LAPORAN PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Untuk Mengetahui apa itu HHD (hipertensi heart disease), serta
penyebab ,Tanda dan gejala, dan patofisiologi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg. (Somantri, 2018). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan
diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan
diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik. (Paula, 2019).
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left
ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner,
dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan
darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2019).
Hipertensi heart disease ditegakan bila dideteksi adanya hypertrophy
pada ventrikel kiri sebagai akibat peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah periver dan ventrikel kiri. Fungsi ventrikel selama hipertensi
berhubungan erat dengan penyebab hypertrophy dan terjadinya
arterosklerosis koroner. Yang mempengaruhi hypertrophy ventrikel kiri
adalah lamanya peningkatan diastolic dan adanya factor genetik.
2. Etiologi
3. Klarifikasi
Fronlich membagi kelainan jantung akibat hipertensi menjadi empat
tingkatan yaitu;
1. Tingkat I : Besarnya jantung masih normal, belum terlihat kelainan
jantung pada pemeriksaan EKG maupun radiology.
2. Tingkat II : Tampak kelainan atrium kiri pada pemeriksaan EKG
dan adanya suara jantung ke-4 (atrial gallop) sebagai tanda adanya
hypertrophy ventrikel kiri.
3. Tingkat III : Tampak adanya hypertrophy ventrikel kiri pada
pemeriksaan EKG dan radiology.
4. Tingkat IV : Adanya kegagalan jantung kiri.
Adapun gejala Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya,
kebanyakn pasien tidak ada keluhan. Bila simtomatik maka biasanya
disebabkan oleh:
kiri lebih dini dan lebih spesifik. Indikassi ekokardiografi pada pasien
hipertensi adalah:
(PAPDI, 2006).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai
sumber data untuk engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan
klien. (Nursalam 2017 : 17). Wawancara, memberikan data yang perawat
dapatkan dari pasien dan orang terdekat lainnya melalui percakapan dan
pengamatan :
a. Identitas klien : Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, status marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, no.rekam medis, ruang dan alamat.
Identitas penanggung jawab : Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan
dengan klien dan alamat.
b. Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan
meliputi paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time
(PQRST).
2) Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran
penyakit sampai dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat
dan yang memperingan kualitas dari keluhan dan bagaimana klien
menggambarkan yang dirasakan.
3) Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami
klienyang berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti
riwayat penyakit kandung kemih (gagal jantung), penyakit sistemik
(DM), dan hipertensi.
4) Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada
riwayat penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang
menular/keturunan.
c. Pemeriksaan fisik.
1) Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital.
2) Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap
cahaya positif, bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
3) Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung
lembab, septum letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung,
pada palpasi sinus frontalis dan sinus maksilaris tidak terdapat nyeri
tekan, trakea ditengah, tidak terdapat retraksi dinding dada, frekuensi
nafas 24 x/menit, paru-paru resonan.
4) Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda
lembab, jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada
pembesaran, tonsil refleks menelan, bentuk abdomen, turgor, bising
usus 10 x/menit.
5) Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis,
peningkatan JVC, bunyi jantung, tekanan darah.
6) Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada
nyeri tekan.
7) Sistem persyarafan dikaji :
- sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
- Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai
kaki.
- Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan
rangsangan.
- Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
lemfe, dan menanyakan riwayat penyakit DM.
- Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna
kulit, kepala.
- Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
- Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya
hidup, dan pola interaksi melalui wawancara / menanyakan kepada
orang terdekat (keluarga).
- Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri,
immage, harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
- Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di
rumah sakit.
d. Pemeriksaan diagnostik
- Jadwal rutin pemantauan tekanan darah.
- Rontgen foto.
- Pemeriksaan hematologi.
- Pemeriksaan urinalisa.
- Elektrokardiografi (EJG).
- Pemeriksaan kimia darah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi
heart desease adalah;
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya
keluhan nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya
perubahan tingkat kesadaran, perubahan nadi, tensi.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokard, perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur
ventrikel kiri ditandai dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan
darah, bunyi jantung ekstra (S3, S4), nyeri dada, nadi perifer tak teraba,
ekstremitas dingin.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai
dengan adanya ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap
aktivitas abnormal, adanya perasaan tidak nyaman saat beraktivitas,
dispnoe, adanya tanda-tanda iskemik yang dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan EKG.
3. RENCANA TINDAKAN
N
Diagnosa NOC NIC Rasional
o
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Pertahankan tirah 1. Meminimalkan stimulasi dan
berhubungan dengan tindakan perawatan baring pada fase akut meningkatkan relaksasi.
iskemik jaringan diharapkanpasien 2. Lakukan tindakan 2. Tindakan yang menurunkan
ditandai dengan mampu melaporkan distraksi dan relaksasi, tekanan vascular dan memblok
adanya keluhan nyeri adanya pengurangan ciptakan lingkungan respon simpatis efektif
pada dada, wajah rasa nyeri/nyeri yang tenang mengurangi rasa sakit dan
meringis, gelisah terkontrol, pasien 3. Minimalkan aktivitas komplikasinya.
sampai adanya mampu vasokonstriksi yang 3. Aktivitas vasokonstriksi akan
perubahan tingkat mengungkapkan dapat meningkatkan meningkatkan tekanan vascular
kesadaran, perubahan metode pengurangan nyeri seperti batuk jantung.
nadi,tensi. nyeri, pasien panjang, membungkuk 4. Untuk menurunkan/ mengontrol
mengikuti theraphy dll. nyeri dengan mengontrol
farmakologi yang 4. Kolaborasi pemberian rangsangan system saraf
diberikan untuk analgesic simpatis.
mengurangi nyeri.
2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi dan 1. Biasanya terjadi takikardi
jantung berhubungan tindakan perawatan irama jantung. sebagai kompensasi penurunan
dengan perubahan diharapkan pasien 2. Catat bunyi jantung. kontraktilitas ventrikel.
kontraktilitas menunjukan tanda 3. Kaji kulit terhadap 2. Irama gallop umum dihasilkan
miokard, perubahan vital dalam batas pucat dan sianosis. dari ventrikel yang distensi.
irama dan frekuensi yang dapat diterima, 4. Kaji perubahan pada 3. Pucat menunjukan penurunan
jantung, peubahan bebas dari gejala sensori seperti letargi, perfusi akibat penurunan curah
struktur ventrikel kiri gagal jantung bingung, cemas, jantung.
ditandai dengan depresi. 4. Untuk mengetahui adekuatnya
takikardi, disritmia, 5. Berikan istirahat perfusi serebral terhadap
perubahan tekanan dengan lingkungan penurunan curah jantung.
darah, bunyi jantung yang tenang, Bantu 5. stress menghasilkan vaso
ekstra (S3, S4), nyeri pasien menghindari konstriksi yang meningkatkan
dada, nadi perifer tak stress. tekanan darah dan meningkatkan
teraba, ekstremitas 6. Kolaborasi pemberian frekuensi kerja jantung.
dingin oksigen dengan 6. Untuk meningkatkan kesediaan
kanul/masker sesuai oksigen untuk kebutuhan
indikasi. miokard dan jaringan serta
7. Kolaborasi pemberian melawan efek hipoksia.
vasodilator 7. Vasodilator digunakan untuk
meningkatkan curah jantung.
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Kaji respon pasien 1. Dengan mengetahui parameter
berhubungan dengan tindakan perawatan terhadap aktivitas, tersebut, akan membantu
kelelahan umum diharapkan pasien perhatikan adanya mengkaji respon fisiologis
ditandai dengan mampu perubahan tanda vital, terhadap stress aktivitas dan bila
adanya ungkapan berpartisipasi dalam dipsnoe, nyeri dada, muncul berarti terjadi kelebihan
verbal tentang aktivitas yang kelelahan yang tingkat aktivitas.
kelemahan, respon diinginkan, berlebihan. 2. Tehnik menghemat energi
tensi terhadap melaporkan 2. Intruksikan pasien mengurangi penggunaan energi
aktivitas abnormal, peningkatan tentang cara dan membantu keseimbangan
adanya perasaan toleransi terhadap penghematan energi antara suplai dan kebutuhan
tidak nyaman saat aktivitas yang dapat dan lakukan aktivitas oksigen.
beraktivitas, dispnoe, diukur. secara perlahan. 3. Aktivitas bertahap mencegah
adanya tanda-tanda 3. Dorong pasien untuk peningkatan kerja jantung secara
iskemik yang dapat melakukan aktivitas tiba-tiba, memberibantuan sesuai
dilihat dari hasil secara bertahap jika kebutuhan akan mendorong
pemeriksaan EKG dapat ditolerir, beri memandirikan pasien dalam
bantuan sesuai dengan beraktivitas.
kebutuhan.
4. Implementasi
A. Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg. (Somantri, 2018). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan
diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan
diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.
(Paula, 2019).
Fronlich membagi kelainan jantung akibat hipertensi menjadi empat
tingkatan yaitu;
1. Tingkat I : Besarnya jantung masih normal, belum terlihat kelainan
jantung pada pemeriksaan EKG maupun radiology.
2. Tingkat II : Tampak kelainan atrium kiri pada pemeriksaan EKG
dan adanya suara jantung ke-4 (atrial gallop) sebagai tanda adanya
hypertrophy ventrikel kiri.
3. Tingkat III : Tampak adanya hypertrophy ventrikel kiri pada
4. Tingkat IV : Adanya kegagalan jantung kiri.
B. saran
meningkatkan penulisan serta teori dengan harapan lebih baik dimasa yang
akan dating.
DAFTAR PUSTAKA