Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH GERONTIK

ISOLASI SOSIAL PADA LANSIA


LUBEN SOCIAL NETWORK SCALE (LSNS)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Ujian Perbaikan Keperawatan


Gerontik

Oleh:
Aini Masruruh 12.1101.1001
Ainun Saleha 12.1101.1002
Anggun Pratiwi 12.1101.1003
Aulia Haerda Diantika 12.1101.1005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah
kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas
pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia,
meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain.

Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu,
dimana merupakan fase akhir kehidupan lansia. Menurut Laksamana (1983),
perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan senesens
dan perubahan senilitas. Perubahan senesens adalah perubahan-perubahan
normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian senilitas adalah
perubahan-perubahan patologik permanen dan disertai dengan makin
memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang
dihadapi lansia pada umumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan
problema bidang sosial ekonomi. Oleh karena itu lansia adalah kelompok
dengan resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.

Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat


dihindarkan. Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa semakin
tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan dampaknyasemakin tinggi pula
jumlah penduduknya yang berusia lanjut.

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu


ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual
dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan
menunjang pelayanan kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu
pelayanan yang komprehensif. Permasalahan kesehatan pada lansia tidak
hanya permasalahan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan mental dalam
menghadapi usia senja. Lansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan
manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan
harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang mengalami gangguan
mental seperti perilaku menarik diri/isolasi sosial.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis diuraikan sebelumnya maka


penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun
rumusan masalahnya antara lain :

1. Apakah definisi dari Menarik Diri/Isolasi Sosial?


2. Apakah etiologi dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
3. Apa saja Faktor Predisposisi dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
4. Apa saja Faktor Presifitasi dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
5. Apa saja Tanda dan Gejala dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
6. Apa saja Rentang Respon dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
7. Apa saja Karakteristik Perilaku dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
8. Apa saja Permasalahan dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Psikososial?
10. Apa yang dimaksud Lubben Social Network Scale?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan lansia


dengan masalah sosio-cultural.
1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa/


mahasiswi mengetahui dan dapat melakukan hal sebagai berikut :

1. Mengetahui definisi dari Menarik Diri/Isolasi Sosial?


2. Mengetahui etiologi dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
3. Mengetahui Faktor Predisposisi dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
4. Mengetahui Faktor Presifitasi dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
5. Mengetahui Tanda dan Gejala dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
6. Mengetahui Rentang Respon dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
7. Mengetahui Karakteristik Perilaku dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
8. Mengetahui Permasalahan dari Menarik Diri/Isolasi sosial?
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah
Psikososial
10. Mengetahui Lubben Social Network Scale?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Menarik Diri/Isolasi sosial

Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal
diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri
dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang
lain.Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan
diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan yang pernah
dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat,2006).

Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau


merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan
dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito,
1998).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam(Towsend,1998).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba,
dkk. 2008).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan


mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang
diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif
atau mengancam (Wilkinson, 2007).

Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi


dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi
atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain (DepKes, 1998).

Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah merupakan hal
yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya
kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar
dalam fenomena kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan
suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan disekitarnya.

2.2. Etiologi

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,
rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri
(Carpenito,1998).
2.3. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan


perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan
orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan
dan merasa tertekan.

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan


yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang
mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.

1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui


riwayat keluarga atau keturunan.

2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi


karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.

3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu


dengan benda atau yang sangat berarti.

4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang


negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap sesuatu

5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif


yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang,
dunia seseorang, dan masa depan seseorang.
2.4. Faktor Presifitasi

Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya


stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis
seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien
berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
sundeen, 1995).

2.5. Tanda dan Gejala

1. Apatis, ekspresif, afek tumpul.

2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri


dari orang lain.

3. Komunikasi kurang atau tidak ada.

4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah klien kurang mobilitasnya.

6. Menolak hubungan dengan orang lain klien memutuskan percakapan


atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan


rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

2.6. Rentang Respon

1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk


merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.

2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan


menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.

4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung


antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan


kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa


percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.

7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada


individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan


orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-
tanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan
humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang
dingin dan tanpa emosi.

2.7. Karakteristik Perilaku

1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.


2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
3. Kemunduran secara fisik.
4. Tidur berlebihan.
5. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
6. Banyak tidur siang.
7. Kurang bergairah.
8. Tidak memperdulikan lingkungan.
9. Kegiatan menurun.
10. Immobilisasai.
11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
12. Keinginan seksual menurun.

2.8. Permasalahan

Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian


kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut :

1. Permasalahan Umum

a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis


kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang


berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati,
berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara
fisik lebih mengarah pada bentuk kelurga kecil.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan


yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan
berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara
tidak langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.

d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan


lanjut usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas
khusus bagi lanjut usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan
kesejahteraan lanjut usia.

e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan


kesejateraan lanjut usia.
2. Permasalahan Khusus

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai


permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia
adalah sebagai berikut:

a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya


masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan
fisik yang menyebabkan penuaan peran sosialnya dan dapat
menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.

b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan


kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada
kondisi sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak
diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya.

c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan


tenaga kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang
rendah, menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja
yang ada, dan terpaksa menganggur.

d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga


diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri
serta mempunyai penghasilan cukup.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan


masyarakat individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai
dan dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan
bisa menjadi terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai
budaya tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua
merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat
dipisahkan dan didasarkan kepada suatu ikatan kekerabatan yang
kuat, dimana orang tua dihormati serta dihargai, sehingga
seseorang anak mempunyai kewajiban untuk mengurus orang
tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian generasi muda
beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam
urusan hidup sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi
sosial para lanjut usia dengan masyrakatlingkungannya, sehingga
dapat terjadi kesenjangan antara-generasi tua dan muda. Dengan
demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan budaya
bangsa ini secara terus-menerus dari generasi ke generasi
selanjutnya.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak


lingkungan, polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu
kesehatan fisik lanjut usia. Terkosentrasinya dan penyebaran
pembangunan yang belum merata menimbulkan ketimpangan
antara penduduk lanjut usia di kota dan di desa.

2.9. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Psikososial

A. Pengkajian

Identitas Klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,


agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah
klien dan alamat klien.

Orang-orang terdekat

Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga


dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam
keluarga.

Kultural

Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan


(sistem rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan
kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan
dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit,
kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.

Keluhan Utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)


komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari hari ,
dependen.

Faktor predisposisi

Kehilangan, perpisahan,harapan orang tua yang tidak realistis


,kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya
harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan,dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai
klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhafisik yang dialami oleh klien.

Aspek Psikososial

1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi

2. Konsep diri

a) Citra tubuh

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah


atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.

b) Identitas diri

Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan


dan tidak mampu mengambil keputusan

c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,


proses menua, putus sekolah, PHK.

d) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :


mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

e) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri


sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.

3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga


sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang
diikuti dalam masyarakat.

4. Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spritual).

Status Mental

Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata,


kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan denga orang lain, Adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
Kebutuhan persiapan pulang.

1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan


WC, membersikan dan merapikan pakaian.

3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas


didalam dan diluar rumah

5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

Mekanisme Koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan


nya pada orang orang lain ( lebih sering menggunakan koping menarik
diri)

Aspek Medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,


Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

2.10 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons


baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan


dari pengkajian adalah sebagai berikut :

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Resiko perubahan sensori persepsi


Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada
orang lain

Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.

Intoleransi aktifitas.

Kekerasan resiko tinggi.

A. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi


kegagalan pada peristiwa-peristiwa kehidupan.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan


ketidakseimbangan sistem saraf; kehilangan memori;
ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan
memecahkan masalah.

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.

4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan pasien;


keyakinan kesehatan, nilai spiritual, pengaruh kultural.

3.1. Lubben Social Network Scale

Skala ini adalah ukuran laporan diri dari keterlibatan sosial termasuk
keluarga dan teman-teman. Skala ini juga dapat membedakan mana lansia
yang terisolasi dan mana lansia yang tidak terisolasi. Skala jaringn sosial
lubben terdiri dari dua versi dari skala ini termasuk; LSNS yang terdiri dari
12 pertanyaan dan LSNS yang terdiri dari 6 pernyataan, dimana skoring
berkisar dari nilai 0 sampai 30 untuk LSNS dengan skor yang lebih tinggi
menunjukkan keterlibatan sosial yang lebih, jika nilai kurang dari 12 maka
lansia termasuk dalam isolasi sosial, sedangkan Untuk LSNS-R, skor berkisar
antara 0 dan 60 dengan skor kurang dari 20 dapat menunjukkan seseorang
dengan jaringan sosial sangat terbatas dan berisiko tinggi untuk isolasi. Skor
rendah juga telah berkorelasi dengan kematian, semua penyebab rawat inap,
masalah kesehatan fisik, depresi dan masalah kesehatan mental lainnya, dan
kurangnya kepatuhan terhadap praktek-praktek kesehatan yang baik. Total
skor dihitung dengan mencari jumlah dari semua item .

Skoring:

Keterlibatan sosial kurang Keterlibatan sosial lebih


Pertanyaan 0 1 2 3 4 5

Pertanyaan LSNS:
KELUARGA : Mengingat orang kepada siapa Anda berhubungan dengan
kelahiran , perkawinan , adopsi , dll.
1. Berapa banyak saudara yang anda rasa dekat dan bertemu dengan anda
setidaknya sekali dalam sebulan?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = lima - delapan
5 = sembilan atau lebih

2. Berapa banyak saudara yang Anda anggap nyaman untuk anda ceritakan hal-
hal pribadi?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = lima - delapan
5 = sembilan atau lebih
3. Berapa banyak saudara yang Anda anggap dekat yang dapat anda hubungi
saat anda membutuhkan bantuan ?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = lima - delapan
5 = sembilan atau lebih

PERSAHABATAN: Mengingat semua teman termasuk mereka yang tinggal di


lingkungan Anda
4. Berapa banyak teman yang anda rasa dekat dan bertemu dengan anda
setidaknya sekali dalam sebulan?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = lima - delapan
5 = sembilan atau lebih

5. Berapa banyak teman yang Anda anggap nyaman untuk anda ceritakan hal-
hal pribadi?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = lima - delapan
5 = sembilan atau lebih
6. Berapa banyak teman yang Anda anggap dekat yang dapat anda hubungi
saat anda membutuhkan bantuan ?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = lima - delapan
5 = sembilan atau lebih

Pertanyaan LSNS - R
KELUARGA: Mengingat orang kepada siapa Anda berhubungan dengan
kelahiran, perkawinan, adopsi, dll ...

1. Berapa banyak kerabat Anda melihat atau mendengar dari setidaknya sebulan
sekali?

0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = 5-8
5 = sembilan atau lebih

2. Seberapa sering Anda melihat atau mendengar dari kerabat dengan siapa Anda
memiliki paling kontak?
0 = kurang dari bulanan
1 = bulanan
2 = beberapa kali sebulan
3 = mingguan
4 = beberapa minggu sekali
5 = setiap hari
3. Berapa banyak saudara yang Anda merasa nyaman dengan itu Anda dapat
berbicara tentang hal-hal pribadi?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = 5-8
5 = sembilan atau lebih
4. Berapa banyak saudara yang Anda merasa dekat dengan sedemikian rupa
sehingga Anda bisa memanggil mereka untuk membantu?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = 5-8
5 = sembilan atau lebih

5. Ketika salah satu kerabat Anda memiliki sebuah keputusan penting untuk
membuat, seberapa sering mereka berbicara untuk Anda tentang hal itu?
0 = tidak pernah
1 = jarang
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = sangat sering
5 = selalu
6. Seberapa sering adalah salah satu kerabat Anda tersedia bagi Anda untuk
berbicara dengan ketika Anda memiliki keputusan penting untuk membuat?
0 = tidak pernah
1 = jarang
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = sangat sering
5 = selalu

PERSAHABATAN: Mengingat semua teman termasuk mereka yang tinggal di


Anda lingkungan

7. Berapa banyak dari teman-teman Anda apakah Anda melihat atau mendengar
dari setidaknya sebulan sekali?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = 5-8
5 = sembilan atau lebih

8. Seberapa sering Anda melihat atau mendengar dari teman dengan siapa Anda
memiliki kontak yang paling?
0 = kurang dari bulanan
1 = bulanan
2 = beberapa kali sebulan
3 = mingguan
4 = beberapa minggu sekali
5 = setiap hari
9. Berapa banyak teman yang Anda merasa nyaman dengan itu Anda dapat
berbicara tentang hal-hal pribadi?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = 5-8
5 = sembilan atau lebih

10. Berapa banyak teman yang Anda merasa dekat dengan sedemikian rupa
sehingga Anda bisa memanggil mereka untuk membantu?
0 = tidak ada
1 = satu
2 = dua
3 = tiga atau empat
4 = 5-8
5 = sembilan atau lebih

11. Ketika salah satu dari teman-teman Anda memiliki sebuah keputusan penting
untuk membuat, seberapa sering mereka berbicara untuk Anda tentang hal
itu?
0 = tidak pernah
1 = jarang
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = sangat sering
5 = selalu
12. Seberapa sering adalah salah satu teman Anda yang tersedia bagi Anda untuk
berbicara dengan ketika Anda memiliki keputusan penting untuk membuat?
0 = tidak pernah
1 = jarang
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = sangat sering
5 = selalu
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan
upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain.

2. Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat penulis buat semua pihak agar bisa
menjadi lebih baik dimasa akan datang :
1. Untuk perawat dan tenaga kesehatan lainnya, binalah hubungan saling
percaya dengan klien agar terjadi komunikasi terapeutik sehingga klien
dapat mengungkapkan semua permasalahannya agar tercapai keberhasilan
proses keperawatan.
2. Untuk keluarga klien, sisihkanlah waktu untuk mengunjungi klien selama
dirawat di RSJ dan terimalah klien apa adanya serta berikan dukungan dan
perhatian yang dapat mempercepat proses penyembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri. Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta :
EGC

Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika

Lubben, J. (1988). Assessing social networks among elderly populations.


Family & Community Health: The Journal of Health Promotion &
Maintenance, 11, 42-52.

Lubben, J., Blozik, E., Gillmann, G., IIiffe, S., von Renteln Kruse, W., Beck,
J. C., & Stuck, A. E. (2006). Performance of an abbreviated version of
the Lubben Social Network Scale among three European
Communitydwelling older adult populations. Gerontologist, 46(4),
503513.

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC .

Tim MPKP RSJ Aceh (2010). Masalah-masalah keperawatan jiwa. Banda Aceh.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses
Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai