DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4: TK 2/REG 1
JURUSAN KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya .
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah konsep dasar etiket umum dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun
berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang konsep dasar etiket umum. Makalah ini mungkin kurang
sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................1
Daftar Pustaka..............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental (Baihaqi dkk, 2005 : 4). Salah
satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah adanya stresor
psikososial.
Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (American Nurses
Association dalam Hamid 2000).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Isolasi sosial?
C. Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Interaksi sosial atau sosialisasi adalah hubungan interpersonal yang sehat, terjadi
jika individu terlibat saling merasakan kedekatan, sementara identitas pribadi masih dapat
di pertahankan. Juga perlu untuk membina perasaan saling tergantung, yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. (Stuart dan
Sundeen, 1998 : 345).
Dari kedua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa interaksi sosial adalah
kemampuan individu melakukan suatu aktifitas dengan individu lainnya dalam menjalin
hubungan kerjasama, adanya saling ketergantungan, keseimbangan dan kepuasan serta
kemandirian dalam suasana hubungan yang sehat.
2
2.2 Proses Terjadinya Masalah
3
Respom Adaptif :
Respon yang masih dapat diterima oleh norma – norma social dan kebudayaan
secara umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah
Respon Maladaptif :
Respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma social. Yang
termasuk respon maladaptive adalah :
a) Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan yang disebutkan pada tabel
1.2 akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon social maladaptip.
System keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial
maladaptip. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai ini adalah orang
yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak
mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Peran keluarga sering
kali tidak jelas. Orang tua pecandu alcohol dan penganiaya anak juga mempengaruhi
seseorang berespon social maladaptif. Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan
tenaga professional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya mengurangi
menyalahkan keluarga oleh tenaga professional.
4
Tabel 1.2
b) Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Ada bukti
terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun
tetap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
c) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam anggota gangguan berhubungan, ini akibat
dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
mengahargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia orang cacat, dan
berpenyakit kronik, isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, prilaku, dan sistem
nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
5
d) Faktor Presipitasi.
e) Mekanisme Koping
6
Tindakan berulang-ulang
3. Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindar dari orang lain (menyendiri).
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat.
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
Klien dengan menarik diri sengan berlama-lama dikamar dan banyak tidur
siang selain itu obat-obatan juga berpengaruh sehingga klien cendrung untuk tidur
terus.
3. Aktifitas sehari-hari
Klien dengan menarik diri akan merasa aman bila tidak berhubungan dengan
orang lain, karena klien beranggapan hal itu akan membahayakan dirinya. Efek
samping obat anti psikotik adalah timbulnya keresahan dan kegelisahan continue
sehingga klien merasa lebih nyaman bila sendiri.
7
Klien dengan menarik diri mengalami kegagalan dalam pemenuhan dasar ini,
karena klien lebih senang dunianya sendiri.
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
status mental, suku bangsa, alamat, nomer medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2. Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, hubungan dengan klien, alamat.
1) Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
8
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
Peran sesuai dengan jenis kelamin, konflik oerandan peran yang tidak sesuai muncul dari
factor biologis.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri
pada anak, teman sebaya merupakan factor lain yang mempengaruhi identitas.
Ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan dalam
struktur social.
Nilai-nilai, norma-norma , adat dan kebiasaan yang ada dan sudah menjadi suatu
budaya dalam masyarakat merupakan tantangan antara budaya dan keadaan social dengan
nilai-nilai yang dianut.
f. Faktor Biologis
Faktor Biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan social. Organ tubuh yang jelas dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
hubungan social adalah otak. Sebagai contoh : pada klien skizoprenia yang mengalami
9
masalah dalam hubungan social terdapat struktur yang abnormal pada otak seperti atropi
otak, perubahan ukuran dan sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
2) Faktor Presipitasi
1. Faktor Ekstrenal
Contohnya adalah sterssor social budaya, yaitu sress yang di timbulkan oleh faktor
social budaya yang antatra lain adalah keluarga.
2. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sres terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan individu.
3. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup semua system yang ada hubungannya dengan klien
depresi berat di dapatkan pada system integumen klien tampak kotor, kulit lengket di
karenakan kurang perhatian terhadap perawatan dirinya bahkan gangguan aspek dan
kondisi klien
4. Status Mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
c) Aktifitas Motorik
10
d) Alam Perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri pasien tentang status emosional dan
cerminan situasi kehidupan pasien. Alam perasaan dapat di evaluasi dengan
menanyakan pertanyaan yang sederhana dan tidak mengarah seperti “bagaimana
perasaan anda hari ini” apakah pasien menjawab bahwa ia merasa sedih, takut, putus
asa, sangat gembira atau ansietas (cemas).
e) Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada pasien yang dapat di observasi oleh
perawat selama wawancara. Afek dapat di gambarkan dalam istilah sebagai berikut :
batasan, durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek yang labil sering terlihat pada mania,
dan afek yang datar,tidak selaras sering tampak pada skizofrenia.
f) Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perceptual : halusinasi dan ilusi. Halusinasi di
definisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang salah. Ilusi adalah persepsi
atau respon yang salah terhadap stimulus sensori. Halusinasi perintah adalah yang
menyuruh pasien melakukan sesuatu seperti membunuh dirinya sendiri, dan melukai
diri sendiri.
h) Proses pikir
Proses pikir merujuk “ bagaimana” ekspresi diri pasien proses diri pasien di
observasi melalui kemampuan berbicaranya. Pengkajian dilakukan lebih pada pola
atas bentuk verbalisasi dari pada isinya
i) Isi Pikir
Isi pikir mengacu pada arti spesifik yang di ekspresikan dalam komunikasi
pasien. Merujuk pada apa yang di pikirkan pasien walaupun pasien mungkin berbicara
mengenai berbagai subjek selama wawancara, beberapa area isi harus di catat dalam
pemeriksaan status mental. Mungkin bersifat kompleks dan sering di sembunyikan
oleh pasien.
j) Tingkat Kesadaran
11
k) Memori
m) Penilaian
12
pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
6) Spiritual
Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan keyakian klien terhadapa gangguan
jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut pandangan masyarakat
setempat tentang gangguan jiwa. Kegiatan ibadah : kegiatan di rumah secara
individu atau kelompok.
Pengkajian diarahkan pada klien dan keluarga klien tentang persiapan keluarga,
lingkungan dalam menerima kepulangan klien. Untuk menjaga klien tidak
kambuh kembali diperlukan adanya penjelasan atau pemberian pengetahuan
terhadap keluarga yang mendukung pengobatan secara rutin dan teratur.
8) Analisa Data
Data Subyektif:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
13
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak
terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
Tindakan :
Tindakan:
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll)
2. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
3. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan prang lain.
4. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
14
5. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
6. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
7. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
8. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
9. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
o Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
Tindakan:
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain
Tindakan:
15
o Salam, perkenalan diri
o Jelaskan tujuan
o Buat kontrak
o Eksplorasi perasaan klien
16
FOKUS INTERVENSI PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL
Pasien
SP 1
SP 2
SP 3
Keluarga
SP 1
SP 2
SP 3
17
E. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh perawat dan klien,
beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :
TAK yang dapat dilakukan untuk pasien isolasi social adalah TAK sosialisasi yang terdiri
dari 7 sesi, meliputi :
F. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai afek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakuakn terus menerus pada respon klien tehadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi 2 yaitu : Formatif
dan sumatif, Formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi sumatif
dilakuakn dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan dengan menggunakan SOAP.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalh baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada
18
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika
19