DEFINISI
B. ETIOLOGI
1) Umur ibu : biasanya pada ibu yang berumur lebih dari 30 tahun. Mungkin karena suatu
ketidak seimbangan hormonal. Umur ayah tidak berpengaruh.
2) Kelainan kehamilan.
3) Kelainan endokrin pada ibu: pada usia tua dapat terjadi infertilitas relatif kelainan
tiroid atau ovarium.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat Down syndrome dapat bervariasi mulai
dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.
Tanda yang paling khas pada anak yang menderita Down Syndrome adalah adanya
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak (Olds, London, & Ladewing,
1996). Penderita sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol
berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang
datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali
mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).
Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas
jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki
melebar. Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
Kelainan kromosom ini juga bisa menyebakan gangguan atau bahkan kerusakan pada
sistim organ yang lain. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart
Disease. Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan
cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esophagus
(esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia). Apabila anak sudah mengalami
sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah.
1. Defek jantung (mis. Defek septum atrium atau ventrikel, tetralogi fallot)-40% pasien.
4. Defek visual – kesalahan refraktif (70%), strabismus (50 %) nistagmus (35%), katarak
(3%).
5. Defek pendengaran (60%-90% pasien) – penurunan pendengaran konduktif ringan
sampai sedang,infeksi telingah tengah kronid, pembesaran adenoid, apnea tidur.
6. Hipotonia bayi.
7. Atlanto- oksipital dan subluksasio atlanto – aksial (dislokasi medulla spinalis atas yang
disebabkan oleh kelemahan sendi) – 15% pasien.
D. KOMPLIKASI
1) Sakit jantung berlubang (mis: Defek septum atrium atau ventrikel, tetralogi fallot)
3) Kurang pendengaran
6) Retardasi mental
7) Leukemia
E. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk
mengatasi kelainan ini. Dengan demikian penatalaksanaan dioptimalkan untuk
meminimalkan dampak yang dapat terjadi pada penderita serta memberikan dukungan
yang dapat memungkinkan penderita dapat tumbuh dan berkembang serta mampu
bersosialisasi dengan baik. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga
dapat mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan
fisiknya mengingat tonus otot-oot yang lemah. Dengan demikian penderita harus
mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam
menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran
perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada
penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar
penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi,
sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi
yang adekuat.
Pemeriksaan diagnostik
Diagnosa down syndrome dapat ditegakan ketika masih berada dalam kandungan dan
tes pentaringan biasanya di lakukan pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun.kadar
alfa-fetoprotein yang rendahdi dalam darah ibu menunjukkan resiko tinggi
terjadinyadown syndrome pada janin yang dikandungnya. Dengan pemeriksaan USG bisa
diketahui adanya kelainan fisik pada janin. Diagnosa ditegakkan berdasarkan diagnosa
dan pemeriksaan fisik. Dengan stetoskop akan terdengar murmur (bunyi jantung
tambahan)
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang
dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
b. Pemeriksaan kromosom
c. Ultrasonograpgy
d. ECG, Echocardiogram
F. PENCEGAHAN