Anda di halaman 1dari 34

Askep perawatan jantung pada

pasien CHF dan hipertensi


DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :

ERVINA TRI WAHYUNI


GEBBY GRASELA
REVALINA SILMY

SHALI SAVIRA RUSFENDI

ULIM FAHMI AINI


A. DEFINISI

● Congestive Heart Failure (CHF) adalah gangguan multisistem yang


terjadi apabila jantung tidak lagi mampu menyemprotkan darah yang
mengalir ke dalamnya melalui sistem vena. (Robbins, 2021). Menurut J.
Charles Reeves (2019), CHF adalah kondisi dimana fungsi jantung
sebagai pemompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke
tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh.
Menurut Smeltzert & Bare (2018) CHF adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan.
Etiologi CHF
Pada CHF, jantung tidak mampu memompa darah dalam
jumlah cukup untuk menjaga lancarnya sirkulasi.
Akibatnya terjadi penumpukan darah dan tekanan ekstra
dapat menyebabkan akumulasi cairan ke dalam paru-
paru. Gagal jantung terutama berkaitan dengan masalah-
masalah pemompaan otot jantung di bilik jantung, yang
mungkin disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti
infraktus otot jantung (serangan jantung),
LANJUTAN Klasifikasi
Beberapa Penyebab Gagal Menurut New York Heart Assosiation
Jantung (NYHA) membuat klasifikasi
fungsional CHF dalam 4 kelas yaitu :
Kelas I
1. Kelainan Otot Jantung Akitivitas biasa tidak menimbulkan
2. Peradangan dan Penyakit kelelahan, dyspea, palpitasi, tidak
Miokardium Degeneratif ada kongesti pulmonal atau hipotensi
perifer serta bersifat asimtomatik.
3. Aterosklerosis Koroner Kegiatan sehari –hari tidak terbatas.
4. Hipertensi Sistemik atau Kelas II
Pulmonal Kegiatan sehari-hari sedikit terbatas,
5. Penyakit Jantung Lain. gejala tidak ada saat istirahat,
adanya bailar (krekels dan S3
6. Penyakit Sistemik murmur).
Kelas III
Kegiatan sehari- hari terbatas dan pasien
merasa nyaman saat beristirahat.
Kelas IV
Gejala insufisiensi jantung ada saat
insirahat.
Patofisiologi CHF
.Menurut Smeltzer & Bare (2018), patofisiologi CHF yaitu:
Mekanisme yang mendasari Heart Failure (HF) meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih dari
curah jantung normal. Konsep curah jantung yang baik dijelaskan dengan
persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac Output) dalah
fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) X volume sekuncup (SV : Stroke
Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan
curah jantung.
Komplikasi CHF

Komplikasi yang mungkin terjadi pada CHF ini dapat berupa:


• Syok Kardiogenik
Merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas.
• Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena akibat
stasis darah.
• Efusi perkardial dan tamponade jantung
• Efusi perikardium mengacu pada masuknya cairan ke dalam
kantung perikardium. Secara normal kantung perikardium berisi
cairan sebanyak kurang dari 50 ml.
• Konsep Dasar Hipertensi

Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah


peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2019).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian /
mortalitas (Trianto, 2018).
Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang
memengaruhi terjadinya hipertensi :
• Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi
atau transport Na.
• Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
• Stress karena lingkungan
• Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2020)
Lanjutan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
• Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh
seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi
penderita esensial.
• Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Manifestasi Klinis Hipertensi

• Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan


yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,
penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala
umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama
pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab
sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
• Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan,
penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan berkemih,
riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah memar,
penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi
pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2021).
Klasifikasi Hipertensi

       
No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Optimal <120 < 80

2, Normal 120- 129 80-84

. 3. High normal 130-139 85-89


4. Hipertensi    

  Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99

  Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

  Grade 3 ( berat ) 180- 209 100-119

  Grade 4 (sangat berat) >210 >120


Patofisiologi Hipertensi
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal.
. Pemeriksaan Penunjang Pada Hipertensi
• Laboratorium
• Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
• Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal
ginjal akut.
• Darah perifer lengkap
• Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
• EKG
• Hipertrofi ventrikel kiri
• Iskemia atau infark miocard
• Peninggian gelombang P
• Gangguan konduksi
• Foto Rontgen
• Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
• Pembendungan, lebar paru
• Hipertrofi parenkim ginjal
• Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2020)
Komplikasi Hipertensi

Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2018):


Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
• Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler
ginjal, glomerulus.
• Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran
darah ke daerah- daerah yang diperdarahi berkurang.
• Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang sering
disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
Mamifestasi klinis
Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-obatan yang menurunkan
gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
• Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan
pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam per hari.
• Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian
kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat
pada dinding vascular.
• Diet kaya buah dan sayur
• Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
• Penurunan berat badan
• Olah raga
• Memperbaiki gaya hidup yang kyrang sehat
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
HIPERTENSI DAN CHF
PENGKAJIAN
Keluhan Utama
HIPERTENSI
Nyeri kepala, gelisah,
CHF
Sesak saat bekerja,
palpitasi, pusing, leher dipsnea nokturnal
kaku, penglihatan kabur, paroksimal, orotopnea
nyeri dada, mudah lelah, ,Lelah, pusing , Nyeri
dan impotensi. pada dada,Edema
ektremitas bawah ,Nafsu
makanan menurun,
neusea, distensi abdomen
Riwayat Kesehatan Sakit kepala , pusing, gejala-gejala kongestif
Sekarang penglihatan buram, mual vaskuler pulmonal, yakni
,detak jantung tak teratur, munculnya dispnea,

Pengkajian
nyeri dada orotopnea, batuk, dan
edema pulmonal akut
Riwayat Penyakit adanya riwayat penyakit Pada pasien CHF
Dahulu hipertensi , penyakit biasanyasebelumnya
jantung, penyakit ginjal, pernah menderita nyeri
stroke. Penting untuk dada, hipertensi, iskemia
mengkaji mengenai miokardium, infark
riwayat pemakaian obat- miokardium, diabetes
obatan masa lalu dan melitus, dan
adanya riwayat alergi hiperlipidemia. Dan juga
terhadap jenis obat. memiliki riwayat
penggunaan obat-obatan
pada masa yang lalu dan
masih relevan dengan
kondisi saat ini. Obat-
obatan ini meliputi obat
diuretik, nitrat,
penghambat beta, serta
Pengkajian pada klien Hipertensi menurut Doengoes
1.Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda :
•Frekuensi jantung meningkat
•Perubahan irama jantung
•Takipnea

2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung coroner/katup dan penyakit serebrovaskuler.Episode palpitasi,
perspirasi.
Tanda :
•Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan
•darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis).
•Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).
•Frekuensi/irama: Takikardia, berbagai disritmia.
3.Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, kandungan
tinggi kalori. Mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkatkan/menurun),Riwayat pengguna
diuretik.
Tanda :
•Berat badan normal atau obesitas
•adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
•kongesti vena
•DVJ
•Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

4.Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan
setelah beberapa jam), episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan
kabur), episode epistaksis.
Tanda :
Status mental:
•perubahan keterjagaan
•orientasi
•pola isi bicara, afek, proses fikir atau memori (ingatan).
Respon motorik:
•Penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau reflek tendon dalam
5.Pernapasan
Gejala : Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, dyspnea nocturnal paroksimal, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda :
•Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan
•bunyi nafas tambahan (krakles/mengi)
•sianosis.
Menurut Doenges (2010), asuhan keperawatan yang penting dilakukan pada klien
CHF meliputi

● Pengkajian primer

○ Airway: penilaian akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai


adanya obstruksi jalan nafas, dan adanya benda asing. Pada klien yang dapat
berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya
suara nafas tambahan seperti snoring.

○ Breathing: frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi
dinding dada, dan adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi
suara nafas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji
adanya trauma pada dada.
○ Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta
adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit,
nadi. riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi atrial,
kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.

○ Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.


● . Fokus Pengkajian: Fokus pengkajian pada pasien dengan gagal jantung. Pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala
kelebihan cairan sistematik dan pulmonal.
1. Pernafasan : Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau tidaknya krakles dan mengi, catat
frekuensi dan kedalaman bernafas.
2. Jantung: Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4, kemungkinan cara pemompaan sudah
mulai gagal.
3. Tingkat kesadaran: Kaji tingkat kesadaran, adakah penurunan kesadaran
4. Perifer: Kaji adakah sianosis perifer
5. Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk mengetahui reflek hepatojugular (RHJ) dan
distensi vena jugularis (DVJ).
● Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, sitress, sikap dan tingkah lakuu klien.
2. Tanda-tanda Vital :
a. Tekanan Darah Nilai Normalnya : Nilai rata-rat siistolik : 110-140 mmHg Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b. Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi) c) Pernapasan Nilai normalnya
c. Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
d. Suhu Badan Metabolisme menurun , suhu menurun
3. Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: Konjungtiva: Anemis , ikterik atau tidak ?
c) Mulut : apakah ada tanda infeksi
d) Telinga : Kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka : ekpresi, Pucat
f) Leher : apakah ada pemebesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i) Ekstremitas : lengan-tangan: reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing, bandingkan arteri radialis kiri
dan kanan.
● Pemeriksaan khusus jantung :
(1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal : ICS ke5).
(2) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi ventrikel .
(3) Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa
-Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis
-Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis
-Dextra. Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra.
-Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra.
(4) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II.
BJ I: terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari bilik
pada permulaan systole.
BJ II: terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi
kira-kira pada permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah dari pada BJ I).
Diagnosa Keperawatan

● Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveoli


● Penurunan cardiac output b.d perubahan kontraktilitas miocard
● Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
● Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.
● Perfusi perifer tidak efektif
● Resiko Gangguan integritas kulit
● Nyeri akut b/d iskemikmiokard
 
 
 
 
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA HASIL RASIONAL
(Nursing Intervention
(Nursing Outcome Clasification/NOC)
Clasification/NIC)
  Pola napas tidak efektif b/d Setelah dilakukan intervensi NIC/SIKI  
1 keperawatan selama ... x ... jam, manajemen jalan napas 1. Untuk mengetahui pola napas
penurunan curah jantung dan
  diharapkan pasien:   2. Untuk mengetahui apakah ada
  supply oksigen yang tidak NOC/SLKI: Pola Napas Aktivitas Keperawatan: bunyi tambahan pada
  adekuat keseluruh tubuh dipertahankan di level ..2... Observasi : pernapasan
   ditingkatkan ke level .....3 1. Monitor pola napas 3. Agar dapat mengetahui
    Keterangan level: 2. Monitor bunyi tambahan kepatenan jalan napas
   1: Meningkat   4. Agar dapat mempernyaman
   2. Cukup Meningkat Terapeutik posisi pasien
   3. Sedang 3. Pertahankan jalan napas 5. Untuk mempelancar dan
   4. Cukup Menurun 4. Posisikan semi fowler atau mempertahankan oksigen
   5. Menurun fowler pada pasien
    5. Lakukan fisioterapi dada 6. Agar kebutuhan cairan pasien
    6. Berikan oksigen tetap terpenuhi
  Dengan Kriteria hasil: 7. Lakukan penghisapan lendir .
  ........................................... kurang dari 15 detik
  ...................1.Dispnea (4)  
  2. Pursed-tip 4 Edukasi
  3. Pernapasan Cuping 8. Anjurkan asupan cairan
  Hidung 4 2000ml/hari
  4. Penggunaan Otot Bantu  
  Napas 4  
  5. Frekuensi Napas 4
 
 
  Penurunan curah jantung b/d Setelah dilakukan intervensi NIC/SIKI  
  gangguan kontraktilitas pada keperawatan selama ... x ... jam, Perawatan Jantung  
  jantung diharapkan pasien:   1. Untuk mengetahui tanda dan
  NOC/SLKI: Curah Jantung Aktivitas Keperawatan: gejala pada penurunan curah
2 dipertahankan di level ..2... Observasi jantung
    ditingkatkan ke level .....3 1. Identifikasi tanda/gejala 2. Agar dapat tetap mengontrol

  Keterangan level: primer penurunan curah tekanan darah
   1: Meningkat jantung 3. Untuk mempertahankan
   2. Cukup Meningkat 2. Monitor tekanan darah keseimbangan intake dan
   3. Sedang 3. Monitor intake dan output outpute cairan sesuai kebutuhan
   4. Cukup Menurun cairan pasien
   5. Menurun 4. Monitor saturasi oksigen 4. Agar dapat mempertahankan
  Dengan Kriteria hasil: 5. Monitor ekg saturasi oksigen
  ............................................................ 6. Monitor aritmia 5. Agar dapat mengetahui
  .......1. gambaran EKG Aritmia 7. Periksa tekanan darah keadaaan aritmia
  2, Edema dan frekuensi nadi 6. Agar dapat mengontrol frekuensi
  3, Distensi Pena Jugularis sebelum dan sesudah nadi sebelum dan sesudah
  4, takikardi aktivitas aktivitas
  5, bradikardi   7. Untuk mempertahankan
  6, lelah Terapeutik kenyamanan pasien
    8. Posisikan pasien semi- 8. Agar dapat diet sesuai kebutuhan
  fowler dan fowler 9. Agar pasien dapat lebih relaksasi
  9. Berikan diet jantung yang dalam stres
  sesuai 10. Agar pasien dapat melakukan
  10. Berikan terapi relaksasi aktivitas sesuai kebutahan
untuk mengurangi stres toleransi
 
Edukasi
11. Anjurkan aktivitas sesuai
toleransi
12. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
 
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian
antiaritmia. Jika perlu
 
3 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan intervensi NIC/SIKI  
keperawatan selama ... x ... jam, manajemen nyeri  
iskemikmiokard
  diharapkan pasien:   1. Agar dapat
  NOC/SLKI:Tingkat Aktivitas Keperawatan: mengetahui
    Nyeri ............................................... Observasi lokasi,
  .......... 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, karakteristik
  ........................................................ durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  ........... nyeri 2. Agar
   dipertahankan di level ..2... 2. Indetifikasi skala nyeri mengetahui
   ditingkatkan ke level .....3 3. Identifikasi faktor yang memperberat frekuensi dan
  Keterangan level: dan memperingan nyeri kualitas nyeri
   1: Meningkat 4. Monitor efek samping penggunaan 3. Agar
   2. Cukup Meningkat analgetik mengetahui
   3. Sedang   skala nyeri
   4. Cukup Menurun Terapeutik 4. Untuk
   5. Menurun 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengetahui
  Dengan Kriteria hasil: memgrurangi rasa nyeri efek samping
  1. tingat nyeri 6. Fasilitasi istirahat penggunaan
  2, pola tidur 7. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri analgetik
  3, mobilitas fisik dalam pemilihan strtegi nyeri 5. Agar dengan
  4, kontrol nyeri   memfasilitasi
  5, status kenyaman Edukasi istirahat pada
    8. Jelaskan penyebab, periode. Dan pasien
  pemicu nyeri 6. Untuk
  9. Jelaskan strategi nyeri mengetahui
    penyebab dan
Kolaborasi pemicu nyeri
10. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 7. Agar
perlu mempereda
nyeri dengan
pemberian
analgetik
  .Hipervolemia b.d gangguan Setelah dilakukan intervensi NIC/SIKI  
4 keperawatan selama ... x ... jam, Manajemen Hipervolemia  
  mekanisme regulasi diharapkan pasien:    
  NOC/SLKI: Keseimbangan Aktivitas Keperawatan: 1. Memantau tanda
  Cairan .............................................. 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia dan gejala
  ........... (mis: ortopnes,dipsnea,edema, adanya
  .......................................................... JVP/CVP meningkat,suara nafas hipervolemia
  ......... tambahan) 2. Mengontrol
   dipertahankan di level ..2... 2. Monitor intake dan output cairan jumlah intake
   ditingkatkan ke level .....3   dan output
  Keterangan level:   cairan dalam
   1: Meningkat   tubuh
   2. Cukup Meningkat 3. Monitor efek samping diuretik (mis : 3. Mengetahui efek
   3. Sedang hipotensi ortortostatik, hipovolemia, samping dari
   4. Cukup Menurun hipokalemia, hiponatremia) terapi obat yang
   5. Menurun   diberikan
  Dengan Kriteria hasil: 4. Batasi asupan cairan dan garam 4. Mengontrol
  1. Tererbebas dari edema   intake cairan dan
  2. Haluaran urin meningkat   garam ke dalam
  3. 3. Mampu mengontrol asupan   tubuh
  cairan 5. Anjurkan melapor haluaran urin 5. Memantau
  pengeluaran
  haluaran urine
 
 
  Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan intervensi NIC/SIKI  
  keperawatan selama ... x ... jam, manajemen Energi  
kelemahan
5 diharapkan pasien:    
. NOC/SLKI: Toleransi Aktivitas 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional 1. Memantau tingkat
  dipertahankan di level ..2... 2. Monitor pola dan jam tidur kelelahan dan
   ditingkatkan ke level .....3 3. Sediakan lingkungan yang nyaman dan emosional klien
  Keterangan level: rendah stimulus (mis: cahaya, suara, 2. Memantau pola
   1: Meningkat kunjungan) dan kebutuhan
   2. Cukup Meningkat 4. Berikan aktifitas distraksi yang tidur pasien
   3. Sedang menenangkan 3. Menciptakan
   4. Cukup Menurun 5. Anjurkan tirah baring suasana yang
   5. Menurun 6. Anjurkan melakukan aktifitas secara tenang untuk
  Dengan Kriteria hasil: bertahap merangsang
  1. Pasien Mampu melakukan aktifitas 7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara keinginan untuk
  sehari-hari meningkatkan asupan makanan tidur pasien
  2.Pasien Mampu berpindah dengan 4. Membantu
  atau tanpa bantuan menciptakab
  3.Pasien mangatakan dipsnea saat ketenangan dan
  dan/atau setelah aktifitas berkurang mengurangi
  kecemasan klien
  5. Mencukupi
  kebutuhan
  istirahat tidur
  pasien
  6. Mencegah
  terjadinya
kelelahan
berlebih pada
pasien
7. Memenuhi
kebutuhan
asupan nutrisi
pasien
Evidence-Based Nursing pada pasien CHF dan Hipertensi

a. Brief Behavoural Therapy for Insomnia (BBTI)

Pelaksanaan therapy BBT-I pada pasien CHF grade I-II stabil dengan gangguan tidur cukup memberikan pengaruh dan
meningkat kulitas tidur. Behavioral Therapy for Insomnia (BBT-I) berpengaruh terhadap kualitas tidur pada pasien CHF
(Congestive Heart Failure) dan sesuai dengan hasil riset terkini (Evidence Based Nursing Practice).Brief Behavoural
Therapy for Insomnia (BBTI) memiliki fokus perilaku eksklusif, komponen inti adalah kontrol stimulus dan pembatasan
tidur. Intervensi BBTI adalah memodifikasi prilaku bangun yang memberikan dampak langsung sistem fisiologis dengan
menggunakan tiga prinsip yaitu pengontrolan stimulus, membatasi tidur, intervensi untuk gangguan tidur primer atau
gangguan tidur dengan hal pemberat lainnya.
b. Breathing exercise
Penatalaksanaan nonfarmakologi yang dapat dilakukan yaitu edukasi, Breyhing ex-ercise dan peningkatan kapasitas
fungsional. Salah satu penyelesaian masalah dyspnea yang dapat dilakukan dengan pemberian oksigenasi untuk
menurunkan laju pernafasan. Pemberian posisi dan breathing exercise dapat dilakukan untuk mengurangi usaha serta
meningkatkan fungsi otot pernafasan. deep breathing exercise yaitu aktivitas keperawatan yang berfungsi meningkatkan
kemampuan otot-otot pernafasan untuk meningkatkan compliance paru dalam meningkatkan fungsi ventilasidan
memperbaiki oksigenasi. Latihan fisik dilakukan 20-30 menit dengan frekuens 3-5 kali setiap minggu,
c. Terapi air hangat rendam kaki
Terapi air hangat rendam kaki berdampak fisiologis bagi tubuh terutama pada pembuluh darah agar sirkulasi darah lancar,
dengan gangguan encok dan rematik sangat baik jika terapi air hangat, air mempunyai dampak positif terhadap otot jantung
dan paru-paru. terapi non farmakologis sebagai tindakan mandiri perawat seperti massage dengan cara melakukan
pemijatan selama 7 kali responden dengan frekuensi sekali sehari dengan lama pemijatan ±20 menit yang bertujuan untuk
membantu melancarkan peredaran darah dan cairan getah bening (cairan limpha), yaitu membantu mengalirkan darah di
pembuluh balik (darah veneus) agar cepat kembali ke jantung meditasi dengan cara mewajibkan pasien harus menghafal
gerakan meditasi yang dapat mengontrol sistem syaraf yang akhirnya menurunkan tekanan darah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai