Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen Pembimbing

Ns. HERMANSYAH, S.kep., M. Kep.

Disusun Oleh :
Nama Kelompok 2
1. Adelia Bella Saputri P05120320001
2. Ananda Dwi Tiara G P05120320004
3. Mirza Wahyuni P05120320025
4. Okta Pitriyani P05120320030
5. Seftiani Tambang Kurnia P05120320038
6. Sri Indah Mentari P05120320041

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai .Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktek kandalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 24 Agustus 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................1

1.2 TUJUAN............................................................................................2

1.3 MANFAAT........................................................................................3

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN..........................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS...............................................................5


2.1. Hambatan Interaksi Sosial................................................................5

2.2. Gangguan Pemeliharaan Rumah.......................................................6

2.3. Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional..........................................7

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN....................................19


3.1 Konsep dasar asuhan keperawatan...................................................19
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................19
BAB III PENUTUP..................................................................................20
3.1 Kesimpulan......................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hambatan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel,
tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya
(Stuart dan Sundeen, 2018).
Hambatan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran
sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif (Towsend, 2017).

1.2. TUJUAN
Untukmengetahui dan memahami Hambatan interaksi social, gangguan
pemeliharaan rumah dan resiko pertumbuhan tidak proporsional.

1.3. MANFAAT
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam
menelaah suatu fenomena kesehatan yang spesifik tentang Hambatan interaksi
social, gangguan pemeliharaan rumah dan resiko pertumbuhan tidak
proporsional.
2. Bagi Tenaga Kesehatan (Perawat)
Makalah ini bagi tenaga kesehatan khususnya untuk perawat adalah untuk
mengetahui pentingnya bagaimana pelayanan yang tepat terhadap Menganalisa
Hambatan interaksi social, gangguan pemeliharaan rumah dan resiko
pertumbuhan tidak proporsional.
3. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik menyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang Hambatan interaksi
social, gangguan pemeliharaan rumah dan resiko pertumbuhan tidak
proporsional.

4
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam tugas ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini berisi materi tentang Hambatan interaksi social, gangguan pemeliharaan
rumah dan resiko pertumbuhan tidak proporsional.

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN


Bab ini berisi tentang konsep dasar asuhan keperawatan dan diagnose.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Hambatan Interaksi Sosial


A. PENGERTIAN
Hambatan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam
hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 2018).
Hambatan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam
pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif (Towsend,
2017).
Klien yang mengalami hambatan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain yang salah satunya mengarah pada perilaku
menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu
menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri)
(Stuart dan Sundeen, 2018).
Perilaku Menarik Diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan degan orang lain. (Rawlins, 2019,
hal 336).
Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya,
individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara
langsung. (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan skizofrenia hal 53).
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat,
2016).

6
B. Tanda dan Gejala
1. Data Subjektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “,
“iya”, “tidak tahu”.
2. Data Objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan
diridari orang lain, misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-
cakap dengan klien lain / perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang
mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.
C. RENTANG RESPON SOSIAL
Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam
rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respons yang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan
budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons maladaptif
merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang kurang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat.
Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari
adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan
komunikasi, dan kesepian.
Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada
dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada
bagan berikut : Respon adaptif dan Respon maladaptif
1. Respon adaptif
7
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat.
Respon adaptif terdiri dari :
a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude
umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama (mutualisme)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal
2. Respon maladaptive

Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan


berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif
terdiri dari :
a. Menarik diri

Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan


dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Manipulasi

Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu


yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak
dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
c. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
d. Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus
8
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
e. Tergantung (dependen)
terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
f. Curiga
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan
tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu
ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga
dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
D. ETIOLOGI
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
Tanda dan gejala harga diri rendah :
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah
(Stuart dan Sundeen, 1995)
1) Mengejek dan mengkritik diri sendiri
2) Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
3) Rasa bersalah atau khawatir
4) Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan
penyalahgunaan zat.
5) Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
6) Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social
7) Menarik diri dari realitas
8) Merusak diri
9) Merusak atau melukai orang lain
10) Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri. Tanda Dan Gejala
Harga Diri Rendah
Selain itu terdapat beberapa faktor predisposisi (pendukung) dan
9
factor presipitasi (pencetus) terjadinya gangguan hubungan sosial :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat
masa perkembangan selanjutnya.
Kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan
dari (pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosial – budaya
Faktor sosial – budaya dapat menjadi faktor pendukugn
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan
orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif
diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
2. Faktor presipitasi (pencetus)
a) Stresor sosial – budaya
Stresor sosial – budaya dapat menyebabkan gangguan dalam
berhubungan, misalnya keluarga yang labil.
b) Stresor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim disertai terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan (Menarik Diri).

10
E. MEKANISME SEBAB AKIBAT
Sebab: Harga diri rendah yang kronis
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu
sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien
mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak
realistik.
Akibat : Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang
dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu baik. (Carpenito,1996)
Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan
persepsi sensori : halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri,
klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.
Tanda dan gejala Halusinasi :
1. Bicara, senyum / tertawa sendiri.
2. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
3. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
5. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
6. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7. Sikap curiga dan bermusuhan.
8. Ketakutan.
9. Sulit membuat keputusan.
10. Menarik diri, menghindari dari orang lain.
11. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
12. Muka merah kadang pucat.
13. Ekspresi wajah bingung.
14. Tekanan darah naik.
15. Nafas terengah- engah.
16. Nadi cepat.
17. Banyak keringat.
Karakteristik Perilaku
1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
11
3. Kemunduran secara fisik.
4. Tidur berlebihan.
5. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
6. Banyak tidur siang.
7. Kurang bergairah.
8. Tidak memperdulikan lingkungan.
9. Kegiatan menurun.
10. Immobilisasai.
11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
12. Keinginan seksual menurun.
13. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien menarik
diri adalah regresi, represi, dan isolasi.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Keliat, dkk.,(1998), prinsip penatalaksanaan klien menarik diri
adalah :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Ciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
4. Dengarkan klien dengan penuh empati
5. Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik
6. Lakukan kontak sering dan singkat
7. Lakukan perawatan fisik
8. Lindungi klien
9. Rekreasi
10. Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan
11. Laksanakan program terapi dokter
12. Lakukan terapi keluarga

12
2.2 GANGGUAN PEMELIHARAAN RUMAH
2.3 RESIKO PERTUMBUHAN TIDAK PROPOSAL

BAB III
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pemberian asuhan keperawatan klien degan masalah utama Hambatan Interaksi
Sosial pada kasus Menarik Diri tetap menggunakan proses keperawatan yang
lazim digunakan pada klien dengan gangguan jiwa dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Adapun ruang lingkup pengkajian klien dengan masalah utama Hambatan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri meliputi pegumpulan data,
perumusan masalah keperawatan, pohon masalah dan analisa data.
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa
dapat pula berupa faktor predisposisi, penilaian terhadap stresor,
sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart and
Sundeen, 1995).
Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan
Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah sebagai
berikut:
1) Identitas klien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan
masalah utama Hambatan Interaksi Sosial Menarik Diri adalah :
biodata yang meliputi umur, terjadi pada umur atara 15 – 40
tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan
dan agama pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk
13
terjadinya penyakit Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik
Diri.
2) Alasan masuk rumah sakit
Pada umumnya alasan masuk rumah sakit pada klien dengan
Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah keluhan

14
kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk, menjawab
pertanyaan dengan singkat.
3) Faktor predisposisi
Pada umumnya faktor predisposisi pada klien dengan Hambatan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah pernah atau
tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien
yang telah mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti
penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan keturunan
yang mengalami gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak
menyenangkan bagi klien sebelum mengalami gangguan jiwa.
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi ;
a) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : cenderung meningkat

Suhu : meningkat
Nadi : cenderung meningkat (takikardi)
Repirasi : bertambah

b) Ukuran

Berat badan : menurun

c) Keluhan fisik

Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur sehingga


bisa terjadi penurunan berat baan. Klien biasanya tidak
menghiraukan kebersihan dirinya.
5) Aspeks psikososial
a) Konsep diri

Konsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan,


pemahaman dan keyakinan seseorang terhadap dirinya yang
memperngaruhi hubungannya dengan orang lain dan pada
umumnya klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus
Menarik Diri mengalami gangguan konsep diri seperti : tidak
15
menerima salah satu bagian tubuhnya, merasa tidak berharga,
hidup tidak berguna, tidak mampu mempertahankan kontak
mata, sering memalingkan wajah, harga diri rendah, tidak

16
mampu membentuk identitas diri dan tidak mampu berperan
sesuai dengan umur atau profesinya.
b) Hubungan sosial

Hubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia,


karena manusia tidak mampu hidup secara normal tanpa
bantuan orang lain. Pada umumnya klien dengan Hambatan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan
seperti tidak merasa memiliki teman dekat, tidak pernah
melakukan kegiatan kelompok atau masyarakat dan mengalami
hambatan dalam pergaulan.
6) Status mental
a) Penampilan

Pada klien dengan Hambatan Interaksi Sosial : Menarik Diri


berpenampilan tidak rai, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi
kuning, tetapi penggunaan pakaian sesuai dengan keadaan serta
klien tidak mengetahui kapan dan dimana harus mandi.
b) Pembicaraan

Pembicaraan klien dengan Hambatan interaksisosial Menarik


Diripada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila
berbicara topik yang dibicarakan tidak jelas atau kadang
menolak diajak bicara.
c) Aktivitas motorik

Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang


gelisah dan mondar-mandir.
d) Alam perasaan

Alam perasaan pada klien dengan Hambatan Interaksi Sosial


pada kasus Menarik Diri biasanya tampak putus asa
dimanifestasikan dengan sering melamun.
e) Afek

17
Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi
terhadap rangsang yang normal. Interaksi selama
wawancara Klien menunjukkan kurang kontak mata
dan kadang-kadang menolak untuk bicara dengan
orang lain.
f) Persepsi

Klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik


Diri pada umumnya mengalami gangguan persepsi terutama
halusinasi pendengaran, klien biasanya mendengar suara-suara
yang megancam, sehingga klien cenderung sering menyendiri
dan melamun.
g) Isi pikir

Klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik


Diri pada umumnya mengalami gangguan isi pikir : waham
terutama waham curiga.
h) Proses pikir

Proses pikir pada klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada


kasus Menarik Diri akan kehilangan asosiasi, tiba-tiba
terhambat atau blocking serta inkoherensi dalam proses pikir.
i) Kesadaran

Klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik


Diri tidak mengalami gangguan kesadaran.
j) Memori

Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien


mampu mengingat hal-hal yang telah terjadi.
k) Konsentrasi dan berhitung

Klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik


Diri pada umumnya tidak mengalami gangguan dalam
konsentrasi dan berhitung.
l) Kemampuan penilaian

Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaian

18
m) Daya tilik diri

19
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan
mengingkari penyakit yang dideritanya.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan
mengingkari penyakit yang dideritanya.
b) BAB / BAK
Kemampuan klien menggunakan dan membersihkan WC
kurang.
c) Mandi
Klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik
Diri bisanya tidak memiliki minat dalam perawatan diri
(mandi)
d) Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya terganggu

e) Mekanisme koping
Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar dan
kadang-kadang mencedrai diri.
f) Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan
seperti klien direndahkan atau diejek karena klien menderita
gangguan jiwa.
g) Pengetahuan
Klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik
Diri, kurang mengetahuan dalam hal mencari bantuan, faktor
predisposisi, koping mekanisme dan sistem pendukung dan
obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
h) Aspek medic
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang
digunakan oleh klien selama perawatan.

20
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


o (NANDA, 2014) (IOWA, Project (IOWA, Project
NOC NIC
2000) 2000)
1 Hambatan NOC : NIC :
interaksi sosial ❖ Peningkatan Peningkatan sosialisasi
berhubungan interaksi sosial ▪ Buat interaksi
dengan defisit Kriteria hasil : terjadwal
keterampilan ❖ Menunjukkan ▪ Identifikasi
sikap senang perubahan perilaku
tentang cara berinteraksi sosial ▪ Libatkan pendukung
meningkatkan ❖ Memahami sebaya dalam
kebersamaan dampak perilaku memberikan umpan
diri pada interaksi balik interaksi
sosial ▪ Anjurkan belajar
❖ Menunjukkan menghargai orang
sikap asertif dan lain
peningkatan ▪ Ajari sikap asertif
interaksi dengan kepada orang lain
orang lain
❖ Mengungkapkan
keinginan untuk
berhubungan
dengan orang lain

2 Defisit perawatan NOC : NIC :


diri b/d kelemahan ❖ Self care : Self Care assistane :
fisik dan Activity of Daily ADLs
ketidaknyamaan Living (ADLs) ▪ Monitor kemempuan
Kriteria Hasil :
inefektif klien untuk perawatan
❖ Klien terbebas dari diri yang mandiri.
bau badan ▪ Monitor kebutuhan
❖ Menyatakan klien untuk alat-alat
kenyamanan bantu untuk
terhadap kebersihan diri,
kemampuan untuk berpakaian, berhias,
melakukan ADLs toileting dan makan.
❖ Dapat melakukan ▪ Sediakan bantuan
ADLS dengan sampai klien mampu
bantuan secara utuh untuk
melakukan self-care.
▪ Dorong klien untuk

21
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
▪ Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
▪ Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
▪ Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
▪ Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

3 Distres spiritual NOC : NIC :


berhubungan ❖ Kesehatan spiritual Dukungan spiritual
dengan Kriteria hasil : ▪ Kaji secara tidak
kesepian/pengasin ❖ Menduskusikan langsung terhadap
gan sosial praktik dan distres spiritual
keluhan spiritual dengan menentukan
❖ Klien mau sumber-sumber
disarankan untuk harapan dan kekuatan
sholat dan pasien
mengikuti kegiatan ▪ Amati barang-barang
keagamaaan di keagamaan seperti
panti literatur keagamaan
❖ Menunjukkkan di sekitar bed klien
tehnik koping yang ▪ Meminta konsultasi
baik untuk spiritual untuk
menghadapi distres membantu klien
spiritual mendapatkan sumber
dukungan masyarakat

22
▪ Bantu membaca kitab
suci klien jika
menginginkannya dan
tidak mampu
membaca sendiri

23
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hambatan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam
hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 2018).
Hambatan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam
pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif
(Towsend, 2017).
B. SARAN
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.

1
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai