Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN JIWA DENGAN


PERMASALAHAN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 :
 ANASTACIA PAAIS : C19142010

 AURALADY A. ABUBAR : C1914201013

 ANDREAS CHRISTIANO W. J. : C2014201006

 DINA T. ARRUANLINGGI : C2014201016

 ENJEL PAPA : C2014201019

 FIDELIA ANUGRAH : C2014201021

 MARLINA SAMAILI : C2014201037

 REGINA RINDA : C2014201039

 VITHALIA NARAHAJAAN : C2014201043

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan banyak nikmatnya kepada kami sehingga atas berkat dan rahmat serta

karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami ini terkait dengan

terkait dengan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Jiwa dengan Permasalahan Isolasi

Sosial” sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang baik

secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian

makalah ini baik mendukung secara moril. Kami menyadari bahwa masih banyak

terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilapan dalam penulisan makalah ini. Untuk

itu, saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini kedepan. Akhir

kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Makassar, November 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................

Daftar isi............................................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan ...........................................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................


B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................

Bab 2 Pembahasan ...........................................................................................................

A. Konsep Dasar Medis.........................................................................................


1. Defenisi .....................................................................................................
2. Rentang Responsif ....................................................................................
3. Etologi ......................................................................................................
4. Manifestasi klinis ......................................................................................
5. Patofisiologi ..............................................................................................
6. Penatalaksanaan ........................................................................................
7. Komplikasi ................................................................................................
B. Konsep Dasar Keperawatan .............................................................................
1. Pengkajian keperawatan............................................................................
2. Diagnosa keperawatan...............................................................................
3. Intervensi keperawatan .............................................................................

Bab 3 Penutup...................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................

Daftar pustaka...................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang
sehat – sakit jiwa yaitu sehat jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa. Secara
umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat atau kelompok psikotik dan
(2) gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa
kecemasan, gangguan alam perasaan dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk
gangguan jiwa berat salah satunya yaitu skizofrenia (Yusuf, dkk, 2015).
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien dengan isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi
dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai
berdiam diri, dan menghindar dari orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial
yang tak lepas dari sebuah keadaan yang bernama interaksi dan senantiasa melakukan
hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya (Yosep,Sutini, 2014).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan isolasi sosial ?
2. Bagaimana rentang responsif klien untuk dapat masuk ke dalam kategori isolasi
sosial ?
3. Apa etiologi dari isolasi sosial ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari isolasi sosial ?
5. Bagaimana perjalanan penyakit dari isolasi sosial ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari isolasi sosial ?
7. Apa komplikasi yang terjadi apabila seseorang mengalami isolasi sosial ?
8. Bagaimana pengkajian keperawatan dari klien yang mengalami isolasi sosial ?
9. Bagaimana diagnosa keperawatan dari klien yang mengalami isolasi sosial ?
10. Bagaimana intervensi keperawatan dari klien yang mengalami isolasi sosial ?

C. TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan isolasi sosial
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana rentang responsif klien untuk dapat masuk ke
dalam kategori isolasi sosial
3. Untuk dapat mengetahui apa etiologi dari isolasi sosial
4. Untuk dapat mengetahui apa saja manifestasi klinis dari isolasi sosial
5. Untuk dapat mengetahui bagaimana perjalanan penyakit dari isolasi sosial
6. Untuk dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari isolasi sosial
7. Untuk dapat mengetahui apa komplikasi yang terjadi apabila seseorang
mengalami isolasi sosial
8. Untuk dapat mengetahui bagaimana pengkajian keperawatan dari klien yang
mengalami isolasi sosial
9. Untuk dapat mengetahui bagaimana diagnosa keperawatan dari klien yang
mengalami isolasi sosial
10. Untuk dapat mengetahui bagaimana intervensi keperawatan dari klien yang
mengalami isolasi sosial
BAB 2

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFENISI DARI ISOLASI SOSIAL
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan
dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan
negatif yang mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalanya Isolasi sosial
adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain disekitarnya (Kusumawati,2010).
2. RENTANG RESPONSIF
Rentang respons klien ditinjau dariinteraksi dengan lingkungan sosial merupakan
suatu kontinum yang terbentang antara respons adaptif dengan maladaptip sebagai
berikut :

1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. respon ini meliputi:
b. Menyendiri
Menyendiri merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan
apa yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.

c. Otonomi
Otonomi merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu
mamapu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
d. Kebersamaan
Kebersamaan merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian,
saling member, dan menerima dalam hubungan interpersonal.
e. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling ketergantungan
saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
2. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat.
respon maladaptive tersebut adalah:
a. Manipulasi
Manipulasi merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan
orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan
orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi
dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Implusif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin
penilaian.
c. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
d. Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Riyardi
S dan Purwanto T.,2013).
3. ETIOLOGI DARI ISOLASI SOSIAL
Terjadinya permasalahan isolasi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor
predisposisi dan faktor presipitasi yakni :
a. Faktor predisposisi
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.

TAHAP TUGAS
PERKEMBANGAN
Masa bayi Menetapkan rasa percaya Masa bermain
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa prasekolah Melajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama
jenis kelamin
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan
teman, mencari pasangan, menikah dan
mempunyai anak
Masa tenga baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah
dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan ketertarikan dengan
budaya

2. Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double
bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan
diluar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizfrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada
otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam
limbic dan daerah kortikal.
b. Faktor presipitasi
1. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat
terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhi kebutuhan individu (Fitria,2019).
4. MANIFESTASI KLINIS DARI ISOLASI SOSIAL
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri
adalah sebagai berikut:

a. Gejala Subjektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang atau singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Klien tidak mengikuti kegiatan
3. Klien banyak berdiam diri di kamar
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Klien memiliki kontak mata kurang
7. Klien kurang merespon secara spontan
8. Klien tampak apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Klien memiliki ekpresi wajah kurang berseri
10. Klien tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11. Klien mengisolasi diri
12. Klien tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13. Klien suka memasukan makanan dan minuman terganggu
14. Klien memiliki retensi urine dan feses
15. Klien mengalami penurunan dalam beraktifitas
16. Klien kurang berenergi (tenaga)
17. Klien merasa rendah diri
18. Klien memiliki postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khususnya
pada posisi tidur) (Rusdi,2013)
5. PATOFISIOLOGI DARI ISOLASI SOSIAL
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya rangsangan
primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian
traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang yang
dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self
estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu
mekanisme koping yang adekuat.
Sumber-sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah,
teknik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai model
ekonomi dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang
walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang
mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri,
pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan
respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun
individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada individu
(stuart,2018).
6. PENATALAKSANAAN DARI ISOLASI SOSIAL
a. Terapi Medis Berupa Therapy farmakologi
1) Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma
sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi - fungsi
mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari,
tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b) Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
2) Haloperidol (HLD)
a) Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
b) Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi
dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
3) Trihexy phenidyl (THP)
a) Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
b) Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, hidung
tersumbat, mata kabur,gangguan irama jantung).
b. Electro convulsif therapi
Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan elektroshock
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT bertujuan untuk
menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi (Therapeutic
Clonic Seizure) setidaknya selama 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu
kejang dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan.
Tentang mekanisme pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat
dijelaskan dengan memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau
ECT dapat meningkatkan kadar serum Brain-Derived Neurotrophic Faktor
(BDNF) pada pasien depresi yang tidak responsif terhadap terapi farmakologi.
c. Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini
bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan interpersonal. Terapi
aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi sosial
adalah :
1) Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
2) Sesi 2 : kemampuan berkenalan
3) Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
4) Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5) Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6) Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
7) Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
d. Therapy Individu
Tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada
pasien dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien : Pengkajian Isolasi sosial, dan
melatih bercakap-cakap antara pasien dan keluarga.
(1) Membina hubungan saling percaya
(2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
(3) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota
keluarga
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien : Melatih pasien berinteraksi
secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain), latihan bercakap-cakap saat
melakukan 2 kegiatan harian.
(1) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
(3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih
2 kegiatan)
(4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien : Melatih pasien berinteraksi
secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang), latihan bercakap-cakap saat
melakukan 2 kegiatan harian baru.
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat
melakukan dua kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih
2 kegiatan baru)
(5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien : Mengevaluasi kemampuan
berinteraksi, melatih cara bicara saat melakukan kegiatan sosial
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat
melakukan empat kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial.
e. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan
harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan
memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus
psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan,karena lingkungan
tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi
psikologis seseorang (Rusdi,2013).
7. KOMPLIKASI DARI ISOLASI SOSIAL
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta
lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan
diri (Dalami,2019).
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Skenario 2 :
Klien Ny.Y berusia 30 tahun, masuk RSJ karena di rumah sering melamun, dan
menyendiri, klien sering bernyanyi dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain. Klien
sudah 3 tahun mengalami gangguan jiwa dan masuk RSJ yang kedua kalinya. Sejak itu
klien dukurung didalam kamar dirumahnya. Hal ini berawal sejak klien diceraikan oleh
suaminya dan suaminya menikah lagi. Klien punya 2 anak yang masih kecil yang tinggal
dengan orang tua klien.
Pada saat pengkajian, didapatkan data yakni klien selalu diam, tidak mau berbicara,
tidur terus ditempat tidur dan bicara sesekali saja jika ditanya dan kadang hanya
mengangguk. Dari keterangan keluarga, sejak bercerai dengan suaminya. Klien selalu
menjauh orang disekitarnya, selalu menyendiri. Keluarga mengatakan klien pernah sering
tertawa sendiri, tetapi sekarang tidak lagi.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas klien
Nama : Ny. Y
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Janda
Jumlah anak : 2 orang
b. Keluhan utama : Klien di rumah sering melamun, dan menyendiri, klien sering
bernyanyi dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain serta menjauhi orang
lain adapun sering tertawa sendiri namun sekarang sudah tidak lagi.
c. Faktor predisposisi : Klien dirawat dengan gangguan jiwa akibat perceraian
dengan sang suami dan ia mengetahui bahwa suaminya juga sudah menikah
kembali.
d. Status Mental : Klien kurang dapat memulai pembicaraan/pendiam , klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, , tidak mau
berbicara, tidur terus ditempat tidur dan bicara sesekali saja jika ditanya dan
kadang hanya mengangguk.
e. Mekanisme Koping : klien menarik diri dari orang lain dengan cara menyendiri di
dalam rumah dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain.
f. Riwayat gangguan mental yang pernah dialami : Klien sudah 3 tahun
mengalami gangguan jiwa dan masuk RSJ yang kedua kalinya. Sejak itu klien
dukurung didalam kamar dirumahnya.
g. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


.
1. DS : Permasalahan Isolasi sosial
- Klien tidak berminat untuk internal dalam
berkomunikasi dengan keluarga yakni
orang lain ketidakterimaan
- Klien menolak berinteraksi klien terhadap
dengan orang lain sebuah
DO : perceraian
- Klien tampak selalu diam
dan suka melamun
- Klien tampak menyendiri /
menari diri / jauh dari
orang lain
- Klien tampak menolak
komunikasi dengan orang
lain adapun bicara sesekali
saja jika ditanya dan
kadang hanya mengangguk
- Klien tapak selalu tidur
terus ditempat tidur
- Klien tampak sering
tertawa dan bernyanyi
namun sekarang tidak lagi

2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA INTERVENSI
.
1. Isolasi sosial - Tindakan keperawatan generalis pada klien Isolasi sosial
berhubungan Tujuan : Klien mampu
dengan  Mengenal masalah isolasi sosial
permasalahan  Berkenalan dengan perawat atau klien lain
internal dalam  Bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
keluarga yakni  Berbicara sosial : meminta sesuatu, berbelanja dan
ketidakterimaan sebagainya.
klien terhadap - Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat
sebuah isolasi sosial
perceraian  Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat
isolasi sosial
 Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian
tidak memiliki teman.
- Menjelaskan dan melatih klien berkenalan
 Menjelaskan cara berkenalan
 Mendemostrasikan cara berkenalan
 Melatih klien berkenalan 2 - 3 orang atau lebih
- Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sehari-hari.
- Menjelaskan dan melatih berbicara sosial : meminta
Sesutu, berbelanja dan sebagainya.
- Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien
isolasi sosial
Tujuan : Keluarga mampu
 Mengenal masalah klien Isolasi sosial
 Mengambil keputusan untuk merawat klien Isolasi
sosial
 Merawat klien Isolasi sosial
 Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien
Isolasi sosial
 Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up
kesehatan klien Isolasi sosial dan mencegah
kekambuhan.
- Menjelaskan masalah klien Isolasi sosial pada keluarga
 Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien
Isolasi sosial
 Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses
terjadinya Isolasi sosial.
- Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin
terjadi pada klien Isolasi sosial
 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin
terjadi pada klien Isolasi sosial
 Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat
klien Isolasi sosial
- Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien
Isolasi sosial
 Menjelaskan cara melatih klien berkenalan
 Menjelaskan cara melatih klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sehari-hari.
 Menjelaskan cara melatih klien berbicara sosial : meinta
sesuatu, berbelanja dan sebagainya.
 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada
klien untuk latihan berkenalan
 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada
klien untuk latihan bercakap-cakap
 saat melakukan kegiatan sehari-hari.
 Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada
klien untuk latihan berbicara sosial.
- Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan
lingkungan yang terapeutik bagi klien isolasi sosial.
 Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam
perawatan klien
 Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang
mendukung perawatan klien
 Mengajurkan keluarga melibatkan anggota keluarga
lainnya merawat klien
- Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk follow up , cara rujukan kesehatan
klien dan mencegah kekambuhan.
 Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
 Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan
relaps
 Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan
kambuh
 Menjelaskan dan menganjurkan follw up dan merujuk
klien ke pelayanan kesehatan.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien dengan isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi
dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih
menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain. Manusia merupakan
makhluk sosial yang tak lepas dari sebuah keadaan yang bernama interaksi dan
senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang
lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya
B. SARAN
semoga pembuatan Askep terkait dengan klien dengan permasalahan isolasi
sosial dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca untuk dapat meningkatkan
wawasan terkait dengan bagaimana caranya mencegah secara dini klien dengan
permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Gramedia.
Budianto,2019. Asuhan Keperawatan bagi Pasien Jiwa dengan Masalah Isolasi
Sosial. Jakarta : Budiotomo.
Mahlik,2018. Prinsip Dasar dan Pengaplikasian rencana pencegahan bagi klien jiwa
dengan permasalah isolasi sosial. Jogjakarta : Interpratama
SAK+Lengkap : Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai