A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep status fungsional pada lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan status fungsional pada lansia
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang aktifitas fisik pada lansia
c. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep latihan fisik pada lansia
d. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep Activity of Daily Living (ADL) pada lansia
B. POKOK BAHASAN
1. Status Fungsional Lansia
Status fungsional mengarah pada kemampuan individu untuk melakukan aktifitas sehari – hari
untuk memenuhi kebutuhan dasar, menjalankan peran serta mempertahankan kesehatan dan
kesejahteraan. Status fungsional dipengaruhi oleh kondisi fisik, alam perasaan, fungsi kognitif
dan faktor – faktor lainnya.
Konsep status fungsional berhubungan dengan kapasitas fungsional dan penampilan
fungsional. Kapasitas fungsional menggambarkan kemampuan individu dalam melakukan
aktifitas sehari – hari dalam domain kehidupan fisik, psikologis dan spiritual; sedangkan
penampilan fungsional menggambarkan aktifitas fisik yang dilakukan oleh individu dalam
kehidupan sehari - hari.
individu dalam melakukan ADL dan dalam upaya mempertahankan kemandirian dalam
kehidupan sehari – hari. Penurunan kapasitas udara maksimal (VO2max) dan kinerja
sistem musculoskeletal merupakan hal contoh bentuk perubahan degeneratif yang
terjadi. Perubahan pada dua sistem ini merupakan determinan utama yang menentukan
toleransi lansia dalam melakukan olahraga dan kemandirian status fungsionalnya.
Penurunan kekuatan otot dan VO2 max menyebabkan lansia membutuhkan usaha yang
lebih dalam beraktifitas dibandingkan orang yang lebih muda.
Salah satu bentuk perubahan degeneratif lainnya adalah perubahan komposisi tubuh
yang berhubungan dengan fungsi fisiologis tubuh. Misalnya perubahan yang terjadi pada
komposisi lemak tubuh dan hilangnya massa otot pada orang dewasa.
2) Penurunan aktifitas
Lansia umumnya kurang aktif beraktifitas dibandingkan orang yang berusia lebih muda.
Walaupun terkadang waktu yang dibutuhkan untuk beraktifitas oleh seorang lansia aktif
mendekati waktu beraktifitas orang dewasa muda, namun intensitas aktifitas sangat
berbeda. Mayoritas lansia melakukan aktifitas yang berintensitas rendah seperti berjalan,
berkebun, atau aktifitas aerobic low impact.
c. Manfaat aktifitas fisik bagi lansia
1) Pencegahan penyakit jantung
2) Menurunkan tekanan darah
3) Menurunkan resiko osteoporosis
4) Menjaga berat badan ideal
5) Meningkatkan kualitas tidur
6) Meningkatkan ambang batas toleransi glukosa dan hiperlipidemi, dan
7) Menurunkan resiko jatuh
d. Alasan lansia melakukan aktifitas fisik
1) Untuk bersenang – senang
2) Untuk bersosialisasi, dan
3) Untuk menjaga kesehatan
e. Faktor – faktor yang mempengaruhi aktifitas fisik pada lansia
1) Masa pensiun
Saat lansia memasuki masa pension, akan terjadi perubahan gaya hidup lansia. Jadwal
sehari – hari lansia akan berubah setelah memasuki masa pensiun. Isu kunci pada masa
pensiun adalah penggantian aktifitas kerja dengan aktifitas lain yang bermakna dan
pergantian partner kerja dengan pasangan sosial yang baru.
Aktifitas pada masa pensiun haruslah aktifitas yang bermakna dan mampu memnuhi
kebutuhan sosialisasi. Pilihan jenis aktifitas bergantung pada minat lansia. Status
kesehatan seperti keterbatasan mobilitas, penurunan ketahanan dan penurunan sensori
juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan aktifitas. Namun untuk banyak lansia, masa
MODUL KEPERAWATAN GERONTIK : STATUS FUNGSIONAL LANSIA 3
pensiun adalah masa dimana lansia terlibat dalam aktifitas yang tidak terkejar selama
masa kerja akibat terbatasnya waktu dan energy.
2) Relokasi
Relokasi adalah kepindahan tempat tinggal lansia, baik kepindahan ke rumah keluarga,
sanak saudara, atau ke rumah perawatan. Terlepas dari tujuan kepindahan, relokasi dapat
mempengaruhi rutinitas lansia. Relokasi akan mengganggu pola umum aktifitas lansia.
Adaptasi untuk mempertahankan ADL bisa jadi tidak lagi berguna. Seperti misalnya
kebiasaan berjalan di lingkungan yang familiar akan berganti.
3) Kehilangan pasangan
Kehilangan pasangan mempengaruhi aktifitas yang dilakukan lansia setiap harinya.
Kehilangan pasangan akan menimbulkan respon berduka pada lansia. Aktifitas fisik akan
jauh berkurang saat lansia sedang dalam proses berduka. Namun upaya untuk kembali
pulih dari proses berduka merupakan bentuk adopsi pola baru. Pola baru tersebut meliputi
pola aktifitas baru sepeninggal pasangan.
gerakan bangkit dari kursi dan ditahan beberapa detik yang dilakukan berulang – ulang, atau
aktifitas dengan tahanan tertentu misalnya latihan dengan tali elastic.
Latihan pengutaan otot dilakukan setidaknya 2 kali dalam seminggu dengan istirahat diantara
sesi untuk masing – masing kelompok otot. Intensitas untuk membentuk kekuatan otot
menggunakan tahanan atau beban dengan 10 – 20 kali repetisi untuk masing – masing latihan.
Itensitas latihan meningkat seiring meningkatnya kemampuan individu. Jumlah repetisi harus
ditingkatkan sebelum beban ditambah. Waktu yang dibutuhkan untuk satu set latihan adalah
dengan 10 – 15 x repetisi.
c. Latihan fleksibilitas
Latihan fleksibilitas merupakan aktifitas yang dirancang untuk membantu mempertahankan ROM,
yang diperlukan untuk melakukan aktifitas fisik dan tugas sehari – hari secara teratur. Latihan ini
melatih otot dan persendian. Latihan fleksibilitas dilakukan 2 – 3 kali seminggu dengan intensitas
yang disesuaikan dengan kenyamanan lansia.
d. Latihan keseimbangan
Latihan keseimbangan dilakukan untuk mencegah jatuh pada lansia. Latihan ini dilakukan 3x
seminggu dan dilakukan dengan intensitas rendah.
4. Activity of Daily Living (ADL)
Activity of Daily Living (ADL) didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas yang dilakukan untuk perawatan
diri normal sehari – hari. ADL terdiri dari :
a. ADL dasar (basic ADL) yang merupakan sekumpulan tugas perawatan diri yang meliputi makan,
mandi, toileting, berpakaian, personal hygiene, berpindah dan berjalan
b. ADL instrumental (IADL) merupakan sekumpulan aktifitas yang memungkinkan lansia untuk
hidup mandiri di komunitas. IADL terdiri dari kemampuan menggunakan telefon, kemampuan
mengurus rumah, berbelanja, mengelola keuangan, menyiapkan makanan, mengelola medikasi
dan manajemen transportasi.
c. Advanced ADL (AADL) merupakan sekumpulan aktifitas sehari – hari yang pelaksanaannya
membutuhkan kemampuan kognitif yang komplek. AADL terdiri dari aktifitas yang umumnya
merupakan hobi atau kegemaran lansia.
5. Pengkajian Status Fungsional
Status fungsional menggambarkan konsep kualitas hidup akibat diagnosa medis yang dialami
lansia. Pengkajian status fungsional adalah kunci untuk memahami sejauh mana keluhan
somatik pada lansia berpengaruh pada fungsi rehabilitatif yang akan dijalani lansia.
Sedangkan IADL meliputi aktivitas sehari-hari yang lebih komplek, seperti menggunakan
telepon, membersihkan rumah dan mengatur keuangan.
b. Activity Of Daily Living (ADL)
Beberapa instrumen ADL sangat membantu untuk mengkaji lansia yang dianggap rentan.
Lansia yang rentan adalah lansia yang perlu dibantu dalam pelaksanaan ADLnya,
sehingga berefek pada perilaku dan kualitas hidupnya. Lansia yangrentan akan sangat
bergantung pada tetangga atau keluarga dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Kerentanan menggambarkan kondisi kesehatan yang membutuhkan perawatan, medikasi
dan kunjungan dokter. Idealnya perawat membutuhkan satu set pertanyaan yang cepat
dan mudah untuk diaplikasikan untuk mengkaji lansia yang mulai mengalami kesulitas
dalam melakukan tugas sehari-hari dan mengarah pada ketergantungan. Berikut adalah
beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengkaji kemampuan lansia dalam
melakukan ADL
c. Indek Katz
Indek katz mengkaji kemampuan dalam melakukan ADL seperti mandi, berpakaian,
BAB/BAK, berpindah dan kemampuan untuk makan. Instrumen ini memberikan kerangka
kerja untuk mengkaji kemampuan untuk hidup mandiri, atau dengan bantuan. Lansia yang
mengalami ketergantungan pada satu aktivitas mungkin akan membutuhkan bantuan pada
waktu-waktu tertentu, misalnya mandi, namun pada lansia yang mengalami
ketergantungan bantuan akan membutuhkan bantuan pada setiap aktivitas yang
dilakukannya.
Indek katz terdiri dari 3 skala (mandiri, bantuan parsial dan total) membuatnya lebih
mudah digunakan bahkan untuk tenaga dengan pelathan minimal. Keuntungan
penggunaan indek katz adalah (1) pemfokusan kemampuan fungsional memungkinkan
tenaga kesehatan untuk mencocokkan dengan bantuan yang diperlukan, dan (2)
memungkinkan tenaga kesehatan memberikan intervensi yang lebih spesifik.
1. Mandi
I Mandiri
A Butuh bantuan pada satu bagian tubuh ketika mandi (misal pada punggung
atau salah satu kaki)
D Membutuhkan bantuan total untuk mandi (bahkan tidak dapat mandi)
2. Berpakaian
I Mengambil dan memasang pakaian tanpa bantuan
A Mengambil dan memasang pakaian tanpa bantuan kecuali untuk mengikat
MODUL KEPERAWATAN GERONTIK : STATUS FUNGSIONAL LANSIA 6
tali sepatu
D Butuh bantuan untuk mengambil pakaian atau untuk memasang pakaian atau
tidak dapat memasang pakaian sama sekali
3. Toileting
I Mampu berjalan menuju toilet, membersihkan diri, membenahi pakaian tanpa
bantuan (dapat menggunakan alat bantu seperti tongkat, walker atau kursi
roda atau menggunakan bed pan atau pispot pada malam hari dan
membuang isinya di pagi hari)
A Membutuhkan bantuan untuk pergi ke toilet, atau untuk membersihkan diri
atau atau membenahi pakaian setelah BAB/BAK, atau butuh bantuan dalam
menggunakan bed pan atau pispot di malam hari
D Tidak bisa pergi ke toilet untuk BAB/BAK
4. Berpindah
I Berpindah dari dan ke tempat tidur atau dari dan ke kursi tanpa bantuan
(bisa menggunakan dukungan objek seperti tongkat atau walker)
A Berpindah dari dan ke tempat tidur atau kursi dengan bantuan
D Tidak dapat bangun dari tempat tidur
5. BAB/BAK
I Mampu mengontrol BAB dan BAK
A Sesekali tidak mampu mengontrol BAB dan BAK
D Butuh pengawasan untuk mengontrol BAB dan BAK, menggunakan kateter,
atau inkontinensia
6. Makan
I Mampu makan sendiri tanpa bantuan
A Mampu makan sendiri, namun butuh bantuan untuk memotong daging atau
mengoleskan mentega
D Butuh bantuan untuk makan atau mendaplat intake makanan melalui selang
sebagian atau total atau mendapat intake makanan parenter
d. Indek Barthel
Indek barthel juga digunakan unruk mengakji kemampuan merawat diri. Namun item
pertanyaannya menitikberatkan pada sejauh mana bantuan akan diberikan jika lansia
mengalami kesulitan dalam memenuhi status fungsionalnya. Untuk klien dengan gangguan
neuromuskuler, indek barthel dapat digunakan untuk mengukur kemajuan klien. Klien yang
tidak menunjukkan perbaikan selama rehabilitasi menunjukkan prognosis penyembuhan yang
buruk.
1) Makan/minum
10 : mandiri. Artinya klien dapat mengambil makanan dari atas nampan atau meja
setelah seseorang meletakkan makanan dalam jangkauan.
5: membutuhkan beberapa bantuan (memotong makanan, mengoleskan mentega,
menaburkan garam atau merica, dll).
2) Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya
15: mandiri pada setiap fase aktivitas ini. Klien mampu berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda; mengunci roda, mengangkat pijakan kaki, berpindah ke tempat tidur,
mengubah posisi kursi roda, dan kembali ke kursi roda.
