BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
1.1.2 Etiologi
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b) Kegemukan atau makan berlebihan.
c) Stress.
d) Merokok.
e) Minum alcohol.
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
3
1.1.3 Klasifikasi
Menurut Oman (2008), secara klinis derajat hipertensi dapat
dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The
Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High
Blood Pressure “ sebagai berikut :
1.1.5 Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi
ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap
tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang
menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan
diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-
adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-
aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi
pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab
hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio
antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir.
Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa
(penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat
sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi
5
PATHWAY
PENURUNAN CURAH
Hipertensi JANTUNG
sekunder
Saraf stroke,
ensephalitis, SGB Kurangnya suplai oksigen
Peningkatan ke jaringan
vaskuler serebral
Ginjal: glomurulonefritis,
piolenefritis, nekrosis Kelemahan umum
tubular akut, tumor NYERI
1.1.6 Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa
gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti
pada ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala,
mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi
essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut
: pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur,
sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran
hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti
gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian
hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus
hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah
raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat.
kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium
(komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk
kesehatan penderita hipertensi. (Paula, 2009)
Menurut Alsagaff (2008), dalam perjalannya penyakit ini termasuk
penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara
lain:
a. Stroke.
b. Gagal jantung.
c. Gagal Ginjal.
d. Gangguan pada Mata.
8
1.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam
dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan
pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang
dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik
dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam
strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
1) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
9
hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
2. Blood
Data senjang yang mungkin didapat pada sistem kardiovaskular
dengan hipertensi adalah:
a. Subjektif : - mengeluh lemas
b. Objektif : - teraba dingin
- Sianosis
- Pucat
- CRT <2 detik
- Akral dingin
- Tekanan darah < 140/90 mmHg (TD : 100-140/<85)
- Penurunan nadi perifer
- Turgor kulit lembab
- Keluar keringat (draphoresis)
- Penurunan tekanan vena sentral
- Edema
- Peningkatan CVP
- Distensi vena jugularis
3. Brain
Data senjang yang mungkin didapat pada sistem neurologis dengan
hipertensi adalah:
a. Subjektif : - melaporkan nyeri kepala dan ulu hati
b. Objektif : - kesadaran menurun
- GCS menurun (nilai normal 15)
- Sikap melindungi area nyeri
- Fokus menyempit
- Dilatasi pupil
- Gelisah, insomnia, kontak mata yang buruk
4. Bladder
Data senjang yang mungkin didapat pada sistem perkemihan dengan
hipertensi adalah:
a. Subjektif : - pasien melaporkan penurunan jumlah urin
12
1.2.3 Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Definisi : Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
NOC:
1) Cardiac pump effectiveness.
2) Circulation status.
3) Vital sign status.
Kriteria Hasil :
1) Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi,
respirasi).
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites.
4) Tidak ada penurunan kesadaran.
5) AGD dalam batas normal.
6) Tidak ada distensi vena leher.
7) Warna kulit normal.
Intervensi/NIC :
Cardiac Care
1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi).
2) Catat adanya distrimia jantung.
3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput.
4) Monitor status caediovaskuler.
5) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung.
6) Monitor balance cairan.
7) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia.
8) Atur periode latihan dan istirahat.
Vital Sign Monitoring
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
2) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri.
3) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan.
14
Intervensi/NIC :
1) Lakukan pengkajian tingkat kecemasan.
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
3) Dorong klien mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
4) Dorong keluarga untuk selalu menemani klien
5) Dengarkan ungkapan klien dengan penuh perhatian.
6) Gunakan pendektan terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
http://askepterkini.blogspot.co.id/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan_9355.html diakses pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 19.22
19
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Petuk Katimpun
Tgl MRS : 24 September 2019
Diagnosa Medis : HHD (Hipertension Heart Disease)
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan sakit kepala, P (bagian kepala), Q (berputar-
putar), R (nyeri dibagian kepala), S (skala nyeri 4 sedang), T (Hilang
timbul)
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan dirumah ada pingsan, ada sekitar 10 menitan
pasien dibawa keluarga ke RS Doris Sylvanus Palangka Raya, pada
tanggal 24 september 2019 pasien masuk ke IGD, pasien datang
dengan keluhan muntah 5 kali sebelum sampai ke RS, pasien
mengeluh sakit nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke bahu kiri,
pasien mengatakan nyeri dada yang datang sering kambuh jika pasien
stres, nyeri dada pasien membaik saat pasien isterahat. Di IGD
diperiksa dengan hasil TD : 110/70 mmHg, N: 114 x/meni, S: 36,6 ˚C,
RR: 21 x/menit diberikan terapi infus NaCl 0,9% di tangan kanan,
injeksi Ranitidine, injeksi metopramide. Sekitar tengah malam pasien
dipindahkan ke ICVCU, di ICVCU diperiksa TD:140/70 mmHg,
20
GENOGRAM KELUARGA :
Ket. = laki-laki
= perempuan
= pasien
------ = tinggal serumah
= hubungan keluarga
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasein tampak lemas, kesadaran compos menthis posisi pasien
terlentang tampilan cukup rapi, terpasang O2 nasal canul 2 liter, dan
trpasang infus NaCl 0,9% ditangan kanan.
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : compos methis
b. Ekspresi wajah : tampak lemas
c. Bentuk badan : sedikit gemuk
d. Cara berbaring/bergerak : terlentang
e. Berbicara : baik
f. Suasana hati : sedih
g. Penampilan : cukup rapi
h. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : Baik (pasien dapat mengetahui pagi,
siang, malam)
Orientasi Orang : Baik (pasien dapat mengenal
keluarga dan perawat)
Orientasi Tempat : Baik (pasien dapat mengetahui
dirinya sendiri berada di RS)
i. Halusinasi : Dengar/Akustic Lihat/Visual Lainnya .................
j. Proses berpikir : Blocking Circumstansial Flight oh
ideas Lainnya ……..
21
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
5.CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
22
Masalah Keperawatan :
Nyeri akut
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (membuka mata spontan)
V : 5 (komunikasi verbal baik
M : 6 (mengikuti perintah)
Total Nilai GCS : 15 (compos menthis)
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif
Kiri Positif Negatif
Nyeri, lokasi ………………………………..
Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Trernor
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Olfaktorius (pasien dapat mengidentifikasikan
bau-bauan)
Nervus Kranial II : Optikus (pasien dapat melihat tanpa kacamata)
Nervus Kranial III : Okulomotor (pasien dapat merespon ada
tidaknya cahaya)
Nervus Kranial IV : Troklearis (pasien dapat mengerakkan bola
mata keatas dan kebawah)
Nervus Kranial V : Trigeminus (pasien dapat merasakan nyeri)
Nervus Kranial VI : Abdusen (pasien dapat megerakan bola mata
kesamping)
Nervus Kranial VII : Fasialis (pasien dapat mengencangkan wajah)
23
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
24
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Parese, lokasi ..................................................................................................
Paralise, lokasi : tidak ada
Hemiparese, lokasi : tidak ada
Krepitasi, lokasi : tidak ada
Nyeri, lokasi
Bengkak, lokasi : tidak ada
Kekakuan, lokasi : tidak ada
Flasiditas, lokasi : tidak ada
Spastisitas, lokasi : tidak ada
Ukuran otot Simetris
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
5 5
Uji kekuatan otot : Ekstrimitas atas : Ekstrimitas bawah :
5 5
Deformitas tulang, lokasi : tidak ada
Peradangan, lokasi : tidak ada
Perlukaan, lokasi : tidak ada
25
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran : Berkurang Berdengung
Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk : Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna…………………..
Integritas……………..
Septum nasal Deviasi Perforasi Peradarahan
Sekresi, warna ………………………
Polip Kanan Kiri Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan :
Tidak ada maslaah
Clitoris ......................................................................
Labis ...................................................................
Uretra ...................................................................
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : ……………………………………
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan lain ......................................................................................................
...........................................................................................................................
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet
Mastitis
Warna areola ....................................................................................................
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan lainnya ................................................................................................
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
..........................................................................................................................
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit,
dan ingin pulang secepatnya kerumah jika kondisi sudah membaik
2. Nutrisida Metabolisme
IMT : BB sekarang/(TB/100)
TB : 155 Cm : 56/(155/100)
BB sekarang : 56 Kg : 56/1,55
BB Sebelum sakit : 56 Kg : 36,1
Diet :
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus :
Rendah garam Rendah kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin
Lainnya……….
Mual
Muntah…………….kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Rasa haus
Keluhan lainnya : tidak ada
28
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan
Gangguan pola tidur
4. Kognitif :
Pasien mengerti dengan keadaanya sekarang dan tidak melakukan
kegiatan seperti biasa
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,peran) :
Gambar diri : pasien dapat mengerti keadaan saat ini
Identitas diri : pasien perempuan
Peran diri : ibu rumah tangga
Ideal diri : pasien ingin cepat sembuh
Harga diri : pasien menerima keadaannya
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
29
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit : dapat melakukan aktivitas dengan mandiri
Saat sakit : pasien masih dibantu oleh keluarga (ADLS)
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
8. Nilai-Pola Keyakinan
Tidak ada tindakan keperawatan yang bertentangan dengan keyakinan
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa dayak ngaju
5. Orang berarti/terdekat :
Istri dan anak-anak
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Beristirahat ditempat tidur
7. Kegiatan beribadah :
Pasien hanya berdoa ditempat tidur
30
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Mahasiswa,
Ivan Indrawan
32
ANALISA DATA
Ds.
- Pasien mengatakan tidak Sakit kepala Gangguan pola
bisa tidur tidur
Do. Respon neurologis terhadap
- Pasien tampak lemas stres
- Pasien tampak gelisah
33
Ds.
- Pasien mengatakan selalu
ditempat tidur Penurunan curah jantung Intoleransi aktivitas
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Sakura
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital pasien 1. Sebagai acuan melihat perkembangan
dengan hipertension heart selama 2 x 7 jam, di harapkan nyeri 2. Atur posisi pasien senyaman keadaan pasien dan sebagai acuan
disease pasien berkurang dengan kriteria hasil : mungkin melakukan tindakan selanjutnya
1. Sakit kepala berkurang/hilang 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas 2. Supaya pasien merasa dengan posisi
2. Pasien ttidak lagi tampak lemas dalam yang nyaman tidak menimbulkan nyeri
3. TTV dalam batas normal 4. Kolaborasi dalam pemberian obat 3. Melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- TD : 120/80 mmHg supaya memberikan perasaan rileks dan
- N : 80 x/menit memberikan ketenangan saat nyeri
- S : 36,5 – 37,5 ˚c datang
- H : 16 – 24 x/menit 4. Karena dengan memberikan obat
analgentik yang langsung dapat
meredakan dan menghilangkan rasa
nyeri karena obat cara yang efektif
ketika dengan cara lain nyeri tidak
hilang
36
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi pola pola tidur 1. Dengan istirahat dan tidur yang cukup
berhubungan dengan sakit selama 2 x 7 jam, diharapkan masalah 2. Buat lingkungan pasien lebih memberikan pengaruh yang besar bagi
kepala pasien teratasi dengan kriteria hasil : tenang kesehatan
1. Pasien dapat tidur 3. Beritahu pasien untuk tidak 2. Lingkungan yang tidak berisik membuat
2. Pasien tampak tidak lagi gelisah terlalu memikirkan yang membuat pasien dapat isterahat dengan baik
pasien tidak bisa tidur 3. Ketenangan adalah hal yang diharapkan
4. Kolaborasi dalam pemberian obat pasien ketika sedang merasa sakit karena
itu berpengaruh besar terhadap pikiran
dan ketenangan jiwa
4. Obat adalah cara efektif ketika cara lain
tidak bisa, dengan pemberian obat tidur
memberikan efek tidur dan ketenangan
bagi pasien
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital pasien 1. Sebagai acuan melihat perkembangan
berhubungan dengan selama 2 x 7 jam, diharapkan masalah 2. Identifikasi penghambat aktivitas keadaan pasien dan sebagai acuan
kelemahan umum pasien teratasi dengan kriteria hasil : 3. Bantu pasien ketika melakukan tindakan selanjutnya
1. Pasien dapat beraktivitas membutuhkan bantuan 2. Penghambat aktivitas adalah yang
2. Pasien tampak tidak lemah mejadi masalah atau sesuatu yang
menganggu dalam beraktivis
3. Suatu bantuan yang diberikan kepada
pasien sangat dibutuhkan pasien ketika
37
Kamis, 26 September 1. Mengopservasi tanda-tanda vital pasien S : Pasien mengatakan masih sakit kepala
2019 - Keadaan umum pasien tampak masih lemas berkurang
- TD : 127/75 mmHg
O : - Pasien masih tampak masih lemas
- N : 88 x/menit
- S : 36,6˚C - Pasien berbaring dengan posisi datar
- RR : 20 x/menit - Pasien tampak mengikuti instruksi
2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
- TTV : (Ivan Indrawan)
- Posisi tidur dengan posisi semi datar
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam - TD : 127/75 mmHg
- Pasien mengikuti instruksi - N : 88 x/menit
4. Berkolaborasi dalam pemberian obat
- S : 36,6 ˚c
- RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2, dan 4