacu pada rencana pelayanan yang telah ditetapkan
oleh perawat atau profesi lain secara bersama – sama. Pengawasan dilakukan
tiap dua minggu terutama untuk tindakan keperawatan yang memerlukan
ketrampilan khusus, pengawasan yang dillakukan setiap 60 hari terhadap asisten
ahli fisioterapi dan lain - lain.
Klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat di tempat
tinggal mereka atau tidak. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa
klien layak untuk dirawat di ru mah, dilakukan pengkajian oelh manajer kasus
yang merupakan staf dari Agensi pelayanan kesehatan rumah ke tempat tinggal
rumahnya. Bersama – sama klien dan keluarganya, akan melakukan
perencanaan dan membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa saja yang aka
diterima oleh klien. Kesepakatan tersebut juga mencakup jenis pelayanan, jenis
peralatan dan sistem pembayaran serta jangka waktu pelayanan.
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan kesehatan
rumah baik dari pelaksana yang dikontrak atau pelaksana pelayanan yang
direkrut oleh pengelola pelayanan kesehatan rumah. Pelayanan dikoordinir dan
dikendalikan oleh manajer kasus, setiap tindakan yang diberikan kepada pasien
oleh semua kategori tenaga pelaksana pelayanan, harus diketahui oleh manajer
kasus. Secara periodik manajer kasus melakukan pemantauan dan evaluasi
tentang pelayanan yang diberikan dan dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan
kesepakatan atau belum.

2.11. Mekanisme Perizinan


Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan pelayanan kesehatan
rumah dan praktik yang dilaksanakan oleh tenaga profesional dan non
profesional diatur sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, baik oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Persyaratan perizinan
1. Berbadan hukum yang ditetapkan dal di badan kesehatan akte notaris tentang
yayasan di badan kesehatan.
2. Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan rumah kepada Dinas
Kesehatan Kota setempat dengan melampirkan:
a. Rekomendasi dari organisasi profesi
b. Izin lokasi bangunan
c. Izin lingkungan
d. Izin usaha
e. Persyaratan tata ruangan bangunan melipti ruang direktur, ruang manajemen
pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana komunikasi, dan sarana
transportasi
f. Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional dan sertifikasi
pelayanan kesehatan rumah.

2.12. Pembayaran Dan Pola Tarif


Kebijaksanaan tarif dalam pelayanan kesehatan rumah mengacu pada
prinsip – prinsip yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai berikut:
a. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Tarif pelayanan kesehatan rumah harus memperhatikan kemampuan keuangan
dan keadaan sosial ekonomi masyarakat.
c. Penerapan tarif pelayanan kesehatan rumah meskipun dimungkinkan untuk
mencari laba, namun harus secara seimbang mempertimbangkan kepentingan
masyarakat berpenghasilan rendah.
d. Tarif pelayanan kesehatan rumah untuk golongan masyarakat yag
pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin, ditetapkan atas dasar saling
membantu melalui suatu ikatan tertulis.
e. Tarif pelayanan kesehatan rumah harus mencakup seluruh unsur pelayanan
secara proporsioanal.
f. Berdasarkan tarif ditetapkan setiap tahun selambat – lambatnya satu bulan
sebelum tahun kalender dimulai (1 Desember).
Jenis pelayanan yang dikenakan tarif dalam pelayanan kesehatan rumah
selain memperhatikan kebijakan yang telah disebutkan, penetapan tarif
ditetapkan berdasarkan pertimbangan antara lain kategori tindakan dari yang
sederhana sampai dengan yang kompleks/canggih. Selain itu pertimbangan
klasifikasi pelayanan dari yang biasa atau sederhana sampai dengan yang dapat
dikategorikan mewah. Semua itu dapat dijadikan pertimbangan dalam
memperhitungkan tarif yang layak. Jenis pelayanan yang dikenakan tarif
meliputi:
a. Jasa pelayanan kesehatan dan non – kesehatan, adalah imbalan yang diterima
pelaksanaan pelayanan atas jasa yang diberikan kepada klien dalam rangka
pelayanan meliputi:
 Pelayanan medik meliputi konsultasi dan tindakan medik.
 Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi konsultasi asuhan dan tindakan
keperawatan serta tindakan medik yang dilimpahkan.
 Pelayanan penunjang medik (laboratorium, radiologi, fisioterapi, terapi wicara,
refraksionis, dll) meliputi konsultasi dan tindakan penunjang medik.
 Pelayanan penunjang non – medik meliputi konsultasi oelh petugas sosial
profesional dan pelayanan psikologi dan jiwa.
b. Jasa pelayanan sarana/peralatan adalah imbalan yang diterima oleh pengelola
atas pemakaian sarana, alat kesehatan, obat dan bahan habis pakai yang
digunakan langsung terhadap klien baik dengan sistem sewa maupun membeli.
Kegiatannya meliputi sewa peralatan medik, peralatan keperawatan dan alat
kesehatan lainnya; transportasi klien, konsultasi per telepon dan sarana
komunikasi lainnya; tindakan perbaikan lingkungan dalam rangka menciptakan
lingkungan terapeutik.

2.13. Pemantauan Dan Evaluasi


Secara teratur, pengelola akan melakukan kegiatan pemantauan dan
evaluasi terhadap pengelolaan administrasi maupun pelayanan terhadap klien.
Untuk pelayanan terhadap klien, setelah kesepakatan antara pengelola ( melalui
manajer) dan klien beserta keluarganya, maka manajer akan melakukan
kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pelaksana pelayanan.
Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan dengan mengkaji informasi yang
diperoleh dari klien (melalui telepon atau kunjungan rumah) maupun memantau
kepatuhan pelaksana pelayanan terhadap standar yang ditetapkan dengan
menggunakan berbagai instrumen pemantauan.

DAFTAR PUSTAKA

 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3585

 Koenig Kathleen Blais dkk, 2006, Pratik Keperawatan Profesional, Edisi


4, EGC, Jakarta

 Effendy Nasrul, 1998, dasar Dasar Keperawatan Kesehatan


Masyarakat,Edisi 2, EGC, Jakarta

 Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual
Perawatan di rumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I.
Jakarta: EGC

 Setyowati Sri dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan


Aplikas kasus, Edisi Revisi, Mitra Cendikiaa, jogyakarta

 Sumijatu dkk, 2005, Konsep Dasar Keperawatn Komunitas, EGC, Jakarta


MY LIFE
Dunia ini akan kita takhlukan dengan pena dan lisan

 Beranda
 Profil

Isu dan Aspek Legal Etik Dalam Homecare

Diposkan oleh anteng ambarwati di 15.16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi yang paling
baik untuk beraktivitas. (Florence Nightingale, 1895)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan
rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. (Martha Roger, 1970)
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang sifatnya dinamis dan berkembang
secara terus menerus dan melibatkan masyarakat yang semakin berubah pula, sehingga perlu
adanya perubahan dalam hal pemenuhan dan metode keperawatan untuk menyesuaikan
perawat dengan adanya perubahan yang terjadi pada masyarakat. Trend dalam keperawatan
yang berkembang sekarang ini adalah trend keperawatan yang bersifat holistik (menyeluruh)
yang berarti perawat melakukan perawatan kepada pasien secara keseluruhan dalam berbagai
dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta interaksinya dengan keluarga dan komunitas.
Perkembangan tren praktik keperawatan meliputi kemandirian yang diberikan oleh
pemerintah kepada perawat untuk membuka praktik keperawatan.
Adanya perkembangan yang pesat dalam dunia Keperawatan di Indonesia disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya :
- Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, sehingga
masyarakat dapat dengan cepat mengakses dan mengetahui informasi serta teknologi
terkini. Era globalisasi yang semakin berkembang sehingga menuntut keperawatan di
Indonesia harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan keperawatan di negara yang
sudah berkembang.
- Keadaan sosial dan ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat
dengan ekonomi tinggi menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas sedangkan
masyarakat dengan ekonomi rendah mengharapkan pelayanan kesehatan yang murah dan
terjangkau untuk kalangan mereka.
Sampai saat ini masyarakat di Indonesia hanya mengenal bentuk pelayanan
kesehatan dalam system pelayanan kesehatan seperti pelayanan rawat inap dan pelayanan
rawat jalan. Di sisi lain banyak dari masyarakat yang menderita sakit namun karena adanya
pertimbangan tertentu akhirnya mereka lebih memilih untuk dirawat di rumah. Adapun
pertimbangan tersebut diantaranya adalah orang dengan kasus penyakit terminal, keterbatasan
biaya untuk membayar fasilitas selama dirawat di rumah sakit dan beberapa masyarakat
merasa lebih nyaman jika dirawat di rumah sendiri dibandingkan dirawat di rumah sakit
(Depkes, 2012). Mereka belum mengetahui adanya pelayanan home care. Oleh sebab itu
dalam makalah ini akan dibahas mengenai issue tentang home care beserta aspek legal etik
yang ada dalam home care dan hal-hal lain yang berkaitan dengan home care .

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana issue dan aspek legal etik dalam home care?
2. Bagaimana meknisme perizinan dan aplikasi dalam home care?
3. Bagaimana kebijakan home care di Indonesia?
4. Bagaimana kepercayaan dan kebudayaan dalam home care?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang issue dan aspek legal etik dalam home care
2. Untuk mengetahui tentang meknisme perizinan dan aplikasi dalam home care
3. Untuk mengetahui tentang home care di Indonesia
4. Untuk mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home care
1.4. Manfaat
1.4.1. Umum
1. Pembaca dapat mengetahui tentang issue dan aspek legal etik dalam home care
2. Pembaca dapat mengetahui tentang meknisme perizinan dan aplikasi dalam home care
3. Pembaca dapat mengetahui tentang kebijakan home care di Indonesia
4. Pembaca dapat mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home care

1.4.2. Khusus
1. Penulis dapat mengetahui tentang issue dan aspek legal etik dalam home care
2. Penulis dapat mengetahui tentang meknisme perizinan dan aplikasi dalam home care
3. Penulis dapat mengetahui tentang kebijakan home care di Indonesia
4. Penulis dapat mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home care
5. Penulis dapat melatih kemampuan menulis dalam sebuah makalah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Isu dan aspek legal etik dalam homecare

Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri berdasarkan


pendidikan dan pengalaman yang di miliki. Perawat dapat mengevaluasi klien untuk
mendapatkan pelayanan perawatan di rumah tanpa program medis tetapi perawatan tersebut
harus diberikan di bawah petunjuk rencana tindakan tertulis yang ditandatangani oleh dokter.
Perawat yang memberi pelayanan di rumah membuat rencana perawatan dan kemudian
bekerja sama dengan dokter untuk menentukan rencana tindakan medis.
Menurut Departemen Kesehatan (2012) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan
atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit.
Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi, seperti
pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
b. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti pertanggungjawaban terhadap
kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.
c. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang perawatan di
rumah.
Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka
perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan akan
diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan dari
Medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan yang terus-
menerus tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya. Beberapa perawat akan
menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara menaati peraturan atau memenuhi
kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan klien yang menderita penyakit kronik. Perawat
harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah untuk melengkapi dokumentasi
klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang optimal untuk klien.
Pasal Krusial dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 1239/2001 Tentang
Praktik Keperawatan antara lain :
 Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
 Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter
 Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
- Menghormati hak pasien
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
- Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Memberikan informasi
- Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
- Melakukan catatan perawatan dengan baik
 Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
 Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang
praktiknya
 Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang papan
praktik (sedang dalam proses amandemen)
 Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah
 Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :
- Tempat praktik memenuhi syarat
- Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir /buku kunjungan,
catatan tindakan dan formulir rujukan
 Larangan
 Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
 Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas di
daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan ini.
 Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis kepada
perawat yang melakukan pelanggaran
 Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali, apabila tidak diindahkan SIK dan SIPP
dapat dicabut
 Sebelum SIK dan SIPP dicabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK dan MP2EM.
 Sanksi
 Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan
 Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan
 Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun
 Penetapan pelanggaran didasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat

2.2. Perizinan dan akreditasi home care

2.2.1. Perizinan home care

Izin (verguning), adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-


undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari
ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Jadi izin itu pada prinsipnya
adalah sebagai dispensasi atau pelepasan/ pembebasan dari suatu larangan (Adrian Sutedi,
2010). Jadi perizinan adalah suatu bentuk pelaksaanaan fungsi pengaturan dan bersnaan
fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan ini dapat berbentuk
pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan suatu usaha
yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh oleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang
sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Perizinan yang
menyangkut operasional pengelolaan pelayanan kesehatan rumah dan praktik yang
dilaksanakan oleh tenaga profesional dan non profesional diatur sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Adapun perizinan
dalam home care yaitu :
1. Berbadan hukum (yayasan, badan hukum lainnya)
2. Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten atau kota, dengan melampirkan :
 Rekomendasi PPNI
 Ijin praktik perawat (SP, SIK, SIPP)
 Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi
 Ijin lokasi bangunan
 Ijin lingkungan
 Ijin usaha
 Persyaratan tata ruang bangunan

2.2.2. Akreditasi home care

Akreditasi adalah pengakuan formal yang diberikan oleh badan akreditasi terhadap
kompetensi suatu lembaga atau organisasi dalam melakukan kegiatan penilaian kesesuaian
tertentu.
Penilaian kembali terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat,
dilakukan baik oleh pemerintah atau badan independen yang akan mengendalikan pelayanan
kesehatan rumah. Tujuan proses akreditasi, agar seluruh komponen pelayanan dapat
berfungsi secara optimal, tidak terjadi penyalahgunaan serta penyimpangan. Komponen
evaluasi meliputi:
1 . Pelayanan masyarakat
2 . Organisasi dan admnistrasi
3 . Program
4 . Staf/personal
5 . Evaluasi
6 . Rencana yang akan datang
Standar penilaian akreditasi khusus home care yang dikeluarkan oleh Komite Joint
Commission International (JCI) ini merupakan standar penilaian penerapan home care
berfokus pada pasien. Penilaian tersebut meliputi keselamatan pasien, akses dan asesmen
pasien, hak dan tanggung jawab pasien, perawatan pasien dan kontinuitas pelayanan,
manajemen obat pasien, serta pendidikan pasien dan keluarga.
Perawat yang memiliki peran advokasi bertanggung jawab dalam mempertahankan
keamanan pasien, mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi pasien dari kemungkinan
efek yang tidak diinginkan. Penerapan pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat
memberikan informasi tambahan untuk pasien yang sedang berusaha memutuskan suatu
masalah, memberikan pendidikan kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Hal – hal
tersebut diatas dapat ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait penerapan dan
pelaksanaan pendidikan pada pasien dak keluarga di unit pelayanan home care.

2.3. Kebijakan Home care di Indonesia

Kebijakan terkait home care di Indonesia secara hukum diatur oleh Keputusan Menteri
Kesehatan No 1239/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat dan
yang terbaru Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tentang izin dan yang menjalankan praktik dalam hal
ini praktik mandiri keperawatan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat
Izin Praktik Perawat (SIPP).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun Pasal 28
menyebutkan bahwa praktik keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas: a. Praktik Keperawatan mandiri; dan b. Praktik Keperawatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Perawat dalam melakukan praktek harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban
mematuhi standar praktek. Perawat dalam menjalankan praktek harus membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perawat dalam menjalankan
praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan
sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi
profesi.
Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenanga. Pelayanan dalam keadaan darurat
ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus
mencantumkan SIPP diruang prakteknya. Perawat yang menjalankan praktek perorangan
tidak diperbolehkan memasang papan praktek. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan
asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah. Perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai
kebutuhan. Perawat dalam menjalankan praktik perorangan sekurang – kurangnya memenuhi
persyaratan, yang sesuai dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan
oleh organisasi profesi:
a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan.
b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan.
c. Keperawatan maupun kunjungan rumah.
d. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan, formulir catatan
tindakan asuhan keperawatan, serta formulir rujukan.

2.4. Kepercayaan dan budaya dalam home care

Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melakukan komunikasi secara
alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga yang sesungguhnya. Hal ini terkait dengan
sistem nilai dan kepercayaan yang mendasari interaksi dalam pola asuh keluarga. Praktik
mempertahankan kesehatan atau menyembuhkan anggota keluarga dari gangguan kesehatan
dapat didasarkan pada kepercayaan yang dianut.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari
atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun
terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan atau perilaku yang
dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini
bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain (Mulyanasari, 2014).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 28 telah
dijelaskan bahwa perawat dapat melakukan praktik mandiri baik di fasilitas kesehatan atau
tempat lainnya.
Adapun issu dan aspek legal etik dalam home care antara lain adalah resiko atas
praktik yang dilakukan, pertanggungjawaban atas kesalahan yang dilakukan perawat kepada
pasiennya dan yang terakhir adalah pelaksanaan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah mengenai praktik keperawatan di rumah.
Mekanisme perizinan untuk melakukan praktik keperawatan di rumah adalah dengan
cara melakukan permohonan izin kepada kepala dinas kesehatan di kota setempat dengan
dilengkapi berbagai berkas diantaranya seperti SIP, SIK dan SIPP.
Akreditas mengenai home care telah dikeluarkan oleh Komite Joint Commission
International (JCI), dimana fokus penilaian akreditas pada home care adalah pasien.
Kebijakan home care di Indonesia adalah perawat harus melakukan praktik
keperawatan sesuai dengan standar praktek yang telah ditetapkan, selain itu dalam kegiatan
praktik keperawatan mandiri perawat juga harus membantu program pemerintah dalam hal
meningkatkan derajat kesehatan warga Indonesia.
Untuk mengetahui kebudayaan pasien maka perawat harus melakukan komunikasi
secara alamiah yang biasanya dijadikan sebagai kepercayaan oleh pasien.

3.2. Saran
Kesempatan yang telah diberikan pemerintah kepada perawat mengenai perawat
diperbolehkan untuk membuka praktik mandiri seperti home care sebaiknya dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya. Perawat juga harus memperhatikan apa saja larangan dan sanksi jika
dalam melakukan praktik keperawatan mereka melakukan praktik yang dianggap
menyimpang dari profesi keperawatan. Untuk itu sebaiknya perawat harus mengetahui trend
issue dan aspek legal etik keperawatan yang ada dalam home care, kebijakan home care di
Indonesia, mekanisme perizinan dan aplikasi home care serta kepercayaan dan kebudayaan
dalam home care sebelum mereka melakukan atau membuka praktik keperawatan mandiri di
rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). pengaruh pelayanan home care terhadap tingkat kemandirian


keluarga dalam merawat anggota keluarga pasca stroke di Kota Samarinda. Diakses pada
tanggal 21 Oktober 2015, pada :
http://media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_1_9517.pdf

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. HK.02.02 /MENKES /


148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat.

Mulyanasari, Fertin. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Pasien Dan Keluarga


Pada Pelayanan Home care Berstandar Joint Commission International Di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Diakses pada tanggal 21 Oktober
2015,
pada:http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=
view&typ=html&buku_id=73268&is_local=1.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.


Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015, pada
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU%20No.%2038%20Th%202014%20ttg
%20Keperawatan.pdf

Rilpaidi. (2011). Trand dan issu home care. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015,
pada : https://id.scribd.com/doc/47871711/TREND-DAN-ISSUE-HOME-CARE

Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan di
rumah (Home care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC

materi kuliahku
semoga dapat membantu :)

Senin, 03 Juni 2013


KONSEP HOME CARE

BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan yang berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan yang


diberikan kepada individu, keluarga ataupun masyarakat haruslah baik (bersifat etis) dan
benar (berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku). Hukum yang mengatur praktik
keperawatan telah tersedia dengan lengkap, baik dalam bentuk undang-undang kesehatan,
maupun surat keputusan Menkes tentang praktik keperawatan. Dengan demikian melakukan
praktik keperawatan bagi perawat di Indonesia adalah merupakan hak sekaligus kewajiban
profesi untuk mencapai visi Indonesia sehat tahun 2010.

Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak


harus dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga
dilaksanakan dimasyarakat maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan yang dilkukan
dirumah pasien disebut Home Care.

BAB II
TINJAUAN MATERI
A. PENGERTIAN

Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan
yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam
keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah
yang panjang.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN HOME CARE

1. DI LUAR NEGERI

Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880-
an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang
tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun
pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai
perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900
terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan
keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi
dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang
melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric
B.L, 1993).

Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus meningkat
sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat
pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan pemerintah, kemudian
berkembang layanan yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS
(Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran
jasa layanan Home Care (dapat dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan
spesialisasi di berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing
yang merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001)

Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dengan
mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang
merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari
kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan
Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini
terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN) adalah :

a. merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri


b. merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai

c. mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan
pada saat kunjungan perawat telah berlalu.

Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang berperan
sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :

a. melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam
upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan

b. memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan


masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.

2. DI DALAM NEGERI

Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,
karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan
atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah
merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan
maternitas, dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan
tertua di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan program
Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam layanan “Partus Luar”, bidan
dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal dirumah
pasien, kemudian diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior
(kandidat) sampai tali pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang
melaksanakan tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis
kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini
terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang memisahkan organisasi pendidikan
dengan pelayanan.

C. MENGAPA HOME CARE (HC) DIPERLUKAN ?

Akhir-akhir ini Home Care (HC) mendapat perhatian karena berbagai alasan, antara lain
yaitu :

1. Bagi Klien dan Keluarga

a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin mahal,
karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga ada
yang sakit

c. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri

d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit yang
biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk menggantikannya

2. Bagi Perawat

a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap
sama

b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja
perawat akan meningkat.

Berbagai alasan tersebut membuat program layanan Home Care (HC) mulai diminati baik
oleh pihak klien dan keluarganya, oleh perawat maupun pihak rumah sakit.

D. JENIS INSTITUSI PEMBERI LAYANAN HOME CARE (HC)

Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara lain:

1. Institusi Pemerintah

Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan
adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun
lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah).
Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di
Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)

2. Institusi Sosial

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak
memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan
penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan
rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.

3. Institusi Swasta

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri
baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima
imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga
(asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for
profit service”

4. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)

Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih
memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya
jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas,
adalah :

a. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan untuk melakukan
pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3
hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali
pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll) belum
dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.

b. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang dirawat dirumah
sakit.

c. Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu memerlukan biaya yang besar

d. Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah, sehingga akan
meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen
keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan
bahwa konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care) dengan
alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat
tali kekeluargaan (Suharyati, 1998)

E. POPULASI, JENIS DAN PEMBERI LAYANAN HOME CARE (HC)

1. Populasi layanan

Populasi layanan Home Care (HC) di Amerika didominasi oleh wanita (66,8%).
Meskipun program Home Care (HC) diperuntukkan untuk semua umur, tetapi mayoritas
klien berusia 65 tahun atau lebih (Allender & Spradley, 2001).

Pengalaman Home Health Care (HHC) oleh “Suharyati” staf dosen keperawatan
komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RS Al-Islam Bandung (yang dimulai sejak
1995) juga menunjukkan kondisi yang sama, dimana pada triwulan I tahun 2002 klien wanita
lebih banyak dari pria dan kelompok usia lanjut juga mendominasi layanan HHC di RS Al-
Islam Bandung (Maya H, 2002). Hal ini mungkin disebabkan karena populasi wanita lebih
banyak dan umur harapan hidup wanita lebih panjang dari pria serta para lansia yang
cenderung untuk lebih mudah terserang penyakit.

2. Jenis layanan

Mengingat HC dalam keperawatan merupakan spesialisasi dari keperawatan komunitas


(Blackie, 1998), maka jenis layanan yang diberikan meliputi layanan keperawatan (diagnosa
dan perlakuan terhadap respon manusia yang menghadapi masalah kesehatan baik potensial
maupun actual dalam memenuhi kebutuhan dasarnya) dan layanan kesehatan masyarakat
(prevensi primer, sekunder dan tersier). Di Amerika jenis kasus yang dirawat di rumah
menurut Allender & Spradley 2001 adalah :

a. Penyakit jantung

b. Penyakit/gangguan system muskuloskeletal dan jaringan pengikat

c. Penyakit Diabetes Mellitus

d. Penyakit system pernafasan

e. Luka

f. Keracunan

g. Kanker (hanya sebagian kecil), karena kebanyakan kasus palliative dirawat di Hospice

Sedangkan jenis kasus yang dirawat di unit HHC RS Al-Islam Bandung dalam triwuln I
tahun 2002 (Maya H, 2002) adalah :

a stroke

a bedah

etes Mellitus

minal ill

3. Pemberi layanan

Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga, yaitu :

a. Tenaga informal

Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan kepada
klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini
(Allender & Spradley, 2001)

b. Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk menyelesaikan
masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek kehidupan keluarga. Oleh
karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk mampu berfikir kritis dan menguasai
ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan demikian diharapkan perawat dapat
memberikan layanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.

F. STANDAR PRAKTIK HOME HEALTH NURSING (HHN)

Asosiasi perawat Amerika (1999) telah menetapkan lingkungan dan standar Home Health
Nursing yang meliputi standar asuhan keperawatan dan standar kinerja professional (Allender
& Spradley, 2001)

1. Standard Asuhan Keperawatan

Standard – I, Perawat mengumpulkan data kesehatan klien

Standard – II, Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan analisa terhadap
data yang telah terkumpul

Standard – III, Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan baik dari klien maupun
lingkungannya

Standard – IV, Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan dengan menetapkan


intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan

Standard – V, Perawat melaksanakan rencana intervensi yang telah di tetapkan dalam


perencanaan

Standard – VI, Perawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah ke
pencapaian hasil yang diharapkan.

2. Standard Kinerja Profesional (professional performance)

Standard – I, Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi terhadap kualitas dan
efektifitas praktik keperawatan secara sistematis

Standard – II, Performance Appraisal, perawat melakukan evaluasi diri sendiri terhadap
praktik keperawatan yang dilakukannya dihubungkan dengan standar praktik professional,
hasil penelitian ilmiah dan peraturan yang berlaku

Standard – III, Pendidikan, perawat berupaya untuk selalu meningklatkan pengetahuan dan
kemampuan dirinya dalam praktik keperawatan
Standard – IV, Kesejawatan, perawat berinteraksi dan berperan aktif dalam pengembangan
professionalism sesama perawat dan praktisi kesehatan lainnya sebagai sejawat

Standard – V, Etika, putusan dan tindakan perawat terhadap klien berdasarkan pada landasan
etika profesi

Standar VI, Kolaborasi, dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat berkolaborasi


dengan klien, keluarga dan praktisi kesehatan lain.

Standar VII, Penelitian, dalam praktiknya, perawat menerapkan hasil penelitian

Standard – VIII, Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga untuk
memahami resiko, keuntungan dan biaya perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan .

Standar praktik keperawatan di Indonesia telah selesai disusun dan disepakati oleh pimpinan
PPNI, saat ini sedang menunggu pengesahan dari Depkes RI.