10: membutuhkan bantuan minimal dalam melakukan setiap fase aktivitas atau
membutuhkan pengawasan untuk menjaga keselamatan dalam melakukan aktivitas ini.
5: klien dapat bangkit ke posisi duduk, namun perlu diangkat dari tempat tidur, atau
membutuhkan banyak pertolongan untuk berpindah ke kursi roda.
3) Kebersihan diri (cuci muka, menyisir,mencukur rambut, menggosok gigi)
5: klien mampu mencuci tangan dan wajah, menyisir rambut, menyikat gigi dan bercukur.
Untuk klien laki-laki ia harus mampu menyiapkan pisau cukur, sekaligus mengambil pisau
cukur dari lemari. Untuk klien perempuan ia harus mampu berdandan dan menyisir rapi
rambutnya tanpa harus menata rambut.
4) Keluar/masuk kamar mandi
10 : klien dapat keluar/masuk kamar mandi, melepas dan memasang kembali pakaian,
menjaga pakaiannya tetap bersih, dan menggunakan tissue toilet tanpa bantuan. Klien
dapat berpegangan pada wall bar atau menggunakan objek stabil untuk menjaga
keseimbangan. Jika klien menggunakan bed pan, klien harus mampu meletakkannya
sendiri di atas kursi, mengosongkan dan membersihkannya.
5 : klien dikatakan membutuhkan bantuan apabila memiliki masalah keseimbangan,
membutuhkan bantuan untuk menjaga kebersihan bajunya dan membutuhkan bantuan
dalam menggunakan tissue toilet.
5) Mandi
5 : klien dapat menggunakan bak mandi, shower, atau menggunakan sponge bath. Klien
harus mampu membersihkan badan tanpa bantuan.
6) Berjalan (jalan datar)
15 : klien dapat berjalan sejauh 50 yard tanpa bantuan ataupun pengawasan. Klien dapat
menggunakan ekstremitas palsu dan juga menggunakan alat bantu jalan seprti cruck,
cane, atau walkerette namun bukan rolling walker. Mampu mengunci dan melepas
pengait, mampu melakukan posisi berdiri dan duduk, menggunakan alat bantu
seperlunya saat berdiri dan memindahkannya ketika duduk.
MODUL KEPERAWATAN GERONTIK : STATUS FUNGSIONAL LANSIA 8
10: klien membutuhkan bantuan dan pengawasan dalam melakukan kegiatan di atas,
namun mampu berjalan setidaknya 50 yards dengan bantuan minimal.
7) Naik turun tangga
10: klien dapat naik dan menuruni tangga tanpa bantuan atau tanpa pengawasan. Klien
dapat berpegangan pada handrails, atau menggunakan cane atau cructh jika diperlukan.
Klien harus mampu membawa cane atau cructh saat ia menaiki atau menuruni tangga.
5: klien membutuhkan pengawasan atau pertolongan saat menaiki ato menuruni tangga.
8) Berpakaian/bersepatu
10: klien mampu mengenakan dan melepaskan pakaian, mengikat tali sepatu.
5: klien membutuhkan pertolongan untuk mengenakan, melepaskan atau
mengencangkan pakaian.
9) Mengontrol defekasi
10 : klien mampu mengontrol BAB. Klien dapat menggunakan suppositoria atau enema
jika dibutuhkan
5 : klien membutuhkan pertolongan saat menggunakan supposituria atau enema
10) Mengontrol berkemih
10 : klien mampu mengontrol BAK pada pagi dan malam hari. Klien yang menggunakan
kateter harus mampu membersihkan dan mengosongkan kantong urinnya secara mandiri
dan menjaga tetap kering.
5 : klien mengalami inkontinensia atau tidak mampu menahan BAK hingga pispot
terpasang atau tidak mampu menahan BAK sebelum mencapai kamar mandi atau
membutuhkan bantuan untuk merawat kateter yang dipakainya.
BARTHEL INDEKS
No. Jenis aktivitas Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
1. Makan/minum 5 10
2 Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15
tempat tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri: cuci muka, 0 5
menyisir, dll
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10
5 Mandi 0 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian/bersepatu 5 10
9 Mengontrol defekasi 5 10
10 Mengontrol berkemih 5 10
Jumlah
MODUL KEPERAWATAN GERONTIK : STATUS FUNGSIONAL LANSIA 9
Penilaian setiap poin dilakukan melalui pengamatan bukan dari pernyataan reponden bahwa
lanjut usia tersebut bisa melakukan. Setelah semua poin dinilai, keseluruhan skor dijumlahkan
dan kemudian diinterpretasikan adalah sebagai berikut:
1) Skor 0-20 : ketergantungan penuh atau total.
2) Skor 21-61 : ketergantungan berat.
3) Skor 62-90 : ketergantungan moderat.
4) Skor 91-99 : ketergantungan ringan.
5) Skor 100 : mandiri.
e. Instrumental Activity Of Daily Living
Seperti halnya ADL, agar seseorang dapat hidup mandiri dibutuhkan kemampuan untuk dapat
melakukan tugas lain seperti IADL. Aktivitas ini lebih komplek dan membutuhkan kemampuan
untuk melakukan sesuatu seperti menelpon, melakukan perjalanan, belanja, menyiapkan
makanan, melakukan pekerjaan rumah, melakukan pengobatan, dan mengatur keuangan. IADL
menekankan pada aktivitas yang biasanya dilakukan oleh perempuan.
IADL terbagi dalam 5 kelompok aktivitas, yang membentuk suatu instrumen pengkajian
sederhana untuk mengkaji lansia mana yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut. Instrumen
pengukuran IADL memiliki komponen menarik. Pertama, ketidakmampuan melaksanakan tugas
berhubungan dengan angka mortalitas. Kedua, apabila item pertanyaan diukur secara vertikal,
maka lansia yang dapat melakukan tugas dengan baik akan dapat melakukan daftar tugas yang
ada di bawahnya. Berikut beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur IADL.
1. Menggunakan telefon
I Mampu menekan nomor, menerima telefon, dan melakukan panggilan
secara mandiri
A Mampu menjawab telefon atau menekan nomor darurat, namun
membutuhkan telefon khusus atau bantuan untuk mencari dan menekan
nomor
D Tidak mampu menggunakan telefon
2. Melakukan perjalanan
I Mampu mengemudikan mobil atau melakukan perjalanan dengan bus
seorang diri
MODUL KEPERAWATAN GERONTIK : STATUS FUNGSIONAL LANSIA 10
- Tidak dijawab
3. Mampukah Anda menyiapkan makanan Anda sendiri?
1 Mandiri (merencanakan dan memasak makanan Anda sendiri)
0 Dengan bantuan (dapat menyiapkan keperluan untuk memasak, namun tidak
dapat memasak sendiri) atau Anda benar-benar tidak dapat memasak
- Tidak dijawab
4. Dapatkah Anda melakukan pekerjaan rumah?
1 Mandiri (menyapu, mengepel lantai)
0 Dengan bantuan (Mampu melakukan pekerjaan rumah ringan, butuh bantuan
untuk melakukan pekerjaan berat) atau Anda tidak mampu melakukan pekerjaan
rumah
- Tidak dijawab
5. Dapatkah Anda mengatur keuangn Anda sendiri?
1 Mandiri (menulis cek, membayar tagihan)
0 Dengan bantuan (mengatur pemberlian barang dengan mengisi buku cek,
membayar tagihan) atau Anda benar-benar tidak mampu mengatur keuangan
Anda
- Tidak dijawab
C. REFERENSI
Andersson, M., 2007. Caring for Older Adult Holistically. 4th ed. Philadelphia: FA Davis
Company.
Chodzko-Zajcko, M., Proctor, D. & Fiatanore, M., 2014. Exercise and Physical Activity for Older
Adult. American College of Sport and Medicine Journal, III(12), pp. 1510 - 1530.
Dewi, S. R., 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. 1st ed. Yogyakarta: Depublish.
Fleming, K., Evans, J., Weber, D. & Chutka, D., 2009. Practical Functional Asessment for Older
People : A Primary Care Approach. Minesota, Mayo Foundation for Medical Education
and Research.
Gallo, J. J., Bogner, H. R., Fulmer, T. & Paveza, G., 2006. Handbook of Geriatric Asessment.
4th ed. Massachusets: Jones and Bartlett Publishers.
Leuckenotte, M., 2006. Gerontology Nursing. 6th ed. Missouri: Mosby Comapny.
Mauk, K. L., 2006. Gerontological Nursing Competencies for Care. 2nd ed. Boston: Jones and
Bartlett Company.