Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENARIK DIRI

Di susun oleh :

Kelompok 4

1. Finka Akhiriawati (C1017067)


2. Lola Azizah Nur (C1017079)
3. M.Manarul Anwar (C1017081)
4. Puji Atikah Juniasih (C1017088)
5. Reza Bagus Novianto (C1017090)
6. Rizka Irvianti Indah L (C1017091)
7. Sinta Dwianita Ramadani (C1017093)
8. Siti Rodotul Jannah (C1017094)

Kelas : 3B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
meilmpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat menyusun makalah ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Menarik Diri ”. Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi sebagai syarat yang telah
ditentukan untuk dapat memenuhi tugas makalah S1 Ilmu Keperawatan di STIKes
Bhakti Mandala Husada Slawi.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih belum sempurna atau masih banyak kekurangan, maka kami
berharap saran dan kritik pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan mahasiswa STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi.

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Tujuan Umum.......................................................................................2
1.3 Tujuan Khusus......................................................................................2
BAB II TINJAUAN MATERI..........................................................................3
1.1 Definisi..................................................................................................3
1.2 Etiologi..................................................................................................3
1.3 Rentang Respon Adaptif dan Mal Adaptif............................................5
1.4 Penatalaksanaan....................................................................................7
1.5 Phatways...............................................................................................7
1.6 Pengkajian (Secara Teori).....................................................................8
1.7 Diagnosa Keperawatan.........................................................................9
1.8 Intervensi...............................................................................................9
1.9 Jurnal....................................................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
a. Simpulan...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

iii
iv
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk mmenjalankan aktivitas. Menurut
Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah
suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup untuk produktif secara sosial dan
ekonomis.
Berdasarkan Undang Undang No.18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa,
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja, secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi pada
komunitasnya.
Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA) tentang
keperawatan jiwa, keperawatan jiwa adalah area khusus dalan praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu dan tingkah laku manusia sebagai dasar
dan menggunakan, serta memulihkan diri sendiri secara terapeutik dalam
meningkatkan, mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien
dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. Selain keterampilan
teknik dan alat klinik, perawat juga berfokus pada proses terapeutik
menggunakan diri sendiri (use self therapeutic) ( Kusumawati F dan Hartono
Y, 2010).
1.2 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan dengan
gangguan hubungan sosial, menarik diri
1.3 Tujuan Khusus
1.3.1 Mengetahui konsep dasar menarik diri
1.3.2 Mengetahui asuhan keperawatan menarik diri
2

BAB 2

TINJAUAN MATERI

1.1 Definisi
Isolasi Sosial/Menarik Diri adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak terima
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain.Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y
(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang
lain mengatakn negatif dan mengancam.
Sedangkan menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalannya
(Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013)
1.2 Etiologi
1.2.1 Faktor Predisposisi
Hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi :
1.2.1.1 Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktir
herediter dimana ada riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
1.2.1.2 Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami
kegagalan yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan.
Hal ini mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang pada
akhirnya akan berdampak dalam membina hubungan dengan
orang lain. Koping individual yang digunakan pada pasien
dengan isolasi sosial dalam mengatasi masalah, biasanya
maladaptif. Koping yang biasa digunakan meliputi:
represi,supresi, sublimasi dan proyeksi. Perilaku isolasi sosial
3

timbul akibat adanya perasaan bersalah atau menyalahkan


lingkungan, sehingga pasien merasa tidak pantas berada diantara
orang lain dilingkungannya. Kurangnya kemampuan
komunikasi,merupakan data pengkajian keterampilan verbal
pada pasien dengan masalah kurang memberikan kesempatan
pada pasien untuk menyampaikan perasaan maupun
pendapatnya. Kepribadian introvert merupakan tipe kepribadian
yang sering dimilikin pasien dengan masalah isolasi sosial.
Ciri – ciri pasien dengan kepribadian ini adalah menutup diri
dari orang sekitarnya.Selain itu pembelajaran moral yang tidak
adekuat dari keluarga merupakan faktor lain yang dapat
menyebabkan pasien tidak mampu menyesuaikan perilakunya
dimasyarakat, akibatnya pasien merasa tersisih ataupun
disisihkan dari lingkungannnya. Faktor psikologis lain yang
dapat menyebabkan isolasi sosial adalah kegagalan dalam
melaksanakan tugas perkembangan.
1.2.2 Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya pada pasien dengan isolasi sosial, seringkali
diakibatkan karena pasien berasal dari golongan sosial ekonomi rendah
hal ini mengakibatkan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi
kebutuhan. Kondisi tersebut memicu timbulnya stress yang terus
menerus, sehingga fokus pasien hanya pada pemenuhan kebutuhannya
dan mengabaikan hubungan sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Stuart & Laraia (2005) dan Townsend (2005) mengatakan bahwa faktor
usia merupakan salah satu penyebab isolasi sosial hal ini dikarenakan
rendahnya kemampuan pasien dalam memecahkan masalah isolasi
sosial umumnya memiliki riwayat penolakan lingkungan pada usia
perkembangan anak, sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah
tugas perkembangannya yaitu berhubungan dengan orang lain.
Pengalaman tersebut menimbulkan rasa kurang percaya diri dalam
memulai hubungan, akibat rasa takut terhadap penolakan dari
lingkungan.
4

1.2.3 Faktor Presipitasi


Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak. Faktor lainnya pengalaman abuse dalam
keluarga. Penerapan aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien dan konflik antar masyarakat.
Selain itu pada pasien yang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan
adanya pengalaman negatif pasien yang mengalami isolasi sosial, dapat
ditemukan adanya pengalaman ketidakjelasan atau berlebihnya peran
yang dimiliki serta mengalami krisis identitas. Pengalaman kegagalan
yang berulang dapat mencapai harapan dan cita-cita, serta kurangnya
penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Faktor-faktor
diatas, menyebabkan gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang
lain, yang pada akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.

1.3 Rentang Respon Adaptif dan Mal Adaptif


Rentang respon
Rentang respon sosial
Suatu hubugan antar manusia akan berada pada rentag respon adaptif dan
maladaptive seperti tergambar dibawah ini.

Adaptif Maladaptif

 Menyendiri (solitude)  Merasa sendiri  Manipulasi

 Otonomi (loneliness)  Implusif

 Bekerja sama  Menarik diri  Narsisme


(mutualisme) (withdrawal)
 Saling tergantung  Tergantung
(interdepence) (dependent)
5

1.3.1 Menyendiri (solitude)


Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
1.3.2 Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
1.3.3 Bekerja sama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
1.3.4 Saling tergantung (interdepence)
Merupakan kondisi saling tergantungan antara individu dan orang lain
dalam membina hubungan interversonal.
1.3.5 Menarik diri
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
1.3.6 Ketergantungan (dependen)
Terjadi bila seseorang gagal dalam mengembanngkan rasa percaya diri
atau kemampuannya berfungsi secara sukses.
1.3.7 Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek, individu tersebut terdapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
1.3.8 Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat
diandalkan.
1.3.9 Narsisme
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian yang egosentris dan pencemburu.
6

Rentang respon emosional

Respon adaptif Respon maladaptif

Kepekaan defresi Reaksi Berduka Supresi Penundaan

Emosional mania Tak terkomplikasi EmosiReaksi berduka tak


terkomplikasi, terjadi sebagai respon terhadap kehilangan dan tersirat bahwa
seseorang sedang menghadapi sesuatu kehilangan yang nyata serta terbenam
dalam proses berbukanya. Supresi emosi, mungkin tampak sebagai
penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari keterkaitan
dengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif
seseorang.

penundaan reaksi berkabung , adalah ketidakadaan yang persisten


respon emosional terhadap kehilangan. ini dapat terjadi pada awal proses
berkabung , dan menjadi nyata pada pengunduran proses mulai terjadi atau
keduanya. Penundaan dan penolakan proses kadang terjadi bertahun.

1.4 Penatalaksanaan
Rencana tindakan menurut Dermawan & Rusdi (2013) yaitu dengan
pendekatan strategi pelaksanaan untuk pasien dan keluarga. Strategi
pelaksanaan (SP) untuk pasien terdiri dari tiga SP. Rencana tindakan untuk SP
1 antara lain: bina hubungan saling percaya, bantu klien mengenal penyebab
isolasi sosial, bantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain, ajarkan klien cara berkenalan,
masukkan ke jadwal harian klien. Rencana tindakan untuk SP 2 antara lain:
ajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama-
seorang perawat), masukkan ke jadwal harian klien. Rencana tindakan untuk
SP 3 antara lain: latih klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan) dengan
7

orang kedua-seorang klien), masukkan ke jadwal harian klien. Sedangkan


strategi pelaksanaan untuk keluarga juga terdapat tiga SP. Rencana tindakan
untuk SP 1 keluarga adalah berikan penyuluhan kepada keluarga tentang
masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial dan cara merawat klien dengan
isolasi sosial. Rencana tindakan untuk SP 2 adalah latih keluarga
mempraktekkan cara merawat Klien dengan masalah isolasi sosial langsung
dihadapan klien. Rencana tindakan untuk SP 3 adalah buat perencanaan
pulang bersama keluarga. Intervensi yang dibuat penulis sesuai dengan teori
isolasi sosial menurut (Dermawan & Rusdi, 2013)
1.5 Phatways

POHON MASALAH

Gangguan Sensori Persepsi


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

1.6 Pengkajian (secara teori)


Pengkajian pasien isolasi social dapat dilakukan melalui wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi social dapat ditemukan dengan wawancara, melalui
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.6.1 Bagaimana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang lain?
1.6.2 Bagaimana perasaan anda ketika hubungan dengan orang lain? apa
yang anada rasakan? apakah anada merasa nyaman?
8

1.6.3 Bagaimana penilian anda terhadap orang-orang di sekeliling anda


(keluarga atau tetangga)
1.6.4 Apakah anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila
punya siapa anggota kelurga dan teman dekatnya itu?
1.6.5 Adakah anggota kelurga atau teman yang tidak dekat dengan anda? Bila
punya siapa anggota kelurga dan teman yang tidak dekatnya itu?
1.6.6 Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut?
Tanda dan gejala isolasi social yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah sebagai berikut:
1.6.6.1 Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
1.6.6.2 Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraki dengan orang lain
yang terdekat
1.6.6.3 Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
1.6.6.4 Kontak mata kurang.

1.7 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala isolasi sosial


yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukan tanda dan gejala isolasi,
maka diagnosis keperawatan yang ditegakan adalah:

POHON MASALAH

Gangguan Sensori Persepsi


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


9

1.8 Intervensi

Pertemuan Tindakan Keperawatan


ke
1 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial: siapa yang serumah,
siapa yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya
2. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
3. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
4. Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat atau tamu
5. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan
2 1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
kegiatan)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan 2 -
3 orang pasien, perawat dan tamu, berbicara saat melakukan
kegiatan harian
3 1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa orang) &
bicara saat melakukan dua kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2
kegiatan baru)
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5
orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian
4 1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan
empat kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih cara bicara sosial: meminta sesuatu, menjawab
pertanyan
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan
>5 orang, orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan
harian dan sosialisasi
5 1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
10

3. Nilai kemampuan yang telah mandiri


4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi
11

BAB 3

PENUTUP

Simpulan
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010)
adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain
mengatakn negatif dan mengancam. Sedangkan menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi
atau kegagalannya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013)
12

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Anna Budi. Akemat. Halena, Novy, dll.2007. Keperawatan Kesehatan


Jiwa Komunitas: CMHN (Basisc Care). Jakarta: EGC

Directorat Kesehatan Jiwa, Dit.Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa.
Teoridan Tindakan Keperawatan Jiwa, Jakarta, 2002.

https://eprints.ums.ac.id/34432/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai