MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa II
Dosen Pembimbing: Nurulistyawan Tri P.,Ns.,M.N.S
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
(2012011421)
(2012011424)
(2012011437)
(2012011448)
(2012011450)
PSIK 6C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan jiwa II yang berjudul
Asuhan Keperawatan Jiwa Menarik Diri ini dengan tepat waktu.
Makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya
bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
kami dalam menyelesaikan makalah keperawatan jiwa II ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh
karena
itu,
kami
mengharapkan
kritik
dan
saran
yang
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................
1
2
3
3
5
6
6
8
12
12
18
18
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan.......................................................................................................... 23
4.2 Saran................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia memerlukan hubungan yang
positif baik dengan individu lainnya maupun dengan lingkungannya. Hubungan yang
positif dapat terjadi apabila masing-masing individu merasakan kedekatan, saling
mernbutuhkan dan saling tergantung untuk membangun karakter diri dalam lingkungan
sosial yang kondusif. Setiap individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial.
Kepuasaan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses
interaksi dengan individu lain. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan yang disertai
dengan respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama
dan hubungan timbal balik. Kurangnya peran serta dan respon lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan terputusnya proses hubungan terkait dengan ketidakmampuan
individu tersebut terhadap interaksi di hubungan. Hal itu dapat menyebabkan individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan dan pikirannya(Wiyati,2014).
Kemudian timbul kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain
sehinggan individu tersebut cenderung memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain. Jika sudah demikian, individu
tersebut akan menghindari interaksi dengan orang lain, dan itulah yang dimaksud
dengan perilaku menarik diri.
Jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa di Indonesia saat ini mencapai lebih
dari 28 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan (11,6 %), yang mengalami
gangguan jiwa berat (0,46 %), pada klien dengan masalah gangguan jiwa hanya (30-40
%) yang dapat sembuh total, (30 %) yang berobat jalan, dan (30 %) lainnya harus
menjalani perawatan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2012
terdapat 923 jiwa yang mengalami gangguan jiwa, dengan 818 jiwa masih dirawat di
rumah sakit jiwa, dan 475 jiwa pengobatan rawat jalan(Wiyati,2014).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan small grup discusion maka diharapkan :
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan jiwa menarik diri.
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari menarik diri..
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan akibat dari menarik diri.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala menarik diri.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan strategi pelaksanaan menarik diri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara
wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistik. Menarik diri merupakan
suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar(Hasim,2012).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain(Kusumawati,2012). Menarik diri adalah
suatu perilaku yang timbul sebagai akibat dari gejala-gejala yang timbul pada
skizofrenia. Menarik diri dari kontak sosial normal dan aktivitas sering merupakan
gejala dini dari skizofrenia(Ingram,1993).
Menarik diri adalah suatu sikap di mana individu menghindar diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Nita,2009).
Jadi, menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).
2.2 Penyebab
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung(Budi,2009).
1. Faktor predisposisi
Walaupun banyak penelitian telah di lakukan pada gangguan yang mempengaruhi
hubungan interpersonal, belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang
penyebab gangguan ini. Mungkin disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi adalah:
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan mencetuskan
masalah respon sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat
berperan dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya
bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung
hubungan dengan pihak di luar keluarga.
b. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti terdahulu
menunjukkan keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini.
Organ tubuh yang jelas mengalami perubahan adalah otak misalnya : pada pasien
schizofrenia terdapat abnormal dari organ tersebut adalah atropi otak,
menurunkan berat otak secara dramatis, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel
dalam limbik dan daerah kortikol.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial(menarik diri) merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan.
Hal ini disebabkan oleh norma yang dianut oleh keluarga yang salah, dimana
setiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain
(lingkungan sosial). Misalnya pada usia lanjut, penyakit kronis dan penyandang
cacat. Harapan yang tidak nyata terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berpengaruh terhadap gangguan ini.
2. Faktor presipitasi
a. Stresor sosiokultural
Stres dapat ditumbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah
dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stresor psikologis
dan
lingkungannya),
takut,
serta
ekspresi
muka
tegang,
mudah
tersinggung(Sagala,2013).
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien menarik diri adalah
1) Bina hubungan saling percaya
2) Ciptakan lingkungan yang terapeutik
3) Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
4) Dengarkan klien dengan penuh empati
5) Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik.
6) Lakukan kontak sering dan singkat.
7) Lakukan perawatan fisik
Penatalaksanaan medis:
1. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas,
obat,
penyakit
SSP,
gangguan
kesadaran(Sagala,2013).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah utama menarik
diri adalah : biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara 15 40
tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan, tangggal MRS,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien, dan agama
pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya kasus menarik
diri.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan fokus wawancara. Berisi tentang deskripsi dan perasaan pasien tentang
penyakitnya (masalahnya), kronologis gejala-gejala dan penatalaksanaannya.
4. Riwayat keluarga
Mengenai siapa yang tinggal serumah, pasien harus menggambarkan mereka dan
hubungannya dengan mereka. Dan juga berisi penjelasan silsilah keluarga pasien
dan peranannya di dalam keluarga.
5. Riwayat medis
Pada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang
dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara..
3) Aktifitas motorik
Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah dan
mondar-mandir.
4) Alam perasaan
Biasanya tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
5) Afek
Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang normal.
6) Interaksi selama wawancara
Klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-kadang menolak untuk
bicara dengan orang lain.
7) Persepsi
Pada umumnya mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran,
klien biasanya mendengar suara-suara yang megancam, sehingga klien
cenderung sering menyendiri dan melamun.
8) Proses fikir
Akan kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi
dalam proses pikir.
9) Isi fikir
Pada umumnya mengalami gangguan isi pikir : waham terutama waham curiga.
10) Tingkat kesadaran
Pada umumnya tidak mengalami gangguan kesadaran.
11) Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat halhal yang telah terjadi.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada umumnya tidak mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
13) Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaian
14) Gaya tilik diri
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari
penyakit yang dideritanya(Sagala,2013).
10. Sumber koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon social maladaptive termasuk
keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun teman,
10
3.2 Diagnosa
a. Masalah keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
4. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri.
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
7. Ketidakefektifan koping keluarga: kemampuan keluarga merawat klien di
rumah.
8. Gangguan pemeliharaan kesehatan(Keliat,2005)
b. Pohon masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Core Problem
c. Gangguan
Diagnosa keperawatan
konsep diri: Harga diri rendah
1. Isolasi sosial: menarik diri.
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi.
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
3.3 Intervensi
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri.
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
11
12
13
14
15
Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Tindakan:
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
3.4 Evaluasi
1. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
2. Harga diri pasien meningkat
3. Pasien dapat melakukan interpersonal dengan orang lain
4. Pasien dapat melakukan kegiatan mandiri
5. Persiapan berinisiatif untuk berkomunikasi/melakukan komunikasi secara verbal.
3.5 Strategi Pelaksanaan
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri.
a. Pasien
SP 1P:
1) Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien.
2) Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3) Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4) Melatih pasien berkenalan dengan satu orang.
5) Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 2P:
1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2) Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih
16
17
18
b. Keluarga
SP 1K:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
SP 2K:
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan
harga diri rendah .
SP 3K:
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning).
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Menarik diri merupakan suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya
secara wajar. Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Tanda
dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien menarik diri meliputi aspek fisik, aspek
emosi, aspek sosial, dan aspek intelektual. Perilaku menarik diri dapat berakibat
adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).
Penatalaksanaan klien menarik diri adalah bina hubungan saling percaya, ciptakan
lingkungan yang terapeutik, beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah isolasi sosial: menarik diri, gangguan
persepsi sensori: halusinasi, gangguan konsep diri: harga diri rendah.
4.2 Saran
Menarik diri merupakan tindakan menghindar dari interaksi dengan orang lain,
dan itu termasuk terganggunya kesehatan jiwa seseorang. Jika dibiarkan maka akan
mengakibatkan terjadi halusinasi. Oleh karena itu, kami menyarankan agar tenaga
kesehatan melaksanakan asuhan keperawatan dan menerapkan strategi keperawatan
dengan tepat dan benar.
20
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah danIskandarr.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika
Aditama.
Hasim,Nur.2012.Asuhan Keperawatan Menarik Diri. (online).
(http://hasimupdate.blogspot.com/ diakses pada 21 Maret 2015).
Ingram,I.M,dkk.1993. Catatan Kuliah Psikiatri.Jakarta:EGC.
Keliat, Budi Anna,dkk.2005.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:EGC.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Nita, Fitria.2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Sagala,Elmore.2013. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial: Menarik Diri.(online).
(https://elmoresagala.wordpress.com/ diakses pada 21 Maret 2015).
Wiyati, Ruti.2014. Pengaruh Pemberian Strategi Pelaksanaan Dalam Meningkatkan
Kemampuan Bersosialisasi pada Klien Isolasi Sosial: Menarik Diri di Rumah Sakit dr.
Amino
Gondohutomo
Semarang.(online).(http://jurnal-kesehatan-jiwa.blogspot.com/
diakses pada 21 Maret 2015).
21