Anda di halaman 1dari 48

“Asuhan Keperawatan Agregat Wanita”

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II
Dosen Pengampu : Vitaria Wahyu A, S.Kep.,Ns, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Adellia Irma Pratiwi (01.2.17.00590)
2. Agnesia Martha Filipus ( 01.2.17.00591)
3. Alif Lusy Wulandari (01.2.17.00592)
4. Anastasia Dewi Aprila (01.2.17.00593)
5. Ardaninggar KRNAW (01.2.17.00594)
6. David Chriswinata (01.2.17.00595)
7. Dela Hana Hanima (01.2.17.00596)
8. Devi Sintia Dewi (01.2.17.00597)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS.BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN STRATA I
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Agregat Wanita”.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 14 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH .......................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 2
1.3 TUJUAN MASALAH .............................................................................. 2
1.4 PENULISAN PENULISAN ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS ......................................... 2
2.2 USIA DEWASA DENGAN RESIKO ....................................................... 8
2.3 PENGERTIAN WANITA DEWASA ....................................................... 8
2.4 PERKEMBANGAN PADA USIA DEWASA .......................................... 11
2.5 PENYAKIT TIDAK MENULAR.............................................................. 16
2.6 KONSEP KANKER PAYUDARA............................................................ 18
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................... 32
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 42
3.2 SARAN ...................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan (menurut CHN). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan
kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep
Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan profesional
terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker
di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker
lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di
Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring.
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita.
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker
payudara merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita
yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat
kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki
payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi
berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ paling penting
bagi wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan
(kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan
gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan
mempunyai efek estetika dan psikologis khusus.

4
1.2 Rumusan masalah
1. Definisi keperawatan komunitas
2. Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas
3. Pengertian usia dewasa
4. Pengertian wanita dewasa
5. Ciri-ciri umum dewasa
6. Pengertian wanita dewasa
7. Perkembangan pada usia dewasa
8. Definisi penyakit tidak menular
9. Konsep kanker payudara
10. Asuhan keperawatan

1.3 Tujuan masalah


Untuk mengetahui masalah keperawatan pada wanita dewasa di keperawatan
komunitas

1.4 Manfaat penulisan


Diharapkan mahasiswa keperawatan mampu mengerti dan memahami tentang
konsep asuhan keperawatan kesehatan wanita dewasa dalam keperawatan
komunitas

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keperawatan Komunitas
2.1.1 Definisi
Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan (menurut CHN). Di Indonesia dikenal
dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang
dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai
institusi pelayanan kesehatan profesional terdepan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.

2.1.2 Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada

6
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri
dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu
fokus pelayanan keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan
didalam kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga tersebut.
3. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh
adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki
identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan
kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan
peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang
berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.
Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

7
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air,
udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah
mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia
yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor
tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya
dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang
sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada
individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai
masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan dalam bentuk
pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif yang
ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada
lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status
kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik,
psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

2.1.3 Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang
tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat
yaitu

8
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil
d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan
pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu
2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan
sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan
pada keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh
program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau
keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB
kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK),
keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga
dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau
keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

9
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah.

2.1.4 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya
pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
maupun resosialitatif.
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi
dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat
melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui
posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A,
iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan
menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang
sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit
dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau
rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan
buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir.
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat
dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu
seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik
pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan
fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll.

10
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita
ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat
seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

2.2 Usia Dewasa sebagai Kelompok Resiko


Masa dewasa awal dan tengah adalah periode yang penuh tantangan,
penghargaan dan krisis. Tantangan ini meliputi tuntunan kerja dan membentuk
keluarga, meskipun orang dewasa juga dapat diberi penghargaan karena
kesuksesan karier mereka dan kehidupan pribadi mereka. Orang dewasa juga
menghadapi krisis seperti merawat orang tua mereka yang telah lanjut usia.
Kemungkinan kehilangan pekerjaan dengan berubah lingkungan ekonomi dan
menghadapi kebutuhan perkembangan mereka sendiri seperti juga kebutuhan
anggota keluarga mereka.
Peran orang dewasa (usia produktif) di masyarakat menjadi sangat urgent
sesuai dengan tugas perkembangan yang menunjukkan bahwa mereka memiliki
pengaruh yang besar pada taraf kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya.
Jumlah yang mendominasi di masyarakat juga menjadi sebuah alas an yang tepat
untuk menjadikan kelompok khusus usia produktif mendapatkan perhatian lebih
dalam asuhan keperawatan di komunitas.

2.3 Pengertian Wanita Dewasa


2.3.1 Pengertian Wanita
Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan
perempuan dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil
dengan sebutan ibu. Untuk perempuan yang belum menikah atau berada
antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga dengan anak gadis.

2.3.2 Pengertian Dewasa


Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti
tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang
yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima
kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya

11
(Elizabeth Hurlock, Developmental Psychology, 1991). Dewasa awal
adalah masa peralihan dari masa remaja. Hurlock (1986) mengatakan
bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40
tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal ialah mereka
yang berusia 20-40 tahun.
Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik
secara fisik, transisi secara intelektual serta transisi peran sosial.
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan
sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya
pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini,
penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Dewasa awal
merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin
hubungansecara intim dengan lawan jemisya. Hurlock (1986)
mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu
initinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian
diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang
diperolehnya.
2.3.3 Ciri-ciri Umum Masa Dewasa Awal
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-
pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa
dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja, sehingga ciri-ciri
masa dewasa awal tidak jauh berbeda dengan masa remaja. Ciri-ciri
masa dewasa awal menurut Hurlock :
1) Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif.
Masa dewasa awal adalah masa usia reproduktif. Masa ini
ditandai dengan membentuk rumah tangga. Pada masa ini
khususnya wanita, sebelum usia 30 tahun, merupakan masa
reproduksi, dimana seorang wanita siap menerima tanggung
jawab sebagai seorang ibu. Pada masa ini, alat-alat reproduksi
manusia telah mencapai kematangannya dan sudah siap untuk
melakukan reproduksi.

12
2) Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah.
Setiap masa dalam kehidupan manusia, pasti mengalami
perubahan, sehingga seseorang harus melakukan penyesuaian diri
kembali terhadap diri maupun lingkungannya. Demikian pula pada
masa dewasa awal ini, seseorang harus banyak melakukan kegiatan
penyesuaian diri dengan kehidupan perkawinan, peran sebagai
orang tua dan sebagai warga negara yang sudah dianggap dewasa
secara hukum.

3) Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan


emosional.
Ketegangan emosional seringkali ditampakkan
dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran.
Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya
bergantung pada tercapainya penyesuaian terhadap persoalan-
persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu atau sejauh mana
sukses atau kegagalan yang dialami dalam penyelesaian persoalan.

4) Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan


perubahan nilai.
Ketergantungan disini mungkin ketergantungan kepada
orang tua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa atau
pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk
membiayai pendidikan mereka. Sedangkan masa perubahan nilai
masa dewasa awalterjadi karena beberapa alasan seperti ingin
diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial
dan ekonomi orang dewasa

2.3.4 Pengertian Wanita Dewasa


Secara etimologis (istilah) fiqih seorang wanita dianggap dewasa
apabila sudah memasuki masa haid, biasanya saat usia 13 – 14 tahun.

13
Setelah memasuki masa inilah berlaku kewajiban dan larangan agama
seperti kewajiban salat lima waktu dan larangan bergaul dengan pria yang
bukan muhrim.
Menurut hukum negara, wanita baru dianggap dewasa saat berusia
17 tahun saat di mana dia mulai memiliki hak dan kewajiban sebagai
warga negara penuh seperti hak untuk mengenyam pendidikan,
berpartisipasi dalam pemilu, hak untuk menikah, memiliki KTP atau SIM
serta kewajiban untuk menaati peraturan pemerintah yang berlaku.
Dewasa dalam pengertian di atas adalah definisi dewasa yang
formal yang terkait dengan hukum tertentu baik hukum islam maupun
hukum negara.
Sedangkan dewasa dalam tinjauan umum, termasuk dalam tinjauan
psikologi, adalah sempurnanya pertumbuhan fisik dan mental seseorang.
Pertumbuhan fisik yang normal mudah diketahui karena dapat dilihat oleh
pancaindra. Akan tetapi pertumbuhan mental yang sempurna dan matang
merupakan hal yang berbeda.

2.4 Perkembangan pada Usia Dewasa


Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti sebagai
berikut.
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat dan atau
mendalam/ meluas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (prinsip
progressif)
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi
organisme itu terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang
harmonis (prinsip sitematik).
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung
secara beraturan dan berurutan dan tidak secara kebetulan dan
meloncat-loncat (prinsip berkesinambungan).
Memerhatikan kompleksitas dari sifat perkembangan perilaku dan pribadi
individu itu maka untuk keperluan studi yang saksama, para ahli telah mencoba
mengembangkan model pentahapan (stages) mengenai proses perkembangan

14
tersebut sehingga memungkinkan pilihan fokus observasi pada aspek atau fase
tertentu, baik secara longitudinal maupun cross sectional. Beberapa contoh model
tersebut antara lain dikembangka oleh beberapa ahli sebagai berikut ini.

1. Aristoteles (384-233 SM)


Ia membagi masa perkembangan individu sampai menginjak dewasa dalam tiga
tahapan berdasarkan perubahan ciri fisik tertentu.

No Nama Tahapan Waktu Indikator

1 Masa kanak-kanak 0,0-7,0 Pergantian Gigi

2 Masa Anak Sekolah 7,0-14,0 Gejala pubertas

3 Masa remaja 14,0-21,0 Ciri-ciri primer dan


sekunder

2. Hurlock (1952)

No Nama Tahapan Waktu Indikator


1 Prenatal Conception-280 Days
2 Infancy 0-10 to 144 days Perubahan-perubahan
3 Babyhood 2 weeks-2 years psikofisis
4 Childhood 2 years- adolescence
5 Adolescence 13-21 years (girls)
14-21 years (boys)
6 Adulthood 21-25 years
7 Middle age 25-30 years
8 Old Age 30 years-death
Ia membagi fase-fase perkembangan inndividu secara lengkap secara berikut ini.

3. Piaget (1961)

Dengan mengobservasi aspek perkembangan intelektual, Piaget mengembangkan


model pentahapan perkembangan individu sebagai berikut ini.

15
No Tahapan Waktu
1 Sensorimotor 0-2 years
2 Preoperational 2-7 years
a. Preconceptual 2-4 years
b. Intutive 4-7 years
3 Concrete operations 7-11 years
4 Formal operations 11.15 years

4. Witherington (1952)

Ia mengobservasi penonjolan aspek perkembangan psikofisik yang selaras


dengan jenjang praktik pendidikan, ia membagi tahapan perkembangan yang
lamanya masing-masing tiga tahun sampai menjelang dewasa.

No Tahapan Indikator

1 0,0-3,0 Perkembangan fisik yang pesat

2 3,0-6,0 Perkembangan mental yang pesat

3 6,0-9,0 Perkembangan sosial yang pesat

4 9,0-12,0 Perkembangan sikap individualistis

5 12,0-15,0 Awal penyessuaian sosial

6 15,0-18,0 Awal pilihan kecenderungan pola hidup yang akan


diikuti sampai dewasa

5. Penjelasan Teori Hurlock

16
Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang
dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam Developmental
Psycology to day(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam
Developmental Psycology(1980) tampak sudah lengkap mencakup
sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia
yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian
periodisasinya.Berikut periodisasi berdasarkan didaktis menurut
Elizabeth B. Hurlock:

1. Masa sebelum lahir (pranatal): 9 bulan


2. Masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu

3. Masa bayi (babyhood): 2 minggu- 2 th

4. Masa kanak-kanak awal (early childhood):2-6 th

5. Masa kanak-kanak akhir (later chilhood): 6-12 th

6. Masa puber (puberty) 11/12 – 15/16 th

7. Masa remaja ( adolesence) : 15/16 – 21 th

8. Masa dewasa awal (early adulthood) : 21-40 th

9. Masa dewasa madya(middle adulthood): 40-60 th

10. Masa usia lanjut (later adulthood) : 60-…..

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi


periode/fase perkembangan manusia yang paling luas digunakan: 

–  Periode prakelahiran (prenatal period), ialah saat dari pembuahan


hingga kelahiran. Periodeini merupakan masa pertumbuhan yang luar
biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna
dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira-kira dalam
periode 9 bulan.

17
–  Masa bayi (infacy), ialah periode perkembangan yang merentang dari
kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat
bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi
hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi
sensorimotor, dan belajar sosial.

–  Masa awal anak-anak (early chidhood), yaitu periode pekembangan


yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun,
periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa
ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka
sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti
perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam
untuk bermain dengan teman-teman sebaya. Jika telah memasuki kelas
satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak-
anak.

–  Masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood),


ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira-kira enam
hingga sebelas tahun, yang kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah
dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun-tahun sekolah dasar.
Keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan
berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan
dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang
lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

–  Masa remaja (adolescence), ialah suatu periode transisi dari masa


awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia
kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22
tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk
tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah
dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat

18
menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan
semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

–  Masa awal dewasa (early adulthood), ialah periode perkembangan


yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan
tahun dan yang berakhir pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa
pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan
karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup
dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak
anak.

–  Masa pertengahan dewasa (middle adulthood), ialah periode


perkembangan yang bermula pada usia kira-kira 35 hingga 45 tahun
dan merentang hingga usia enam puluhan tahun. Ini adalah masa untuk
memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti
membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten,
dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.

–  Masa akhir dewasa (late adulthood), ialah periode perkembangan


yang bermula pada usia enam puluhan atau tujuh puluh tahun dan
berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas
berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya,
pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.
6. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (21-40)
 Memilih pasangan.
 Belajar hidup dengan pasangan.
 Memulai suatu kehidupan berkeluarga.
 Memelihara anak.
 Mengelola rumah tangga.
 Memulai bekerja.
 Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
 Menemukan suatu kelompok yang serasi.

19
2.5 Penyakit Tidak Menular

2.5.1 Definisi
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan
dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia
kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje &
Samodra 2013). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit
kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang
panjang dan pada umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013).
Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
mengatakan bahwa yang tergolong kedalam PTM antara lain adalah; Penyakit
kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan
stroke), diabetes mellitus serta kanker.

2.5.2 Prevalensi Penyakit Tidak Menular


Menurut data WHO, PTM merupakan penyebab kematian utama di dunia di
bandingkan penyebab lainnya. Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di
Negara-Negara berpenghasilan bawah - menengah (WHO, 2010). Penyakit Tidak
Menular (PTM) di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2030. Sifatnya yang kronis dan menyerang usia
produktif, menyebabkan permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan
saja, akan tetapi mempengaruhi ketahanan ekonomi Nasional jika tidak
dikendalikan secara tepat, benar dan kontinyu.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa penyakit
tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari
orang ke orang. Data PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1) asma; (2)
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK); (3) kanker; (4) DM; (5) hipertiroid; (6)
hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal
kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi / rematik.

Selain penyakit kanker, penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan


kematian tertinggi di dunia adalah penyakit kardiovaskuler. Tingginya angka
mortalitas tersebut disebabkan oleh faktor risiko utama, yaitu peningkatan tekanan
darah. Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan risiko terkena

20
stroke dan penyakit jantung coroner (WHO, 2011). Tekanan darah tinggi atau
hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang > 140/90 mmHg
(Essop & Naidoo, 2009). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan
menjadi 2, yaitu: hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer / esensial
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan telah mendominasi
95% kasus-kasus hipertensi. Sementara itu, hipertensi sekunder (5%) adalah
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit parenkim ginjal,
penyakit renovaskuler, endokrin, sindrom Cushing, dan hipertensi gestasional
(Gray, 2002).

Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control 2011,


PTM meningkatkan 36 juta kematian di dunia antara lain: penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskular) 48%(17,3 juta), kanker 21%(7,5 juta),
penyakit saluran pernapasan kronis 12% (4,3 juta),dan penyakit diabetes melitus
3% (1 juta). Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di negara -
negara berpenghasilan rendah dan sedang sekitar 17 juta kematian akibat
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh
darah perifer), 3 juta diantaranya terjadi pada usia dibawah 60 tahun. WHO pada
tahun 2006-2008 diperkirakan sebanyak 5,4 juta orang di dunia meninggal akibat
rokok. Ada kecenderungan prevalensi perokok ini selalu meningkat dari waktu
ke waktu. Global Adult Tembacco Survey (GATS) tahun 2011 menemukan di
Indonesia terdapat perokok laki -laki (67%), perokok perempuan (2,7%).

2.6 Konsep Kanker Payudara


2.6.1 Anatomi Payudara
Kata payudara berasal dari bahasa Sansekerta payau yang artinya air
dan dara yang artinya perempuan. Dalam bahasa Latin, payudara disebut
glandhula mammae. Salah satu fungsi payudara adalah untuk menyusui.
(Suryaningsih & Sukaca, 2009).
Kelenjar mama atau payudara adalah perlengkapan pada organ
reproduksi perempuan yang mengeluarkan air susu. Payudara terletak di

21
dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan aksila dan
melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau iga
ketujuh. Berat dan ukuran payudara berlain-lainan, pada masa pubertas
membesar, dan bertambah besar selama hamil dan sesudah melahirkan,
dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang
terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari
daerah yang berwarna cokelat yang disebut areola. Dekat dasar puting
terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar Montgomery, yang
mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Puting berlubang-
lubang 15-20 buah, yang merupakan saluran dari kelenjar susu.
Payudara terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan aleolar,
tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan
jaringan lemak. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok aleolus yang
bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluaran air susu) yang bergabung
dengan duktus-duktus lainnya untuk membentuk saluran yang lebih
besar dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini
mendekat puting, membesar untuk membentuk wadah penampungan air
susu, yang disebut sinus laktiferus, kemudian saluran itu menyempit lagi
dan menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.
Sejumlah besar lemak ada di dalam jaringan pada permukaan
payudara, dan juga di antara lobulus. Saluran limfe banyak dijumpai.
Saluran limfe mulai sebagai pleksus halus dalam ruang interlobuler
jaringan kelenjar, bergabung dan membentuk saluran lebih besar, yang
berjalan ke arah kelompok pektoral kelenjar aksiler, yaitu kelenjar
mammae bagian dalam dan kelenjar supraklaikuler. Persediaan darah
diambil dari cabang arteria aksilaris, interkostalis, dan mama interna, dan
pelayanan persarafan dari saraf-saraf kutan dada. (Pearce, 2011).

22
Gambar 2.1 Anatomi Payudara

2.6.2 Fisiologi Payudara


Organ payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang
fungsi utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi yang dimulai pada
minggu keenam belas. Sesudah bayi lahir, dari payudara akan keluar
sekret yang berupa cairan bening yang disebut kolostrum yang kaya
protein, dan dikeluarkan selama 2-3 hari pertama; kemudian air susu
mengalir lebih lancar dan menjadi air susu sempurna. Sebuah hormon dari
lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu prolaktin penting dalam
merangsang pembentukan air susu. (Pearce, 2011).

2.6.3 Definisi Cancer mammae


Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah
sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara.
Tumor ini dapat tumbuh dalam susu, jaringan lemak, maupun pada
jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca 2013).
Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit
payudara. (Romauli & indari, 2013).
Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol
lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas
pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan
mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel
seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi payudara, gen yang
bertanggung-jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi.

23
Kondisi itulah yang disebut cancer mammae. (Satmoko, 2012).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
cancer mammae adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan sel
yang tidak terkendali pada payudara, sehingga menyebabkan terjadinya
benjolan atau kanker yang ganas.

2.6.4 Faktor Resiko Cancer Mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Sukaca & Suryaningsih
(2009) terdapat beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya cancer mammae, diantaranya:
1. Gender
Perempuan memiliki risiko terkena cancer mammae lebih besar
dibanding pria. Perbandingannya seratus banding satu perempuan yang
terkena cancer mammae dibandingkan pria.
2. Pemakaian hormon
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan bermakna pada pengguna terapi Estrogen
Replacement. Suatu meta analisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko cancer mammae pada pengguna kontrasepsi oral,
perempuan yang menggunakan obat ini untuk mengalami kanker ini
sebelum menopause. Oleh sebab itu jika kita bisa menghindari adanya
penggunaan hormon ini secara berlebihan maka akan lebih aman.
3. Kegemukan (obesitas) setelah menopause
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah menopause
akan beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena cancer mammae
dibandingkan dengan perempuan yang berat badannya normal.

4. Radiasi payudara yang lebih dini


Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus
menjalani terapi radiasi di dada (termasuk payudara) akan memiliki
kenaikan risiko terkena cancer mammae. Semakin muda ketika menerima
pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena cancer mammae

24
di kemudian hari.
5. Riwayat cancer mammae
Seorang perempuan yang mengalami cancer mammae pada satu
payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita
kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara
yang sama. Tingkat risikonyo bisa tiga sampai empat kali lipat.
6. Riwayat keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota
keluarga inti yang terkena cancer mammae dan semakin mudah ada
anggota keluarga yang terkena kanker maka akan semakin besar penyakit
tersebut menurun.
7. Periode menstruasi
Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12 tahun)
atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause) setelah
usia 55 tahun mempunyai risiko terkena cancer mammae yang sedikit
lebih tinggi. Mereka yang mempunyai periode menstruasi yang lebih
sehingga lebih banyak hormon estrogen dan progesteron.
8. Umur atau usia
Sebagian besar perempuan penderita cancer mammae berusia 50
tahun ke atas. Resiko terkena cancer mammae meningkat seiring
bertambahnya usia.
9. Ras
Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih.
Kemungkinan terbesar karena makanan yangmereka makan banyak
mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok yang
tidak banyak mengandung lemak yang berlebih.
10. Perubahan payudara
Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara yang
dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang
perempuan memiliki peningkatan risiko cancer mammae.
11. Aktivitas fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa

25
aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan sekitar 30
menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen resiko cancer
mammae. Namun, pengurangan risiko terbesar adalah pada perempuan
dengan berat badan normal. Dampak aktivitas fisikk tidak ditemukan
pada perempuan dengan obesitas. Jika aktivitas fisik dikombinasikan
dengan diet dapat menurunkan berat badan sehingga menurunkan risiko
cancer mammae dan berbagai macam penyakit.
12. Konsumsi alkohol
Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena
cancer mammae karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga
hati bekerja lebih keras sehingga sulit memproses estrogen agar keluar
dari tubuh dan jumlahnya akan meningkat.
13. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko berkembangnya cancer
mammae, apalagi bagi perempuan yang memiliki riwayat keluarga yang
mengidap cancer mammae.
2.6.5 Manifestasi Klinis
Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak
terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat
terlihat pada tahap lanjut antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah, darah,
cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak hamil dan
menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara.
Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase (penyebaran)
luas, maka tanda dan gejala yang biasa muncul adalah:
1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
2) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.

26
3) Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk yang
sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paru- paru dengan
dinding dada sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam bernafas.
4) Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang.
5) Fungsi hati abnormal.
6) Jenis Cancer mammae

Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009); Santoso


(2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis cancer mammae
yang sering terjadi :
1) Ductul Carcinoma In Situ (DCIS)
DCIS merupakan tipe cancer mammae noninvasif yang sering terjadi.
DCIS terdeteksi pada mamogram sebagai microcalsifications
(tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). DCIS muncul dari ductal
epithelium dan masuk ke duktus.
2) Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)
LCIS merupakan kanker yang tidak menyebar. Pada LCIS, pertumbuhan
jumlah sel terlihat jelas dan berada di dalam kelenjar susu (lobulus).
3) Invasive (infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)
IDC terjadi di dalam saluran susu payudara lalu menjebol dinding
saluran dan menyerang jaringan lemak payudara. Bila dipalpasi akan
terasa benjolan yang keras. Biasanya terjadi metastasis ke nodus lympha
aksila.
4) Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)
ILC mulai terjadi di dalam lobulus (kelenjar) payudara, tetapi sering
mengalami metastase (penyebaran) ke bagian tubuh yang lain.

Berikut adalah beberapa jenis cancer mammae yang jarang terjadi :


a) Medullary Carcinoma
Medullary carcinoma ialah jenis cancer mammae inasif yang
membentuk satu batas yang tidak lazim antara jaringan tumor dan
jaringan normal.

27
b) Mucinous Carcinoma
Mucinous Carcinoma terbentuk oleh sel kanker yang memiliki
mukus (lendir) dan biasanya mucul bersama tipe kanker lainnya.
Pertumbuhannya lambat, namun lama-lama dapat meluas.
c) Tubular Carcinoma
Tubular carcinoma adalah tipe khusus dari cancer mammae invasif.
d) Inflammatory Breast Cancer (IBC)
Inflammatory breast cancer ialah kondisi payudara yang terlihat
meradang (merah dan hangat) dengan cekungan dan pinggiran tebal
yang disebabkan oleh sel kanker yang menyumbat pembuluh limfe
kulit pembungkus payudara. Pertumbuhannya cepat.
e) Paget’s Disease of The Nipple
Paget’s disease of the nipple ialah jenis cancer mammae yang berawal
dari saluran susu, lalu menyebar ke areola dan puting payudara. Gejala
yang tampak seperti kulit payudara akan pecah-pecah, memerah, timbul
borok, dan mengeluarkan cairan.
f) Phylloides Tumor
Phylloides tumor ialah jenis kanker yang dapat bersifat jinak ataupun
ganas dan berkembang di dalam jaringan konektif payudara yang dapat
ditangani dengan operasi pengangkatan.

2.6.6 Stadium Cancer mammae

Stadium Keterangan
Cancer mammae non-invasif. Ada 2 tipe, yaitu DCIS
0 (ductal carcinoma in situ) dan LCIS (lobular carcinoma in situ).

Kanker invasif kecil, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan


I tidak menyerang kelenjar getah bening.
Kanker invasif, ukuran tumor 2-5 cm dan sudah
II menyerang kelenjar getah bening.

28
Kanker invasif besar, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan
III benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit, pecah,
berdarah,
Sel kankerdan bernanah.
sudah bermetastasis atau menyebar ke organ
IV lain, seperti paru-paru, hati, tulang, atau otak.

Dijelaskan lebih rinci tentang stadium cancer mammae, yaitu :


• Stadium 0
Disebut Ductal Carcinoma In Situ atau Noninvasive Cancer yaitu kanker
yang tidak menyebar keluar dari pembuluh/ saluran payudara dan kelenjar-
kelenjar (lobulus) susu pada payudara.
• Stadium 1
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada
pembuluh getah bening.
• Stadium IIA
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan
pada titik-titik saluran getah bening di ketiak.
• Stadium IIB
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm, telah
menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak, dan diameter tumor
lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
• Stadium IIIA
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar pada titik- titik
di pembuluh getah bening ketiak.
• Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara dapat didiagnosis
sebagai infalammatory breast cancer. Dapat juga sudah atau bisa juga belum
menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas,
tetapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
• Stadium IIIC
Seperti stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh

29
getah bening dalam group N3.
• Stadium IV
Ukuran tumor dapat berapa saja, tetapi telah menyebar pada lokasi yang
jauh, seperti tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.

2.6.7 Program Deteksi Cancer mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009)
terdapat beberapa proses deteksi cancer mammae, yaitu :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) : Cara pemeriksaan:
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat
keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat
kelainan atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara
tergantung ke bawah dan periksa lagi.
c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di
belakang kepala, dan sebuah bantal di bahu kiri. Rabalah payudara
kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan
pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa
keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari
tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih,
segeralah ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar
kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.

2. Thermografi Payudara

30
Thermografi payudara adalah suatu prosedur diagnosis yang
menggambarkan payudara sebagai langkah deteksi dini cancer
mammae. Prosesnya akan menghasilkan peningkatan suhu di dalam
payudara. Thermografi payudara dapat dilakukan dengan :
a) Kamera inframerah ultra sensitif (ultra-sensitive infrared cameras),
b) Komputer.

Cara penggunaan :
a. Pasien berdiri di depan kamera dengan melepas pakaian dari
pinggang ke atas.
b. Posisi berdiri tegak dengan mengangkat kedua telapak tangan di
belakang kepala.

Hasil dengan thermografi payudara :


a. Citra inframerah yang abnormal merupakan tanda penting adanya
resiko tinggi terjadinya cancer mammae.
b. Ketidaknormalan yang tetap tertangkap pada pemeriksaan thermografi
berikutnya menandakan risiko terkena cancer mammae di masa
mendatang 22 kali lipat lebih tinggi.
c. Ketika perempuan dengan ketidaknormalan tersebut menjalani
perawatan kesehatan payudara, maka tingkat bertahan hidupnya naik
sekitar 61 %.

3. Mamografi
Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan menggunakan sinar X
berkadar rendah. Tes dalam mamografi disebut mammogram. Cara
menggunakan mammogram :

Tahap 1
a. Pasien diminta menanggalkan pakaian dari pinggang ke atas dan
diganti pakaian rumah sakit.
b. Berdiri di depan mesin mamografi.

31
c. Penyinaran dilakukan satu per satu pada payudara dengan
meletakkannya di atas penjepit lembar film dari plastik atau metal.
d. Tekan payudara sedatar mungkin di antara penjepit film dan kotak
plastik yang disebut paddle, yang menekan payudara dari atas ke bawah.
e. Pancarkan sinar x beberapa detik.
Tahap 2
a. Berposisi di samping mesin mamografi.
b. Penjepit film akan dinaikkan sehingga sisinya persis dengan posisi luar
payudara, sedangkan sudutnya menyentuh ketiak.
c. Melakukan oblique position, yaitu menekan kembali paddle beberapa
detik saat sinar x dipancarkan. Prosedur ini akan diulang pada payudara
satunya.
d. Totalnya empat sinar x, dua untuk masing-masing payudara.

4. Ductography
Ductography merupakan bagian dari mamografi. Fungsi ductography adalah :
a. Memperlihatkan saluran air susu yang ada di dalam payudara.
b. Membantu dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan abnormal pada
putting.
Cara melakukan mamografi :
a. Membersihkan dan mensterilkan payudara dengan alkohol untuk
membersihkan sisa cairan yang kering dan menempel pada puting.
b. Pijat payudara untuk mendapatkan cairan.
c. Tempatkan satu jarum pada putting sementara pasien
memegang putting dengan telunjuk dan ibu jarinya.
d. Puting diarahkan ke bawah agar kanula dapat masuk saluran air susu
pasien.
e. Cairan radiopaque disuntikkan ke dalam payudara melalui suntikan
yang telah disambungkan dengan canula.
f. Payudara kemudian dicitrakan ke mamografi.
g. Tempelkan puting plester untuk menghindari keluarnya cairan ke
pakaian pasien.

32
5. Biopsi payudara

Biopsi payudara adalah sebuah tindakan untuk mengambil contoh jaringan


payudara dengan lensa mikroskop. Dengan begitu maka dapat diketahui adanya
sel cancer mammae yang bersarang.
Cara penggunaan biopsi payudara :
a. Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNA)
Alat : menggunakan jarum kecil
Cara : Jarum kecil dimasukkan dalam payudara. Dari ujung jarum tersebut,
contoh jaringan diambil untuk kemudian diperiksa.
b. Core Needle Biopsy
Alat : menggunakan jarum berbentuk khusus dan lebih besar.
Cara : Jarum dimasukkan hingga menembus kulit sampai kebenjolan.
c. Open biopsy
Alat : menggunakan jarum atau kabel khusus.
Cara : Mengiris kulit dan mengambil sebagian atau seluruh benjolan. Jika
tidak ada benjolan, jarum atau kabel khusus akan dimasukkan ke daerah yang
dicurigai saat mammogram sebelum pembedahan dilakukan. Gambar jarum atau
kabel tersebut akan membantu menentukan daerah benjolan dan menentukan
lokasi sayatan.

6. USG

USG merupakan kelanjutan pemeriksaan mamography atau uji klinis


payudara. USG sering digunakan untuk memerksa abnormalitas payudara.
Cara pemeriksaan :
a. Pasien berbaring pada tempat khusus.
b. Olesi payudara dengan gel.
c. Geser transduser pada payudara.
d. Bentuk dan intensitas pantulan bergantung pada kepadatan jaringan
payudara.

33
e. Jika sebuah kista, hampir seluruh gelombang suara akan melewati
kista serta menghasilkan pantulan yang lemah.
f. Jika tumor payudara, gelombang suara akan memantul dari benda padat
tersebut. Sehingga diterjemahkan komputer menjadi gambar yang
diindikasikan sebagai massa.
g. USG tidak menggunakan radiasi dan bebas rasa sakit.

2.6.8 Pencegahan Cancer Mammae

Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca , (2009)


terdapat beberapa cara mencegah cancer mammae, yaitu :
a. Strategi Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang
yang sehat untuk menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai resiko.
Pencegahan primer dapat berupa deteksi dini dan melakukan pola hidup sehat
untuk mencegah cancer mammae.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
cancer mammae. Pada setiap perempuan yang normal serta memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk cancer mammae. Pencegahan ini
dilakukan dengan melakukan deteksi dini berupa skrining melalui mammografi
yang memiliki akurasi 90% tetapi paparan yang terus-menerus dapat menjadi
risiko cancer mammae.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif menderita cancer
mammae. Dengan penanganan yang tepat dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup.

b. Terapkan pola hidup sehat


1. Menjaga berat badan ideal;

34
2. Pemberian ASI;
3. Konsumsi sayuran, buah, dan kacang-kacangan;
4. Mengurangi konsumsi makanan dan gula yang diproses;
5. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons per hari;
6. Menghindari gorengan serta makanan yang banyak
mengandung lemak;
7. Hindari makanan yang terkontaminasi jamur;
8. Menyimpan makanan yang cepat rusak dalam lemari es;
9. Mengurangi makanan yang diasap;
10. Metode memasak dengan suhu rendah;
11. Menghentikan konsumai alkohol;
12. Olahraga yang teratur;
13. Hindari merokok;
14. Menghindari stress.

c. Konsumsi makanan pencegah cancer


Terdapat beberapa jenis makanan yang diteliti ahli dapat mencegah
cancer mammae, yaitu tomat, alpukat, blueberry, kunyit, teh hijau, brokoli,
kembang kol, bawang putih, bayam, buah delima, rumput laut, sayuran,
gandum, ikan salmon dan tuna, yoghurt, olahan kedelai, dan jus jeruk.

d. Makanan Penderita Cancer Mammae


Makanan yang dianjurkan untuk penderita cancer mammae adalah
sayuran seperti wortel, lobak, pisang raja, belimbimg manis, seledri, kubis, apel,
bawang, susu kedelai, dan tempe.

2.7 Asuhan Keperawatan


2.7.1 Pengkajian
1) Data inti komunitas (core inti)
1. Demografi: jumlah kelompok dewasa, golongan umur,
pengalaman sebelumnya. Etnis terdiri dari suku bangsa dan ras.

35
2. Tipe keluarga: keluarga/ bukan keluarga, kelompok.
3. Status perkawinan: kawin, janda/duda, single.
4. Statistik vital: kelahiran, kematian kelompok usia dewasa dan
penyebab kematian.
5. Nilai-nilai keyakinan dan agama: nilai agama dan keyakinan
yang dianut oleh kelompok dewasa berkaitan dengan nilai dan
norma yang dianut.

2) Data Subsistem Komunitas


Delapan data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian
komunitas meliputi:
1. Lingkungan fisik
Dilihat di lingkungan kelompok usia dewasa, kebersihan
lingkungan kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara,
kualitas makanan, akses dan aktifitas kelompok dewasa dalam
pemenuhan kebutuhan. Data dapat dikumpulkan dengan
winshield survey dan observasi.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus kelompok dewasa
melalui puskesmas, pengobatan tradisional atau fasilitas
pelayanan kesehatan.
3. Ekonomi
Dilihat dari jumlah pendapatan keluarga, jenis pekerjaan
penanggungjawab, jumlah penghasilan dan pengeluarannya.
4. Transportasi dan keamanan
Dilihat dari jenis transportasi yang digunakan kelompok dewasa
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan adanya rasa aman
dan dukungan dari anggota keluarga untuk kelompok usia
dewasa.
5. Politik dan pemerintahan
Pemerintahan: kelompok pelayanan masyarakat seperti PKK,
tahlil, kumpulan bapak-bapak, dll. Terdapat kebijakan yang

36
mendukung optimalnya peran ibu dalam memberikan ASI.
Politik: kegiatan politik yang ada diwilayah tersebut dan peran
peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal: media komunikasi yang digunakan oleh
kelompok dewasa untuk memperoleh informasi pengetahuan
tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari tenaga
kesehatan.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/ diskusi yang dilakukan kelompok dewasa
dengan tenaga kesehatan, orang yang berpengalaman dan
lingkungan dalam masyarakat dalam menyelesaikan masalah
kelompok dewasa.
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap
dalam meningkatkan derajat kesehatan.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan oleh kelompok dewasa.

2.7.2 Diagnosa
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin
muncul pada pasien cancer mammae adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi.
e. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan hipermetabolisme ke jaringan.

2.7.3 Perencanaan

37
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang
mengidentifikasi masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan
intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah/
kebutuhan pasien. (Doenges, Moorhouse,& Burley, 2000).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges &
Moorhouse (1999); Wijaya & Putri (2013) menjelaskan bahwa
perencanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan cancer
mammae adalah :
a. Diagnosa 1 nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa
tumor
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang atau dapat mentolerir nyeri.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri.
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri).
4. Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi Rasional

38
1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Informasi memberikan data
secara komprehensif, termasuk dasar untuk mengevaluasi
lokasi, karakteristik, durasi, kebutuhan/ keefektifan intervensi.
frekuensi, maupun kualitas. 2. Memungkinkan pasien untuk
2. Berikan pengalihan seperti reposisi berpartisipasi secara aktif dan
dan aktivitas menyenangkan seperti meningkatkan rasa control.
mendengarkan music atau menonton 3. Evaluasi dilakukan setelah
TV. mengajarkan teknik pengalihan,
3. Evaluasi keefektifan control nyeri. sehingga mengetahui kebutuhan
4. Kolaborasi dalam pemberian klien.
analgetik. 4. Nyeri adalah komplikasi sering
dari kanker, meskipun respons
individual berbeda. Saat perubahan
penyakit/ pengobatan terjadi,
penilaian dosis dan pemberian akan
diperlukan.

b. Diagnosa 2 Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh


Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
cemas berkurang.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik
mengontrol cemas.
3. Vital sign dalam batas normal.
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.

39
Intervensi Rasional
1. Gunakan pendekatan yang 1. Pasien yang cemas
menenangkan. memerlukan teman dan
2. Jelaskan semua prosedur dan ketenangan dalam
apa yang dirasakan selama mengungkapkan kecemasannya.
prosedur. 2. Prosedur, dampak dan segala yang
3. Dorong pasien untuk berkaitan dengan terapi diberikan.
mengungkapkan perasaan, Hal ini membuat pasien tahu
ketakutan, persepsi. mengenai dampaknya, dan dapat
mengambil keputusan yang tepat.
3. Memberikan kesempatan untuk
memeriksa rasa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang diagnosis.

c. Diagnosa 3 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
pasien dapat mengetahui tentang penyakitnya. Kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/ tim kesehatan lainnya.

40
Intervensi Rasional
1. Berikan penilaian tentang 1. Memvalidasi tingkat
tingkat pengetahuan pasien pemahaman saat ini, dan memberikan
tentang proses penyakit dasar pengetahuan diamana pasien
yang spesifik. membuat keputusan berdasarkan
informasi.

2. Jelaskan patofisiologi dari 2. Informasi akurat dan


penyakit dan hubungannya mendetil dapat membantu
dengan anatomi fisiologi menghilangkan ansietas dan
dengan cara yang tepat. mebmbuat keputusan.

3. Diskusikan perubahan 3. Gaya hidup member pengaruh


gaya hidup yang mungkin yang penting dalam mencegah
diperlukan untuk komplikasi.
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang.

d. Diagnosa 4 Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan


pengangkatan bedah kulit/ jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam waktu
penyembuhan kulit meningkat.
Kriteria hasil :
1. Perfusi jaringan baik.
2. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjdinya cedera berulang.
3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawaatan alami.

41
Intervensi Rasional
1. Kaji balutan/ luka untuk 1. Penggunaan balutan
karakteristik drainase. tergantung luas pembedahan dan
Monitor jumlah edema, penutupan luka. Drainase terjadi ketika
kemerahan, dan nyeri pada trauma prosedur dan manipulasi
insisi dan lengan, serta banyak pembuluh darah dan limfatik
suhu. pada area tersebut. Pengenalan dini
2. Tempatkan pada posisi terjadi ketika infeksi dapat
semifowler. memampukan pengobatan dengan cepat.
3. Jangan melakuka 2. Membantu drainase cairan melalui
pengukuran TD, injeksi gravitasi.
obat, atau memasukkan IV 3. Meningkatkan potensial konstriksi
pada lengan ynag sakit. , infeksi, dan
4. Anjurkan untuk memakai limfedema pada posisi yang sakit.
pakaian yang tidak sempit/ 4. Menurunkan tekanan pada jaringan
ketat, perhiasan atau jam yang terkena, yang
tangan pada tangan yang dapat memperebaiki sirkulasi/
sakit. penyembuhan.

e. Diagnosa 5 Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan


mastektomi
Tujuan :

42
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam citra tubuh
kembali efektif.
Kriteria hasil :
1. Gambaran tubuh positif.
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
4. Mempertahankan interaksi sosial.
Intervensi Rasional

1. Kaji secara verbal dan non- 1. Dapat menyatakan


verbal respon klien terhadap bagaimana pandangan diri pasien
tubuhnya. pada perubahan.
2. Jelaskan tentang 2. Dapat menyatakan masalh penyakit
pengobatan, perawatan, sehingga membantu dalam mengambil
kemajuan dan prognosis keputusan.
penyakit. 3. Kehilangan bagian tubuh, menerima
3. Dorong klien kehilanga hasrat seksual sehingga pasien
mengungkapkna perasaannya membuat rencana untuk masa depan.
4. Fasilitasi kontak dengan 4. Memberikan tempat untuk pertukaran
individu lain dalam masalah dan perasaan dengan orang lain
kelompok keci. yang mengalami pengalaman yang sama
dan mengidentifikasi cara orang terdekat
dapat memudahkan penyembuhan
pasien.

f. Diagnosa 6 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan hipermetabolisme pada jaringan
Tujuan :

43
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 3 x 24 jam, diharapkan
nutrisi terpenuhi atau adekuat.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
2. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
3. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi Rasional

1. Pantau masukan makanan 1. Mengidentifikasi kekuatan/


seiap hari. defisiensi nutrisi.
2. Ukur tinggi badan, berat 2. Membantu dalam identifikasi malnutrisi
badan, dan ketebalan lipatan protein-kalori, khususnya bila berat
kulit trisep. badan dan hasil antropometrik kurang
3. Ciptakan suasana makan dari normal.
yang menyenangkan 3. Membuat waktu makan lebih
4. Dorong komunikasi terbuka menyenangkan, yang dapat
mengenai masalah meningkatkan masukan.
anoreksia. 4. Sering sebagai distress emosi,
5. Kolaborsi denga ahli gizi khususnya untuk orang terdekat yang
untuk menentukan jumlah menginginkan member makan pasien
kalori dan nutrisi yang dengan sering.
dibutuhkan pasien. 5. Memberikan rencana diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan individu dan
menurunkan masalah berkenaan dengan
malnutrisi protein/ kalori dan defisiensi
mikronutrien.

2.7.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana
rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang

44
telah ditentukan. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

2.7.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses
yang dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon
untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

45
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan.

Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan


perempuan dewasa. Secara etimologis (istilah) fiqih seorang wanita dianggap
dewasa apabila sudah memasuki masa haid, biasanya saat usia 13 – 14 tahun.

ada beberapa penyakit pada wanita diantaranya adalah penyakit tidak


menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan dunia dan
Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kesehatan
karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra 2013).
Penyakit lainnya adalah kanker payudara atau Cancer mammae disebut juga
dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh
dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam susu, jaringan lemak,
maupun pada jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca 2013), dan jika
dilihat dari gender, wanita lebih berisiko besar dibandingkan pria untuk
mengalami kanker payudara.Pencegahan kanker payudara didalam keperawatan
komunitas bisa dilakukan tiga tahapan yaitu, pencegahan primer, sekunder, dan
tersier

asuhan keperawatan dalam komunitas mengenai agregrat wanita bisa


dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengkajian
a. Data inti komunitas: demografi, tipe keluarga, status perkawinan, statistik
vital, nilai-nilai keyakinan dan agama

46
b. Data subsitem komunitas: lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan
sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan, rekreasi
2. Diagnosa
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien cancer mammae adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
c. dll
3. Intervensi
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang mengidentifikasi
masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi untuk
mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah/ kebutuhan pasien
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana
rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang
telah ditentukan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon
untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien.

3.2 Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap makalah ini dapat
berguna untuk pembaca lebih memahami tentang agregat wanita, dan terlebih
untuk calon tenaga kesehatan agar lebih memahami tentang asuhan keperawatan
komunitas pada agregat wanita, saran dan kritik sangat kami perlukan, untuk
penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

47
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/400620198/ASUHAN-KEPERAWATAN-
PADA-AGREGAT-WANITA-DEWASA-docx

https://kupdf.net/download/asuhan-keperawatan-pada-agregat-kesehatan-wanita-
dan-pria_5af2f979e2b6f5961d43ea0f_pdf

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

48

Anda mungkin juga menyukai