lOMoARcPSD|321 252 17
MAKALAH KELOMPOK 3
MATA KULIAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Di Susun Oleh
KELOMPOK 3 (B 2023)
Veronica Claudia Cindy (21000414201062)
Zahra Adiya Putri (21000414201067)
Zulfikri (21000414201068)
Indri Desra Yonni (21000414201073)
Intan Febrian (21000414201074)
Dinda Isabela (21000414201081)
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
i
lOMoARcPSD|321 252 17
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Teori Kasus ................................................................................ 3
2.2 Peran Perawat Jiwa Sesuai Kasus Isolasi Sosial............................................... 11
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial............................................. 12
2.4 Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Isolasi
Sosial .............................................................................................................. 20
2.5 Kasus Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial ........................................................... 21
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 48
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 48
3.2 Saran............................................................................................................... 48
ii
lOMoARcPSD|321 252 17
BAB I
PENDAHULUAN
pasien isolasi sosial dengan memasukkan jadwal kegiatan harian pasien yang bertujuan sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan bertujuan dengan pasien isolasi sosial
: menarik diri dapat membantu penyelesaian masalah dengan mengungkapkan perasaan yang
dihadapi klien (Nurarif,2015).
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial :
menarik diri
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data fokus klien dengan masalah isolasi sosial
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan dengan masalah isolasi sosial
c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan dengan masalah isolasi sosial
d. Mengidentifikasi keberhasilan tindakan keperawatan dengan masalah isolasi sosial
e. Mengidentifikasi hasil evaluasi keperawatan dengan masalah isolasi social
1.3 Manfaat
Sebagai pedoman dalam asuhan keperawatan dan aplikasi ilmu keperawatan pada
pasien dengan isolasi sosial serta dapat menambah pengetahuan dan wawancara kelompok
dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan isolasi sosial.
lOMoARcPSD|321 252 17
lOMoARcPSD|321 252 17
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Rentang Respon
Menurut stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada masa
remaja atau lebih awal dan berlangsung sepanjang masa dewasa. Gangguan tersebut
merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan menetap yang cukup berat dan
menyebabkan disfungsi perilaku atau distress yang nyata.
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyadi S dan Purwanto T (2013) respon
adaptif meliputi:
1. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu caramengevaluasi diri dalam menentukan rencana-
rencana.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan social, individu mampu menetapkan untuk
independen dan pengaturan diri.
3. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
4
lOMoARcPSD|321 252 17
C. Etiologi
1. faktor predisposisi
Menurut fitria (2009) factor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi
5
lOMoARcPSD|321 252 17
social adalah :
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas perkembangan yang harus
terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan social.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan social. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam watu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
c. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah dalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan
hubungan sosial, diamana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti
lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosialnya.
d. Faktor biologis
Faktor biologis juga dapat menyebabkan salah satu factor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizfernia yang
mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
2. factor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal seseorang. Factor stressor presipitasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stressor yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
6
lOMoARcPSD|321 252 17
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
ketrbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya, ansietas ini dapat juga
terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi
kebutuhan individu.
D. Proses Terjadinya
Proses terjadinya masalah.
1. Pola asuh.
2. Pada anak yang kelahirannya tidak dikehendaki akibat kegagalan KB, hamil di luar
nikah, jenis kelamin yang tidak dikehendaki, bentuk fisik kurang menawan
menyebabkan keluarga mengeluarkan komentarkomentar negatif, merendahkan,
menyalahkan anak.
3. Koping individu tidak efektif, misalnya: Saat individu menghadapi kegagalan
menyalahkan orang lain, ketidakberdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi
kenyataan dan menarik diri dari lingkungan, terlalu tingginya self ideal dan tidak
mampu menerima realitas dengan rasa syukur.
4. Gangguan tugas perkembangan, misalnya: Kegagalan menjalani hubungan intim
dengan sesama jenis atau tidak, mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, bekerja,
bergaul, bersekolah menyebabkan ketergantungan pada orang tua, rendahnya
ketahanan terhadap berbagai kegagalan.
5. Stresor internal and external (stress internal dan eksternal), misalnya: Stress terjadi
akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya , ansietas dapat terjadi karena akibat
berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang yang dicintai
(Dermawan, 2013).
E. Mekanisme Koping
7
lOMoARcPSD|321 252 17
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial antara lain
pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi okupasi, rehabilitasi, dan
program intervensi keluarga (Yusuf, 2019).
1. Terapi Farmakologi
a. Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri terganggu.
Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
seharihari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Efek
samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan endokrin, metabolik,
biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
8
lOMoARcPSD|321 252 17
1. Haloperidol (HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi prikomotor, gangguan
otonomik.
penyesuaian diri dengan lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan di rumah
sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat kerajinan tangan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam keterampilan dan bersosialisasi (Elisia,
2014).
(2009) aspek kebersamaan dalam shalat berjamaah juga mempunyai nilai terapeutik,
dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencil dan tidak diterima.
2.7 Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit yang
dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya terapi
okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis, menyanyi,
dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan (Yusuf,
2019).
\12
lOMoARcPSD|321 252 17
memberikan pelatihan dan mengarahkan pasien pada respon perilaku dan interaksi sosial
melalui terapi – terapi seperti Terapi Aktivitas Kelompok yang mengajarkan pasien untuk
berdiskusi kepada pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan juga
mengajarkan pasien berkenalan dengan satu orang hingga pasien terbiasa interaksi dengan
orang lain dengan baik (Purwanto,2015).
3.9 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial
A. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengkajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Alasan masuk
Alasan masuk biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak
melakukan kegiatan sehari – hari , dependen
3. Faktor predisposisi
Kehilangan,perpisahan , penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, tituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
13
lOMoARcPSD|321 252 17
8) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain. Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
9) Kebutuhan persiapan pulang.
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
10) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
11) Masalah Psikososial dan lingkungan
Klien mendapat perilaku yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien
direndahkan karena klien menderita gangguan jiwa
12) Pengetahuan
Klien dengan kerusakan interaksi sosial pada kasus menarik diri pkurang
pengetahuan dalam hal mencari bahkan faktor predisposisi, koping mekanisme dan
sistim pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
13) Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
B. Daftar Masalah
1. Isolasi Sosial : Menarik diri
2. Gangguan Konsep Diri : HDR
3. Defisit Perawatan Diri : DPD
15
lOMoARcPSD|321 252 17
lOMoARcPSD|321 252 17
16
lOMoARcPSD|321 252 17
C. Pohon Masalah
ISOLASI SOSIAL
DEFISIT PERAWATAN
DIRI
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Pasien Setelah Sp 1
mampu: pertemuan 1.bina hubungan -Hubungan
-membina pasien: saling percaya saling
hubungan -mampu dengan tindakan: percaya
saling percaya membina -mengucapkan merupakan
-menyadari hubungan salam setiap kali landasan
penyebab saling percaya berinteraksi dasar
isolasi sosial -mampu dengan pasien interaksi
-berinteraksi mengenal isos, -berkenalan perawat
dengan orang keuntungan dengan pasien dengan klien
17
lOMoARcPSD|321 252 17
berinteraksi
dengan orang lain
Setelah Sp 2
pertemuan 1 .mengevaluasi -menilai
pasien: kegiatan yang lalu kemajuan
-mampu 2. latih cara perkembang
berinteraksi berbicara saat an
dengan orang melakukan -memberikan
lain secara keiatan harian kesempatan
bertahap 3. masukkan dan motivasi
berkenalan 2-3 kedalam jadwal klien untuk
orang kegiatan harian melakukan
interaksi
secara
bertahap
19
lOMoARcPSD|321 252 17
Setelah Sp 3
pertemuan 1.evaluasi -menilai
pasien: kegiatan yang lalu kemampuan
-menyebutkan 2.latih cara dan
kegiatan yang bewrbicara saat perkembang
sudah melakukan an klien
dilakukan kegiatan harian -memberikan
-mampu 3.memasukkan motivasi dan
berinteraksi pada jadwal rasa
dengan orang kegiatan dan latih tanggung
lain secara cara jawab pada
bertahap berkenalandenga pasien untuk
-berkenal n 4-5 orang dan melakukan
dengan 4-5 berbicara sambil kegiatan
orang dan melakukan dengan
berinteraksi kegiatan harian bertahap
sambil
melakukan
kegiatan
Setelah Sp 4
pertemuan 1.evaluasi -menilai
pasie : kegiatan yang perkembang
-mampu lalu, beri pujian an dan
menyebutkan 2.latih cara kemajuan
kegiatan yang berbicara sosial pasien
sudah meminta sesuatu -memberikan
dilakukan dan menjawab klien
-mampu pertanyaan motivasi
berinteraksi 3.bantu pasien untuk
20
lOMoARcPSD|321 252 17
6.masukkan Memberikan
masukkan dalam irasa
jadwal kegiatan tanggung
harian jawab untuk
melakukan
kegiatan
secara
teratur
F. Implementasi
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Implementasi
tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat,
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (Keliat dkk, 2005).
G. Evaluasi
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap
proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi
22
lOMoARcPSD|321 252 17
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 59 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Duda
Alamat : Desa Talago Sariak , kota Pariaman
Tanggal pengkajian : 14 Februari 2022
Dx Medis : Skizofrenia
23
lOMoARcPSD|321 252 17
2. Saat Dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian 14 Februari 2022 Keluarga klien mengatakan
klien sering menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, jarang berbicara,
tidak mengikuti kegiatan kelompok masyarakat. Klien lebih sering menghabiskan
waktu dikamar dan bermenung. Ketika ditanya suara klien pelan, kontak mata kurang,
lebih banyak menunduk, klien tidak berani menatap lawan bicara, klien tidak mampu
memulai interaksi, klien hanya menjawab singkat dan afek datar.
3. Faktor Presdiposisi
a. Gangguan jiwa dimasa lalu :
Keluarga mengatakan sejak tamat SMA pada tahun 1980 klien ikut merantau
ke Mentawai bekerja sebagai tukang jahit baju dengan kakaknya (Ny,W) dan suami
kakaknya ( Tn. S) . Pada suatu hari Ny.W lulus PNS di Padang sehingga Ny.W
meninggalkan klien di Mentawai bersama Tn. S. Pada suatu ketika Tn. S terlibat
konflik dengan salah satu warga asli Mentawai, sehingga Tn. S pergi pulang kampung
ke Pariaman dan meninggalkan Klien sendirian di Mentawai. Pada tahun 1989 klien
diantarkan oleh beberapa warga Pariaman yang sama-sama merantau di Mentawai ke
kampung halamannya. Klien saat dibawa pulang kondisinya marah-marah tanpa
sebab, membanting gelas dirumahnya sehingga kelurga memutuskan untuk membawa
ke rumah sakit jiwa. Klien sempat menikah pada tahun 1991 dengan salah satu pasien
di RSJ HB Saanin Padang. Keluarga mengatakan klien sembuh setelah menikah dan
mempunyai sepasang anak. Pada tahun 1996 anak perempuan klien meninggal karena
demam tinggi. Pada tahun 2000 istri klien meninggal karena kecelakaan, hal ini yang
membuat klien merasa bersalah dan berasumsi jika klien tidak menyuruh istirnya
membeli makanan, mungkin istri klien masih hidup. Klien merasa tidak berguna,
menarik diri dan mengurung diri di kamar, tidak mau bicara dengan siapapun, hingga
berhalusinasi seperti melihat istrinya masih hidup kembali. Untuk mengatasi masalah
yang di rasakan klien keluarga membawa klien ke RSJ lagi.
b. Pengobatan sebelumnya :
24
lOMoARcPSD|321 252 17
Klien pertama kali di rawat di RSJ pada tahun 1990 setelah pulang dari
mentawai, pengobatan berhasil, klien pulang dengan tenang. Namun pada tahun 2000
klien kembali masuk ke RSJ karena istri klien meninggal dunia dan juga klien tidak
rutin meminum obat. Setelah pulang dari RS, klien melanjutkan pengobatan rawat
jalan di Puskesmas dekat rumahya. Namun karena klien tidak mau dibawa langsung ke
Puskesmas sehingga obat klien di ambilkan oleh keluarga ke Puskesmas setiap
bulannya.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
c. Trauma :
1) Aniaya Fisik
Keluarga mengatakan Tn. A tidak pernah mengalami aniaya fisik menjadi
pelaku, korban ataupun saksi dari tindak kekerasan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2) Aniaya Seksual :
Keluarga klien mengatakan Tn. A tidak pernah menjadi pelaku, korban ataupun
saksi dari penganiayaan seksual baik di lingkungan tempat tinggalnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3) Penolakan dalam lingkungan :
Keluarga mengatakan klien mengalami penolakan dari lingkungan tempat
tinggalnya. Karena masyarakat merasa risih dan ketakutan jika bertemu klien
sering mengambil barang-barang tetangga yang dia sukai. Sehingga klien tidak
ada mengikuti/ berperan dalam kegiatan dimasyarakat.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4) Kekerasan dalam keluarga :
Keluarga mengatakan klien tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
serta tidak pernah menjadi perilaku kekerasan dalam keluarga.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5) Tindakan Kriminal :
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal,
tidak pernah menjadi perilaku, korban dan saksi dari tindakan kriminal.
25
lOMoARcPSD|321 252 17
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 80x/i
Suhu : 36,5
CP : 21x/i
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Pada saat di inspeksi rambut klien keriting dan pendek, warna hitam,
kebersihan baik, pada saat dipalpasi tidak tedapat benjolan dan nyeri tekan
pada kepala.
2) Leher
Pada saat di inspeksi tidak terdapat vena jugularis, tidak terdapat nyeri ditekan.
3) Mata
26
lOMoARcPSD|321 252 17
5. Psikososial
a. Genogram
27
Keterangan :
Keterangan :
Jelaskan : Klien anak ke 2 dari 3 bersaudara, saat ini klien tinggal bersama
keponakannya (anak dari kakak perempuan), klien sudah menikah dan istri klien
sudah meninggal dunia. klien memiliki dua orang anak, namun anak pertama klien
sudah meninggal dunia. Sedangkan anak kedua klien di rawat oleh keluarga si istri dan
saat ini dia sudah berkeluarga. Dikeluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa. Pola komunikasi dalam keluarga klien cukup baik dan menggunakan komunikasi
dua arah, tidak ada masalah dalam berkomunikasi dengan keluarganya Pengambilan
keputusan adalah keponakan klien, keponakan klien juga sudah memahami kondisi
klien dan mampu merawat klien terutama dalam pengobatan. Sehingga obat klien
28
lOMoARcPSD|321 252 17
tidak pernah terputus lagi. Keluarga klien memilih untuk merawat klien dirumah
dengan pola asuh memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Konsep Diri
Gambaran Diri : Klien mengatakan tidak ada anggota tubuh yang tidak disukai.
Identitas Diri : Klien seorang laki-laki yang berusia 59 tahun yang merupakan
anak ke 2 dari 3 bersaudara, berstatus duda. Setelah sakit klien tidak
bekerja.
Peran Diri : Klien berperan sebagai ayah juga sebagai mamak dari keponakannya
akan tetapi peran tersebut tidak dapat berjalan dengan baik karna
penyakit nya sekarang.
Ideal Diri : Klien ingin cepat sembuh dan bergaul dengan masyarakat.
Harga Diri : Klien mengatakan dirinya merasa tidak berguna karna tidak bekerja
dan klien mengatakan dirinya merasa malu karna penyakit yang sedang
dideritanya.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
klien mengatakan orang terdekat adalah kakak namun sejak kakak klien
meninggal, klien tidak memiliki orang terdekat lagi. Sehingga ketika ada masalah
klien memendam sendiri masalahnya itu.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
klien mengatakan tidak mau mengikuti/ berperan dalam kegiatan kelompok
yang ada di lingkungan masyarakat tempat tinggal klien.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain yaitu masyarakat
menganggap Tn.A adalah orang gila, sehingga klien mengalami penolakan oleh
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Pada saat dilakukan pengkajian
klien tidak mampu untuk memulai interaksi atau pembicaraan, kontak mata
kurang, dan klien lebih sering menunduk.
29
lOMoARcPSD|321 252 17
6. Spritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah pemberian
tuhan
b. Kegiatan Ibadah
Keluarga klien mengatakan klien ada sholat namun klien sering lupa waktu dan
jumlah rakaat sholat.
Masalah Keperawatan :Disstres spiritual
7. Status Mental
a. Penampilan :
Saat dilakukan pengkajian klien tampak tidak rapi dan kusam. Keluarga
mengatakan klien tidak mau mandi jika tidak disuruh. Rambut kelihatan panjang
dan acak-acakan, kuku kaki dan tangan klien panjang, nafas klien bau,tercium bau
tidak sedap di tubuh klien.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan :
Keluarga klien mengatakan klien jarang berkomunikasi, namun saat ditanya
klien dapat menjawab dengan baik tapi singkat dan seadanya. Saat bicara
pembicaraan klien lambat, ketika berbicara dengan orang lain, Klien kadang dapat
berinteraksi dengan baik dengan keluarga dan orang yang sudah di percayanya
tetapi tidak dengan orang lain.
Masalah Keperawatan :Hambatan Komunikasi
c. Aktivitas Motorik :
Klien hanya duduk diam saat pembicaraan berlangsung, klien terlihat lemas,
lesu dan tidak bersemangat karena faktor umur yang sudah menua.
Masalah Keperawatan :intoleransi aktifitas
d. Alam Perasaan :
Klien mengtakan dirinya merasa sedih karena masyarakat di lingkungan
30
lOMoARcPSD|321 252 17
tempat tinggalnya mengucilkan dirinya dan tidak ada yang mau bicara dengannya
karena mereka menganggap klien orang gila.
Masalah Keperawatan : Ketidakberdayaan
e. Afek :
Selama berinteraksi afek klien datar dimana klien tidak ada perbedaan roman
muka pada saat ada stimulus yang menyedihkan atau menyenangkan, sehingga
selama berinteraksi klien lebih banyak diam.
Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi
f. Interaksi selama wawancara :
Pada saat pengkajian klien cukup kooperatif meski klien tidak mau menatap
lawan bicaranya, sering menunduk dan klien hanya menjawab seperlunya saja jika
ditanya.
Masalah Keperawatan : Hambatan interaksi sosial
g. Persepsi :
Saat ditanya klien mengatakan tidak ada melihat bayangan atau mendengar
suara-suara.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
h. Proses Pikir :
Saat ditanya jawaban klien sedikit berbelit tapi dapat sampai pada tujuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
i. Isi Pikir :
Klien mengatakan dirinya tidak berguna
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
j. Tingkat kesadaran :
Klien dapat mengorientasikan tempat, waktu dan orang dengan jelas saat
ditanya dimana klien sekarang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
k. Memori
1) Memori jangka panjang
Klien tidak dapat mengingat dan menceritakan semua masa lalunya, tetapi klien
masih mengingat kenangan masa kecilnya dengan saudara dan orang tuanya.
31
lOMoARcPSD|321 252 17
m. Kemampuan penilaian :
Klien tidak ada masalah dengan kemampuan penilaian. Klien dapat mengambil
keputusan sederhana seperti menentukan untuk mencuci tangan sebelum makan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
n. Daya tilik diri :
Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri. Klien tidak
mengingkari penyakitnya, klien tahu bahwa diri nya sekarang dalam proses
pengobatan kejiwaanya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
Klien mandi 2x sehari namun tidak menggunakan sabun, gosok gigi 1x sehari
namun lupa menggunakan odol dan cuci rambut jika kepalanya gatal. Terlihat
kuku-kuku klien dan rambut yang mulai memanjang.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
d. Berpakaian/berhias :
Klien tampak tidak rapi dan kusam, Rambut klien terlihat acak-acakan dan kusam.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
e. Istirahat dan tidur :
Keluarga klien mengatakan tidur 6-8 jam, tidur siang 1-2 jam. Klien tidur mulai
dari jam 21.00 wib malam dan bangun jam 06.00 wib pagi, klien tidak ada
kesulitan saat memulai tidur dan klien bangun tidur dengan kondisi segar.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
f. Penggunaan obat :
Klien ada mendapatkan obat, yang mana keluarga klien yang menjemput obat ke
puskesms ataupun orang puskesmas yang mengantarkan langsung ke rumah klien.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
g. Pemeliharaan kesehatan :
Keluarga mengatakan klien tidak mampu menjaga kesehatanya dengan baik.
Tetapi keluarga selalu mengingatkan untuk menjaga kesehatan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
h. Kegiatan di dalam rumah :
Keluarga mengatakan klien tidak memiliki kegiatan apa-apa di rumah klien lebih
banyak bermenung dan berdiam diri saja.
Masalah keperawatan : Perubahan pemeliharaan kesehatan
i. Kegiatan diluar rumah :
Keluarga mengatakan klien tidak memiliki kegiatan di luar rumah karena klien
merasa lingkungan tempat tinggalnya tidak bisa menerima klien yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
9. Mekanisme Koping
33
lOMoARcPSD|321 252 17
11. Pengetahuan
Klien dan keluarga mengetahui tentang penyakitnya dan pengobatannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
34
lOMoARcPSD|321 252 17
3. Amitriptyline
adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
Hydrochloride
depresi. Obat ini juga dapat membantu
memperbaiki suasana hati dan meringankan
gangguan kecemasan. Selain itu, amitriptyline
terkadang juga digunakan untuk mengatasi nyeri
neuropati. Amitriptyline bekerja dengan cara
menjaga keseimbangan zat kimia khusus di otak
atau neurotransmiter.
4. Chlorpromazi
Chlorpromazine adalah obat untuk menangani
ne HCL
gejala psikosis pada skizofrenia. Selain itu, obat ini
juga digunakan dalam pengobatan gangguan
bipolar, mual dan muntah, serta cegukan yang
terjadi terus-menerus.
35
lOMoARcPSD|321 252 17
DO :
36
lOMoARcPSD|321 252 17
DO :
DO :
37
lOMoARcPSD|321 252 17
Pohon Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri
41
lOMoARcPSD|321 252 17
D. Intervensi Keperawatan
42
lOMoARcPSD|321 252 17
SP 3 : SP 3 :
✓ Evaluasi kemampuan berkenalan ✓ Evaluasi kemampuan keluarga
dengan dua orang. melatih klien dengan orang lain.
43
lOMoARcPSD|321 252 17
SP 4 : SP 4 :
✓ Evaluasi kemampuan berkenalan ✓ Evaluasi kemampuan keluarga
dengan beberapa orang. melatih klien berkenalan dan
✓ Latih bercakap-cakap dalam berinteraksi dengan beberapa
kegiatan sosial. orang.
✓ Menanyakan perasaan klien ✓ Beri pujian pada keluarga atas
setelah ikut dalam kegiatan upaya yang telah dilakukan.
sosial. ✓ Jelaskan follow up ke pelayanan
✓ Masukkan ke jadwal kesehatan jika terjadi
kegiatan harian klien. kekambuhan.
44
lOMoARcPSD|321 252 17
45
lOMoARcPSD|321 252 17
SP 3 :
SP 3 :
✓ Evaluasi keluarga dalam
✓ Evaluasi kegiatan pertama dan
membimbing klien melaksanakan
kedua yang telah dilatih berikan
pujian. kegiatan pertama dan kedua yang
telah dilatih, beri pujian.
46
lOMoARcPSD|321 252 17
SP 4 : SP 4 :
✓ Evaluasi kegiatan pertama, kedua ✓ Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan ketiga yang telah dilatih dan membimbing klien melaksanakan
berikan pujian. kegiatan pertama,kedua dan
✓ Bantu klien memilih kegiatan ke ketiga,beri pujian.
empat yang akan dilatih. ✓ Bersama keluarga melatih klien
✓ Latih kegiatan ke empat yang melakukan kegiatan yang ke empat
dipilih. yang sudah dipilih.
✓ Anjurkan klien untuk ✓ Jelaskan follow up ke pelayanan
memasukkan ke jadwal kegiatan kesehatan jika terjadi kekambuhan.
harian. ✓ Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal kegiatan harian dan berikan
pujian.
47
lOMoARcPSD|321 252 17
48
lOMoARcPSD|321 252 17
SP 4 :
49
lOMoARcPSD|321 252 17
50
lOMoARcPSD|321 252 17
51
lOMoARcPSD|321 252 17
A:
• SP 1 ISOS (berkenalan dengan satu
orang) belum mandiri.
P:
• Optimalkan latihan cara berkenalan
dan bercakap-cakap.
2. Kamis, 17 Isolasi sosial Strategi Pelaksanaan 1: S:
Februari 2022 • Membina hubungan saling • Klien memperkenalkan nama
Jam 10.05-11.00 percaya dengan lengkap, nama panggilan, hobby
WIB memperkenalkan diri (Nama dan alamat.
lengkap,panggilan dan alamat). • Klien mengatakan bisa
• Mengindentifikasi penyebab memperkenalkan diri nya kepada
isolasi sosial. keluarga.
• Menjelaskan keuntungan dan • Klien mengatakan sudah tau
kerugian tidak berinteraksi keuntungan dan kerugian memilki
52
lOMoARcPSD|321 252 17
A:
SP 2 Isolasi Sosial (Berkenalan dan
bercakap-cakap dengan 2-3 orang saat
melakukan kegiatan harian yaitu
(menyiram bunga)
belum Mandiri.
P:
54
lOMoARcPSD|321 252 17
A:
• SP 3 Isolasi Sosial (Melatih cara
berkenalan dengan 4-5 orang saat
melakukan kegiatan harian
(Menyapu teras rumah). mandiri
P:
• Evaluasi dan optimalkan SP 1,2, dan 3
Lanjut ke SP4
6. Senin, 21 Isolasi sosial Strategi Pelaksanaan 4 : S:
57
lOMoARcPSD|321 252 17
58
lOMoARcPSD|321 252 17
A:
• SP 4 Isolasi Sosial melatih cara bicara
sosial (Belanja ke warung, meminta
sesuatu dan menjawab pertanyaan)
belum mandiri karena masih dalam
pengawasan keluarga.
P:
• Ulangi mengikuti kegiatan harian
setiap hari nya
• Evaluasi dan Optimalkan SP 1, SP 2, SP
3 dan SP 4 .
59
lOMoARcPSD|321 252 17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial dapat disimpulkan:
1. Saat memberi asuhan keperawatan klien dapat menciptakan suasana teraupetik
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan
2. Klien membutuhkan dukungan keluarga yang mengerti permasalahan dirinya
dimana keluarga harus mengajak pasien berkomunikasi dan bersosialisasi dimana
pasien isolasi social harus diberi semangat dan dukungan dan peran keluarga itu
sangatlah penting.
3.2 Saran
1. Perawat melakukan asuhan keperawatan hendaknya mengikuti langkah langkah proses
keperawatan secara tertulis
2. Dalam menangani kasus isolasi sosial hendaknya perawat melakukan pendekatan
untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien sehingga
terciptanya suasana teraupetik dalam pelaksanaan
3. Bagi keluarga hendaknya sering mengunjungi klien sehingga klien dapat mengetahui
perkembangan kondisiklien dan membantu perawat bekerja sama dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien
60
lOMoARcPSD|321 252 17
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf.(2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Astuti, L. (2020). Studi Dokumentasi Isolasi Sosial Pada Pasien Dengan Skizofrenia.
Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta.
Ayu Candra Kirana, S. (2018). Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial
Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa. Journal of Health Sciences,
Azizah, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa ; Teori dan Aplikasi praktik
klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka
Banjar, B. R. S. U. K., & Maulana, K.(2016). Asuhan keperawatan pada ny. R dengan isolasi
sosial: menarik diri akibat skizofrenia di ruang tanjung.
Depkes RI. Pedoman Penanganan Pasien Gangguan Jiwa. Jakarta: DepKes RI 2007.
Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dermawan.(2018). Modul Laboratorium Keperawatan Jiwa. Gosyeng Publising.
Dinkes Pariaman. 2022. Data Kunjungan Jiwa Puskesmas Kota Pariaman: Pariaman.
Eva Eryanti. 2018. Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan untuk melengkapi proses
keperawatan.
Fitria. 2019. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Advance Mental Health Nursing). Bandung:
Refika Aditama.
61