Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

S DENGAN
SINDROM GERIATRI NYERI DI UPT PSTW JEMBER

Disusun Sebagai Prasyarat Ujian Implementasi


Mata Kuliah Praktik Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh:
Riskiya Dwi Cahyani, S.Kep
NIM. 1801031056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Juni, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM GERIATRI: NYERI

A. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu

kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan

proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2014).

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai masa

keemasan atau kejayaannya dalam ukuran, fungsi, dan juga beberapa

telah menunjukkan kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu.

Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13

tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 adalah

seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas (Dewi, 2014). Secara

garis besar Birren dan Shroots membedakan tiga proses sentral di

dalam tahapan lansia, pertama, proses biologis yang berkaitan dengan

perubahan yang terjadi dalam tubuh seseorang yang menua. Kedua,

penuaan proses dalam masyarakat (social eldering) dan yang ketiga,

penuaan psikologis subjektif (geronting) yang berkaitan dengan

pengalaman batinnya (Hermawati 2006 dalam Prantika, 2015).

Batasan usia lanjut menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO

(Dewi, 2014):

a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun.

b. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-74 tahun.

c. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.

1
2

d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.

2. Teori Proses Menua

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut

Maryam (2008, dalam Prantika, 2015) yaitu teoribiologi, teori

psikologis, teori sosial, dan teori spiritual:

a. Teori biologi

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology

slowtheory, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

b. Teori psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring

denganpenambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan

fungsionalyang efektif.

c. Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses

penuaan,yaitu teori interaksi sosial (social excange theory), theori

penarikandiri (disengagement theory), teori aktivitas (activity

theory), teorikesinambungan (continuity theory), teori

perkembangan (developmenttheory), dan teori stratifikasi usia (age

stratification theory).

d. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi

individu tentangarti kehidupan.


3

3. Tipe-tipe Lanjut Usia

Menurut Azizah (2011), tipe lanjut usia digolongkan seperti

berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah pengalaman diri denan perubahan jaman,

mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan,

memenuhi undangan, dan mengambil perubahan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan

kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman bergaul,

serta memnuhi undangan

c. Tipe tidak pas

Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang

menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik

jasmaniah, kehilangan kekuasaaan situs, tesinggung, menuntut,

sulit dilayani.

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis

gelap datang terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki,

pekerjaan apa saja dilakukan.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, merasa

minder, menyesal, pasif, mental, sosial dan ekonominya.


4

4. Jenis Pelayanan Kesehatan Lansia

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia menurut (Prantika,

2015) meliputi lima upaya kesehatan yaitu: peningkatan (promotif),

pencegahan (preventif), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan

kecacatan dan pemulihan.

a. Promosi (Promotif)

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak

langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah

penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi

kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga provesional

dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi

norma-norma sosial. Upaya promotif di lakukan untuk membantu

organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah

keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan

seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku

hidup mereka.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai

berikut:

1) Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi

kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah,

meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi

kejadian keracunan makanan atau zat kimia.


5

2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk

mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan

meningkatkan pengunaan sistem keamanan kerja.

3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,

bertujuan untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-

bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan

pengolahan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta

mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.

4) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu

yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara

kebersihan gigi dan mulut.

b. Pencegahan (Preventif)

Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.

1) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada

lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan

promosi kesehatan. Jenis pelayanan pencegahan primer adalah:

program imunisasi, konseling, berhenti merokok dan minum

beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar

rumah, manajemen stres, penggunaan medikasi yang tepat.

2) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan

terhadap penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga

terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis dan

mengindap faktor risiko.


6

3) Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai

berikut: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker,

screening: pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-

lain.

4) Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat

gejala penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan

ketergantungan, serta perawatan dengan perawatan di rumah

sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan jangka

panjang.

B. Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, bersifal

individual, dikatakan bersifat individual karena respons individu

terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan

lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi

nyeri pada klien. Nyeri diartikan berbeda – beda antarindividu,

bergantung pada persepsinya walaupun ada satu kesamaan mengenai

persepsi nyeri. Nyeri juga dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang

tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang

berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain,

sehingga individu merasa tersiksa yang akhirnya mengganggu

aktivitas sehari – hari dan psikis (Asmadi, 2008).

Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk

melindungi diri, nyeri merupakan salah satu tanda peringatan bahwa


7

terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama

keperawatan saat mengkaji nyeri ( Muttaqin, 2008).

2. Etiologi nyeri

Menurut Asmadi (2008) penyebab nyeri dapat diklasifikasikan

ke dalam dua golongan yaitu fisik dan psikis. Penyebab fisik seperti

trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik),

neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain – lain.

Secara psikis seperti adanya trauma psikologis.

a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung saraf

bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun

luka. Trauma termis menimbulkan nyeri karena ujung saraf

reseptor mendapat rangsangan akibat panas dan dingin. Trauma

kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.

Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran

listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.

b. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau

kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga

tarikan, jepitan, atau metastase. Nyeri pada peradangan terjadi

karena kerusakan ujung – ujung saraf reseptor akibat adanya

peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.

c. Nyeri yang disebabkab faktor psikologis merupakan nyeri yang

dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat

trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.


8

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan

oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf

reseptor nyeri dan serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan

kulit dan pada jaringan – jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.

3. Fisiologi nyeri

Fisiologis nyeri dimulai dengan adanya stimulus penghasil nyeri

yang mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer, serabut nyeri

memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute

saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu – abu di

medula spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel – sel saraf

inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau

ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebri. Sekali stimulus nyeri

mencapai korteks serebri, maka otak menginterpretasikan kualitas

nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan

yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mepersepsikan nyeri.

Pada saat impuls nyeri sampai ke medula spinalis menuju ke

batang otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi

sebagai bagian dari respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga

sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi flight or fight

yang merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulus pada cabang

simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis.

Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam, dan secara

tipikal melibatkan organ – organ viseral, sistem saraf parasimpatis

menghasilkan suatu aksi (Muttaqin, 2008).


9

4. Tanda dan Gejala

a. Gangguan tidur

b. Posisi menghindari nyeri

c. Gerakan menghindari nyeri

d. Raut wajah kesakitan

e. Perubahan nafsu makan

f. Tekanan darah meningkat

g. Nadi meningkat

h. Pernafasan meningkat

i. Depresi, frustasi

5. Klasifikasi nyeri

Menurut Asmadi (2008) nyeri diklasifikasikan ke dalam beberapa

golongan, yakni:

a. Nyeri berdasarkan tempatnya

1) Pheriperal pain : mukosa dan kulit

2) Deep pain : permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada

organ-organ tubuh visceral.

3) Refered pain : nyeri yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh

4) Central pain: nyeri yang disebabkan karena perangsangan pada

sistem saraf pusat

b. Nyeri berdasarkan sifatnya:

1) Incidental pain: nyeri timbul sewaktu – waktu lalu menghilang


10

2) Steady pain: nyeri yang timbul dan menetap dirasakan terus

menerus

3) Paroxymal pain : nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

kuat sekali.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:

1) Nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas rendah

2) Nyeri sedang yaitu nyeri dengan intensitas sedang

3) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas tinggi

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan:

1) Nyeri akut: nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan

berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri

diketahui dengan jelas.

2) Nyeri kronis: nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan. Nyeri

kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan – bulan

bahkan bertahun – tahun.

6. Penilaian Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan

terapi nyeri paska pembedahan yang efektif. Skala penilaian nyeri dan

keterangan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas

nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi

dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan. Ada beberapa skala

penilaian nyeri pada pasien sekarang:


11

a. Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda,

dimulai dari senyuman sampai menangis karena kesakitan. Skala ini

berguna pada pasien dengan gangguan komunikasi, seperti anak-

anak, orang tua, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang

tidak mengerti dengan bahasa lokal setempat.

b. Verbal Rating Scale (VRS)

Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan

skala lima poin ; tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

c. Numerical Rating Scale (NRS)

Pertama sekali dikemukakan oleh Downie dkk pada tahun 1978,

dimana pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan

dengan menunjukkan angka 0 – 5 atau 0 – 10, dimana angka 0


12

menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 5 atau 10 menunjukkan

nyeri yang hebat.

d. Visual Analogue Scale (VAS)

Skala yang pertama sekali dikemukakan oleh Keele pada tahun

1948 yang merupakan skala dengan garis lurus 10 cm, dimana awal

garis (0) penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10) menandakan

nyeri hebat. Pasien diminta untuk membuat tanda digaris tersebut

untuk mengekspresikan nyeri yang dirasakan. Penggunaan skala

VAS lebih gampang, efisien dan lebih mudah dipahami oleh

penderita dibandingkan dengan skala lainnya. Penggunaan VAS

telah direkomendasikan oleh Coll dkk karena selain telah digunakan

secara luas, VAS juga secara metodologis kualitasnya lebih baik,

dimana juga penggunaannya realtif mudah, hanya dengan

menggunakan beberapa kata sehingga kosa kata tidak menjadi

permasalahan. Willianson dkk juga melakukan kajian pustaka atas

tiga skala ukur nyeri dan menarik kesimpulan bahwa VAS secara

statistik paling kuat rasionya karena dapat menyajikan data dalam

bentuk rasio. Nilai VAS antara 0 – 4 cm dianggap sebagai tingkat

nyeri yang rendah dan digunakan sebagai target untuk tatalaksana

analgesia. Nilai VAS > 4 dianggap nyeri sedang menuju berat


13

sehingga pasien merasa tidak nyaman sehingga perlu diberikan obat

analgesik penyelamat (rescue analgetic).

7. Penatalaksanaan Nyeri

a. Penatalaksanaan keperawatan

1) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital

2) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri

3) Beri rasa aman

4) Sentuhan therapeutic

Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai

keseimbangan energy antara tubuh dengan lingkungan luar.

Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan

memberikan sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer

energy.

5) Akupressure

Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri


14

6) Guided imagery

Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang

menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan

yang terang, serta konsentrasi dari pasien.

7) Distraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri

ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau

ertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi

sentuhan massage, memegang mainan), distraksi intelektual

(merangkai puzzle).

8) Anticipatory guidance

Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan

nyeri.

9) Hipnotis

Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

10) Biofeedback

Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu

informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih

control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif untuk

mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara memasang

elektroda pada pelipis.


15

b. Penatalaksanaan medis

1) Pemberian analgesik

Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan

interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat

pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif

diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat

dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik

yani asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.

2) Plasebo

Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen

obat analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau

air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor

persepsi kepercayaan pasien.


16

WOC Nyeri
Trauma jaringan,
infeksi

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri (histamin, bradikinin,


prostaglandin, serotonin, ion kalium

Merangsang Nociseptor
(reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut tipe A dan


serabut tipe C

Medula spinalis

Sistem aktivasi Sistem aktivasi Area grisea


retikular retikular periakueduktus

Talamus Hipotalamus dan Talamus


sistem limbik

MK: Kesiapan
Meningkatkan Otak (Korteks Pergerakan terbatas
manajemen kesehatan Somatosensorik)
diri

Keinginan untuk
sembuh Persepsi nyeri Perubahan berjalan

MK: Nyeri akut


MK: Risiko Jatuh
17

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Berdasarkan PQRST

P (Provoking): faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.

Q (Quality): kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau

tertusuk.

R (Region): daerah perjalanan nyeri

S (Severity): parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)

0: tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan

4-7 : nyeri sedang

8-10 : nyeri berat

T (Time): waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.

2. Analisa Data

a. Data Subjektif

Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering

mengubah posisi dan menghindari tekanan nyeri.

b. Data Objektif

Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang

nyeri, suhu meningkat.

3. Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri akut

b. Nyeri kronis

c. Gangguan rasa nyaman


18

4. Rencana keperawatan

Tujuan: Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang

Kriteria hasil:

 Pasien menunjukan penurunan skala nyeri

 Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.

Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, kualitas, 1. Menentukan sejauhmana nyeri
lokasi, frekuensi, dan skala yang dirasakan dan untuk
nyeri memudahkan member intervensi
selanjutnya.
2. Monitor tanda-tanda vital, 2. Dapat mengidentifikasi rasa
perhatikan takikardia, sakit dan ketidaknyamanan
hipertensi, dan peningkatan
pernafasan. 3. Membantu pasien menjadi
3. Ajarkan tehnik distraksi dan rileks, menurunkan rasa nyeri,
relaksasi serta mampu mengalihkan
perhatian pasien dari nyeri yang
dirasakan
4. Mengurangi rasa sakit,
4. Beri posisi yang nyaman untuk meningkatkan sirkulasi, posisi
pasien semifowler dapat mengurangi
tekanan dorsal.
5. Pasien mengerti tentang nyeri
5. Beri Health Education (HE) yang dirasakan dan menghindari
tentang nyeri hal-hal yang dapat memperparah
nyeri.
6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Menekan susunan saraf pusat
terapi analgesik seperti pada thalamus dan korteks
serebri sehigga dapat
mengurangi rasa sakit/ nyeri

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan

sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun

sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan

yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto

dan Wartonah, 2003).


19

6. Evaluasi

a. Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8

menjadi 5 dari 10 skala yang diberikan.

b. Merasa nyaman dan dapat istirahat


20

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Muttaqqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W. (2014). Keperawatan agerontik & Geriatric . Jakarta: EGC.

Prantika, L. (2015). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.


FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

FORMAT ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK
TIM KEPERAWATAN GERONTIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. Karimata no 49 Telp. (0331) 332240, Fax. (0331) 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121
Website : http://www.unmuhjember.ac.id Email : Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

Nama Wisma: Teratai Tanggal Pengkajian: 25 Juni 2019

1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. S
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Janda
Tingkat Pendidikan : Tidak Sekolah
Alamat Asal : Lumajang

2. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


a. Keluhan utama : nyeri lutut
b. Upaya yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan: klien mengatakan
jika lututnya terasa nyeri maka akan dibiarkan saja

3. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


a. Status kesehatan secara umum: keadaan umum klien baik, klien terlihat
b. Penyakit yang dialami pada masa anak-anak: klien mengatakan pada masa
kecilnya klien tidak pernah sakit parah, hanya demam, batuk, pilek
c. Penyakit kronis yang diderita: klien mengatakan 2 tahun yang lalu beliau
menderita diabetes.
d. Riwayat MRS, pembedahan: klien mengatakan tidak ada riwayat MRS
maupun pembedahan
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

e. Riwayat penggunaan obat jamu: klien mengatakan pernah mengkonsumsi


jamu yang dibeli di UPT PSTW Jember, tetapi hanya 1 kali karena setelah
meminum jamu klien malah diare dan perut mulas.
f. Alergi: klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun
suhu.
g. Riwayat jatuh: klien mengatakan tidak pernah jatuh.

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Penyakit kronis/degenerative yang diderita oleh keluarga: klien mengatakan
keluarga tidak ada yang memiliki penyakit turunan seperti darah tinggi,
asma.

5. RIWAYAT SOSIAL
a. Kondisi pasangan: klien mengatakan suaminya sudah meninggal 4 tahun
yang lalu
b. Riwayat pekerjaan terdahulu: klien mengatakan bahwa dulu pernah bekerja
sebagai TKW di Malaysia
c. Hobi dan aktifitas yang disukai: klien mengatakan bahwa di UPT PSTW
menyukai aktifitas membuat kemoceng.
d. Pola kebiasan: klien lebih sering tidur dikamarnya.
e. Pengaturan lingkungan tempat tinggal: klien tinggal di UPT PSTW Jember
di Wisma Teratai kamar nomor 10 dengan teman sekamar Ny. P
f. Jejaring soaial: klien mengatakan selalu hadir dalam kegiatan-kegiatan di
UPT PSTW Jember
g. Cakupan ansuransi kesehatan: klien tidaka memiliki asuransi kesehatan

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status kesehatan umum:
Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis, GCS: 4-5-6,
b. Tanda-tanda vital:
TD: 130/80 mmHg N: 88 x/mnt
RR: 20 x/mnt S: 36,8ºC
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

c. Integument: kulit kuning langsat, keriput, bersih


d. Hematopoetic: tidak ada pendarahan dan memar, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
e. Kepala: kepala simetris, kulit kepala bersih, rambut bersih, tidak ada trauma
kepala. Wajah tambak meringis ketika berpindah posisi.
f. Mata: konjungtiva merah muda, sclera putih, pergerakan mata tidak
simetris, pengelihatan normal
g. Telinga: pendengaran normal, tidak ada tinnitus
h. Hidung: hidung bersih, tidak terdapat infeksi dan pendarahan
i. Mulut dan tenggorokan: mulut bersih, gigi bersih, tidak ada lesi, tidak ada
sakit tenggorokan.
j. Leher: tidak ada kekakuan, tidak ada benjolan dan nyeri tekan, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
k. Pernafasan:
I: dada simetris, tidak ada lesi, pembengkakan (-), batuk (-)
P: sonor disemua lapang paru
P: tidak ada nyeri tekan
A: tidak ada suara nafas tambahan
l. Punggung: tidak ada gangguan tulang belakang (scoliosis, kifosis, lordosis)
m. Cardiovaskuler:
I: tidak ada distensi vena jugularis, tidak terdapat kardiomegali
P: suara perkusi pekak
P: tidak ada nyeri tekan
A: S1-S2 tunggal irama reguler
n. Gastrointestinal:
I: bentuk flat, tidak ada lesi
A: bisisng usus 12x/menit
P: tidak ada nyeri tekan
P: timpani pada 9 regio
o. Perkemihan: hematuria (-), BAK spontan 4-5 x/menit, nyeri saat BAK (-),
keluhan saat BAK (-)
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

p. Genetalia: tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada genetalia, sudah
menopause.
q. Persarafan: kaku kuduk (-), Brudzinski normal, N1-N12 normal
r. Musculoskeletal: ada nyeri persendian di lutut ketika mau bangun dari
posisi duduk maupun posisi bangun. Nyeri seperti ditusuk-tusuk skala nyeri
4 nyeri menjalar sampai ke telapak kaki, nyeri timbul saat akan bangun dari
posisi duduk maupun tidur. Nyeri berkurang ketika dibuat istirahat atau
tidur.
Kekuatan Otot: 5555 5555
5555 5555
7. PENGKAJIAN NUTRISI
BB: 54 kg TB: 156 cm BBI: kg

Screening Skor
a. Adakah penurunan intake makanan dalam 3 bulan terakhir akibat penurunan nafsu makan, 2
masalah pencernaan atau akibat kesulitan menelan atau mengunyah ?
0 = penurunan intake makanan yang berat
1 = penurunan intake makanan moderat
2 = tidak ada penurunan intake makanan
b. Penurunan BB selama 3 bulan terakhir 1
0 = penurunan BB lebih dari 3 kg
1 = tidak tahu
2 = penurunan BB 1- 3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
c. Mobilitas 2
0 = tidak dapat turun dari bed, atau hanya duduk di kursi
1 = dapat bangkit dari bed/kursi namun tidak dapat berpindah dengan bebas
2 = dapat berpindah dengan bebas
d. Apakah mengalami stress psikologis atau mengidap penyakit dalam 3 bulan terakhir? 2
0 = ya
2 = tidak
e. Masalah psikoneurologis 2
0 = demensia berat atau depresi
1 = demensia ringan
2 = tidak mengalami masalah psikologis
F1. Body mass index 2
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI 19 – 21
2 = BMI 21 – 23
3 = BMI lebih dari 23
Jika BMI tidak dapat dikaji, gantikan pertanyaan pada poin F1dengan poin F2
Jika BMI sudah terkaji, pertanyaan pada poin F2 tidak perlu dikaji
F2. Lingkar lengan atas
0 = LLA kurang dari 31 cm
3 = LLA lebih dari 31 cm
Total 11
Interpretasi: klien berisiko malnutrisi
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

8. PENGKAJIAN FUNGSI KESEIMBANGAN


TUG: 14 detik
Interpretasi: berisiko tinggi jatuh
9. PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
a. ADL
No. Aktifitas Bantuan Mandiri Skor
1 Makan/minum 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur/sebaliknya 5 – 10 15 15
3 Kebersihan diri :cuci muka, menyisir, dll 0 5 5
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 15
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 100
Interpretasi: klien mandiri
b. IADL
A. Kemampuan Menggunakan Telefon
1. Mengoperasikan telefon dengan inisiatif, mencari dan menekan nomor telefon 1
2. Menlfon beberapa kontak yang dikenal
3. Menjawab telefon namun tidak bisa mencari kontak
4. Tidak dapat menggunakan telefon
B. Berbelanja
1. Mengurus barang belanjaan sendiri 1
2. Berbelanja beberapa barang kebutuhan sendiri
3. Perlu ditemani saat berbelanja 1
4. Tidak bisa berbelanja
C. Menyiapkan makanan
1. Merencanakan, menyiapkan dan memasak makanan sendiri
2. Bisa memasak makanan hanya jika bahan masakan sudah tersedia
3. Bisa menghangatkan makanan namun tidak bisa lagi memasak 1
4. Tidak dapat menyiapkan dan menyuap makanan
D. Membersihkan rumah
1. Mampu mengatur rumah dengan bantuan asisten rumah tangga
2. Melakukan aktifitas ringan seperti membersihkan debu dan menata tempat 1
tidur
3. Melakukan pekerjaan ringan namun kurang bersih 1
4. Perlu bantuan untuk semua pekerjaan rumah
E. Mencuci pakaian
1. Mampu mencuci semua jenis pakaian sendiri
2. Hanya mampu mencuci pakaian yang ringan 1
3. Tidak mampu mencuci pakaian
F. Transportasi
1. Bisa bepergian sendiri baik dengan transportasi umum ataupun kendaraan
Pribadi
2. Bisa bepergian dengan taksi, namun tidak bisa bepergian dengan moda
transportasi lain
3. Bisa bepergian dengan kendaraan umum dan ditemani
4. Bisa bepergian dengan taksi dan ditemani
5. Tidak bisa bepergian 0
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

G. Medikasi
1. Bisa mengatur jadual minum obat dengan dosis yang pas
2. Bisa minum obat jika obat sudah disiapkan dengan dosis yang terpisah 1
3. Tidak bisa menyiapkan obat yag akan diminum
H. Manajemen Keuangan
1. Bias mengatur keuangan dengan mandiri
2. Mampu mengatur konsumsi barang namun butuh bantuan dalam mengatur
rekening
3. Tidak dapat mengatur keuangan 0
Skor 8
Interpretasi: Normal
10. PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF
a. MMSE

NO. TES NILAI NILAI


MAX
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5 2
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5 2

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, pasien disuruh 3 3
mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan

ATENSI DAN KALKULASI


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar. Hentikan setelah 5 5 0
jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “DUNIA” (nilai diberikan pada huruf
yang benar sebelum kesalaahn; misalnya “aiund”=3

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5 Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3 2

BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) 2 2
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1 1
8 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan tangan Anda, lipatlah 3 2
menjadi dua bagian dan letakkan di lantai”
9 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata Anda” 1 0
10 Klien disuruh menulis dengan spontan 1 0
11 Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini 1 0

TOTAL 30 12
Interpretasi: klien gangguan kognitif berat
b. SPMSQ

Benar Salah Nomor Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa hari ini?
√ 2 Hari apa sekarang?
√ 3 Apa nama tempat ini?
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

√ 4 Di mana alamat Anda?


√ 5 Kapan Anda lahir?
√ 6 Berapa umur Anda?
√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9 Siapa nama ibu Anda?
√ 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3
Jumlah Kesalahan Total: 4
Interpretasi: klien mengalami kerusakan intelektual ringan
11. PENGKAJIAN STATUS DEPRESI
Screening:
a. Dalam sebulan terakhir apakah anda merasa sedih, putus asa dan tertekan?
(tidak)
b. Dalam sebulan terakhir, apakah anda mengalami penurunan minat dalam
beraktifitas? (tidak)
Jika terdapat jawaban ya, lanjutkan pada kuestioner berikut:
1. Apakah Anda puas dengan hidup Anda? Ya Tidak (1)
2. Apakah Anda mengalami penurunan minat dan aktifitas? Ya (1) Tidak
3. Apakah Anda merasa hidup Anda kosong? Ya (1) Tidak
4. Apakah terkadang Anda merasa bosan? Ya (1) Tidak
5. Apakah Anda memiliki harapan untuk masa mendatang? Ya Tidak (1)
6. Apakah Anda terganggu dengan pikiran yang selalu menghantui Anda? Ya (1) Tidak
7. Apakah Anda selalu bersemangat? Ya Tidak (1)
8. Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan menimpa Anda? Ya (1) Tidak
9. Apakah Anda selalu bahagia? Ya Tidak (1)
10. Apakah kadang Anda merasa putus asa ? Ya (1) Tidak
11. Apakah kadang Anda merasa resah dan gelisah? Ya (1) Tidak
12. Apakah Anda lebih memilih tinggal di rumah daripada keluar dan beraktifitas? Ya (1) Tidak
13. Apakah Anda sering mengkhawatirkan masa depan? Ya (1) Tidak
14. Apakah Anda merasa sering bermasalah dengan memori ? Ya (1) Tidak
15. Apakah Anda merasa hidup Anda terberkati? Ya Tidak (1)
16. Apakah Anda menrasa sangat sedih ? Ya (1) Tidak
17. Apakah Anda merasa tidak berharga? Ya (1) Tidak
18. Apakah Anda mengkhawatirkan masa lalu ? Ya (1) Tidak
19. Apakah Anda merasa hidup ini sangat menarik ? Ya Tidak(1)
20. Apakah Anda sulit memulai suatu pekerjaan baru? Ya (1) Tidak
21. Apakah Anda merasa sangat berenergi? Ya Tidak (1)
22. Apakah Anda merasa situasi Anda saat ini tidak memiliki harapan? Ya (1) Tidak
23. APakah Anda merasa orang lain lebih baik dari Anda? Ya (1) Tidak
24. Apakah Anda merasa kecewa dengan berbagai hal kecil? Ya (1) Tidak
25. Apakah Anda sering merasa ingin menangis? Ya (1) Tidak
26. Apakah Anda merasa sulit berkonsentrasi? Ya (1) Tidak
27. Apakah Anda menikmati saat bangun di pagi hari? Ya Tidak (1)
28. Apakah Anda lebih suka menghindari acara sosial? Ya (1) Tidak
29. Apakah Anda kesulitas dalam mengambil keputusan Ya (1) Tidak
30. Apakah pikiran Anda selalu jernih ? Ya Tidak (1)
Skor total 0

Interpretasi: klien normal


FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

12. PENGKAJIAN SPIRITUAL


a. Agama yang dianut: agama islam
b. Aktifitas ibadah yang dilakukan: shalat 5 waktu
c. Hambatan dalam beribadah: sulit melakukan ibadah karena lutut sakit
ketika bangun
d. Yang dirasakan saat tidak dapat menunaikan ibadah: -
e. Makna dan tujuan hidup: klien merasa senang karena memiliki banyak
teman di UPT PSTW Jember
f. Persepsi tentang kematian: klien mengatakan kematian itu adalah takdir
13. PENGKAJIAN SOSIAL

Uraian Skor
1 ADAPTATION
Saya puas dapat kembali pada keluarga (teman – teman) saya untuk membantu saya saat 2
saya mengalami kesulitan
2 PARTNERSHIP
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam membicarakan sesuatu atau 1
mengungkapkan masalah pada saya
3 GROWTH
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya menerima dan mendukung saya 1
untuk melakukan aktifitas/arah baru
4 AFFECTION
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam mengekspresikan perasaan 1
dan berespon terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau mencintai
5 RESOLVE
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dan saya dalam menluangkan waktu 2
bersama
Skor total 7
Interpretasi: Klien disfungsi normal
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

ANALISA DATA
TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI
25-06-2019 DS: Klien mengatakan nyeri lutut Nyeri Akut Agens cedera
11.00 WIB biologis
DO:
- Skala nyeri 4
- Nyeri seperti di tusuk-tusuk
- Nyeri ketika berpindah posisi
- Wajah tampak meringis ketika
berpindah posisi
- TD: 130/80 mmHg
- N: 88 x/menit
- RR: 20 mmHg
- S: 36,8ºC

25-06-2019 DS: Klien mengatakan lutut saat akan Risiko Jatuh Gangguan
11.00 WIB berpindah posisi musculoskeletal

DO:
- Klien berjalan pelan
- TUG 14 detik
- Indeks Barthel mandiri skor 100
- Kamar mandi berada diluar ruangan

25-06-2019 DS: klien mengatakan lupa terhadap beberapa Kerusakan Gangguan


11.00 WIB hal yang sudah terjadi memori neurologis

DO:
- MMSE 12 (Gangguan kognitif berat)
- SPMSQ 4 (Kerusakan intelektual
ringan)
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
25-06-2019 Nyeri akut yang berhubungan dengan cedera agens biologis
11.00 WIB ditandai dengan skala nyeri 4

25-06-2019 Hambatan memori yang berhubungan dengan Gangguan


11.00 WIB neurologis ditandai dengan MMSE 12 (gangguan kognitif berat),
SPMSQ 4 (kerusakan intelektual ringan)

25-06-2019
11.00 WIB Risiko jatuh yang berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PERENCANAAN
TGL DX. KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
25-06-2019 Nyeri akut Nyeri akut teratasi setelah 1. Manajemen Nyeri 1. Manajemen Nyeri
11.00 WIB dilakukan asuhan keperawatan a. Kurangi faktor presipitasi a. Untuk mengetahui faktor
4x10 jam nyeri pencetus terjadinya nyeri
b. Ajarkan teknik non b. Berdasarkan penelitian,
KH: farmakoligi dengan kompres kompres air hangat dengan
- Skala nyeri 0 air hangan dengan parutan jahe parutan jahe merah bisa
- Wajah segar merah mengurangi nyeri lutut
- Tidak terhambat saat c. Tingkatkan istirahat c. Istirahat dapat
berpindah posisi memberikan mekanisme
koping dan merelaksasi
nyeri yang terjadi
2. Monitoring 2. Monitoring
a. Skala nyeri a. Perubahan skala nyeri
sebagai indicator apakah
nyeri berkurang atau
bertambah
b. Tanda vital b. Tanda vital sebagai
indicator
c. Respon terhadap nyeri c. Bagaimana respon tubuh
3. HE terhadap nyeri untuk
a. Penkes tentang kegiatan yang mengatasi yeri
dapat mengurangi nyeri 3. HE
4. Kolaborasi a. Kegiatan yang dapat
a. Kolaborasi dengan tim membantu untuk nyeri
kesehatan lainnya pemberian yang timbul misalnya
analgetik untuk mengurangi istirahat
nyeri. 4. Kolaborasi
a. Untuk mengurangi nyeri
dengan obat yang
diberikan.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

25-06-2019 Hambatan memori Kerusakan memori teratasi setelah 1.Manajemen 1.


11.00 WIB dilakukan asuhan keperawatan a. Kembangkan lingkungan yang a. Konsistensi mengurangi
4x10 jam suportif dan hubungan perawat-klien kebingungan dan
yang terapeutik. meningkatkan rasa
KH: kebersamaan.
- MMSE meningkat ke b. Lakukan senam brain gym b. Menurunkan menurunkan
gangguan kognitif sedang demensia pada klien
sedang (18-23)
- SPMSQ normal 0 2. Observasi 2. Mengobservasi tanda yang
a. Kaji derajat sensori atau gangguan menyebabkan timbulnya masalah
persepsi dan bagaiman hal tersebut pada klien.
mempengaruhi klien.
b. Kaji derajat kerusakan memori klien
d.
3. Health education 3. Agar klien memahami tentang
berikan health education kepada klien pentingnya senam brain gym.
tentang senam brain gym.

4. Kolaborasi dengan dokter untuk 4. Untuk menurunkan kerusakan


pemberian obat memori klien melalui obat.
25-06-2019 Risiko Jatuh Risiko jatuh klien tidajk terjadi 1. Manajemen 1. Agar barang dapat dijangkau
11.00 WIB setelah dilakukan asuhan Tempatkan barang pada daerah dengan mudah
keperawatan 4x10 jam yang mudah di jangkau.

KH: 2. monitoring: 2. Monitoring


- kejadian jatuh : tidak ada a. identifikasi defisit koqnitif/fisik a. Untuk mengetahui
kejadian jatuh yang dapat meningkatkan potensi koqnitif/fisik yang dapat
- perilaku pencegahan jatuh : jatuh dalam lingkungan meningkatkan potensi jatuh
tindakan individu untuk b. identifikasi perilaku dan faktor dalam lingkungan
meminimalkan faktor risiko yang mempenngaruhi risiko jatuh b. Untuk mengetahui perilaku
yang dapat memicu jatuh dan faktir yang
- keseimbangan : mempenngaruhi risiko jatuh
kemampuan untuk 3. HE:
mempertahankan Berikan KIE tentang penggunaan 3. Agar klien mengetahui
ekuilibrium alas kaki yang aman. penggunaan alas kaki yang
aman.
4. Kolaborasi:
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Kolaborasi dengan tim kesehatan 4. Agar mengetahui apa yang


lainnya untuk meminimalkan efek dikonsumsi klien yang dapat
samping dari obat yang mempengaruhi jatuh. yang
berkonstribusi terhadap risiko dikonsumsi
jatuh.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

IMPLEMENTASI
TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF
25-06-2019 I,II,III 1. Observasi
11.20 WIB a. Skala nyeri klien
R/ klien mengatakan skala nyeri 4
b. Derajat sensori atau gangguan persepsi dan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi klien.
R/ klien sering lupa dan tidak ada usaha
untuk mengingat kembali.
c. Derajat kerusakan memori klien
R/ kerusakan intelektual klien ringan
d. Tingkat kognitif klien
R/ klien mempunyai gangguan kognitif berat
e. Mengidentifikasi defisit kognitif/fisik yang
dapat meningkatkan potensi jatuh dalam
lingkungan
R/ klien nyeri saat mau bangun dari posisi
tidur.
f. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh.
R/ tidak mau memakai sandal

2. Mengembangkan lingkungan yang suportif


dan hubungan perawat-klien yang terapeutik.
R: mengajak berbincang-bincang dan klien
11.30 II merespon dengan baik.

3. Mengajarkan senam brain gym.


R: klien mengikuti dengan baik

11.35 II 4. Health education


a. Memberikan health education kepada klien
tentang senam brain gym.
11.50 I,II,III b. Memberikan KIE tentang penggunaan alas
kaki yang aman.
c. Memberikan health education kepada klien
tentang personal hygine.
R/ klien memahami dengan baik

12.00 I,III 5. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk


pemberian obat
R: klien tidak mendapat obat
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

12.20 III 6. Menempatkan barang pada daerah yang


mudah di jangkau.
R: menaruh sandal dengan letak yg benar.

12.30 I, II, III 7. Mengkolaborasikan dengan tim kesehatan


lainnya untuk meminimalkan efek samping
dari obat yang berkonstribusi terhadap risiko
jatuh.
R: klien tidak mendapat obat.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


25-06-2019 I S: klien mengatakan nyeri pada kedua lutut
16.00 WIB O:
- Skala nyeri 4
- Ekspresi wajah meringis
- Susah berpindah posisi
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

25-06-2019 II S: Klien mengatakan masih mudah lupa akan


16.00 WIB peristiwa yang baru saja terjadi

O:
- MMSE 11 (Gangguan kognitif berat)
- SPMSQ 4 (Kerusakan intelektual ringan)
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

25-06-2019 III S: Klien mengatakan masih nyeri lutut saat mau


16.00 WIB bangun dari posisi tidur
O:
- Klien berjalan pelan
- TUG 14 detik
- Indeks Barthel mandiri skor 100
- Kamar mandi berada diluar ruangan
- Sering lupa dengan apa yg baru saja
dilakukan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

-
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

IMPLEMENTASI
TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF
26-06-2019 I,II,III 1. Observasi
10.00 WIB a. Mengkaji skala nyeri klien
R/ klien mengatakan skala nyeri klien 4
b. Mengkaji derajat sensori atau gangguan
persepsi dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi klien.
R: klien lupa ketika ditanya hal yang sama
seperti sebelumnya.
c. Mengkaji derajat kerusakan memori klien
R: kerusakan intelektual klien ringan
d. Mengkaji tingkat kognitif klien
R: klien mempunyai gangguan kognitif
berat.
e. Mengidentifikasi defisit kognitif/fisik
yang dapat meningkatkan potensi jatuh
dalam lingkungan
R: klien nyeri saat mau bangun dari posisi
tidur.
f. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh.
R: tidak mau memakai sandal

10.20 I 2. Memberikan kompres hangat dengan aprutan


jahe kepada klien
R/ klien mengatakan kakinya terasa hangat
ketika dikompres
10.40 II 3. Mengembangkan lingkungan yang suportif
dan hubungan perawat-klien yang terapeutik.
R: mengajak berbincang-bincang dan klien
merespon dengan baik.

11.00 I,II,III 4. Mengajarkan senam brain gym.


R: klien lupa dengan yang diajarkan kemarin
dan mengerti setelah dilatih kembali.

4. Health education
a. Memberikan health education kepada klien
tentang senam brain gym.
b. Memberikan KIE tentang penggunaan alas
kaki yang aman.
R: klien lupa dengan yang dijelaskan kemarin
dan ingat sedikit jika dibantu untuk
mengingat
11.20 I,III
5. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obat
R: klien tidak mendapat obat
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

11.30 II 6. Mengkolaborasikan dengan teman sekamar


untuk mengingatkan klien mengganti
pakaiannya.
R: teman sekamar klien mau mengingatkan
klien untuk ganti baju setiap hari.

11.40 III 7. Menempatkan barang pada daerah yang


mudah di jangkau.
R: menaruh sandal dengan letak yg benar.

12.00 III 8. Mengkolaborasikan dengan tim kesehatan


lainnya untuk meminimalkan efek samping
dari obat yang berkonstribusi terhadap risiko
jatuh.
R: klien tidak mendapat obat.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


26 -06-2019 I S: klien mengatakan nyeri pada kedua lutut
16.00 WIB O:
- Skala nyeri 4
- Ekspresi wajah meringis
- Susah berpindah posisi
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

26 -06-2019 II S: Klien mengatakan masih mudah lupa akan


16.00 WIB peristiwa yang baru saja terjadi

O:
- MMSE 11 (Gangguan kognitif berat)
- SPMSQ 4 (Kerusakan intelektual ringan)
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

S: Klien mengatakan masih nyeri lutut saat mau


26 -06-2019 III bangun dari posisi tidur
16.00 WIB O:
- Klien berjalan pelan
- TUG 14 detik
- Indeks Barthel mandiri skor 100
- Kamar mandi berada diluar ruangan
- Sering lupa dengan apa yg baru saja
dilakukan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

-
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

IMPLEMENTASI
TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF
27-06-2019 I,II,III 1. Observasi SELY
10.00 WIB a. Mengkaji skala nyeri klien
R/ klien mengatakan skala nyeri klien 3
b. Mengkaji derajat sensori atau gangguan
persepsi dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi klien.
R: klien lupa ketika ditanya hal yang sama
seperti sebelumnya.
c. Mengkaji derajat kerusakan memori klien
R: kerusakan intelektual klien ringan
d. Mengkaji tingkat kognitif klien
R: klien mempunyai gangguan kognitif
berat.
e. Mengidentifikasi defisit kognitif/fisik
yang dapat meningkatkan potensi jatuh
dalam lingkungan
R: klien nyeri saat mau bangun dari posisi
tidur.
f. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh.
R: tidak mau memakai sandal

10.20 I 2. Memberikan kompres hangat dengan aprutan


jahe kepada klien
R/ klien mengatakan kakinya terasa hangat
ketika dikompres

10.40 II 3. Mengembangkan lingkungan yang suportif


dan hubungan perawat-klien yang terapeutik.
R: mengajak berbincang-bincang dan klien
merespon dengan baik.

11.00 II 4. Mengajarkan senam brain gym.


R: klien lupa dengan yang diajarkan kemarin
dan mengerti setelah dilatih kembali.

11.20 I,III 5. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk


pemberian obat
R: klien tidak mendapat obat
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

11.30 II 6. Mengkolaborasikan dengan teman sekamar


untuk mengingatkan klien mengganti
pakaiannya.
R: teman sekamar klien mau mengingatkan
klien untuk ganti baju setiap hari.

11.40 III 7. Menempatkan barang pada daerah yang


mudah di jangkau.
R: menaruh sandal dengan letak yg benar.

12.00 III 8. Mengkolaborasikan dengan tim kesehatan


lainnya untuk meminimalkan efek samping
dari obat yang berkonstribusi terhadap risiko
jatuh.
R: klien tidak mendapat obat.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


27-06-2019 I S: klien mengatakan nyeri pada kedua lutut
16.00 WIB O:
- Skala nyeri 3
- Ekspresi wajah meringis
- Susah berpindah posisi
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

27-06-2019 II S: Klien mengatakan masih mudah lupa akan


16.00 WIB peristiwa yang baru saja terjadi

O:
- MMSE 11 (Gangguan kognitif berat)
- SPMSQ 4 (Kerusakan intelektual ringan)
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

S: Klien mengatakan masih nyeri lutut saat mau


27-06-2019 III bangun dari posisi tidur
16.00 WIB O:
- Klien berjalan pelan
- TUG 14 detik
- Indeks Barthel mandiri skor 100
- Kamar mandi berada diluar ruangan
- Sering lupa dengan apa yg baru saja
dilakukan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

IMPLEMENTASI
TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF
28-06-2019 I,II,III 1. Observasi
10.00 WIB a. Mengkaji skala nyeri klien
R/ klien mengatakan skala nyeri klien 2
b. Mengkaji derajat sensori atau gangguan
persepsi dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi klien.
R: klien lupa ketika ditanya hal yang sama
seperti sebelumnya.
c. Mengkaji derajat kerusakan memori
klien
R: kerusakan intelektual klien ringan
d. Mengkaji tingkat kognitif klien
R: klien mempunyai gangguan kognitif
berat.
e. Mengidentifikasi defisit kognitif/fisik
yang dapat meningkatkan potensi
jatuh dalam lingkungan
R: klien nyeri saat mau bangun dari posisi
tidur.
f. Mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi risiko jatuh.
R: tidak mau memakai sandal
10.20 I
2. Memberikan kompres hangat dengan aprutan
jahe kepada klien
R/ klien mengatakan kakinya terasa hangat
ketika dikompres
10.40 II
3. Mengembangkan lingkungan yang suportif
dan hubungan perawat-klien yang terapeutik.
R: mengajak berbincang-bincang dan klien
merespon dengan baik.
11.00 II
4. Mengajarkan senam brain gym.
R: klien lupa dengan yang diajarkan kemarin
dan mengerti setelah dilatih kembali.
11.20 I,III
5. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obat
R: klien tidak mendapat obat
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

11.30 II 6. Mengkolaborasikan dengan teman sekamar


untuk mengingatkan klien mengganti
pakaiannya.
R: teman sekamar klien mau mengingatkan
klien untuk ganti baju setiap hari.

11.40 III 7. Menempatkan barang pada daerah yang


mudah di jangkau.
R: menaruh sandal dengan letak yg benar.

12.00 III 8. Mengkolaborasikan dengan tim kesehatan


lainnya untuk meminimalkan efek samping
dari obat yang berkonstribusi terhadap risiko
jatuh.
R: klien tidak mendapat obat.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


28-06-2019 I S: klien mengatakan nyeri pada kedua lutut
16.00 WIB O:
- Skala nyeri 2
- Ekspresi wajah rileks
- Susah berpindah posisi
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

28-06-2019 II S: Klien mengatakan masih mudah lupa akan


16.00 WIB peristiwa yang baru saja terjadi

O:
- MMSE 11 (Gangguan kognitif berat)
- SPMSQ 4 (Kerusakan intelektual ringan)
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

S: Klien mengatakan masih nyeri lutut saat mau


28-06-2019 III bangun dari posisi tidur
16.00 WIB O:
- Klien berjalan pelan
- TUG 14 detik
- Indeks Barthel mandiri skor 100
- Kamar mandi berada diluar ruangan
- Sering lupa dengan apa yg baru saja
dilakukan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
DOKUMENTASI
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe Merah (Zingiber


Officinale Roscoe Var Rubrum) Terhadap Penurunan
Skala Nyeri PadaPenderitaGout Artritis Di Desa Tateli
Dua Kecamatan Mandolang Kabupeten Minahasa

Anna R. R. Samsudin
Rina Kundre
Franly Onibala

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : annarrsamsudin@gmail.com

Gout also known as gouthy arthritis, is a metabolic disease marked by the deposition of urate
in joints, causing a painful arthritic joints. Giving compress done on arthritis, muscle spasms,
flatulence, and coldness. The aims of this study is to determine the effect of warm compresses
by using grated red ginger against of pain scale changes in patients with gout arthritis.
Samples found 30 respondents. This research method using pre-experimental with One
Group Pretest Posttest design, sample selection by purposive sampling. This study uses
statistical analysis Wilcoxon Signed Ranks Test with α of 0.05. Results obtained p value of
0.000 where p <α 0.05 then H0 is rejected and it can be concluded that there is significant
influence giving a warm compress using grated red ginger (Zingiber officinale roscoe rubrum
var) to decrease the pain scale in patients with gout arthritis in the Tateli Dua village, sub
Mandolang, Minahasa district. The conclusions of this study is to wear warm compress of
grated red ginger (Zingiber officinale roscoe rubrum var) to decrease the pain scale in
patients with gout arthritis.
Keywords: Gout arthritis, pain, warm compress, red ginger
Gout (pirai), yang juga dikenal dengan sebgaai gouthy arthritis, merupakan penyakit
metabolik yang di tandai dengan endapan urat di sendi, yang menyebabkan sendi artritik yang
menyakitkan.Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut
kembung, dan kedinginan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian
kompres hangat memakai parutan jahe tehadap perubahan skala nyeri pada penderita gout
arthritis.Sampel yang ditemukan 30 responden.Metode penelitian ini menggunakan pre-
eksperimental dengn desain One Group Pretest Postest, pemilihan sampel dengan purposive
sampling. Penelitian ini menggunakan analisis statistic uji Wilcoxon Signed Ranks Test
dengan α 0,05. Hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,000 dimana p < α 0,05 maka H0
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian kompres
hangat memakai parutan jahe merah (Zingiber officinale roscoe var rubrum) terhadap
penurunan skala nyeri pada penderita gout artritis di desa Tateli Dua, kecamatan Mnadolang,
kabupaten Minahasa. Simpulan penelitian ini yaitu kompres hangat memakai parutan jahe
merah (Zingiber officinale roscoe var rubrum) terhadap penurunan skala nyeri pada penderita
gout artritis.
Kata Kunci: Gout artritis, nyeri, kompres hangat, Jahe merah.

1
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

PENDAHULUAN kompres hangat sedangkan kelompok


Gout pernah disebut rajanya penyakit dan kedua dilakukan intervensi kelompok
penyakit raja (king of disease and disease kompres dingin menghasilkan kesimpulan
of king).Masyarakat awam menyebutnya bahwa rata-rata penurunan skala nyeri
penyakit asam urat. Gout merupakan pada kompres hangat adalah 1,60 dan rata-
penyakit metabolik yang disebabkan oleh rata penurunan skala nyeri pada kompres
kelebihan kadar senyawa urat didalam dingin adalah 1,05. Hal ini berarti kompres
tubuh, baik karena produksi berlebih, hangat lebih efektif untuk menurunkan
eliminasi yang kurang, atau peningkatan nyeri pada penderita gout arthritis.
asupan purin. Gambaran klinis gout Hasil survey dan pengambilan data
arthritis adalah suatu penyakit sendi yang awal yang telah dilakukan pada bulan
ada hubungannya dengan Februari 2016 di Desa Tateli Dua
metabolisme.Timbulnya mendadak, pada didapatkan selama lima bulan terakhir
sendi jari kaki dan sering terjadi pada (Agustus – Desember 2015 ) penderita
malam hari (Oswari, 2009). yang terdiagnosa gout artritis di Desa
Angka prevalensi gout di dunia secara Tateli Dua berjumlah 41 orang. Setelah
global belum tercatat, namun di Amerika mewawancarai sekitar 5 orang dengan
Serikat angka prevalensi gout pada tahun diagnosa gout artritis didapati bahwa 5
2010 sebanyak 807.552 orang (0,27%) dari orang tersebut gejala pada umumnya sama,
293.655.405 orang. Indonesia menempati seperti nyeri hebat di kaki, bengkak dan
peringkat pertama di Asia Tenggara menjalar hingga mengganggu aktivitas
dengan angka prevalensi 655.745 orang klien. Pada umumnya nyeri tersebut
(0,27%) dari 238.452.952 orang (Right dirasakan pada malam hingga pagi hari
Diagnosis Statistik, 2010). Berdasarkan atau bahkan seharian penuh dan untuk
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menghilangkan rasa nyeri tersebut, klien
Indonesia Tahun 2013, pervalensi mengonsumsi obat yang diberikan dokter
penderita gout artritis yang paling tinggi salah satunya adalah Allopurinol dan obat
yaitu di Bali yang mencapai 19,3%. Di anti nyeri, apabila obat puskesmas telah
Sulawesi Utara juga merupakan salah satu habis dikonsumsi, maka klien
prevalensi tertinggi penderita gout artritis mengonsumsi obat-obatan yang dijual
yaitu mencapai 10,3% 9 (Riskesdas, 2013). diwarung.Kompres merupakan terapi
Tindakan non farmakologis untuk eksternal tanpa ada efek yang merugikan
penderita gout arthritis diantaranya adalah klien.Jahe mudah dijumpai didaerah
kompres, baik itu kompres hangat dan manapun yang merupakan tanaman obat-
kompres dingin.Kompres merupakan obatan yang dipercayai warga tateli untuk
tindakan mandiri perawat dalam upaya menyembuhkan bebrapa penyakit, namun
menurunkan suhu tubuh (Potter, 2005). warga tidak mengetahui jahe merupakan
Jahe merah biasa digunakan sebagai salah satu obat utnuk mengobati nyeri
campuran bahan obat. Hal ini disebabkan sendi dan tulang salah satunya adalah gout
adanya efek farmakologis jahe merah artritis.
dapat memperkuat khasiat bahan lain yang
dicampurkan sebagai ramuan herbal. METODE PENELITIAN
Bagian tanaman jahe merah yang Penelitian ini menggunakan rancangan
diguanakan untuk pengobatan asam urat pre eksperimen (one-group-pre-test-post-
adalah rimpanya (Herliana, 2013). test design).Pada rancangan ini tidak ada
Menurut penelitian yang dilakukan kelompok pembanding (kontrol) tetapi
Sani dan Winarsih tahun 2013, dari 40 paling tidak sudah dilakukan observasi
responden yang dibagi dalam dua pertama (pre-test) yang memungkinkan
kelompok intervensi, kelompok yang peneliti dapat menguji perubahan yang
pertama dilakukan pemberian intervensi

2
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

terjadi setelah adanya eksperimen (Setiadi, Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi


2013). Responden Berdasarkan Pengukuran Skala
Penelitian ini dilaksanakan di desa Nyeri Sebelum diberikan Kompres Hangat
Tateli Dua, kecamatan Mandolang, Memakai Parutan Jahe Merah di Desa
kabupaten Minahasa.Populasi dalam Tateli Dua, Kecamatan Mandolang –
penelitian ini adalah penderita gout MinahasaTahun 2016
arthritis di desa Tateli Dua, kecamatan
Mandolang, kabupaten Minahasa yang Sebelum
n %
bejumlah 41 orang. Sampel pada penelitian Intervensi
3 14 46,7%
ini berjumlah 30 orang dengan 4 11 36,7%
menggunakan metode purposive sampling. 5 4 13,3%
Teknik analisa data menggunakan 6 1 3,3%
analisa univariat dan bivariat.Analisa Total 30 100%
univariat digunakan untuk mengetahui Sumber : Data Primer
distribusi frekuensi masing-masing
variabel yaitu nyeri pada pnderita gout Tabel 5.4 Distribusi FrekuensiResponden
sebelum dan sesudah dikompres hangat. BerdasarkanPengukuran Skala
Analisis bivariat dilakukan dengan cara uji NyeriSesudah diberikan KompresHangat
Wilcoxon Signed Ranks Testdengan tingkat Memakai Parutan JaheMerah di Desa
kemaknaan 95% (α 0,05). Uji dilakukan Tateli Dua,Kecamatan Mandolang,
Untuk membedakan nyeri gout arthritis
Kabupaten Minahasa Tahun 2016
sebelum dilakukan tindakan kompres Setelah n %
hangat memakai parutan Jahe Merah dan Intervensi
sesudah dilakukan tindakan kompres 1 1 3,3%
hangat.Memakai parutan Jahe Merah. 2 16 53,3%
3 12 40%
6 1 3,3%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total 30 100%
A. Analisa Univariat Sumber : Data Primer
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Usia di Desa Tateli Dua,
Kecamatan Mandolang Minahasa Tahun Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden
2016 Berdasarkan Pengukuran Uji Normalitas
Usia n % Skala Nyeri Sesudah diberikan Kompres
(36-45 tahun) 4 13% Hangat Memakai Parutan Jahe Merah di
(46-55 tahun) 12 40% Desa Tateli Dua, Kecamatan Mandolang,
(56-65 tahun) 6 20%
(≥ 65tahun) 8 27% Kabupaten Minahasa Tahun 2016
Total 30 100% Variabel n Skew SE Skwnes
Sumber : Data Primer ness s/SE
Sebelum 30 0,942 0,427 2,206
intervensi
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden
Sesudah 30 2,257 0,427 5,285
Menurut Jenis Kelamin di Desa Tateli intervensi
Dua, Kecamatan Mandolang – Minahasa Sumber : Data Primer
Tahun 2016
Jenis n %
Kelamin
Laki-laki 19 63%
Perempuan 11 37%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer

3
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

B. Analisis Bivariat pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03


Tabel 5.5 Hasil Analisis UjiWilcoxon Somimulyo Baru Surabaya, menyatakan
Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan bahwa responden didapatkan terbanyak 18
SesudahMemakai Parutan Jahe Merah (45,0%) responden berusia 48-60 tahun.
Tahun 2016 Berdasarkan penelitian ini dari 30
Median responden yang diteliti sebagian besar
Variabel n (min- max) p mendominasi berjenis kelamin laki-laki
Sebelum 30 4 (3 – 6)
intervensi 0,000
yaitu sebanyak 19 responden (63%),
Sesudah 30 2 (1 – 6) sedangkan responden yang berjenis
intervensi kelamin perempuan sebanyak 11
Sumber : Data Primer responden (37%).
Menurut Hazielawati dalam
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan
Dalimartha (2008) menurut teori yang
analisa statistik dengan menggunakan uji
diungkapkan pada usia > 50 tahun
Wilcoxon Signed Ranks Test, dimana
perempuan terjadi penurunan hormon
terlihat perbedaan yang signifikan pada
eestrogen, sedangkan manfaat pada
angka rata-rata antara penurunan skala
hormon estrogen adalah membantu asam
nyeri sebelum dan sesudah diberikan
urat dalam darah keluar melalui urin dan
kompres hangat adalah 3,73 dengan
apa bila hormon estrogen menurun maka
standard deviasi 828 perbandingannya
terjadi kurannya pembuangan asam urat
setelah diberikan kompres hangat memakai
sehingga kadar asam urat meningkat dalam
parutan jahe adalah 2,50 dengan standard
hal ini perempuan lebih berisiko
deviasi 861 dengan p= 0,000 dan α =
mengalami asam urat setelah
0,05. Jadi (p value)< α, hal ini
pramenopause.
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
Hal ini sesuai dengan penelitian
pemberian kompres hangat memakai
yang dilakukan oleh Wurangian Mellynda
parutan jahe merah (zingber officinale
(2014) dengan judul pengaruh pemberian
roscoe var rubrum) terhadap penurunan
komres hangat terhadap penurunan skala
skala nyeri pada penderita gout artritis.
nyeri pada penderita gout artritis di
Berdarkan penelitian dari 30
wilayah kerja Puskesmas Bahu,
responden yang diteliti paling banyak
menyatakan bahwa ditemukan responden
dengan usia 46-55 tahun (lansia awal)
yang ikut dalam penelitian lebih banyak
yaitu sebanyak 12 responden (40%), usia
adalah responden laki-laki (70,0%) dari
≥ 65 (manula) sebanyak 8 responden
pada responden perempuan (30,0%).
(27%), dan usia 56-65 tahun (lansia akhir)
sebanyak 6 responden (20%), sedangkan Hasil uji normalitas sebelum 2,206
yang paling sedikit adalah usia 36-45 tahun dan sesudah 5,285 pemberian kompres
(dewasa akhir) yaitu 4 responden (13%). hangat memakai parutan jahe merah
Menurut teori yang dikemukakan terhadap penurunan skala nyeri artinya
Ode (2012), usia dapat dijadikan faktor kedua kelompok data tersebut tidak
resiko terjadinya gout karena ketika terdistribusi normal, maka uji hipotesis
seseorang bertambah tua maka akan terjadi yang dilakukan adalah Wilcoxon Signed
perubahan (penurunan) pada proses Ranks Test.
metabolisme dalam tubuh dan gout Hasil pengukuran nyeri pada
merupakan penyakit yang diakibatkan oleh responden yang berjumlah 30 orang rata-
gangguan metabolisme asam urat dalam rata nilai penderita sebelum dilakukan
tubuh. kompres hangat adalah 3,73 dan setelah
Hal ini sesuai dengan penelitian dilakukan tindakan kompres hangat adalah
yang dilakukan olehAstuti, Tjahjono 2,50 yang menunjukkan adanya penurunan
(2014) dengan judul faktor-faktor yang skala nyeri. Hasil analisis dengan
mempengaruhi kadar asam urat (gout) menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test
4
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

diperoleh bahwa terdapat perbedaan nyeri secara cermat untuk menghindari cedera
pada pasien gout arthritis sebelum kulit. Kompres hangat menimbulkan efek
diberikan kompres hangat memakai vasodilatasi pembuluh darah sehingga
parutan jahe merah dan sesudah diberikan meningkatkan aliran darah.Peningkatan
kompres hangat memakai parutan jahe aliran darah dapat menyingkirkan produk-
merah . Nilai p value yang diperoleh produk inflamasi seperti bradikinin,
melalui uji Wilcoxon Signed Ranks Test histamin, dan prostaglandin yang
adalah (p value = 0,000) dimana p value < menimbulkan nyeri lokal.
α (0,05), maka Ho ditolak dan dapat Hal ini sesuai dengan penelitian yang
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dilakukan oleh Rustonto, Cholifah Noor,
yang signifikan pemberian kompres hangat Retnosari Indah (2015) dengan judul
memakai parutan jahe merah (Zingiber pemberian kompres hangat memakai jahe
officinale roscoe var rubrum )terhadap untuk meringankan skala nyeri pada pasien
penurunan skala nyeri pada penderita gout asam urat di desa Kedungwungu
arthritis di desa Tateli Dua, kecamatan kecamatan Tegowanu kabupaten
Mandolang, kabupaten Minahasa. Grebongan, bahwa ada pengaruh
Pemberian kompres hangat pemberian kompres hangat memakai jahe
merupakan mekanisme penghambat untuk meringankan skala nyeri pada pasien
reseptor nyeri pada serabut saraf besar asam urat di desa Kedungwungu
dimana akan mengakibatkan terjadinya Kecamatan Tegowanu Kabupaten
perubahan mekanisme yaitu gerbang yang Grobogan.
akhirnya dapat memodifikasi dan merubah
sensasi nyeri yang dating sebelum sampai SIMPULAN
ke korteks serebri menimbulkan persepsi Dari hasil penelitian yang telah
nyeri da reseptor otot sehingga nyeri dapat dilaksanakan di Desa Tateli Dua
berkurang (Potter & Perry, 2005) kecamatan Mandolang, kabupaten
Pada penelitian ini menggunakan Minahasa pada tanggal 20 Februari- 15
kompres panas basah yaitu waslap atau Maret 2016, maka dapat disimpulkan
handuk direndam dalam air panas yang bahwa :
bersuhu sekitar 40oC selama 15-20 menit. 1. Nyeri gout artritis pada responden
Jahe merah memiliki efek antiradang sebelum diberikan kompres hangat
sehingga dapat digunakan untuk mengatasi didapatkan sebagian besar responden
peradangan dan mengurangi rasa nyeri berada pada tingkat nyeri ringan dengan
akibat asam urat.Efek anti radang ini jumlah responden 16.
disebabkan komponen aktif jahe merah 2. Nyeri gout artritis pada responden
yang terdiri dari gingerol, gingerdione dan sesudah diberikan kompres hangat
zingeron yang berfungsi menghambat didapatkan sebagian besar responden
leukotriene dan prostagalandin yang berada pada tingkat nyeri ringan dengan
merupakan mediator radang (Herliana, jumlah responden 29.
2013). 3. Berdasarkan uji statisik didapatkan
Menurut Igirisa dalam (Smeltzer & pengaruh pemberian kompres hangat
Bare 2002) salah satu penanganan nyeri memakai parutan jahe merah (Zingiber
secara non farmakologi yang dapat officinale roscoe var rubrum) tehadap
dilakukan perawat yaitu kompres hangat. penurunan skala nyeri pada penderita
Penggunaan panas mempunyai keuntungan gout arthritis.
meningkatkan aliran darah ke suatu area
dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri
dengan mempercepat penyembuhan. Akan
tetapi, dalam melakukan kompres hangat
digunakan dengan hati-hati dan dipantau

5
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

DAFTAR PUSTAKA Kecamatan Tegowanu Kabupaten


Grebongan.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural www.digilib.stikesmuh-pkj.ac.id
Keperawatan Konsep dan Aplikas Diakses 2 April 2016 pada pukul
Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta. 13.05 WITA
Salemba Medika Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Riset
Herliana Ersi. 2013. Penyakit Asam Urat Keperawatan Edisi 2. Jakarta. Graha
Kandas Berkat Herbal.Jakarta. Ilmu
FMedia Tamansuri Anas. 2006. Konsep dan
Hopkins Tracey. 2013. Intisari Medikal Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta.
BedahBuku Praktik Kilinik Edisi 3. Kedokteran EGC
Jakarta. Kedokteran EGC Wurangian Mellynda. 2013. Pengaruh
Igirisa V.J, Rany H, Nasrun P. 2015. Kompres Hangat Penurunan Skala
Pengaruh Kompres Air Hangat Nyeri Pada Penderita Gout Artritis
Terhadap Penurunan Skala Nyeri di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu
Penderita Gout Artritis Pada Lansia Manado. Volume 4 No 2.
di Wilayah Kerja Puskesmas www.id.portalgaruda.org. Diakeses
Pilolodaa Kec.Kota Barat Kota 11 Oktober 2015 pada pukul 12. 14
Gorontalo. WITA
www.ung.ac.id. Diakses 2
April 2016 pada pukul 13.05 WITA
Karundeng Gary.2015. Pengaruh
Mengkonsumsi Air Rebusan Daun
Sirsak Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Penderita Gout Artritis
di Wilayah Kerja Puskesmas
Pineleng.Volume 3 No 2.
www.id.portalgaruda.org. Diakeses
11
Oktober 2015 pada pukul 15. 14
WITA
Mahmud, Mahir Hasan. 2007. Terapi Air,
Qultum Media, Jakarta
Muhammad As’adi. 2010. Waspadai Asam
Urat.Yogjakarta. Diva Press
Perry, G.A & Potter, P.A. (2005). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. EGC.
Jakarta
PSIK Universitas Sam Ratulangi (2013).
Panduan Penulisan Tugas Akhir
Proposal dan Skripsi.
Riskesdas, 2013.Riset Kesehatan Dasar
Tentang Penyakit Sendi. Diakses dari
www.litbang.depkes.go.id .Diakses
Pada tanggal 5 Desember 2015
Rustonto, Cholifah N, Retnosari I. 2015.
Pemberian Kompres Hangat
Memakai Jahe Untuk Meringankan
Skala Nyeri Pada Pasien Asam
Urat di Desa Kedungwungu
6
eJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai