Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA MENARIK DIRI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa II
Dosen Pembimbing: Nurulistyawan Tri P.,Ns.,M.N.S

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Devi Nurul Hidayah


Edi Saputro
Musyarofah
Sofa Adie Quryani
Tri Mukti Nur Faidah

(2012011421)
(2012011424)
(2012011437)
(2012011448)
(2012011450)

PSIK 6C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan jiwa II yang berjudul
Asuhan Keperawatan Jiwa Menarik Diri ini dengan tepat waktu.
Makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya
bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
kami dalam menyelesaikan makalah keperawatan jiwa II ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh

karena

itu,

kami

mengharapkan

kritik

dan

saran

yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini sehingga kami dapat


menyusun makalah dengan baik di waktu selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan pengetahuan serta manfaat bagi
pembaca dan penulis.

Kudus, Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................................

ii

DAFTAR ISI................................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................

1
2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi..............................................................................................................
2.2 Penyebab...........................................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala..............................................................................................
2.4 Akibat...............................................................................................................
2.5 Penatalaksanaan................................................................................................

3
3
5
6
6

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian........................................................................................................
3.2 Diagnosa..........................................................................................................
3.3 Intervensi.........................................................................................................
3.4 Evaluasi............................................................................................................
3.5 Strategi Pelaksanaan........................................................................................

8
12
12
18
18

BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan.......................................................................................................... 23
4.2 Saran................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia memerlukan hubungan yang
positif baik dengan individu lainnya maupun dengan lingkungannya. Hubungan yang
positif dapat terjadi apabila masing-masing individu merasakan kedekatan, saling
mernbutuhkan dan saling tergantung untuk membangun karakter diri dalam lingkungan
sosial yang kondusif. Setiap individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial.
Kepuasaan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses
interaksi dengan individu lain. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan yang disertai
dengan respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama
dan hubungan timbal balik. Kurangnya peran serta dan respon lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan terputusnya proses hubungan terkait dengan ketidakmampuan
individu tersebut terhadap interaksi di hubungan. Hal itu dapat menyebabkan individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan dan pikirannya(Wiyati,2014).
Kemudian timbul kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain
sehinggan individu tersebut cenderung memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain. Jika sudah demikian, individu
tersebut akan menghindari interaksi dengan orang lain, dan itulah yang dimaksud
dengan perilaku menarik diri.
Jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa di Indonesia saat ini mencapai lebih
dari 28 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan (11,6 %), yang mengalami
gangguan jiwa berat (0,46 %), pada klien dengan masalah gangguan jiwa hanya (30-40
%) yang dapat sembuh total, (30 %) yang berobat jalan, dan (30 %) lainnya harus
menjalani perawatan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2012

terdapat 923 jiwa yang mengalami gangguan jiwa, dengan 818 jiwa masih dirawat di
rumah sakit jiwa, dan 475 jiwa pengobatan rawat jalan(Wiyati,2014).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan small grup discusion maka diharapkan :
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan jiwa menarik diri.
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari menarik diri..
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan akibat dari menarik diri.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala menarik diri.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan strategi pelaksanaan menarik diri.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara
wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistik. Menarik diri merupakan
suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar(Hasim,2012).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain(Kusumawati,2012). Menarik diri adalah
suatu perilaku yang timbul sebagai akibat dari gejala-gejala yang timbul pada
skizofrenia. Menarik diri dari kontak sosial normal dan aktivitas sering merupakan
gejala dini dari skizofrenia(Ingram,1993).
Menarik diri adalah suatu sikap di mana individu menghindar diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Nita,2009).
Jadi, menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).
2.2 Penyebab
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung(Budi,2009).

1. Faktor predisposisi
Walaupun banyak penelitian telah di lakukan pada gangguan yang mempengaruhi
hubungan interpersonal, belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang
penyebab gangguan ini. Mungkin disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi adalah:
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan
masalah respon sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat
berperan dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya
bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung
hubungan dengan pihak di luar keluarga.
b. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti terdahulu
menunjukkan keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini.
Organ tubuh yang jelas mengalami perubahan adalah otak misalnya : pada pasien
schizofrenia terdapat abnormal dari organ tersebut adalah atropi otak,
menurunkan berat otak secara dramatis, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel
dalam limbik dan daerah kortikol.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial(menarik diri) merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan.
Hal ini disebabkan oleh norma yang dianut oleh keluarga yang salah, dimana
setiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain
(lingkungan sosial). Misalnya pada usia lanjut, penyakit kronis dan penyandang
cacat. Harapan yang tidak nyata terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berpengaruh terhadap gangguan ini.
2. Faktor presipitasi
a. Stresor sosiokultural
Stres dapat ditumbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah
dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stresor psikologis

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan


kemampuan untuk mengatasinya. Tuntunan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi(Wiyati,2014).
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien menarik diri adalah:
1. Aspek fisik
a. Makan dan minum kurang
b. Tidur kurang atau terganggu
c. Penampilan diri kurang
d. Keberanian kurang.
2. Aspek emosi
a. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
b. Merasa malu atau bersalah(mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
c. Mudah panik dan tiba-tiba marah.
3. Aspek sosial
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Duduk menyendiri
c. Selalu tunduk, tidak ada kontak mata.
d. Tampak/ sering melamun
e. Tidak peduli lingkungan
f. Menghindar dari orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak
bercakap-cakap.
g. Tergantung pada orang lain.
4. Aspek intelektual
a. Putus asa
b. Merasa sendiri, tidak ada dorongan, kurang percaya diri(Hasim,2012).
2.4 Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptif, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa

stimulus/rangsangan eksternal. Halusinasi bisa berupa auditorius(terdengar suara, tapi


tidak ada yang berbicara), visual(penglihatan), atau somatik.
Tanda dan gejala halusinasi berupa: bicara, senyum dan tertawa sendiri, menarik
diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata,
tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang
lain

dan

lingkungannya),

takut,

serta

ekspresi

muka

tegang,

mudah

tersinggung(Sagala,2013).
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien menarik diri adalah
1) Bina hubungan saling percaya
2) Ciptakan lingkungan yang terapeutik
3) Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
4) Dengarkan klien dengan penuh empati
5) Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik.
6) Lakukan kontak sering dan singkat.
7) Lakukan perawatan fisik
Penatalaksanaan medis:
1. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas,

kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan

tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental.


Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran
disebabkan CNS Depresan.
2. Haloperidol (HP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
dalam fungsi kehidupan sehari hari.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
3. Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi: Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.

Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,


fibris, ketergantungan

obat,

penyakit

SSP,

gangguan

kesadaran(Sagala,2013).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah utama menarik
diri adalah : biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara 15 40
tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan, tangggal MRS,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien, dan agama
pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya kasus menarik
diri.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan fokus wawancara. Berisi tentang deskripsi dan perasaan pasien tentang
penyakitnya (masalahnya), kronologis gejala-gejala dan penatalaksanaannya.
4. Riwayat keluarga
Mengenai siapa yang tinggal serumah, pasien harus menggambarkan mereka dan
hubungannya dengan mereka. Dan juga berisi penjelasan silsilah keluarga pasien
dan peranannya di dalam keluarga.
5. Riwayat medis

Dapatkan masalah medis saat ini dan dahulu serta penatalaksanaannya.


6. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Secara teori, kurangnya stimulasi, kasih sayang dan kehangatan dari ibu
(pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya.
b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial dapat terjadi, salah satunya pada tuntutan lingkungan yang terlalu
tinggi.
7. Faktor presipitasi
Stressor psikologis seperti intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah kerusakan hubungan sosial menarik diri.
8. Penilaian stresor
1) Respon kognitif
Klien berfikir bahwa lebih baik menyendiri daripada berinteraksi dengan orang
lain.
2) Respon afektif
Merasa malu, acuh terhadap lingkungan sekitar.
3) Respon perilaku
Apatis, mengisolasi diri, tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
4) Respon sosial
Menolak hubungan dengan orang lain, komunikasi verbal menurun,
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak berbicara.
5) Respon fisiologis
Aktifitas menurun, retensi urin dan feses, pemasukan makan dan minum
terganggu.(Damaiyanti,2012)
9. Pengkajian status mental
1) Penampilan
Pasien dapat berpenampilan berantakan dan aneh dengan posisi janggal
(terutama Katatonik) dan menyeringal. Beberapa pasien skizofrenia(menarik
diri) dapat terlihat seperti menatap dan yang lain tampak pandangan kosong.
2) Pembicaraan

Pada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang
dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara..
3) Aktifitas motorik
Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah dan
mondar-mandir.
4) Alam perasaan
Biasanya tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
5) Afek
Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang normal.
6) Interaksi selama wawancara
Klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-kadang menolak untuk
bicara dengan orang lain.
7) Persepsi
Pada umumnya mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran,
klien biasanya mendengar suara-suara yang megancam, sehingga klien
cenderung sering menyendiri dan melamun.
8) Proses fikir
Akan kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi
dalam proses pikir.
9) Isi fikir
Pada umumnya mengalami gangguan isi pikir : waham terutama waham curiga.
10) Tingkat kesadaran
Pada umumnya tidak mengalami gangguan kesadaran.
11) Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat halhal yang telah terjadi.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada umumnya tidak mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
13) Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaian
14) Gaya tilik diri
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari
penyakit yang dideritanya(Sagala,2013).
10. Sumber koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon social maladaptive termasuk
keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun teman,

menggunakan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti


kesenian, musik atau tulisan.
11. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada orang
orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri). Mekanisme koping
yang sering digunakan pada klien menarik diri adalah regresi(mundur ke masa
perkembangan yang telah lain), represi(perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak
dapat diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran), dan
isolasi(Damaiyanti,2012).

10

3.2 Diagnosa
a. Masalah keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
4. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri.
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
7. Ketidakefektifan koping keluarga: kemampuan keluarga merawat klien di
rumah.
8. Gangguan pemeliharaan kesehatan(Keliat,2005)
b. Pohon masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri

Core Problem

c. Gangguan
Diagnosa keperawatan
konsep diri: Harga diri rendah
1. Isolasi sosial: menarik diri.
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi.
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
3.3 Intervensi
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri.
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

11

d. Jelaskan tujuan pertemuan


e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul.
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul.
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll).
2) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
3) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
Klien Perawat
Klien Perawat Perawat lain
Klien Perawat Perawat lain Klien lain
Klien Keluarga atau kelompok masyarakat
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:

12

1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan


orang lain.
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan orang lain.
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
3) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu.
5) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
Diagnosa 2: Gangguan persepsi sensori: halusinasi.
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan

13

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai


d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara
3) Bantu klien mengenal halusinasinya
4) Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam).
5) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
(tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian
3) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
6) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :

14

1) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi


2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah)
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik.
Tindakan :
1) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
2) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan
4) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
Diagnosa 3: Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
Tujuan Umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki

15

Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Tindakan:
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
3.4 Evaluasi
1. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
2. Harga diri pasien meningkat
3. Pasien dapat melakukan interpersonal dengan orang lain
4. Pasien dapat melakukan kegiatan mandiri
5. Persiapan berinisiatif untuk berkomunikasi/melakukan komunikasi secara verbal.
3.5 Strategi Pelaksanaan
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri.
a. Pasien
SP 1P:
1) Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien.
2) Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3) Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4) Melatih pasien berkenalan dengan satu orang.
5) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 2P:
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2) Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih

16

3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian


SP 3P:
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2) Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok.
3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
b. Keluarga
SP 1K:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien .
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
3) Menjelaskan cara cara merawat pasien isolasi sosial
Diagnosa 2: Gangguan persepsi sensori: halusinasi.
a. Pasien
SP 1P:
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien.
2) Mngidentifikasi isi halusinasi pasien
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien.
5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
6) Mengidentifikasikan respons pasien terhadap halusinasi
7) Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik.
8) Membiming pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 2P :
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2) Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain
3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 3P :
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2) Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan
pasien).
3) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 4P :
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

17

2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengguanaan obat secara teratur


3) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
b. Keluarga
SP 1K:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi.
SP 2K:
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi.
SP 3K:
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
(discharge planning)
Diagnosa 3: Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
a. Pasien
SP 1P:
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat di gunakan
3) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kempampuan
pasien
4) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
SP 2P:
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2) Melatih kemampuan kedua.
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

18

b. Keluarga
SP 1K:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
SP 2K:
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan
harga diri rendah .
SP 3K:
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning).

2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang(Damaiyanti,2012).

19

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Menarik diri merupakan suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya
secara wajar. Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Tanda
dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien menarik diri meliputi aspek fisik, aspek
emosi, aspek sosial, dan aspek intelektual. Perilaku menarik diri dapat berakibat
adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).
Penatalaksanaan klien menarik diri adalah bina hubungan saling percaya, ciptakan
lingkungan yang terapeutik, beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah isolasi sosial: menarik diri, gangguan
persepsi sensori: halusinasi, gangguan konsep diri: harga diri rendah.

4.2 Saran
Menarik diri merupakan tindakan menghindar dari interaksi dengan orang lain,
dan itu termasuk terganggunya kesehatan jiwa seseorang. Jika dibiarkan maka akan
mengakibatkan terjadi halusinasi. Oleh karena itu, kami menyarankan agar tenaga
kesehatan melaksanakan asuhan keperawatan dan menerapkan strategi keperawatan
dengan tepat dan benar.

20

DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah danIskandarr.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika
Aditama.
Hasim,Nur.2012.Asuhan Keperawatan Menarik Diri. (online).
(http://hasimupdate.blogspot.com/ diakses pada 21 Maret 2015).
Ingram,I.M,dkk.1993. Catatan Kuliah Psikiatri.Jakarta:EGC.
Keliat, Budi Anna,dkk.2005.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:EGC.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Nita, Fitria.2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Sagala,Elmore.2013. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial: Menarik Diri.(online).
(https://elmoresagala.wordpress.com/ diakses pada 21 Maret 2015).
Wiyati, Ruti.2014. Pengaruh Pemberian Strategi Pelaksanaan Dalam Meningkatkan
Kemampuan Bersosialisasi pada Klien Isolasi Sosial: Menarik Diri di Rumah Sakit dr.
Amino
Gondohutomo
Semarang.(online).(http://jurnal-kesehatan-jiwa.blogspot.com/
diakses pada 21 Maret 2015).

21

Anda mungkin juga menyukai