Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL


MENARIK DIRI

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 10 :
1. ENDI WIJAYA (19230009)
2. FEBRA ELDY (19230010)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TA 2022/2023
BAB I

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk
juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien
Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi,
yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain.
Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang-orang usia
lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang
mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.
Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh
individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek
biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut Laksamana
(1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai
perubahan `senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’
adalah perubahan- perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut.
Perubalian ’senilitas’ adalah perubahan¬-perubahan patologik
permanent dan disertai dengan makin memburuknya kondisi badan
pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada
amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema
bidang sosio ekonomi. Oleh karma itu lansia adalah kelompok dengan
resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.
Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindarkan. Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin
tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan padan gilirannya makin
tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut. Demikian pula di
Indonesia.
Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat
perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik,
psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari
satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lansia
yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.
Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan
jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam
menghadapi usia senja. Lansia sebagai tahap akhir dari siklus
kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak
sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang
mengalami gangguan mental seperti menarik di
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
jiwa lansia. Faktor- faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak
sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia.
Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan kondisi fisik
b. Penurunan fungsi dan potensi seksual
c. Perubahan aspek psikososial
d. Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan
e. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
2. ASPEK PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan
perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri
sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang
lain,serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya
(Hidayat,2006).
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam(Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,
pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah
merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai
dampak adanya kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi
suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya
komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.

2. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga
dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352).
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa
tertekan.

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam


perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor
penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif
melalui riwayat keluarga atau keturunan.
2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi
karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu
dengan benda atau yang sangat berarti.
4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang
negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap sesuatu
5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif
yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang,
dunia seseorang, dan masa depan seseorang.
4. Faktor Presifitasi
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).
B. Tanda dan Gejala
a. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri
dari orang lain.
c. Komunikasi kurang atau tidak ada.
d. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah klien kurang mobilitasnya
e. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

f. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan


rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
C. Rentang Respon
1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide- ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain.
6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan
rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan
tanda-tanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai
dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya
yang dingin dan tanpa emosi.
D.Permasalahan
Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian
kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut:
1. Permasalahan Umum
a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung
terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk kelurga kecil.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan
yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan
berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak
langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus
bagi lanjut usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan
kesejahteraan lanjut usia.
e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan
lanjut usia.
2. Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai
permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia
adalah sebagai berikut:
a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang
menyebabkan penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih
tergantung kepada pihak lain.
b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan
Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis
mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan
sekitarnyaBerkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan
kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial
psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.
c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda
dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak
dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.
d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas
dan kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.
e. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda
dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak
dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.
f. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup.
g. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat
individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka
tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar. Di samping itu
terjadi pergeseran nilai budaya tradisional, dimana norma yang dianut bahwa
orang tua merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan
dan didasarkan kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang tua
dihormati serta dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai kewajiban untuk
mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian generasi muda
beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup
sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para lanjut usia dengan
masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi kesenjangan antara-generasi tua
dan muda. Dengan demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan
budaya bangsa ini secara terus-menerus dari generasi ke generasi selanjutnya.
h. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan
kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh
masyarakat lingkungan sekitarnya.
i. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga
kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah,
menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan
terpaksa menganggur.
j. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga
diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta
mempunyai penghasilan cukup.
k. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan
dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa
menjadi terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai budaya
tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua merupakan bagian
dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan
kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang tua dihormati
serta dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai kewajiban untuk
mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian generasi
muda beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam
urusan hidup sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para
lanjut usia dengan masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi
kesenjangan antara-generasi tua dan muda. Dengan demikian, sulit untuk
mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa ini secara terus-
menerus dari generasi ke generasi selanjutnya.
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak
lingkungan, polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik
lanjut usia. Terkosentrasinya dan penyebaran pembangunan yang belum
merata menimbulkan ketimpangan antara penduduk lanjut usia di kota dan
di desa.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH


PSIKOSOSIAL:MENARIK DIRI
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah
klien dan alamat klien.
2. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga
dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam
keluarga.
3. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem
rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan
keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit
secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai
perawatan dan pengobatan.
4. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari ,
dependen.
5. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
6. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
7. Aspek Psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti
dalam masyarakat.
4. kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
• Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan
dari pengkajian adalah sebagai berikut :
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Resiko perubahan sensori persepsi
4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada
orang lain
5. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
6. Intoleransi aktifitas.
7. Kekerasan resiko tinggi.

B. Diagnosa Keperawatan
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan
berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri
maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh
perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan
yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.

B. Saran
1. Mengingat kondisi psikososial lansia yang tidak berbeda di antara
lokasi pemukiman, maka lansia dapat tinggal di mana saja asalkan tetap
mendapatkan perhatian atau dukungan, baik dari keluarga, masyarakat
maupun pemerintah.
2. Dapat dibentuk wadah tempat lansia bersosialisasi bersama peer
groupnya. Untuk meningkatkan aktifitas fisik dan perilaku kesehatan,
hendaknya difasilitasi dengan memberi kesejahteraan berupa dukungan
moril dan sprituil kepada kelompok lansia berupa perbaikan ekonomi,
kesehatan, transportasi, dan perumahan serta memberikan gizi yang baik
dan obat-obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa
mempercepat proses penuaa.
3. Menghindari sikap menarik diri sebagai lansia.
4. Mengembangkan perspektif yang lebih jelas mengenai hidup lansia.
5. Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang.
6. Mengembangkan hubungan yang bermakna.
Daftar Pustaka
Setia budhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi:
Tinjauan dari Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
E.Doenges, Marilyon. dkk. 1919. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai