KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena berkat rahmat dan ridho-Nya
alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Trend dan
Issue Keperawatan dengan judul “Trend dan Issue Keperawatan Komunitas ’’.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi
materi maupun penulisannya.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakannya.
Semoga makalah yang telah penulis susun dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi yang membaca.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang home care / home health care?
2. Bagaimana konsep tentang perawat keluarga?
3. Bagaimana konsep tentang ponkesdes?
2.3 Tujuan
1. Agar mengetahui tentang konsep home care/home health care.
2. Agar mengetahui tentang konsep perawat keluarga.
3. Agar mengetahui tentang konsep ponkesdes.
2.4 Manfaat
1. Mengetahui tentang konsep home care/home health care.
2. Mengetahui tentang konsep perawat keluarga.
3. Mengetahui tentang konsep ponkesdes.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi
barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini
dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi,
2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan
komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran
serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh
dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai
kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).
Keperawatan komunitas adalah keperawatan yang diberikan dari luar suatu institusi
yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
Pada keperawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
4
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi
komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak,
2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
6
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth,
2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat,
antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/klien.
7
Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri.
Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan.
Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu
kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat
wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan
mamandang komunitas sebagai klien.
8
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan Program
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.
Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah
menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan pendekatan
sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
Mencuci tangan pakai sabun.
Mengelola air minum dan makanan yang aman.
Mengelola sampah dengan benar.
Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
Penyediaan air minum
Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
Pembuangan sampah padat
Pengendalian vector
Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
Higiene makanan, termasuk higiene susu
Pengendalian pencemaran udara
Pengendalian radiasi
Kesehatan kerja
Pengendalian kebisingan
Perumahan dan pemukiman
Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
Perencanaan daerah dan perkotaan
Pencegahan kecelakaan
9
Rekreasi umum dan pariwisata
Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana alam
dan perpindahan penduduk
Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Perilaku Masyarakat
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta
lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakn
i respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat
pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau
practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit
dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori
(Wawan, 2010), yaitu:
10
Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja atau tidak
disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).
11
BAB III
PEMBAHASAN
13
Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat
12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan
keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi
dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang
melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric
B.L, 1993).
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19,
dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para
Biarawati yang merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih
wanita dari kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah
pengawasan Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris,
2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District
Nurse (DN) adalah :
merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai
mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan
pada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang
berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :
melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam
upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,
karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan
atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah
merupakan hal biasa sejak dahulu kala.
14
3.1.2 Model/ Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care
Menurut Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home care
antara lain :
1) Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan
terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi :
a. Udara bersih,
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan
psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap
lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah
kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara
hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
15
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan
manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu
keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari
integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan
lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan
berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses
terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan
– lahan maupun berlangsung dengan cepat.
Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang
sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979
Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus
menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.
3) Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan
pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan
pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa
seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan
keyakinan kultur (orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau
pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini
saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan
kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi
kesejahteraan dan kondisi sakit.
16
4) Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang
kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi
dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan
intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5) Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk teori
Self Care, di antaranya :
a. Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh
individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-
lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri
yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri
sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan
proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh.
17
Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care Requisites
(kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care
Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation
Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala
perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan
dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya
secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau
kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian
masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat
untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan
pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik
pada orang lain.
6) Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang
ditetapkan oleh pasien.
3.1.3 Landasan Hukum Home Care
Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :
Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan
hukum
Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri
Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
18
Landasan hukum :
UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker,
ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator
kesehatan, penyuluh kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer,
perekam medis, dan teknisi elektromedis
SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasiona
Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.
Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan
3.1.4 Tujuan Perawatan Kesehatan di Rumah
Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya.
Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan dan kecacatan.
Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga.
Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang
diperlukan rehabilitasi atau perawatan paliatif.
19
3.1.5 Unit Perawatan Kesehatan di Rumah
Pengelolah pelayanan
Merupakan individu, kelompok, ataupun organisasi yang bertanggung jawab terhadap seluruh
pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan, serta
mekanisme pelayanan sesuai standart yang ditetapkan.
Pelaksana pelayanan
Merupakan tenaga keperawatan professional bekerja sama dengan tenaga professional lain
terkait dan tenaga non-profesional. Pelaksana pelayanan terdiri atas coordinator kasus dan
pelaksana pelayanan.
Klien
Merupakan penerima perawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu anggota
keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan keluarga dapat
menunjuk seseorang yang akan menjadi pengasuh yang melayani kebutuhan sehari-hari klien.
3.1.6 Mekanisme Perawatan di Rumah (Home Care)
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan
rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun
pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau
praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di
lakukan adalah sebagai berikut:
Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter
untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di
lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi
perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan
mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis
pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
20
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah
baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola
perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh
koordinator kasus.
Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan dirumah :
Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping bagi
klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent)
Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk
memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
3.1.7 Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan
keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan
keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio-
spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara
langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan
tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-
tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan dan melakukan evaluasi.
