Anda di halaman 1dari 10

Penatalaksanaan Mual Muntah Pascabedah

di Layanan Kesehatan Primer

A. ABSTRAK JURNAL
Mual muntah pascabedah masih menjadi masalah baik bagi dokter anestesi maupun
bagi dokter umum yang bertugas di ruang rawat inap dan ruang gawat darurat.
Pemahaman yang baik tentang patofisiologi dan pendekatan multimodal membuat tata
laksana mual muntah pascabedah menjadi lebih baik dan cepat.

B. RINGKASAN JURNAL
Di Indonesia, angka mual muntah pascabedah belum tercatat jelas. Angka
kejadiaN mual muntah pascabedah pasien yang menjalani pembedahan laparatomi
ginekologi sekitar 31,25%. Pada pasien yang menjalani pembedahan mastektomi
angka kejadian mual muntah pascabedahnya sekitar 31,4%. Mengingat tingginya
angka kejadian mual muntah pascabedah ini, dokter umum yang bertugas di garda
terdepan pelayanan kesehatan akan sering menemukan masalah ini, baik saat bertugas
di ruang rawat inap maupun di ruang gawat darurat (biasanya karena readmisi
pascabedah rawat jalan). Pemahaman yang baik akan pengelolaan mual muntah
pascabedah akan meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Refl eks muntah terjadi akibat koordinasi banyak jalur sensorik dan reseptor di
perifer dan di sistem saraf pusat. Impuls sensorik disampaikan oleh saraf aferen
menuju pusat muntah (Central Vomiting Center, CVC). Di CVC, impuls tersebut
diintegrasikan dan dihantarkan ke jalur motorik dan autonom untuk mencetuskan rasa
mual, retching, ataupun muntah.
Mual (nausea) adalah suatu perasaan yang tidak nyaman di daerah epigastrik.
Kejadian ini biasanya disertai dengan menurunnya tonus otot lambung, kontraksi,
sekresi, meningkatnya aliran darah ke mukosa intestinal, hipersalivasi, keringaT
dingin, detak jantung meningkat dan perubahan ritme pernapasan. Refl uks
duodenogastrik dapat terjadi selama periode nausea yang disertai peristaltik retrograd
dari duodenum ke arah antrum lambung atau terjadi kontraksi secara bersamaan pada
antrum dan duodenum.
Muntah didefi nisikan sebagai keluarnya isi lambung melalui mulut. Hal ini
dapat terjadi sebagai refl eks protektif untuk mengeluarkan bahan toksik dari dalam
tubuh atau untuk mengurangi tekanan dalam organ intestinal yang bagian distalnya
mengalami obstruksi. Kejadian ini biasanya didahului nausea dan retching.Pada
sistem saraf pusat, terdapat tiga struktur yang dianggap sebagai pusat koordinasi refl
eks muntah, yaitu chemoreceptor trigger zone (CTZ), pusat muntah, dan nukleus
traktus solitarius. Ketiga struktur tersebut terletak pada daerah batang otak.
Saat ini, sebagian besar terapi mual muntah pascabedah menggunakan obat-
obat antiemetik, tetapi obat-obat ini tidak bebas efek samping dan interaksi obat.
Pernah dilaporkan kasus gejala ekstrapiramidal pada pasien yang mendapat
ondansetron dan metoklopramid. Metoklopramid sudah diketahui dapat menyebabkan
gejala ekstrapiramidal dengan angka kejadian 0,2%.
Ondansetron juga tidak dapat disingkirkan sebagai penyebab karena ada
beberapa laporan gejala ekstrapiramidal pada pasienpasien yang mendapat
ondansetron.Penelitian meta-analisis terhadap penggunaan antiemetik sebagai profi
laksis mual muntah pascabedah payudara mendapatkan bahwa antagonis reseptor 5-
HT lebih superior dibandingkan obat-obat antiemetik lain.Penelitian lain
mendapatkan bahwa deksametason 8 mg sebagai profi laksis menurunkan angka
kejadian mual muntah pasien pascabedah mastektomi.

C. KEKUATAN
Jurnal ini lebih menekankan pembahasanya ke lebih ke teori mengenai mual muntah
dan penggunaan obat-obatanya.

D. KELEMAHAN
Jurnal ini tidak membahas ke metode penelitian, jumlah sample yang digunakan, serta
tujuan di lakukanya penelitian ini, jadi jurnal ini tidakla sempurna.

E. KESEMPATAN
Jurnal ini mempunyai kesempatan untuk bisa di buat lebih spesifik lagi ke rencana
asuhan keperawatan pada pasien mual muntah tersebut.
F. ANCAMAN
Jurnal ini memiliki banyak kelemahan seperti dari tujuan penelitian yang tidak
spesifik sampai penggunaan metode penelitian yang tidak di lakukan. Ini bisa menjadi
ancaman tersendiri karena keakuratanya belum bisa di tegakkan.

PENGARUH AROMATERAPI PEPPERMINT TERHADAP PENURUNAN


MUAL MUNTAH AKUT PADA PASIEN YANG MENJALANI
KEMOTERAPI DI SMC RS TELOGOREJO

A. ABSTRAK JURNAL
Ada beberapa cara pengobatan kanker, salah satunya adalah kemoterapi.
Efek samping dari kemoterapi adalah mual muntah. Selain terapi farmakologi,
terapi komplementer yaitu aromaterapi juga bermanfaat dalam menurunkan
mual muntah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
aromaterapi peppermint terhadap penurunan mual muntah pada pasien yang
menjalani kemoterapi di Semarang Medical Center (SMC) Rumah Sakit
Telogorejo. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian pra-
eksperimental dengan rancangan one group pre-post test design. Menggunakan
teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 15 responden. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan (80%) yang paling banyak
mengalami kanker dengan rentang usia 46-55 tahun (46,7%).

B. RINGKASAN JURNAL
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. BerdasarkaN
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/kanker
di Indonesia adalah 14 per 10.000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang.
Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan
kanker leher rahim, sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru dan kanker
kolorektal (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Ada beberapa cara untuk mengendalikan pertumbuhan sel kanker antara
lain kemoterapi, radiasi, dan pembedahan. Kemoterapi adalah pemberian obat
untuk membunuh sel kanker. Tidak seperti radiasi atau operasi yang bersifat
lokal, kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar ke
seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau
metastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007).
Obat-obat kemoterapi mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek
samping yang merugikan. Setiap efek samping bervariasi keparahannya sesuai
dengan respon individual pasien terhadap terapi obat. Efek samping yangpaling
sering adalah mielosupresi, mual dan muntah (Otto, 2003).
Mual muntah disebut juga nausea dan vomitus. Nausea menunjukkan perasaan
mual atau ingin muntah yang iminens dan biasanya beralih ke tenggorok atau
epigastrium sedangkan vomitusatau emesis mengacu pada pergerakan isi
lambung yang kuat melalui mulut (Harrison, 2003). Mual dan muntah adalah
efek samping dari obat sitotoksik yang paling membuat pasien kemoterapi
merasa tidak nyaman. Bagi pasien yang sedang rawat jalan, mual dan muntah
sangat mengganggu kegiatan sehari-hari. Mual muntah akut berlangsung dalam
24 jam pertama setelah pemberian kemoterapi, 1 sampai 2 jam pertama.
Diawali oleh stimulus primer dan reseptor dopamin dan serotonin pada
chemoreseptor trigger zone (CTZ), yang memicu muntah. Kejadian ini akan
berakhir dalam waktu 24 jam (Garrett et al, 2003).
Jika mual muntah tidak ditangani dengan baik, maka dapat terjadi dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit dan resiko terjadinya aspirasi pneumonia. Efek
mual muntah akan berdampak perubahan status fungsional pasien yang
menjalani kemoterapi (Melia, Putrayasa & Azis, 2010). Untuk mengatasi mual
muntah dari efek kemoterapi diberikan obat anti-emesis seperti
Ondansentron, Metoklopramida, dan Domperidon (Tjay & Rahardja, 2007).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pra-eksperimental
menggunakan rancangan one group pre-post test design yaitu mengungkapkan
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.
Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian
diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2013).

C. KEKUATAN
Dalam jurnal ini peneliti tidak hanya berfokus pada teori yang mana ini akan
memperkuat keakuratan jurnal ini dibanding jurnal lain.
D. KELEMAHAN
Pada jurnal ini peneliti melakukan metode penelitian itu dengan membandingkan
perempuan dan pria saja, seharusnya peneliti juga mengklompokkan pasien mual
muntah pada saat melakukan kemoterapi yang keberapa.

E. KESEMPATAN
Jurnal ini memiliki kesempatan menjadi asuhan keperawatan yang lebih bagus
lagi karena hasil penelitian dapat menjadi refrensi untuk penggunaan pepermint
pada pasien mual muntah.

F. ANCAMAN
Jurnal ini tidak memakai teori Virginia Handerson yang mana teorinya berisi
fungsi unik seorang perawat adalah membantu individu baik yang sehat maupun
yang sakit (menghadapi kematian yang damai). Sehingga jurnal ini bisa menjadi
ancaman atas perbedaan teori.

PENGARUH AROMATERAPI JAHE TERHADAP PENURUNAN MUAL


MUNTAH PADA PASIEN PASKA KEMOTERAPI
DI RS TELOGOREJO
A. ABSTRAK JURNAL
Efek samping kemoterapi salah satunya adalah mual muntah.
Penatalaksanaan untuk menghilangkan gejala dan tanda atau sindrom yang
diakibatkan oleh proses kemoterapi kanker diperlukan terapi suportif.
Aromaterapi merupakan salah satu penatalaksanaan nonfarmakologi untuk
mengurangi mual muntah.Aromaterapi jahe berpengaruh mengurangi mual dan
motion sickness.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi
jahe terhadap penurunan mual muntah pada pasien pasca kemoterapi. DesaiN
penelitian ini menggunakan pra-eksperimen dengan one group pretest-postest
design. Hasil penelitian menunjukkan sebelum pemberian aromaterapi jahe
pada pasien paska kemoterapi di RS Telogorejo Semarang sebagian besar
mual sedang sebanyak 28 (87,5%) responden sedangkan sesudah pemberian
aromaterapi jahe sebagian besar mual ringan sebanyak 28 (87,5%)
responden.
B. RINGKASAN NURNAL
Kondisi pasien kanker, dapat diperbaiki sehingga perlu dilakukan
pengelolaan yang cermat antara lain melalui pemberian pengobatan yang
adekuat. Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
melalui pembedahan, penyinaran atau radioterapi, imunoterapi dan kemoterapi
(Otto, 2005). Kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti menyebar
ke seluruh tubuh dan dapat mencapi sel kanker yang telah menyebar jauh
atau metastase ketempat lain (Rasjidi, 2007).
Pasien yang mendapatkan kemoterapi akan mengalami penurunan jumlah
sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Obat-obatan sitoktosin tidak
hanya bekerja secara khusus pada sel-sel kanker, namun juga pada sel normal
pada sumsum tulang, folikel-folikel rambut, lapisan usus, dan kandung kemih
akan terganggu (Linkoln & Wilensky, 2008). Dilaporkan sebanyak 80%
pasien yang mendapatkan kemoterapi mengalami mual muntah (Linkoln &
Wilensky, 2008).
Mual didefinisikan sebagai ungkapan subjektif berupa perasaan atau
sensasi yang tidak menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau
epigastrium yang disertai dengan pucat, kemerahan, takikardi, berkeringat,
saliva yang berlebihan, keringat panas dingin serta adanya kesadaran untuk
muntah (Garret, et al., 2005). Muntah adalah kontraksi dari otot abdomen
disertai dengan penurunan diafragma dan pembukaan kardia lambung yang
menghasilkan dorongan ekspulasi yang kuat dari isi lambung, deudenum,
atau menghasilkan dorongan ekspulasi yang kuat dari dari isi lambung,
deudenum, atau jejunum melalui mulut berupamuntahan seentara retching
melibtkan kontraksi spasmodic/hebat dari diafragma.
Aromaterapi merupakan metode terapi pelengkap nonfarmakologi bersifat
nonistruktif, noninvasif, murah, sederhana, efektif, dan tanpa efek samping
yang merugikan, mencegah dan mengurangi mual muntah (Price & Shirley,
2007). Aromaterapi jahe berpengaruh mengurangi mual dan motion sickness.
Hasil penelitian yang dilakukan Santi tahun 2013 menunjukkan bahwa
pemberian aromaterapi blended peppermint dan jahe memiliki efek untuk
mengurangi mual muntah pada 60-80% dari 41 wanita primigavida dan
multigravida. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh aromaterapi jahe
terhadap penurunan mual muntah pada ibu hamil trimester satu di puskesmas
Rangel kabupaten Tuban.

C. KEKUATAN
Kekuatan jurnal ini terletak pada pembahasanya dimana setiap hasil dari
penelitian itu di jelaskan peneliti di dalam jurnal ini secara ringkas dan mudah di
mengerti.

D. KELEMAHAN
Pada jurnal ini menggunakan konsep teori, dan menggabungkan antara metode
penelitian dengan pembahasan yang mana ini akan membuat bingung para
pembaca karena konsep teori yang terlalu panjang pada sebuah jurnal dan metode
penelitian yang seharusnya tidak di gabung dengan pembahasan hasil penelitian.

E. KESEMPATAN
Jurnal ini membandingkan pre test dan post test pada pasien mual muntah saat
menggunakan aromaterapi jahe ini, sehingga ini sangat bisa di jadikan asuhan
keperawatan .

F. ANCAMAN

EFEKTIVITAS KOMBINASI GINGER AROMATHERAPY D ENGAN


RELAKSASIAUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN
MUAL MUNTAH PASIEN KEMOTERAPI
DI SMC RS TELOGOREJO

A. ABSTRAK JURNAL
Kanker merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian apabila tidak
diobati dengan baik. Salah satu pengobatan kanker yaitu dengan kemoterapi,
kemoterapi mempunyai beberapa efek samping diantaranya yaitu mual
muntah. Upaya untuk mencegah serta mengurangi mual muntah pasien
kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian ginger aromatherapy dan
relaksasi autogenik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas
kombinasi pemberian ginger aromatherapy dengan relaksasi autogenik
terhadap penurunan mual muntah pasien kemoterapi di SMC RS Telogorejo
Semarang. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi
experimental dengan rancangan nonequivalent control group pre test and post
test design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 42 responden dengan
teknik pengambilan sampel acidental sampling.

B. RINGKASAN JURNAL
Kanker merupakan suatu penyakit dimana terjadi pembelahan sel diluar
kendali. Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang
jaringan di sekitarnya, dan mengalami pertumbuhan yang tidak teratur, liar,
serta sering kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusaknya (Corwin,
2009).
Kemoterapi adalah metode pengobatan kanker yang menggunakan obat-
obatan untuk membunuh sel kanker, obat anti kanker ini sasarannya untuk
menghentikan perkembangan selsel kanker dan menghancurkannya (Nurwijaya,
Andrijono, & Suheimi, 2010). Kemoterapi bersifat sistemik dan dapat
menjangkau sel-sel kanker yang mungkin sudah menjalar dan menyebar ke
bagian tubuh yang lain (Junaidi, 2014)
Kemoterapi mempunyai beberapa efek samping yaitu menurunkan sel darah
merah, Sakit mulut, hilangnya nafs umakan, rambut rontok, infeksi, dan mua
lmuntah (Nurwijaya, Andrijono, & Suheimi, 2010).Mual dan muntah
merupakan manifestasi yang sering terjadi pada efek samping kemoterapi
(Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Universitas Sriwijaya, 2008,
hlm.114).Dan tidak jarang pula bahwa muntah merupakan efek samping yang
tidak nyaman dari bat-obatan sitostatika (Tjay & Rahardja, 2007).
Mual muntah yang berkelanjutan dan tidak diatasidapatmenimbulkan
beberapa akibat yang tidak baik bagi tubuh.Menurut Manuaba (2007, ) akibat
yang ditimbulkan yaitu dehidrasi, berat badan menurun, gangguan mental dalam
bentuk delirium, nistagmus, selaini tudapat menimbulkan perubahan elektrolit
sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Berdasarkan akibat yang muncul dari
mual muntah perlu dilakukan penatalaksanaan agar mual muntah tersebut
dapat teratasi. Salah satu cara untuk mengatasi mual muntah karena efek
samping dari kemoterapi yaitu dengan pemberian obat antiemetik (Tjay
&Rahardja, 2007).
Fenomena yang peneliti temukan pada seorang pasien dengan kanker
bahwa selama menjalankan program kemoterapi di Rumah Sakit, pasien
mengeluhkan efek samping dari pengobatan kemoterapi, salah satunya adalah
mual muntah.
Melihat kondisi tersebut diperlukan suatu upaya lain untuk mengatasi
mual muntah yang dialami pasien. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi mual muntah pada pasien kemoterapi yaitu dengan pemberian
ginger aromatherapy.
Ginger aromatheraphy mempunyai kelebihan dalam mengatasi mual
muntah. Hal ini dikarenakan jahe mampu memblok serotonin yang
merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi,
sehingga timbul rasa mual, termasuk rasa mual akibat kemoterapi (Cidadapi,
2016).
Dari hasil riset yang dilakukan Enikmawati (2015) menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan aromaterapi jahe terhadap mual muntah akut akibat
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta.
Relaksasi autogenik mempunyai kelebihan tersendiri dalam mengatasi
mual muntah.Relaksasi autogenik dapatmenurunkan ketegangan pada
otot,termasuk otot-otot pada pencernaan dan mengurangi tekanan gejala pada
individu yang mengalami berbagai situasi (misalnya komplikasi dari
pengobatan medis) Hui et al., 2006; Kaushik et al., (2006 dalam Potter &
Perry, 2010).

C. KEKUATAN
Kekuatan jurnal ini terletak pada teori yang mebahas mengenai mual muntah
serta penggunaan terapi yang di gunakan

D. KELEMAHAN
E. KESEMPATAN
F. ANCAMAN
Dari hasil riset yang dilakukan Enikmawati (2015) menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan aromaterapi jahe terhadap mual muntah ini berbeda
dengan teori Mazlan, 2015 di dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
menghirup aromaterapi jahe merupakan terapi komplementer yang tidak
cukup meyakinkan untuk mengatasi mual muntah pada kemoterapi.

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI MEDITASI DAN BACK


MASSAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL
MUNTAH PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
YANG SEDANG MENJALANI KEMOTERAPI
DI SMC RS TELOGOREJO

Anda mungkin juga menyukai