G. BAGAIMANA MERENCANAKAN INSTITUSI HOME CARE (HC) SWASTA ?

Institusi HC swasta dapat didirikan baik secara individu maupun kelompok, baik untuk
satu jenis layanan maupun layanan yang bervariasi. Untuk itu diperlukan perencanaan yang
berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan berdasarkan kebutuhan pasar mengharuskan kita
untuk melakukan analisa eksternal dan internal.

Analisa eksternal, memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar baik jenis maupun


jumlahnya. Misalnya bila kita berada di daerah yang penduduknya kebanyakan berusia
produktif, maka sudah dapat diperkirakan bahwa pasar membutuhkan layanan keperawatan
yang berhubungan persoalan reproduksi, bayi serta balita. Analisa eksternal juga melihat
pesaing yang ada disekitar daerah tersebut, baik dalam jumlah, jenis maupun kondisinya.

Analisa internal, melihat pada ketersediaan sumber (alam, manusia dan dana) baik yang
actual maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga perlu dianalisa komitmen personil
yang ada terhadap rencana pembentukan institusi HC. Komitmen personil merupakan
persyaratan mutlak yang harus di mililki untuk mengawali suatu bisnis yang baru .

Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi HC, maka HC harus memperhatikan hal-hal
berikut :

Kemudahan (untuk dihubungi , untuk mendapatkan informasi, untuk membuat janji)

Selalu tepat janji, penting untuk membina kepercayaan masyarakat pada institusi HC

Sesuai dengan standar yang telah di tetapkan, hal ini merupakan ciri professional
Bersifat responsive terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien

Mengembangkan hubungan kerja sama secara internal dan eksternal untuk memperbaiki
kualitas layanan

Untuk keseragaman dokumentasi HC di Amerika telah dirumuskan Home Health Care


Classification (HHCC) toksonomi (Saba, August, 2002) yang merupakan hasil penelitian
berdasarkan diagnosa dan intervensi keperawatan. Untuk masa yang akan dating dapat
digunakan untuk dokumentasi, pelacakan elektronik, evaluasi hasil dan analisa HHC setiap
saat baik yang berhubungan dengan setting, kelompok populasi maupun letak geografi.

Taksonomi tersebut terdiri dari 20 komponen asuhan keperawatan antara lain :

1. Komponen perilaku kesehatan

1) medication

2) safety

3) health behavior

2. Komponen fungsional

4) activity

5) fluid volume

6) nutritional

7) self-care

3. Komponen fisiologis

9) cardiac

10) respiratory

11) metabolic

12) physical regulation

13) skin integrity

14) tissue perfusion

15) bowel elimination

16) urinary elimination

4. Komponen psikologis
17) cognitive

18) coping

19) role relationship

20) self concept

Dengan telah jelasnya konsep dan peraturan praktik keperawatan, termasuk di dalamnya
adalah HC, maka perawat telah dapat melakukan praktik keperawatan professional dengan
optimum, demi terwujudnya masyarakat dan Indonesia sehat.

BAB III
KESIMPULAN

Di awal perjalanannya home care nursing sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan


yang sangat sederhana, yaitu kunjungan perawat kepada pasien tua atau lemah yang tidak
mampu berjalan menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya untuk membayar dokter
di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada pelayanan kesehatan karena strata
sosial yang dimilikinya. Pelaksanaannya juga merupakan inisiatif pemuka agama yang care
terhadap merebaknya kasus gangguan kesehatan. Perawat yang melakukannya dikenal
dengan istilah perawat kunjung (visiting nurse). Bentuk intervensi yang diberikan berupa
kuratif dan rehabilitatif
DAFTAR PUSTAKA

Zang, S.M. & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual perawatan dirumah
(Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC.

Ropi, H. (2004). Home Care Sebagai Bentuk Praktik Keperawatan Mandiri. Majalah
Keperawatan (Nursing Journal of Padjajaran University), 5 (9), 8 – 15

Boedhi-Darmojo, R. & Martono, H. (1999). Text book of geriatric: Health science in elderly.
Jakarta: FK UI

Anda mungkin juga menyukai