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien,
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara
hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
21
Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan
klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi
yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan
pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan,
mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
Ruang Lingkup Home Care, yaitu:
a. Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
b. Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.
c. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di
rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus
khusus yang di jumpai di komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah
sakit adalah:
a. Klien dengan penyakit gagal jantung,
b. Klien dengan gangguan oksigenasi,
c. Klien dengan perlukaan kronis,
d. Klien dengan diabetes,
e. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
f. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
22
g. Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
h. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
i. Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
1. Klien dengan post partum,
2. Klien dengan gangguan kesehatan mental,
3. Klien dengan kondisi usia lanjut,
4. Klien dengan kondisi terminal.
5. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis.
23
Fase implementasi
Pada Fase ini,Perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dimiliki oleh klien dan keluarga.
Lakukan intervensi sesuai rencana. Eksplorasi Nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga
terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat Pendidikan Klien dan
keluarga serta sediakan pula informasi tertulis.
Fase terminasi
Fase ini perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan
yang ditetapkan bersama keluarga.Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah
kesehatan yang sekarang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin di alami oleh
keluarga sangat penting dilakukan pada fase terminasi.
Fase pasca kunjungan
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokomentasi lengkap tentang hasil
kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan ,dokumentasi tersebut harus memenuhi
aspek lengkap(komplit),jelas(clear),dan dapat dibaca(legible). Adapun cara untuk melakukan
kunjungan yaitu angket, pertelepon, lewat email,atau kunjungan secara langsung.
25
Amputasi
Ketergantungan obat
Luka kronis.
Disfungsi kandung kemih
Rehabilitasi medic
Nutrisi melalui infuse
Post partum dan masalah reproduksi
Psikiatri
Kekerasan dalam rumah tangga
26
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan.
Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
Menilai hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak )
Mengevaluasi proses manajemen kasus
Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
Alat/ sarana
a) Alat kesehatan
Tas/ kit
Pemeriksaan fisik
Set perawatan luka
Set emergency
Set pemasangan selang lambung
Set huknah
27
Set memandikan
Set pengambilan preparat
Set pemeriksaan lab. Sederhana
Set infus/ injeksi
Sterilisator
Pot/ urinal
Tiang infuse
Tempat tidur khusus orang sakit
Pengisap lender
Perlengkapan oxygen
Kursi roda
Tongkat/ tripot
Perlak/ alat tenun
b) Alat habis pakai
Obat emergency
Perawatan luka
Suntik/ pengamian darah
Untuk infuse
Pemasangan selang lambung
Huknah, selang lambung, kateter
Sarung tangan, masker
28
Ijin lokasi bangunan
Ijin lingkungan
Ijin usaha
Persyaratan tata ruang bangunan
29
Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di europe yang merupakan praktek
keperawatan termodern saat ini adalah :
Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma dari cure menjadi
care melalui tindakan preventif.
Mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit .
31
g. Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala
keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan. Sebagai advokat klien, perawat
berkewajiban untuk melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social ekonomi
lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga
mencari bantuan.
h. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat
kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai
kendala yang ada. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan masalah social budaya. Agar dapat
melaksanakan peran fasilitator dengan baik , maka perawat komunitas harus mengetahui
system pelayanan kesehatan misalnya system riujukan dan dana sehat.
i. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.
32
Direct care bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem pendukung utama untuk
menyembuhkan
Empat tingkatan keluarga
Family as context
1. Fokus pada kesehatan individu
2. Keluarga sebagai background dari anggotanya
3. Keluarga sebai support system atau stressor terberat bagi anggota
4. Individu / anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi
5. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
Family as client
1. Fokus pada seluruh anggota keluarga
2. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok atau keseluruhan dari anggota keluarga
3. Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya
4. Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan
diintervensi bersamaan.
Family as system
1. Fokus masalah pada hubungan antara anggota keluarga
2. Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam keluarga
3. Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi
4. Fokus intervensi : mengenai hubungan ibu anak, hub perkawinan, dll
Family as component of society
1. keperawatan.
2. Fokus keluarga dengan individu sebagai background
3. Keluarga dipandang sebgai interaksional system
4. Fokus intervensi : dinamis internal keluarga, hubungan dalam keluarga
5. subsistem keluarga dengan lingkungan luar.
33
3.3 Konsep Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES)
3.3.1 Definisi Pondok Kesehatan Desa
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai
jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan
akses dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
34
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Simpulan
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit.
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga
untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebagian waktu
bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititik beratkan
pada kinerja perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai
jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan
akses dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
4.2 Saran
Perawat dapat memilih dari dan menggunakan berbagai metode, materi, dan media
untuk mendukung kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Sumber daya tersebut harus
ditinjau dan di evaluasi untuk kesesuaian mereka untuk kelompok sasaran yang dituju. Kunci
untuk memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat yang merangkul gagasan
bahwa pendidikan kesehatan adalah proses interaktif akan dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal banyak. Untuk rekan sejawat mengetahui trend issue keperawatan kesehatan
komunitas di Indonesia dan dunia diantaranya home care, home health care, perawat
keluarga, pondok kesehatan desa (ponkesdes).
35
DAFTAR PUSTAKA
http://dila-sht.blogspot.com/2012/11/trend-issue-keperawatan-komunitas.html
http://www.scribd.com/doc/84764566/Tren-Dan-Issue-Keperawatan-Komunitas
Koenig Kathleen Blais dkk, 2006, Pratik Keperawatan Profesional, Edisi 4, EGC,
Jakarta
Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan di
rumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC
Setyowati Sri dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Aplikas kasus,
Edisi Revisi, Mitra Cendikiaa, jogyakarta
Powered by Translate
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trend kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada transisi epidemologi dari penyakit
menular ke penyakit kronis serta degeneratif. Kondisi tersebut disebabkan oleh perubahan
struktur pendidikan dan gaya hidup masyarakat. Perubahan tersebut menyebabkan pola
perawatan jangka panjang sangat dibuthkan. Seiring dengan itu, konsep pelayanan kesehatan
pun berubah. Konsep yang tadinya masyarakat mendatangi institusi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit dan puskesmas menjadi pelayanan kesehatan yang mendatangi
masyarakat. Oleh karena itu, paradigma rumah sakit adalah tempat paling penting dalam
penyembuhan dan perawatan klien sudah mulai berubah menjadi perawatan dirumah (
Widyanto, 2014 ).
Hampir semua orang setuju bahwa rumah merupakan tempat paling baik untuk
melakukan perawatan kesehatan, terutama untuk meningkatkan kemandirian klien. Tidak
hanya memberikan perawatan yang lebih murah, home care juga merupakan langkah kunci
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal untuk banyak klien. Konsep home care dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan menghindari rawat inap di pelayanan kesehatan karena
kondisi kronis atau efek samping. Konsep home care juga menghindari kesalahan yang sering
dilakukan di rumah jika tidak ada perawat seperti kesalahan pengobatan atau terjatuh.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang Home Care yang
merupakan salah satu Trend dan Issue Keperawatan Komunitas Terkini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Home care merupakan salah satu trend issu keperawatan komunitas terkini.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi home care.
b. Mengetahui tujuan home care.
c. Mengetahui manfaat home care.
d. Mengetahui prinsip - prinsip home care.
e. Mengetahui faktor pendorongperkembangan home care.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Home care merupakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
penyakit. Home care memiliki tujuan antara lain yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar klien
secara bio, psiko, sosial, dan spiritual, meningkatnya kemandirian pasien dan keluarga dalam
pemiliharaan dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, serta
terpenuhinya pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan klien.
B. Saran
Sebagai perawat kita diharapkan tidak hanya terpusat pada pelayanan di institusi
pelayanan kesehatan saja. Tetapi kita juga bisa melaksanakan praktek mandiri seperti home
care sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Undang – Undang Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
DUNIA KITA
Minggu, 25 Desember 2011
MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS - HOME NURSING
BAB I
PENDAHULUAN
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah
konsep baru dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada
praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan sejak
tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool,
England dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan
kesehatan di rumah dengan memberikan pengobatan kepada klien
(masyarakat) yang mengalami sakit terutama terutama mereka dengan
status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan
lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai
jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan di masyarakat (Smith &
Maurer, 2000). Kunjungan rumah juga dilakukan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan
resiko penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya
kekambuhan penyakit, seperti: perawatan nifas pada ibu paska
melahirkan, perawatan anak diare, pemantauan klien dengan
Tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan klien
dengan berbagai penyakit, dll (Stanhope & Lancaster, 2001).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era
globalisasi ini, berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan
praktek keperawatan di Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan
kebutuhan pealayanan kesehatan juga semakin meningkat dan
berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik
menjdai kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi
klien/keluarga dengan penyakit terminal. Di samping itu perawatan di
rumah menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut)
yang cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronik , yang
membutuhkan perawatan dan pengobatan jangka panjang.
Hali ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi klien dan
keluarganya, bila mempertimbangkan aspek kenyamanan dan
keamanan klien dan keluarga lebih intens dan interaksi lebih bebas
bila berada di rumah sendiri, dan pembiayaan terapi perawatan di
rumah yang relative lebih murah dibandingkan dengan perawatan di
rumah sakit sehingga di rumah lebih cost effective.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A = Autonomy
Karena dalam mengembangkan program HHC mengandung unsure bisnis
(profit oriented), maka sebaiknya penggelolaan HHC diberi otonomi dalam
mengembangkan teknik-teknik euntrepreneurship (kewirausahaan), oleh karena
itu sebaiknya yang menjadi admistratur HHC adalah seorang euntrepreuneur.
Dengn demikian akan mampu meningkatkan penampilan HHC yang
professional.
b. Untuk mengatasi hambatan eksternal, direkomendasikan 4 hal yang perlu
diperhatikan :
Administrator harus memastikan semua informasi yang dibutuhkan oleh staff
dan tersedia dengan lengkap, meliputi akunting, laporan pelayanan, dan monitor
produktiftas pelayanan.
Untuk meningkatkan efisiensi operasional HHC, maka penggelola HHC harus
mampu mengembangkan system pembiayaan yang efektif dan efisien ( dihitung
berdasarkan unit cost/ kunjungan).
Program HHC harus mampu menciptakan system referral (rujukan) sebagai
upaya mengembangkan net working yang mendukung peningkatan kinjungan
ke HHC.
Kunci sukses yang paling penting adalah menciptakan serive atau pelayanan
yang berorientasi pada costume / pelanggan. Oleh karena orientasi kalkulasi
bisnis harus berubah dan keuntungan (profit) = Rev-enue-biaya (cost) menjadi
long term profit ( dari customer yang puas)-biaya= profil plus.
Secara umum jenis pelayanan yang dapat diberikan dalam pelayanan kesehatan
rumah dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan rehabilitasi
3. Pelayanan informasi dan rujukan
4. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
5. Pendidikan dan latihan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
Langkah – langkah Home Care menurut Smith (1995) ada empat aktifitas atau
fase dalam melaksanakan keperawatan dirumah, yaitu:
1. Fase Permulaan
Perawatan merupakan kasus – kasus yang perlu ditidak lanjuti dirumah, melelui
seleksi kasus dipuskesmas sesuai dengan prioritas. Kemudian menetapkan
jadual kunjungan, kontrak waktu kunjungan dengan membuat kesepakatan
dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan kehadiran anggota keluarga
pengambilan keputusan. Selama fase ini pula perawat dan keluarga berusaha
untuk saling mengenal dan mengetahui bagaimana keluarga menangapi suatu
masalah kesehatan. Selain itu juga perawat menyiapkan perlengkapan lapangan
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kunjungan seperti mempelajari riwayat
penyakit klien (individu atau anggota keluarga) dari rekan kesehatan anggota
keluarga (family folder) dipuskesmas dan pencatatan lain (unit pelayanan
kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut, membuat catatan singkat
tentang masalah klien dan keluarga tersebut.
2. Fase implementasi
Fase ini perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai
rencana, eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap
kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannya dan
sediakan pula informasi tertulis.
3. Fase terminasi
Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan bersama keluarga. Menyususn rencana tindak
lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah
kesehatan yang mungkin dialami keluarga. Tinggal nama dan alamat perawat
serta nomor telpon yang bisa dihubungan oleh keluarga.
4. Aktivitas post visit
Fase terakhir adalah pendokumentasian, dimana perawat melakukan pencatatan
secara lengkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan,
tempat perawat bertugas.
Tiap tipe berbeda satu dengan yang lain baik dari segi administrasi maupun
struktur organisasi, namun sama dalam kaitan dengan standar yang harus
dipenuhi seperti lisensi (izin), sertifikasi dan akreditasi.
Agen pemerintahan
Baik perawat maupun profesi lain yang bekerja dibayar oleh pemerintah daerah
maupun pemerntah pusat (departemen kesehatan). Sumber pembiayaan dengan
menggunakan dana pajak, tidak mencari keuntungan. Kegiatan yang dilakukan
tidak hanya melakukan pelayanan kesehatan rumah secara umum tetapi juga
terlibat dalam pelayanan kesehatan pencegahan seperti program imunisasi,
klinik anak sehat dan pendidikan kesehatan.
Agen sukarela
Tim pelayanan kesehatan yang bekerja secara sukarela tidak memperoleh
bayaran dari klien yang dilayani. Namun kadang – kadang dibantu oleh charity
(donatur). Jasa yang mereka terima tergantung dari jenis pelayanan yang
diberikan mencakup program rehabilitasi, jenis pelayanan lain yang
dilaksanakan apabila mereka bekerja di agent pemerintahan.
Agen kombinasi
Pada agen jenis ini petugas merupakan gabungan antara agen pemerintah dan
agen sukarelayang memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat dengan
penghasilan di bawah standar. Pelayanan kesehatan yang diberikan dengan
memperhatikan peran seperti halnya mereka bekerja dengan agen pemerintah.
Agen berbasis rumah sakit
Agen ini berbeda dan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan agen
pelayanan kesehatan rumah lainnya. Dewan Direktur Rumah Sakit bertanggung
jawab dan mengatur pelayanan kepada klien ini. Lebih dari itu klien yang
dirawat di Rumah Sakit telah mempunyai akses ke petugas kesehatan di rumah
sakit tersebut apakah agen pemerintah, voluntir, swasta maupun kombinasi,
tergantung dari struktur rumah sakit terkai.
Kegiatan ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi rumah sakit,
sehigga mereka akan lebih berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas
pelayanan dan siap bersaing dengan agen lain yang berbasis komunitas.
Agen swasta
Pendirian agen jenis ini atas perolehan izin dari pemerintah. Untuk melakukan
kegiatan pelayanan kesehatan rumah mereka harus memiliki lisensi, sertifikat
dan akreditasi. Pemilikan usaha ini bertanggung jawab kepada pemerintah
menerima pembayaran dari pihak ketiga dan klien sebagai individu, jika tidak
menjadi peserta asuransi. Pelayanan yang diberikan harus sesuai standar, tidak
hanya mementingkan unsur keuntungan.
Jika klien memiliki bukti – bukti pelayanan di bawah standar, klien dapat
mengajukan klaim/komplain. Munculnya berbagai jenis agen yang
menyediakan pelayanan kesehatan rumah di masyarakat dengan perhatian
utama ditujukan kepada pelayanan yang berkwalitas, hal ini merupakan suatu
isu emosional terutama orang – orang yang bekerja pada agen yang
bersangkutan. Agar pelayanan yang mereka berikan tetap berkwalitas, maka
pemerintah melakukan pengaturan yang merangsang proses kompetisi secara
sehat, di antara aen yang ada sehingga dapat mengembangkan dan memelihara
program pelayanan kesehatan yang mereka janjikan.
Aspek lain yang menjadi perhatian pemerintah adalah biaya yang terjangkau
oelh individu dan keluarga. Manajemen dan penampilan di samping
administrasi yang rapi merupakan ukuran lain pada aspek penilaian.
Akreditasi
Akreditasi adalah penilaian kembali terhadap mutu pelayanan kesehatan
yang diterima masyarakat, dilakukan baik oleh pemerintah atau badan
independen yang akan mengendalikan pelayanan kesehatan rumah. Tujuan
proses akreditasi, agar seluruh komponen pelayanan dapat berfungsi secara
optimal, tidak terjadi penyalahgunaan serta penyimpangan. Komponen evaluasi
meliputi:
1. Pelayanan masyarakat
2. Organisasi dan admnistrasi
3. Program
4. Staf/personal
5. Evaluasi
6. Rencana yang akan datang
Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah direncanakan, diorganisir langsung oleh perawat
profesional tingkat master yanag telah dipersiapkan untuk memberi pelayanan
kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik secara organisasi maupun
diorganisasi kesehatan komunitas. Pimpinan dan perawat pelaksana bekerja
bersama-sama, untuk membuat rencana dan program yang sesuai dengan
kebutuhan dengan pelayanan komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat misi,filosofi,dan tujuan agen yang
akan memutuskan jenis pelayana yang dibutuhkan klien adan keluarganya di
lingkungan mereka. Anggaran kebijakan perorangan dan metoda evaluasi
terhadap program dan personal ditetapkan. Penetapan cara memantau program
kendali mutu untuk memperbaiki dan meningkat pelayanan yang diberikan.
Data objektif: diperoleh dari tijaun seluruh sistem tubuh melalui pengkajian
/pemeriksaan fisik secara terampil dari kepala hingga kaki.dari data lain yang
tercatan pada format diklinik pelayanan rumah,diidentifikasi dan dikembangkan
menjadi diagnosis keperawatan.
Pada tahap pengkajian parawt pelayanan kesehatan rumah menentukan profesi
lain yangg dibutuhkan klien seperti ahli terapi okupasi,ahli terapi wicara,pekerja
sosial,dibidangkesehatan.ahli gizi keluargaharus dilibatkan dalam secaraa
keseluruhan dalam proses keperawatan.
Standar V (Perencanaan)
Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. Tujuan berfokus pada unsure-unsur promosi dan pemeliharaan
kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi.
Ahli fisioterapi
Tenaga ahli fisioterapi yang bekerja di pelayanan kesehatan rumah adalah
lulusan S1 dn S2 (Master). Sebagaimana halnya perawat, ahli fisioterapi dapat
bekerja secara langsung maupun tidak langsung. Pelayanan langsung yang
diberikan meliputi memperkuat otot – otot, memulihkan pergerakan kontrol
kekuatan otot, latihan beban (gaya) disertai latihan aktif dan pasif. Cara
perawatan yang digunakan meliputi stimulasi saraf permukaan secara elektris
(TENS), panas, air, cahaya ultrasuara, drainase postural dan latihan penguatan
paru – paru. Ahli fisioterapi bertanggung jawab untuk mengajar klien dan
keluarga cara – cara perawatan mandiri.
Aktivitas tidak langsung dari ahli fisioterapi disepakati dengan asisten (lulusan
Diploma III) untuk melakukan tindakan latihan sesuai kondisi klien di bawah
pengawasan ahli fisioterapi lulusan S1 atau master.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3585
Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual
Perawatan di rumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I.
Jakarta: EGC
Beranda
Profil
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi yang paling
baik untuk beraktivitas. (Florence Nightingale, 1895)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan
rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. (Martha Roger, 1970)
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang sifatnya dinamis dan berkembang
secara terus menerus dan melibatkan masyarakat yang semakin berubah pula, sehingga perlu
adanya perubahan dalam hal pemenuhan dan metode keperawatan untuk menyesuaikan
perawat dengan adanya perubahan yang terjadi pada masyarakat. Trend dalam keperawatan
yang berkembang sekarang ini adalah trend keperawatan yang bersifat holistik (menyeluruh)
yang berarti perawat melakukan perawatan kepada pasien secara keseluruhan dalam berbagai
dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta interaksinya dengan keluarga dan komunitas.
Perkembangan tren praktik keperawatan meliputi kemandirian yang diberikan oleh
pemerintah kepada perawat untuk membuka praktik keperawatan.
Adanya perkembangan yang pesat dalam dunia Keperawatan di Indonesia disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya :
- Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, sehingga
masyarakat dapat dengan cepat mengakses dan mengetahui informasi serta teknologi
terkini. Era globalisasi yang semakin berkembang sehingga menuntut keperawatan di
Indonesia harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan keperawatan di negara yang
sudah berkembang.
- Keadaan sosial dan ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat
dengan ekonomi tinggi menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas sedangkan
masyarakat dengan ekonomi rendah mengharapkan pelayanan kesehatan yang murah dan
terjangkau untuk kalangan mereka.
Sampai saat ini masyarakat di Indonesia hanya mengenal bentuk pelayanan
kesehatan dalam system pelayanan kesehatan seperti pelayanan rawat inap dan pelayanan
rawat jalan. Di sisi lain banyak dari masyarakat yang menderita sakit namun karena adanya
pertimbangan tertentu akhirnya mereka lebih memilih untuk dirawat di rumah. Adapun
pertimbangan tersebut diantaranya adalah orang dengan kasus penyakit terminal, keterbatasan
biaya untuk membayar fasilitas selama dirawat di rumah sakit dan beberapa masyarakat
merasa lebih nyaman jika dirawat di rumah sendiri dibandingkan dirawat di rumah sakit
(Depkes, 2012). Mereka belum mengetahui adanya pelayanan home care. Oleh sebab itu
dalam makalah ini akan dibahas mengenai issue tentang home care beserta aspek legal etik
yang ada dalam home care dan hal-hal lain yang berkaitan dengan home care .
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang issue dan aspek legal etik dalam home care
2. Untuk mengetahui tentang meknisme perizinan dan aplikasi dalam home care
3. Untuk mengetahui tentang home care di Indonesia
4. Untuk mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home care
1.4. Manfaat
1.4.1. Umum
1. Pembaca dapat mengetahui tentang issue dan aspek legal etik dalam home care
2. Pembaca dapat mengetahui tentang meknisme perizinan dan aplikasi dalam home care
3. Pembaca dapat mengetahui tentang kebijakan home care di Indonesia
4. Pembaca dapat mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home care
1.4.2. Khusus
1. Penulis dapat mengetahui tentang issue dan aspek legal etik dalam home care
2. Penulis dapat mengetahui tentang meknisme perizinan dan aplikasi dalam home care
3. Penulis dapat mengetahui tentang kebijakan home care di Indonesia
4. Penulis dapat mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home care
5. Penulis dapat melatih kemampuan menulis dalam sebuah makalah
BAB II
PEMBAHASAN
Akreditasi adalah pengakuan formal yang diberikan oleh badan akreditasi terhadap
kompetensi suatu lembaga atau organisasi dalam melakukan kegiatan penilaian kesesuaian
tertentu.
Penilaian kembali terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat,
dilakukan baik oleh pemerintah atau badan independen yang akan mengendalikan pelayanan
kesehatan rumah. Tujuan proses akreditasi, agar seluruh komponen pelayanan dapat
berfungsi secara optimal, tidak terjadi penyalahgunaan serta penyimpangan. Komponen
evaluasi meliputi:
1 . Pelayanan masyarakat
2 . Organisasi dan admnistrasi
3 . Program
4 . Staf/personal
5 . Evaluasi
6 . Rencana yang akan datang
Standar penilaian akreditasi khusus home care yang dikeluarkan oleh Komite Joint
Commission International (JCI) ini merupakan standar penilaian penerapan home care
berfokus pada pasien. Penilaian tersebut meliputi keselamatan pasien, akses dan asesmen
pasien, hak dan tanggung jawab pasien, perawatan pasien dan kontinuitas pelayanan,
manajemen obat pasien, serta pendidikan pasien dan keluarga.
Perawat yang memiliki peran advokasi bertanggung jawab dalam mempertahankan
keamanan pasien, mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi pasien dari kemungkinan
efek yang tidak diinginkan. Penerapan pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat
memberikan informasi tambahan untuk pasien yang sedang berusaha memutuskan suatu
masalah, memberikan pendidikan kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Hal – hal
tersebut diatas dapat ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait penerapan dan
pelaksanaan pendidikan pada pasien dak keluarga di unit pelayanan home care.
Kebijakan terkait home care di Indonesia secara hukum diatur oleh Keputusan Menteri
Kesehatan No 1239/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat dan
yang terbaru Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tentang izin dan yang menjalankan praktik dalam hal
ini praktik mandiri keperawatan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat
Izin Praktik Perawat (SIPP).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun Pasal 28
menyebutkan bahwa praktik keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas: a. Praktik Keperawatan mandiri; dan b. Praktik Keperawatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Perawat dalam melakukan praktek harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban
mematuhi standar praktek. Perawat dalam menjalankan praktek harus membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perawat dalam menjalankan
praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan
sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi
profesi.
Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenanga. Pelayanan dalam keadaan darurat
ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus
mencantumkan SIPP diruang prakteknya. Perawat yang menjalankan praktek perorangan
tidak diperbolehkan memasang papan praktek. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan
asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah. Perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dalam bentuk kunjungan rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai
kebutuhan. Perawat dalam menjalankan praktik perorangan sekurang – kurangnya memenuhi
persyaratan, yang sesuai dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan
oleh organisasi profesi:
a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan.
b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan.
c. Keperawatan maupun kunjungan rumah.
d. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan, formulir catatan
tindakan asuhan keperawatan, serta formulir rujukan.
Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melakukan komunikasi secara
alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga yang sesungguhnya. Hal ini terkait dengan
sistem nilai dan kepercayaan yang mendasari interaksi dalam pola asuh keluarga. Praktik
mempertahankan kesehatan atau menyembuhkan anggota keluarga dari gangguan kesehatan
dapat didasarkan pada kepercayaan yang dianut.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun
culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari
atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun
terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan atau perilaku yang
dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini
bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain (Mulyanasari, 2014).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 28 telah
dijelaskan bahwa perawat dapat melakukan praktik mandiri baik di fasilitas kesehatan atau
tempat lainnya.
Adapun issu dan aspek legal etik dalam home care antara lain adalah resiko atas
praktik yang dilakukan, pertanggungjawaban atas kesalahan yang dilakukan perawat kepada
pasiennya dan yang terakhir adalah pelaksanaan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah mengenai praktik keperawatan di rumah.
Mekanisme perizinan untuk melakukan praktik keperawatan di rumah adalah dengan
cara melakukan permohonan izin kepada kepala dinas kesehatan di kota setempat dengan
dilengkapi berbagai berkas diantaranya seperti SIP, SIK dan SIPP.
Akreditas mengenai home care telah dikeluarkan oleh Komite Joint Commission
International (JCI), dimana fokus penilaian akreditas pada home care adalah pasien.
Kebijakan home care di Indonesia adalah perawat harus melakukan praktik
keperawatan sesuai dengan standar praktek yang telah ditetapkan, selain itu dalam kegiatan
praktik keperawatan mandiri perawat juga harus membantu program pemerintah dalam hal
meningkatkan derajat kesehatan warga Indonesia.
Untuk mengetahui kebudayaan pasien maka perawat harus melakukan komunikasi
secara alamiah yang biasanya dijadikan sebagai kepercayaan oleh pasien.
3.2. Saran
Kesempatan yang telah diberikan pemerintah kepada perawat mengenai perawat
diperbolehkan untuk membuka praktik mandiri seperti home care sebaiknya dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya. Perawat juga harus memperhatikan apa saja larangan dan sanksi jika
dalam melakukan praktik keperawatan mereka melakukan praktik yang dianggap
menyimpang dari profesi keperawatan. Untuk itu sebaiknya perawat harus mengetahui trend
issue dan aspek legal etik keperawatan yang ada dalam home care, kebijakan home care di
Indonesia, mekanisme perizinan dan aplikasi home care serta kepercayaan dan kebudayaan
dalam home care sebelum mereka melakukan atau membuka praktik keperawatan mandiri di
rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Rilpaidi. (2011). Trand dan issu home care. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015,
pada : https://id.scribd.com/doc/47871711/TREND-DAN-ISSUE-HOME-CARE
Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan di
rumah (Home care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC
materi kuliahku
semoga dapat membantu :)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN MATERI
A. PENGERTIAN
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan
yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam
keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah
yang panjang.
1. DI LUAR NEGERI
Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880-
an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang
tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun
pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai
perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900
terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan
keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi
dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang
melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric
B.L, 1993).
Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus meningkat
sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat
pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan pemerintah, kemudian
berkembang layanan yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS
(Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran
jasa layanan Home Care (dapat dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan
spesialisasi di berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing
yang merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001)
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dengan
mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang
merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari
kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan
Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini
terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN) adalah :
c. mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan
pada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang berperan
sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :
a. melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam
upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
2. DI DALAM NEGERI
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,
karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan
atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah
merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan
maternitas, dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan
tertua di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan program
Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam layanan “Partus Luar”, bidan
dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal dirumah
pasien, kemudian diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior
(kandidat) sampai tali pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang
melaksanakan tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis
kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini
terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang memisahkan organisasi pendidikan
dengan pelayanan.
Akhir-akhir ini Home Care (HC) mendapat perhatian karena berbagai alasan, antara lain
yaitu :
a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin mahal,
karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga ada
yang sakit
d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit yang
biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk menggantikannya
2. Bagi Perawat
a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap
sama
b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja
perawat akan meningkat.
Berbagai alasan tersebut membuat program layanan Home Care (HC) mulai diminati baik
oleh pihak klien dan keluarganya, oleh perawat maupun pihak rumah sakit.
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara lain:
1. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan
adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun
lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah).
Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di
Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
2. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak
memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan
penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan
rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.
3. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri
baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima
imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga
(asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for
profit service”
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih
memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya
jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas,
adalah :
a. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan untuk melakukan
pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3
hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali
pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll) belum
dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.
b. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang dirawat dirumah
sakit.
c. Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu memerlukan biaya yang besar
d. Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah, sehingga akan
meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen
keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan
bahwa konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care) dengan
alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat
tali kekeluargaan (Suharyati, 1998)
1. Populasi layanan
Populasi layanan Home Care (HC) di Amerika didominasi oleh wanita (66,8%).
Meskipun program Home Care (HC) diperuntukkan untuk semua umur, tetapi mayoritas
klien berusia 65 tahun atau lebih (Allender & Spradley, 2001).
Pengalaman Home Health Care (HHC) oleh “Suharyati” staf dosen keperawatan
komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RS Al-Islam Bandung (yang dimulai sejak
1995) juga menunjukkan kondisi yang sama, dimana pada triwulan I tahun 2002 klien wanita
lebih banyak dari pria dan kelompok usia lanjut juga mendominasi layanan HHC di RS Al-
Islam Bandung (Maya H, 2002). Hal ini mungkin disebabkan karena populasi wanita lebih
banyak dan umur harapan hidup wanita lebih panjang dari pria serta para lansia yang
cenderung untuk lebih mudah terserang penyakit.
2. Jenis layanan
a. Penyakit jantung
e. Luka
f. Keracunan
g. Kanker (hanya sebagian kecil), karena kebanyakan kasus palliative dirawat di Hospice
Sedangkan jenis kasus yang dirawat di unit HHC RS Al-Islam Bandung dalam triwuln I
tahun 2002 (Maya H, 2002) adalah :
a stroke
a bedah
etes Mellitus
minal ill
3. Pemberi layanan
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga, yaitu :
a. Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan kepada
klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini
(Allender & Spradley, 2001)
b. Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk menyelesaikan
masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek kehidupan keluarga. Oleh
karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk mampu berfikir kritis dan menguasai
ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan demikian diharapkan perawat dapat
memberikan layanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
Asosiasi perawat Amerika (1999) telah menetapkan lingkungan dan standar Home Health
Nursing yang meliputi standar asuhan keperawatan dan standar kinerja professional (Allender
& Spradley, 2001)
Standard – II, Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan analisa terhadap
data yang telah terkumpul
Standard – III, Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan baik dari klien maupun
lingkungannya
Standard – VI, Perawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah ke
pencapaian hasil yang diharapkan.
Standard – I, Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi terhadap kualitas dan
efektifitas praktik keperawatan secara sistematis
Standard – II, Performance Appraisal, perawat melakukan evaluasi diri sendiri terhadap
praktik keperawatan yang dilakukannya dihubungkan dengan standar praktik professional,
hasil penelitian ilmiah dan peraturan yang berlaku
Standard – III, Pendidikan, perawat berupaya untuk selalu meningklatkan pengetahuan dan
kemampuan dirinya dalam praktik keperawatan
Standard – IV, Kesejawatan, perawat berinteraksi dan berperan aktif dalam pengembangan
professionalism sesama perawat dan praktisi kesehatan lainnya sebagai sejawat
Standard – V, Etika, putusan dan tindakan perawat terhadap klien berdasarkan pada landasan
etika profesi
Standard – VIII, Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga untuk
memahami resiko, keuntungan dan biaya perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan .
Standar praktik keperawatan di Indonesia telah selesai disusun dan disepakati oleh pimpinan
PPNI, saat ini sedang menunggu pengesahan dari Depkes RI.
Institusi HC swasta dapat didirikan baik secara individu maupun kelompok, baik untuk
satu jenis layanan maupun layanan yang bervariasi. Untuk itu diperlukan perencanaan yang
berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan berdasarkan kebutuhan pasar mengharuskan kita
untuk melakukan analisa eksternal dan internal.
Analisa internal, melihat pada ketersediaan sumber (alam, manusia dan dana) baik yang
actual maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga perlu dianalisa komitmen personil
yang ada terhadap rencana pembentukan institusi HC. Komitmen personil merupakan
persyaratan mutlak yang harus di mililki untuk mengawali suatu bisnis yang baru .
Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi HC, maka HC harus memperhatikan hal-hal
berikut :
Selalu tepat janji, penting untuk membina kepercayaan masyarakat pada institusi HC
Sesuai dengan standar yang telah di tetapkan, hal ini merupakan ciri professional
Bersifat responsive terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien
Mengembangkan hubungan kerja sama secara internal dan eksternal untuk memperbaiki
kualitas layanan
1) medication
2) safety
3) health behavior
2. Komponen fungsional
4) activity
5) fluid volume
6) nutritional
7) self-care
3. Komponen fisiologis
9) cardiac
10) respiratory
11) metabolic
4. Komponen psikologis
17) cognitive
18) coping
Dengan telah jelasnya konsep dan peraturan praktik keperawatan, termasuk di dalamnya
adalah HC, maka perawat telah dapat melakukan praktik keperawatan professional dengan
optimum, demi terwujudnya masyarakat dan Indonesia sehat.
BAB III
KESIMPULAN
Zang, S.M. & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual perawatan dirumah
(Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC.
Ropi, H. (2004). Home Care Sebagai Bentuk Praktik Keperawatan Mandiri. Majalah
Keperawatan (Nursing Journal of Padjajaran University), 5 (9), 8 – 15
Boedhi-Darmojo, R. & Martono, H. (1999). Text book of geriatric: Health science in elderly.
Jakarta: FK UI