Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN GADAR & KRITIS

Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada klien

Tn. S , dengan diagnosa medis HHD (Hipertensi Hearth Disease)

yang dirawat di Rumah Sakit RSU Aminah Blitar , Ruang ICU

NAMA : Eva Kartika Putri

NIM : 18Ns11007

Hari : Kamis

Tanggal : 26 Januari 2023

Mengetahui,

Pembimbing Klinik, Pembimbing Institusi,

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
HHD (HIPERTENSI HEARTH DISEASE)

A. KONSEP HHD (HIPERTENSI HEARTH DISEASE)


1. DEFINISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Somantri,
2008).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Paula, 2009)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan
tekanan darah (Mansjoer, 2008).
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung
kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung
maupun tidak langsung (Morton, 2012).

2. ETIOLOGI
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b) Kegemukan atau makan berlebihan.
c) Stress.
d) Merokok.
e) Minum alcohol.
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.

Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. KLASIFIKASI
Menurut Oman (2008), secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan
sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ sebagai berikut :

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Alsagaff (2008), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

5. PATOFISIOLOGI
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi
ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa
faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan
aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin
sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan
erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa
perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan
akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan
hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume,
oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai
penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan
tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal
yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai
dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner, yaitu :
Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan.
Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance
pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler
dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari
gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas
mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009)
6. PATHWAY

Hipertensi Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan struktur

Hipertensi heart disease Kurang terpapar informasi Penyumbatan


pembuluh darah
Hipertropi ventrikel kiri jantung ( LVH) Ansietas
Vasokontriksi

Volume sekuncup menurun Suplai O2 dan nutrisi ke Kerja miokard Gangguan sirkulasi
Volume residu meningkat jaringan menurun meningkat

Otak
Penurunan Perfusi perifer Infark Miokard
curah jantung tidak efektif miokard iskemik
Retensi
pembuluh darah
Pemenuhan O2 nutrisi Nyeri dada
Tekanan atrium kiri meningkat terganggu
Risiko perfusi
Transudasi cairan interstitial paru Nyeri akut serebral tidak
Pembentukan ATP
efektif
terganggu
Cairan masuk alveoli
Kelelahan
Odem paru
Aktivitas
Sesak terganggu

Pola napas tidak efektif Intoleransi Aktivitas


7. KOMPLIKASI
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru
timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan
jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan
sebagai gejala klinis hipertensi essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut :
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak
nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma,
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan
jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah
gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya
hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan
asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik
untuk kesehatan penderita hipertensi. (Paula, 2009)
Menurut Alsagaff (2008), dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit
kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
a. Stroke.
b. Gagal jantung.
c. Gagal Ginjal.
d. Gangguan pada Mata.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart
Disease (HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi.
g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan.

9. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit
jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa
penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien
dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung
hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
1) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
c. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif
untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat
dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu
menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual
bebas mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat
meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi
alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin
receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien
memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang
diinginkan.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian primer
a. Airway
1)Kaji dan pertahankan jalan napas.
2)Lakukan head tilt, chin lift jika perlu.
3)Gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu.
4)Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi jika tidak
dapat mempertahankan jalan napas.
b. Breathing
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-
mask ventilation.
4) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2.
5) Kaji jumlah pernapasan.
6) Lakukan pemeriksan system pernapasan.
7) Dengarkan adanya bunyi pleura.
8) Lakukan pemeriksaan foto thorak.
c. Circulation
1) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop.
2) Kaji peningkatan JVP.
3) Catat tekanan darah.
4) Pemeriksaan EKG.
d. Disability
1) Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
2) Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan
membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
e. Exposure
1) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
lainnya.
2) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT.
3) Terapi:

Pengkajian Sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang
Lama menderita hipertensi, hal yang menimbulkan serangan, obat yang pakai tiap
hari dan saat  serangan.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat makanan.
c. Riwayat perawatan keluarga
Adakah riwayat penyakit hipertensi pada keluarga.
d. Riwayat sosial ekonomi
Jenis pekerjaan, jenis makanan yang berhubungan dengan kenaikan tekanan darah
seperti sodium dan tingkat stressor.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, frekuensi
jantung, kontraktilitas, preload, afterload
3) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan atau
vena
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
6) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dan krisis situasional.
7) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi.

3. INTERVENSI
No.
SLKI SIKI
dx
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
keperawatan selama 3 x 24 jam maka O :
pola napas membaik dengan kriteria 1. Monitor pola napas
hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Dyspnea menurun 3. Monitor sputum
2. Penggunaan otot bantu napas T :
menurun 4. Posisi semi-fowler atau fowler
3. Pemanjangan fase ekspirasi 5. Berikan minum hangat
menurun 6. Berikan oksigen, jika perlu
4. Pernapasan cuping hidung E :
menurun 7. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
5. Frekuensi napas membaik jika tidak kontraindikasi
K:
8. Kolaborasi pemberian broncodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung
keperawatan selama 3 x 24 jam maka O :
curah jantung meningkat dengan 1. Identifikasi tanda atau gejala primer
kriteri hasil : penurunan curah jantung
1. Kekuatan nadi perifer 2. Identifikasi tanda atau gejala sekunder
meningkat penurunan curah jantung
2. Takikardia menurun 3. Monitor tekanan darah
3. Gambaran EKG aritmia 4. Monitor intake dan output cairan
menurun 5. Monitor saturasi oksigen
4. Tekanan darah membaik 6. Monitor keluhan nyeri dada
5. Pengisian kapiler membaik T:
7. Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
8. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen >
94%
E:
9. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
10. Anjurkan beraktivitas fisik secaa
bertahap
K:
11. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
3 Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
keperawatan selama 3 x 24 jam maka O:
perfusi perifer meningkat dengan 1. Periksa sirkulasi perifer
kriteri hasil : 2. Identifikasi factor resiko gangguan
1. Kekuatan nadi perifer sirkulasi
meningkat T:
2. Warna kulit pucat menurun 3. Hindari pemasangan infus atau
3. Pengisian kapiler membaik pengambilan darah di area
4. Akral membaik keterbatasan perfusi
5. Turgor kulit membaik 4. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
5. Lakukan pencegahan infeksi
E:
6. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, jika perlu
7. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
4 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 3 x 24 jam maka O:
tingkat nyeri menurun dengan kriteri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun 3. Identifikasi factor yang memperberat
4. Frekuensi nadi membaik dan memperingan nyeri
5. Pola napas membaik T:
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
E:
6. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
K:
8. Kolaborasi pemberian analgesic, jika
perlu
5 Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
keperawatan selama 3 x 24 jam maka O :
toleransi aktivitas meningkat dengan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
kriteri hasil : yang mengakibatkan kelelahan
1. Kemudahan melakukan aktivitas 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
sehari-hari meningkat selama melakukan aktivitas
2. Kelelahan menurun T:
3. Dyspnea setelah beraktivitas 3. Sediakan lingkungan nyaman dan
menurun rendah stimulus
4. Saturasi oksigen membaik 4. Lakukan latihan rentang gerak pasif
5. Frekuensi napas membaik dan atau aktif
E:
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
K:
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentnag
cara meningkatkan asupan makanan
6 Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas :
keperawatan selama 3 x 24 jam maka O :
tingkat ansietas menurun dengan 1. Identifkasi saat tingat ansietas berubah
kriteria hasil : 2. Monitor tanda-tanda ansietas
1. Verbalisasi khawatir akibat T :
kondisi yang dihadapi menurun 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
2. Perilaku gelisah menurun menumbuhkan kepercayaan
3. Frekuensi pernapasan membaik 4. Temani pasien untuk mengurangi
4. Frekuensi nadi membaik kecemasan, jika memungkinkan
5. Kontak mata membaik 5. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
E:
6. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
7. Latih teknik relaksasi
7 Setelah dilakukan tindakan Manajemen peningkatan tekanan
keperawatan selama 3 x 24 jam maka intracranial
perfusi serebral meningkat dengan O :
kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab peningkatan
1. Tingkat kesadaran meningkat TIK
2. Sakit kepala menurun 2. Monitor tanda atau gejala peningkatan
3. Gelisah menurun TIK
4. Kecemasan menurun 3. Monior MAP
4. Monitor status pernapasan
5. Monitor intake dan output cairan
T:
6. Berikan posisi semi fowler
7. Cegah terjadinya kejang
8. Pertahankan suhu tubuh normal
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Merupakan tindakan-tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi keluhan pasien
berdasarkan intervensi-intervensi yang telah dibuat.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose yang diambil berdasarkan
kriteria hasil pada tujuan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai