Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
(Somantri, 2008)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik. (Paula, 2009)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2008)
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012)

2. ETIOLOGI
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.

1
b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b) Kegemukan atau makan berlebihan.
c) Stress.
d) Merokok.
e) Minum alcohol.
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.

Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. KLASIFIKASI
Menurut Oman (2008), secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan
sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National
Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “
sebagai berikut :

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

2
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Alsagaff (2008), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

5. PATOFISIOLOGI
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi
ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap
tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang
menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan
diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal
yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron
(RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa
ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan
terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak

3
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio
antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal
ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa
(penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat
sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi
mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung
koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner
juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-
perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan
cadangan aliran darah koroner, yaitu :
a. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh
badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan
tahanan perifer;
b. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per
unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi
antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada
stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009)

4
6. PATHWAY

Genetik Respon neurologi terhdp


stress
Kurang terpajang
Stress lingkungan informasi

Insulin
Kebiasaan hidup Obesitas meningkat Kurang
pengetahuan

Merokok, alkohol, Hipertensi primer


konsumsi garam ANSIETAS
berlebihan

Elastisitas dinding aorta Hipertrofi ventrikel kiri


menurun, katub jantung
menebal dan kaku,
Usia lanjut kemampuan memompa Terbatasnya aliran darah
darah menurun, koroner
hilangnya elastisitas
pembuluh darah,
meningkatnya resistensi Iskemia miokard
pembuluh darah perifer.

PENURUNAN CURAH
Saraf stroke, Hipertensi JANTUNG
ensephalitis, SGB sekunder

Ginjal: glomurulonefritis, Kurangnya suplai oksigen


Peningkatan ke jaringan
piolenefritis, nekrosis
vaskuler serebral
tubular akut, tumor
Kelemahan umum
Vaskular: arteroklerosis, NYERI
hiperplasia, trombosis,
aneurisma, emboli INTOLERANSI
kolesterol, vaskulitis Suplai darah ke
AKTIVITAS
otak menurun

Kelainan, DM,
hipertiroidisme, RESIKO PERFUSI JARINGAN
hipotiroidisme SEREBRAL TIDAK EFEKTIF

(Chang, 2009)

5
7. KOMPLIKASI
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa
gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti
pada ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan,
pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut :
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak
nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran
hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti
gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian
hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus
hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah
raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat.
kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium
(komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk
kesehatan penderita hipertensi. (Paula, 2009)
Menurut Alsagaff (2008), dalam perjalannya penyakit ini termasuk
penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara
lain:
a. Stroke.
b. Gagal jantung.
c. Gagal Ginjal.
d. Gangguan pada Mata.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart
Disease (HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.

6
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi.
g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan.

9. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua
kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan
pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari
140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan
kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam
strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
1) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung.
Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel,
vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan
untuk menurunkan tekanan darah.

7
c. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan
(1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya
obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,
sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau
gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-
obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat
meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat
antihipertensi.
d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan
kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir
pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk
mencapai tekanan darah yang diinginkan.

8
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien: Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama: Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang: Serangan stroke hemorhagik sering kali
berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif,
dan konia.
d. Riwayat penyakit dahulu: Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke
sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat
yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi,
antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat
ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

9
Pengkajian psikososiospiritual: Pengkajian psikologis klien stroke meliputi
beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi
yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmarnpuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal,
f. Pengkajian primer
1) Airway
a) Kaji dan pertahankan jalan napas.
b) Lakukan head tilt, chin lift jika perlu.
c) Gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu.
d) Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi
jika tidak dapat mempertahankan jalan napas.
2) Breathing
a) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
b) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation.
d) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
PaCO2.
e) Kaji jumlah pernapasan.
f) Lakukan pemeriksan system pernapasan.
g) Dengarkan adanya bunyi pleura.
h) Lakukan pemeriksaan foto thorak.
3) Circulation
a) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop.
b) Kaji peningkatan JVP.
c) Catat tekanan darah.
d) Pemeriksaan EKG.

10
4) Disability
a) Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
b) Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi
ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan
membutuhkan perawatan di ICU.
5) Exposure
a) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
b) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT.
c) Terapi:

g. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat penyakit sekarang
Lama menderita hipertensi, hal yang menimbulkan serangan, obat yang
pakai tiap hari dan saat serangan.
2) Riwayat penyakit sebelumnya
3) Riwayat makanan.
4) Riwayat perawatan keluarga
Adakah riwayat penyakit hipertensi pada keluarga.
5) Riwayat sosial ekonomi
Jenis pekerjaan, jenis makanan yang berhubungan dengan kenaikan
tekanan darah seperti sodium dan tingkat stressor.

 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan krisis situasional.
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi.

11
 INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan  Manajemen nyeri
pencedera fisiologis tindakan keperawatan Observasi :
1 kali 24 jam  Identifikasi skala
diharapkan tingkat nyeri
nyeri akut cukup  Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
KH : Terapeutik
 Tingkat nyeri  Berikan teknik
cukup menurun nonfarmakologis
(4) untuk mengurangi
 Meringis cukup rasa nyeri (mis.
menurun (4) TENS, hipnosis,
 Gelisah cukup akupresur, terapi
menurun (4) musik, biofeedback,
 Kesulitan tidur terapi pijat,
menurun (4) aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing )
Edukasi
 Ajarkan Teknik
nonfarmakologi
untuk menguragi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetic, jika perlu
2 Resiko perfusi
Setelah dilakukan Manajeman peningkatan
serebral tidak
efektif Tindakan tekanan intracranial

keperawatan selama Observasi :

12
2x24 jam diharapkan  Monitor tanda

perfusi serebral gejala peningkayan

meningkat TIK

KH: Terapeutik
 Tekananintra
 Berikan posisi semi
kranial cukup
fowler
menurun(4)
Kolaborasi
 Sakit kepala
 Kolaborasi
cukup
pe,berian sedasi dan
menurun
anti konsulvan jika
 Gelisah cukup
perlu
menurun (4)
 Kolaborasi
 Tekanan
pemberian diuretic
darah sistolik
osmosis jika perlu
cukup

membaik (4)

 Tekanan

darah

diastolic

cukup

membaik (4)

3 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas


Tindakan Observasi
keperawatan selama  Monitor tanda-
2x24 jam diharapkan tanda ansietas
ansietas menurun Terapeutik
KH:  Gunakan
 Tampak pendekatan yang
gelisah tenang dan
menurun (4) meyakinkan

13
 Keluhan Edukasi
pusing cukup  Anjurkan keluarga
menurun (4) untuk tetap
 Konsentrasi Bersama pasien
membaik Kolaborasi
cukup  Kolaborasi
membaik (4) pemberian obat
 Pola tidur ansietas jika perlu
cukup
membaik (4)
 Tekanan
darah
membaik
cukup
membaik (4)
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi
Tindakan Observasi
keperawatan selama  Monitor kelemahan
2x24 jam diharapkan fisik dan emosional
intoleransi aktivitas Terapeutik
membaik  Fasilitas duduk
KH: ditempat tidur, jika
 Kemudahan tidak dapat
melakukan berpindah atau
akyivitas berjalan
sehari-hari Edukasi
cukup  Anjurkan tirah
meningkat (4) baring
 Kekuatan Kolaborasi
tubuh bagian  Kolaborasi dengan
atas cukup ahli gizi tentang
meningkat (4) cara meningkatkan
 Kekuataan asupan makanan
tubuh bagian
bawah cukup
meningkat (4)

14
 Keluahan
Lelah cukup
menurun (4)
 Perasaaan
lemah cukup
menurun (4)

5 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan jantung


jantung Tindakan Observasi
keperawatan selama  Identifikasi tanda
2x24 jam diharapkan dan gejala primer
penurunan curah penurunan curah
jantung jantun
KH:  Monitor tekanan
 Kekuatan darah
nadi perifer Teraeutik
cukup  Posisiskan pasien
menurun (4) semi flower atau
 Lelah cukup flower dengan kaki
menurun (4) kebawah atau
 Dispnea posisi nyaman
cukup Edukasi
menurun (4)  Anjurkan

 Tadikardi beraktivitas fisik

cukup sesuai toleransi

menurun (4) Kolaborasi

 Tekanan  Kolaborasi

darah cukup pemberian anti

membaik (4) artemia


 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

15
Impelementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan pasien (Riyadi, 2019). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2018).

Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi


keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani,
2019).

16
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan,Ed-3. Jakarta:EGC


Rilantono,L.dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:Universitas Indonesia
Smeltzer,C Suzanne dan Bare, Brenda G. Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah,Ed-8,vol.2. Jakarta:EGC
Mansjoer,arif.dkk. 2001. Kapita Selekta kedokteran ,Ed-3, jilid I. Jakarta:FKUI
MediaAesculapius.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The Seventh Report of the
National Committee on Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure: the
JNC 7 report. JAMA. May 212003; 289(19):2560-72.
Kurt, Eugene, et al. Harrison’s: Principles of Internal Medicine. Singapore:
McGrawHill.2000.
Price, Sylvia A.Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta:ECG, 2005

17

Anda mungkin juga menyukai