Anda di halaman 1dari 64

lOMoARcPSD|321 252 17

lOMoARcPSD|321 252 17

MAKALAH KELOMPOK 3
MATA KULIAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL


Dosen Pembimbing:
Ns. Nike Puspita Alwi, M.Kep

Di Susun Oleh
KELOMPOK 3 (B 2023)
Veronica Claudia Cindy (21000414201062)
Zahra Adiya Putri (21000414201067)
Zulfikri (21000414201068)
Indri Desra Yonni (21000414201073)
Intan Febrian (21000414201074)
Dinda Isabela (21000414201081)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
2023/2024
lOMoARcPSD|321 252 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kelompok panjatkan


kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah keperawatan jiwa sehingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan
judul “ ISOLASI SOSIAL ” Dalam menyusun makalah ini kelompok menemukan beberapa
kendala, tetapi berkat bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
kelompok dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kelompok menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya, baik isi maupun susunannya. Oleh karena itu, kelompok
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan nantinya akan
digunakan untuk perbaikan di masa mendatang.
Wassalammu‟alaikum Wr. Wb.

Bukittinggi, Oktober 2023

Kelompok 3

i
lOMoARcPSD|321 252 17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Teori Kasus ................................................................................ 3
2.2 Peran Perawat Jiwa Sesuai Kasus Isolasi Sosial............................................... 11
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial............................................. 12
2.4 Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Isolasi
Sosial .............................................................................................................. 20
2.5 Kasus Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial ........................................................... 21
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 48
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 48
3.2 Saran............................................................................................................... 48

ii
lOMoARcPSD|321 252 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan berbagai karakter positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan setiap individu (WHO dalam
Kusumanawati,2010)
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya
secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang
ditunjukkan untuk mencapai kepuasan diri sendiri, dimana kegiatan yang ditunjukkan untuk
mencapai pemuasan diri,dimana pasien melakukan usaha ditunjukkan melindungi diri
sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan
pembatasan (isolasi sosial), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien
menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain.(Stuart dan Sundeen,2018).
Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang utama
dalam kehidupan masyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan interaksi sosial: menarik diri
akan menjadi satu masalah besar dalam fenomena kehidupan, yaitu terganggu komunikasi
yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan di sekitarnya (Carpenito,2017).
Aktivitas kelompok dengan pendekatan pada pasien isolasi sosial: menarik diri yaitu
pemberian psikoterapi dan terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok dibagi
menjadi 7 bagian : terapi aktivitas kelompok kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan
berkenalan,kemampuan bercakap-cakap, kemampuan bercakap-cakap topik tertentu,
kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi, kemampuan bekerja sama dan kemampuan
sosialisasi. Dari stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok realita dan terapi aktivitas kelompok. Dari empat jenis terapi aktivitas
kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep
Isolasi Sosial : menarik diri adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi adalah terapi yang
menggunakan terapi Modalitas Lingkungan : Musik terhadap Kemampuan bersosialisasi pada
1
lOMoARcPSD|321 252 17

pasien isolasi sosial dengan memasukkan jadwal kegiatan harian pasien yang bertujuan sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan bertujuan dengan pasien isolasi sosial
: menarik diri dapat membantu penyelesaian masalah dengan mengungkapkan perasaan yang
dihadapi klien (Nurarif,2015).

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial :
menarik diri
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data fokus klien dengan masalah isolasi sosial
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan dengan masalah isolasi sosial
c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan dengan masalah isolasi sosial
d. Mengidentifikasi keberhasilan tindakan keperawatan dengan masalah isolasi sosial
e. Mengidentifikasi hasil evaluasi keperawatan dengan masalah isolasi social

1.3 Manfaat
Sebagai pedoman dalam asuhan keperawatan dan aplikasi ilmu keperawatan pada
pasien dengan isolasi sosial serta dapat menambah pengetahuan dan wawancara kelompok
dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan isolasi sosial.
lOMoARcPSD|321 252 17
lOMoARcPSD|321 252 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori Kasus


A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak ingin berinteraksi dengan lingkungannya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima,kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.(Keliat,2009)
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan,atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama orang
lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Carpenito,2009).

B. Rentang Respon
Menurut stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada masa
remaja atau lebih awal dan berlangsung sepanjang masa dewasa. Gangguan tersebut
merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan menetap yang cukup berat dan
menyebabkan disfungsi perilaku atau distress yang nyata.
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyadi S dan Purwanto T (2013) respon
adaptif meliputi:
1. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu caramengevaluasi diri dalam menentukan rencana-
rencana.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan social, individu mampu menetapkan untuk
independen dan pengaturan diri.
3. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan

4
lOMoARcPSD|321 252 17

menerima dalam hubungan interpersonal.


4. Saling ketergantungan
Merupakan hubungan saling ketergantungan antar individu dengan orang lain
dalam membuna hubungan interpersonal.

Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan


cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut
Riyadi S dan Purwanto T (2013) respon maladaptive tersebut adalah :
1. Manipulasi
Merupakan gangguan social dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan
sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk
berkuasa pada orang lain.
2. Implusif
Merupakan respon social yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak mampu
belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
3. Narsisme
Respon social ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,
harga diri rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah
jika tidak dapat dukungan dari orang lain
4. Isolasi social
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penuruna atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.

C. Etiologi
1. faktor predisposisi
Menurut fitria (2009) factor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi
5
lOMoARcPSD|321 252 17

social adalah :
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas perkembangan yang harus
terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan social.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan social. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam watu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
c. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah dalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan
hubungan sosial, diamana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti
lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosialnya.
d. Faktor biologis
Faktor biologis juga dapat menyebabkan salah satu factor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizfernia yang
mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.

2. factor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal seseorang. Factor stressor presipitasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stressor yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
6
lOMoARcPSD|321 252 17

b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
ketrbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya, ansietas ini dapat juga
terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi
kebutuhan individu.

D. Proses Terjadinya
Proses terjadinya masalah.
1. Pola asuh.
2. Pada anak yang kelahirannya tidak dikehendaki akibat kegagalan KB, hamil di luar
nikah, jenis kelamin yang tidak dikehendaki, bentuk fisik kurang menawan
menyebabkan keluarga mengeluarkan komentarkomentar negatif, merendahkan,
menyalahkan anak.
3. Koping individu tidak efektif, misalnya: Saat individu menghadapi kegagalan
menyalahkan orang lain, ketidakberdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi
kenyataan dan menarik diri dari lingkungan, terlalu tingginya self ideal dan tidak
mampu menerima realitas dengan rasa syukur.
4. Gangguan tugas perkembangan, misalnya: Kegagalan menjalani hubungan intim
dengan sesama jenis atau tidak, mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, bekerja,
bergaul, bersekolah menyebabkan ketergantungan pada orang tua, rendahnya
ketahanan terhadap berbagai kegagalan.
5. Stresor internal and external (stress internal dan eksternal), misalnya: Stress terjadi
akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya , ansietas dapat terjadi karena akibat
berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang yang dicintai
(Dermawan, 2013).

E. Mekanisme Koping
7
lOMoARcPSD|321 252 17

Mekanisme koping. Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi


kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan
koping yang sering digunakan adalah regrasi, represi dan isolasi, contoh sumber koping yang
digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal seperti kesenian musik ataupun yang lain. (Stuart & Sundeen, 2009).
Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing gangguan
hubungan sosial yaitu regresi, represi, proyeksi, persepsi dan isolasi (Riyadi & Purwanto,
2009). Adapun pengertian dari Regresi, represi, Proyeksi, Persepsi dan Isolasi Sosial
adalah:
1. Regresi adalah mundur ke massa perkembangan yang lalu.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima secara
dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial antara lain
pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi okupasi, rehabilitasi, dan
program intervensi keluarga (Yusuf, 2019).
1. Terapi Farmakologi
a. Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri terganggu.
Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
seharihari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Efek
samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan endokrin, metabolik,
biasanya untuk pemakaian jangka panjang.

8
lOMoARcPSD|321 252 17

1. Haloperidol (HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi prikomotor, gangguan
otonomik.

B. Trihexy Phenidyl (THP)


Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa ersepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan fenotiazine. Efek samping:
Sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan otonomik.

2.2 Terapi Psikososial


Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan
tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien
apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara
verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).

2.3 Terapi Individu


Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu
dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-perilakunya. Terapi ini
meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan klien(Videbeck, 2012).
Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan secara
individu oleh perawat kepada kliensecara tatap muka perawat-klien dengan cara yang
terstruktur dan durasi waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
(Zakiyah, 2018). Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat
kepada klien dengan isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam
pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling penting
perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan teknik terapeutik. Komunikasi
terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dank klien, yang selama
interaksi berlangsung, perawat berfokus 14 pada kebutuhan khusus klien untuk
meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan Klien (Videbeck,
9
lOMoARcPSD|321 252 17

Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin bekualitas pula asuhan


keperawatan yang diberikan kepadaklien karena komunikasi yang baik dapat membina
hubungan saling percaya antara perawat dengan klien, perawat yang memiliki
keterampilan dalam berkomunikasi secara terapeutik tidak saja mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan klien, tapi juga dapat menumbuhkan sikap empati
dan caring, mencegah terjadi masalah lainnya, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan keperawatan serta memudahan dalam mencapai tujuan intevensi
keperawatan (Sarfika, 2018).

2.4 Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan suatu
rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi sosial akan dibantu
untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitarnya. Sosialissai dapat
pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa).
Aktivitas yang dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam kelompok, dan akan
dilakukan dalam 7 sesi dengan tujuan:
Sesi 1 : Klien mampu memperkenalkan diri
Sesi 2 : Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
Sesi 3 : Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
Sesi 4 : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
Sesi 5 :Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang
lain
Sesi 6 : Klienmampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
Sesi 7:Klien mampu menyampaikan pendapat tentang mamfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan.

2.5 Terapi Okupasi


Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan harga diri seseorang, dan
10
lOMoARcPSD|321 252 17

penyesuaian diri dengan lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan di rumah
sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat kerajinan tangan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam keterampilan dan bersosialisasi (Elisia,
2014).

2.6 Terapi Psikoreligius


Terapi keagamaan pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata juga banyak
manfaat. Misalnya angkat rawat inap pada klien skizofrenia yang mengikuti kegiatan
keagamaaan lebih rendah bila dibandingan dengan mereka yang tidak mengikutinya
(Dadang, 1999 dalam Yosep 2009).
Menurut Zakiah Darajat, perasaan berdosa merupakan faktor penyebab
gangguan jiwa yang berkaitan dengan penyakit-penyakit psikosomatik. Hal ini
diakibatkan karena seseorang merasa melakukan dosa tidak bisa terlepas dari perasaan
tersebut (Yosep, 2009). Penerapan psikoreligius terapi di rumah sakit jiwa menurut
Yosep (2009) meliputi:
A. Perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang cukup tentang agamanya/
kolaborasi dengan agamawan atau rohaniawan.
B. Psikoreligius tidak diarahkan untuk mengubah agama Kliennya tetapi
menggali sumber koping.
C. Memadukan milieu therapy yang religius; kaligrafi, ayat-ayat, fasilitas ibadah,
bukubuku, music/lagu keagamaan.
D. Dalam terapi aktifitas diajarkan kembali cara-cara ibadah terutama untuk
pasien rehabilitasi.
E. Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat hidup didunia,
dan sebagainya.
Untuk klien dengan isolasi sosial terapi psikoreligius dapat bermanfaat dari
aspek autosugesti yang dimana dalam setiap kegiatan religius seperti sholat, dzkir,
dan berdoa berisi ucapan-ucapan baik yang dapat memberi sugesti positif kepada
diri klien sehingga muncul rasa tenang dan yakin terhadap diri sendiri (Thoules,
1992 dalam Yosep, 2010).
Menurut Djamaludin Ancok (1989) dan Ustman Najati (1985) dalam Yosep
11
lOMoARcPSD|321 252 17

(2009) aspek kebersamaan dalam shalat berjamaah juga mempunyai nilai terapeutik,
dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencil dan tidak diterima.

2.7 Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit yang
dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya terapi
okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis, menyanyi,
dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan (Yusuf,
2019).

2.8 Program Intervensi Keluarga


Intervensi keluarga memiliki banyak variasi, namun pada umumnya intervensi
yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan sehari-hari, memberikan
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang isolasi sosial, mengajarkan bagaimana
cara berhubungan yang baik kepada anggota keluarga yang memiliki masalah
kejiwaan (Yusuf, 2019).

3 Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan


3.1 membina hubungan saling percaya
3.2 membantu pasien menganl isolasi social
3.3 membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
3.4 membantu pasien mengenal untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
3.5 terapi aktivitas kelompok
3.6 pendidikan kesehatan
3.7 lingkungan terapeutik

3.8 Peran Perawat Jiwa Sesuai Kasus Isolasi Sosial


Peran perawat dalam menangani masalah pasien isolasi sosial yaitu dengan

\12
lOMoARcPSD|321 252 17

memberikan pelatihan dan mengarahkan pasien pada respon perilaku dan interaksi sosial
melalui terapi – terapi seperti Terapi Aktivitas Kelompok yang mengajarkan pasien untuk
berdiskusi kepada pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan juga
mengajarkan pasien berkenalan dengan satu orang hingga pasien terbiasa interaksi dengan
orang lain dengan baik (Purwanto,2015).
3.9 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial
A. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengkajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Alasan masuk
Alasan masuk biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak
melakukan kegiatan sehari – hari , dependen
3. Faktor predisposisi
Kehilangan,perpisahan , penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, tituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

13
lOMoARcPSD|321 252 17

4. Aspek fisik / biologis


Hasil pengukuran tada vital (TD,Nadi, suhu,Pernapasan,TB,BB) dan keluhan fisik
yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan
bagian tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua ,
putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang
percaya diri. Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spritual)
6) Hubungan social
Menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan berdiam diri.
7) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran pasien.
14
lOMoARcPSD|321 252 17

8) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain. Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
9) Kebutuhan persiapan pulang.
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
10) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
11) Masalah Psikososial dan lingkungan
Klien mendapat perilaku yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien
direndahkan karena klien menderita gangguan jiwa
12) Pengetahuan
Klien dengan kerusakan interaksi sosial pada kasus menarik diri pkurang
pengetahuan dalam hal mencari bahkan faktor predisposisi, koping mekanisme dan
sistim pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
13) Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

B. Daftar Masalah
1. Isolasi Sosial : Menarik diri
2. Gangguan Konsep Diri : HDR
3. Defisit Perawatan Diri : DPD
15
lOMoARcPSD|321 252 17
lOMoARcPSD|321 252 17

16
lOMoARcPSD|321 252 17

C. Pohon Masalah

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH

DEFISIT PERAWATAN
DIRI

D. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri

E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Pasien Setelah Sp 1
mampu: pertemuan 1.bina hubungan -Hubungan
-membina pasien: saling percaya saling
hubungan -mampu dengan tindakan: percaya
saling percaya membina -mengucapkan merupakan
-menyadari hubungan salam setiap kali landasan
penyebab saling percaya berinteraksi dasar
isolasi sosial -mampu dengan pasien interaksi
-berinteraksi mengenal isos, -berkenalan perawat
dengan orang keuntungan dengan pasien dengan klien

17
lOMoARcPSD|321 252 17

lain berhubungan -menanyakan -Agar klien


dengan orang perasaan dan dapat
lain dan keluhan pasien mengenal
kerugian tidak -buat kontrak dan
berhubungan asuhan mengungkap
dengan orang -penuhi kan
lain kebutuhan dasar penyebab
pasien bila isos yang
memungkinkan terjadi
2.bantu klien
mengenal
penyebab
isosdengan
tindakan :
-menanyakan
pendapat pasien
tentang
kebiasaaninteraks
i dengan orang
lain
-siapa yang satu
rumah dengan
pasien?
-apa sebabnya ?
-siapa yang dekat
dengan pasien?
-apa yang
menyebabkan
pasien tidak mau
18
lOMoARcPSD|321 252 17

berinteraksi
dengan orang lain

Setelah Sp 2
pertemuan 1 .mengevaluasi -menilai
pasien: kegiatan yang lalu kemajuan
-mampu 2. latih cara perkembang
berinteraksi berbicara saat an
dengan orang melakukan -memberikan
lain secara keiatan harian kesempatan
bertahap 3. masukkan dan motivasi
berkenalan 2-3 kedalam jadwal klien untuk
orang kegiatan harian melakukan
interaksi
secara
bertahap

19
lOMoARcPSD|321 252 17

Setelah Sp 3
pertemuan 1.evaluasi -menilai
pasien: kegiatan yang lalu kemampuan
-menyebutkan 2.latih cara dan
kegiatan yang bewrbicara saat perkembang
sudah melakukan an klien
dilakukan kegiatan harian -memberikan
-mampu 3.memasukkan motivasi dan
berinteraksi pada jadwal rasa
dengan orang kegiatan dan latih tanggung
lain secara cara jawab pada
bertahap berkenalandenga pasien untuk
-berkenal n 4-5 orang dan melakukan
dengan 4-5 berbicara sambil kegiatan
orang dan melakukan dengan
berinteraksi kegiatan harian bertahap
sambil
melakukan
kegiatan
Setelah Sp 4
pertemuan 1.evaluasi -menilai
pasie : kegiatan yang perkembang
-mampu lalu, beri pujian an dan
menyebutkan 2.latih cara kemajuan
kegiatan yang berbicara sosial pasien
sudah meminta sesuatu -memberikan
dilakukan dan menjawab klien
-mampu pertanyaan motivasi
berinteraksi 3.bantu pasien untuk
20
lOMoARcPSD|321 252 17

dengan orang mengenal berinteraksi


lain keuntungan dengan
berhubungan mendapatka
dengan orang lain n respon
4.bantu pasien positif
mengenal -agar pasien
kerugian tidak memiliki
berhubungan keinginan
dengan orang lain berkenalan
5.latih pasien dan dengan
ajarkan pasien orang lain
berkenalan -agar klien
dengan cara: menyadari
jelaskan kepada kerugian
pasien cara yang
beinteraksi ditimbulkan
dengan orang lain akibat tidak
-berikan contoh berinteraksi
cara berinteraksi -akan
dengan orang lain menimbulka
dan perawat : n motivasi
- sebutkan nama klien untuk
dan panggilan berinteraksi
-menanyakan dengan
nama orang yang orang lain
akan diajak
berkenalan, nama
panggilan,asal
dan hobi -
21
lOMoARcPSD|321 252 17

6.masukkan Memberikan
masukkan dalam irasa
jadwal kegiatan tanggung
harian jawab untuk
melakukan
kegiatan
secara
teratur

F. Implementasi
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Implementasi
tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat,
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (Keliat dkk, 2005).

G. Evaluasi
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap
proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi

3.10 Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Pasien


IsolasiSosial
Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien isolasi sosial:
A. Sesi 1:
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien
2. Membantu klien mengenal penyebab isos, keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
3. Melatih klien cara berkenalan dengan 1-2 orang
B. Sesi 2:
1. Mengevaluasi latihan di sesi 1

22
lOMoARcPSD|321 252 17

2. Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (latihan berkenalan 3-4 orang


sambil melakukan kegiatan).
C. Sesi 3:
1. Mengevaluasi latihan sesi 1 dan 2
2. Melatih klien berinteraksi secara bertahap (latihan berkenalan dengan 5-8 orang
sambil melakukan kegiatan dalam kelompok)
D. Sesi 4:
1. Mengevaluasi latihan sesi 1, 2, dan 3
2. Melatih klien berinteraksi dengan orang di luar lingkungan RS (misalnya belanja
di warung)

3.11 Kasus Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial


Hasil penelitian menjelaskan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi dengan klien isolasi sosial di wilayah kerja Puskesmas Padusunan dengan
kunjungan kerumah klien yang dilakukan tanggal 14-21 Februari 2022. Kunjungan
dilakukan sekali dalam sehari selama 7 hari.
Kasus kelolaan berjumlah 1 klien, klien berinisial Tn. A seorang laki-laki berumur 59
tahun, tinggal di Desa Talago Sariak, Kec. Pariaman Timur, Kota Pariaman, pendidikan
terakhir SMA, klien sudah menikah, tidak bekerja, beragama islam. Secara rinci hasil
kelolaan kasus sebagai berikut :

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 59 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Duda
Alamat : Desa Talago Sariak , kota Pariaman
Tanggal pengkajian : 14 Februari 2022
Dx Medis : Skizofrenia

23
lOMoARcPSD|321 252 17

2. Saat Dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian 14 Februari 2022 Keluarga klien mengatakan
klien sering menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, jarang berbicara,
tidak mengikuti kegiatan kelompok masyarakat. Klien lebih sering menghabiskan
waktu dikamar dan bermenung. Ketika ditanya suara klien pelan, kontak mata kurang,
lebih banyak menunduk, klien tidak berani menatap lawan bicara, klien tidak mampu
memulai interaksi, klien hanya menjawab singkat dan afek datar.

3. Faktor Presdiposisi
a. Gangguan jiwa dimasa lalu :
Keluarga mengatakan sejak tamat SMA pada tahun 1980 klien ikut merantau
ke Mentawai bekerja sebagai tukang jahit baju dengan kakaknya (Ny,W) dan suami
kakaknya ( Tn. S) . Pada suatu hari Ny.W lulus PNS di Padang sehingga Ny.W
meninggalkan klien di Mentawai bersama Tn. S. Pada suatu ketika Tn. S terlibat
konflik dengan salah satu warga asli Mentawai, sehingga Tn. S pergi pulang kampung
ke Pariaman dan meninggalkan Klien sendirian di Mentawai. Pada tahun 1989 klien
diantarkan oleh beberapa warga Pariaman yang sama-sama merantau di Mentawai ke
kampung halamannya. Klien saat dibawa pulang kondisinya marah-marah tanpa
sebab, membanting gelas dirumahnya sehingga kelurga memutuskan untuk membawa
ke rumah sakit jiwa. Klien sempat menikah pada tahun 1991 dengan salah satu pasien
di RSJ HB Saanin Padang. Keluarga mengatakan klien sembuh setelah menikah dan
mempunyai sepasang anak. Pada tahun 1996 anak perempuan klien meninggal karena
demam tinggi. Pada tahun 2000 istri klien meninggal karena kecelakaan, hal ini yang
membuat klien merasa bersalah dan berasumsi jika klien tidak menyuruh istirnya
membeli makanan, mungkin istri klien masih hidup. Klien merasa tidak berguna,
menarik diri dan mengurung diri di kamar, tidak mau bicara dengan siapapun, hingga
berhalusinasi seperti melihat istrinya masih hidup kembali. Untuk mengatasi masalah
yang di rasakan klien keluarga membawa klien ke RSJ lagi.

b. Pengobatan sebelumnya :
24
lOMoARcPSD|321 252 17

Klien pertama kali di rawat di RSJ pada tahun 1990 setelah pulang dari
mentawai, pengobatan berhasil, klien pulang dengan tenang. Namun pada tahun 2000
klien kembali masuk ke RSJ karena istri klien meninggal dunia dan juga klien tidak
rutin meminum obat. Setelah pulang dari RS, klien melanjutkan pengobatan rawat
jalan di Puskesmas dekat rumahya. Namun karena klien tidak mau dibawa langsung ke
Puskesmas sehingga obat klien di ambilkan oleh keluarga ke Puskesmas setiap
bulannya.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

c. Trauma :
1) Aniaya Fisik
Keluarga mengatakan Tn. A tidak pernah mengalami aniaya fisik menjadi
pelaku, korban ataupun saksi dari tindak kekerasan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2) Aniaya Seksual :
Keluarga klien mengatakan Tn. A tidak pernah menjadi pelaku, korban ataupun
saksi dari penganiayaan seksual baik di lingkungan tempat tinggalnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3) Penolakan dalam lingkungan :
Keluarga mengatakan klien mengalami penolakan dari lingkungan tempat
tinggalnya. Karena masyarakat merasa risih dan ketakutan jika bertemu klien
sering mengambil barang-barang tetangga yang dia sukai. Sehingga klien tidak
ada mengikuti/ berperan dalam kegiatan dimasyarakat.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4) Kekerasan dalam keluarga :
Keluarga mengatakan klien tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
serta tidak pernah menjadi perilaku kekerasan dalam keluarga.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5) Tindakan Kriminal :
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal,
tidak pernah menjadi perilaku, korban dan saksi dari tindakan kriminal.
25
lOMoARcPSD|321 252 17

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :


Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa
yang sedang dialami Tn. A saat ini.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

e. Pengalaman tidak menyenangkan :


Keluarga Tn. A mengatakan Tn.A mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan yaitu pada tahun 1996 Tn.A kehilangan putri pertamanya dan pada
tahun 2000 Tn.A juga kehilangan istri tercintanya sehingga membuat Tn.A merasa
bersalah, kecewa dan menyebabkan penyakitnya kambuh kembali. Pada tahun
2017 Tn.A juga kehilangan kakaknya yang merupakan tempat mengadu dan
berkasih sayang bagi Tn.A, hingga sekarang Tn.A masih merasa sedih karena
kehilangan orang-orang yang dia sayangi.
Masalah Keperawatan : Berduka Disfungsional

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 80x/i
Suhu : 36,5
CP : 21x/i
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Pada saat di inspeksi rambut klien keriting dan pendek, warna hitam,
kebersihan baik, pada saat dipalpasi tidak tedapat benjolan dan nyeri tekan
pada kepala.
2) Leher
Pada saat di inspeksi tidak terdapat vena jugularis, tidak terdapat nyeri ditekan.
3) Mata
26
lOMoARcPSD|321 252 17

Bentuk mata simetris, penglihatan baik, tidak memakai alat bantu


pendengaran.
4) Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik dibuktikan Tn. A dapat menjawab
pertanyaan, kebersihan telinga cukup.
5) Hidung
Hidung Tn. A simetris, penciuman baik, tidak terdapat luka atau edema.
6) Mulut
Bibir Tn. A simetris, gigi Tn. A lengkap dan bersih, mukosa bibir lembab.
7) Dada
Bentuk dada simetris, respirasi 21x/menit.
8) Abdoment
Saat di inspeksi tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan.
9) Punggung
Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang.
10) Ekstremitas
Atas : Pergerakan tangan baik, turgor kulit baik, kulit berwarna putih.
Bawah : Pergerakan kaki baik, tidak terdapat edema pada kaki, kebersihan
kaki baik.
11) Integumen
Warna kulit putih, kulit tampak kering, turgor kulit baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Psikososial
a. Genogram

27

Downloaded by Adek Intan (adekintan1621@gmail.com)


lOMoARcPSD|321 252 17

Keterangan :

Keterangan :
Jelaskan : Klien anak ke 2 dari 3 bersaudara, saat ini klien tinggal bersama
keponakannya (anak dari kakak perempuan), klien sudah menikah dan istri klien
sudah meninggal dunia. klien memiliki dua orang anak, namun anak pertama klien
sudah meninggal dunia. Sedangkan anak kedua klien di rawat oleh keluarga si istri dan
saat ini dia sudah berkeluarga. Dikeluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa. Pola komunikasi dalam keluarga klien cukup baik dan menggunakan komunikasi
dua arah, tidak ada masalah dalam berkomunikasi dengan keluarganya Pengambilan
keputusan adalah keponakan klien, keponakan klien juga sudah memahami kondisi
klien dan mampu merawat klien terutama dalam pengobatan. Sehingga obat klien

28
lOMoARcPSD|321 252 17

tidak pernah terputus lagi. Keluarga klien memilih untuk merawat klien dirumah
dengan pola asuh memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Konsep Diri
Gambaran Diri : Klien mengatakan tidak ada anggota tubuh yang tidak disukai.
Identitas Diri : Klien seorang laki-laki yang berusia 59 tahun yang merupakan
anak ke 2 dari 3 bersaudara, berstatus duda. Setelah sakit klien tidak
bekerja.
Peran Diri : Klien berperan sebagai ayah juga sebagai mamak dari keponakannya
akan tetapi peran tersebut tidak dapat berjalan dengan baik karna
penyakit nya sekarang.
Ideal Diri : Klien ingin cepat sembuh dan bergaul dengan masyarakat.
Harga Diri : Klien mengatakan dirinya merasa tidak berguna karna tidak bekerja
dan klien mengatakan dirinya merasa malu karna penyakit yang sedang
dideritanya.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
klien mengatakan orang terdekat adalah kakak namun sejak kakak klien
meninggal, klien tidak memiliki orang terdekat lagi. Sehingga ketika ada masalah
klien memendam sendiri masalahnya itu.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
klien mengatakan tidak mau mengikuti/ berperan dalam kegiatan kelompok
yang ada di lingkungan masyarakat tempat tinggal klien.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain yaitu masyarakat
menganggap Tn.A adalah orang gila, sehingga klien mengalami penolakan oleh
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Pada saat dilakukan pengkajian
klien tidak mampu untuk memulai interaksi atau pembicaraan, kontak mata
kurang, dan klien lebih sering menunduk.
29
lOMoARcPSD|321 252 17

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

6. Spritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah pemberian
tuhan
b. Kegiatan Ibadah
Keluarga klien mengatakan klien ada sholat namun klien sering lupa waktu dan
jumlah rakaat sholat.
Masalah Keperawatan :Disstres spiritual

7. Status Mental
a. Penampilan :
Saat dilakukan pengkajian klien tampak tidak rapi dan kusam. Keluarga
mengatakan klien tidak mau mandi jika tidak disuruh. Rambut kelihatan panjang
dan acak-acakan, kuku kaki dan tangan klien panjang, nafas klien bau,tercium bau
tidak sedap di tubuh klien.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan :
Keluarga klien mengatakan klien jarang berkomunikasi, namun saat ditanya
klien dapat menjawab dengan baik tapi singkat dan seadanya. Saat bicara
pembicaraan klien lambat, ketika berbicara dengan orang lain, Klien kadang dapat
berinteraksi dengan baik dengan keluarga dan orang yang sudah di percayanya
tetapi tidak dengan orang lain.
Masalah Keperawatan :Hambatan Komunikasi
c. Aktivitas Motorik :
Klien hanya duduk diam saat pembicaraan berlangsung, klien terlihat lemas,
lesu dan tidak bersemangat karena faktor umur yang sudah menua.
Masalah Keperawatan :intoleransi aktifitas
d. Alam Perasaan :
Klien mengtakan dirinya merasa sedih karena masyarakat di lingkungan
30
lOMoARcPSD|321 252 17

tempat tinggalnya mengucilkan dirinya dan tidak ada yang mau bicara dengannya
karena mereka menganggap klien orang gila.
Masalah Keperawatan : Ketidakberdayaan
e. Afek :
Selama berinteraksi afek klien datar dimana klien tidak ada perbedaan roman
muka pada saat ada stimulus yang menyedihkan atau menyenangkan, sehingga
selama berinteraksi klien lebih banyak diam.
Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi
f. Interaksi selama wawancara :
Pada saat pengkajian klien cukup kooperatif meski klien tidak mau menatap
lawan bicaranya, sering menunduk dan klien hanya menjawab seperlunya saja jika
ditanya.
Masalah Keperawatan : Hambatan interaksi sosial
g. Persepsi :
Saat ditanya klien mengatakan tidak ada melihat bayangan atau mendengar
suara-suara.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
h. Proses Pikir :
Saat ditanya jawaban klien sedikit berbelit tapi dapat sampai pada tujuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
i. Isi Pikir :
Klien mengatakan dirinya tidak berguna
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
j. Tingkat kesadaran :
Klien dapat mengorientasikan tempat, waktu dan orang dengan jelas saat
ditanya dimana klien sekarang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
k. Memori
1) Memori jangka panjang
Klien tidak dapat mengingat dan menceritakan semua masa lalunya, tetapi klien
masih mengingat kenangan masa kecilnya dengan saudara dan orang tuanya.
31
lOMoARcPSD|321 252 17

2) Memori jangka pendek


Klien dapat mengingat kejadian tiga hari terakhir, dilihat kapan terakhir kali
bertemu dengan perawat.
3) Memori saat ini
Klien dapat mengingat nama perawat saat awal berkenalan.
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
l. Tingkat kosentrasi dan berhitung :
Klien mampu berkosentrasi dan berhitung sederhana dibuktikan dengan klien
dapat menyebutkan 1-10, 3x2, 1000+4000.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

m. Kemampuan penilaian :
Klien tidak ada masalah dengan kemampuan penilaian. Klien dapat mengambil
keputusan sederhana seperti menentukan untuk mencuci tangan sebelum makan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
n. Daya tilik diri :
Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri. Klien tidak
mengingkari penyakitnya, klien tahu bahwa diri nya sekarang dalam proses
pengobatan kejiwaanya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

8. Activity Daily Living


a. Makan :
Keluarga mengatakan klien makan 3x sehari dengan satu porsi terdiri dari nasi,
lauk pauk, dan sayur. Keluarga juga mengatakan klien makan menggunakan
sendok.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
b. BAB/BAK :
Klien BAB/BAK dikamar mandi dan selalu menyiramnya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
c. Mandi :
32
lOMoARcPSD|321 252 17

Klien mandi 2x sehari namun tidak menggunakan sabun, gosok gigi 1x sehari
namun lupa menggunakan odol dan cuci rambut jika kepalanya gatal. Terlihat
kuku-kuku klien dan rambut yang mulai memanjang.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
d. Berpakaian/berhias :
Klien tampak tidak rapi dan kusam, Rambut klien terlihat acak-acakan dan kusam.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
e. Istirahat dan tidur :
Keluarga klien mengatakan tidur 6-8 jam, tidur siang 1-2 jam. Klien tidur mulai
dari jam 21.00 wib malam dan bangun jam 06.00 wib pagi, klien tidak ada
kesulitan saat memulai tidur dan klien bangun tidur dengan kondisi segar.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
f. Penggunaan obat :
Klien ada mendapatkan obat, yang mana keluarga klien yang menjemput obat ke
puskesms ataupun orang puskesmas yang mengantarkan langsung ke rumah klien.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
g. Pemeliharaan kesehatan :
Keluarga mengatakan klien tidak mampu menjaga kesehatanya dengan baik.
Tetapi keluarga selalu mengingatkan untuk menjaga kesehatan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
h. Kegiatan di dalam rumah :
Keluarga mengatakan klien tidak memiliki kegiatan apa-apa di rumah klien lebih
banyak bermenung dan berdiam diri saja.
Masalah keperawatan : Perubahan pemeliharaan kesehatan
i. Kegiatan diluar rumah :
Keluarga mengatakan klien tidak memiliki kegiatan di luar rumah karena klien
merasa lingkungan tempat tinggalnya tidak bisa menerima klien yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

9. Mekanisme Koping
33
lOMoARcPSD|321 252 17

Klien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindarinya, jika


ada masalah klien memendam, menyendiri dan menghindari orang lain.
Masalah Keperawatan : Ketidak Efektifan Koping Individu

10. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan ia tidak ada mengikuti kegiatan kelompok dilingkungan
masyarakat, klien lebih senang menyendiri dirumah. Klien tidak ada bergaul disekitar
rumah klien karena merasa takut dengan klien yang suka mengambil barang milik
tetangga, klien tamat SMA dan tidak melanjutkan kuliah karena klien merantau
dengan kakaknya ke mentawai. Saat ini klien dirawat dirumah oleh keponakan klien,
karena orang tua klien sudah meninggal dunia.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

11. Pengetahuan
Klien dan keluarga mengetahui tentang penyakitnya dan pengobatannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

12. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofernia
Terapi Medik : Risperidon, Trihexyphenidyl, Amitriptyline Hydrochloride,
Chlorpromazine HCL, Diazepam.
No Obat Fungsi
1. Risperidon adalah obat untuk mengobati skizofrenia. Obat ini
juga digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar
atau gangguan tingkah laku pada anak yang
menderita autis.

34
lOMoARcPSD|321 252 17

2. Trihexyphenidyl Trihexyphenidyl adalah obat untuk mengobati


gejala penyakit Parkinson atau gerakan lainnya
yang tidak bisa dikendalikan, yang disebabkan
oleh efek samping dari obat psikiatri tertentu
(antipsikotik seperti chlorpromazine/haloperidol).
Obat ini juga membantu menurunkan rasa kaku
pada otot, keringat berlebih, dan produksi air liur.

3. Amitriptyline
adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
Hydrochloride
depresi. Obat ini juga dapat membantu
memperbaiki suasana hati dan meringankan
gangguan kecemasan. Selain itu, amitriptyline
terkadang juga digunakan untuk mengatasi nyeri
neuropati. Amitriptyline bekerja dengan cara
menjaga keseimbangan zat kimia khusus di otak
atau neurotransmiter.
4. Chlorpromazi
Chlorpromazine adalah obat untuk menangani
ne HCL
gejala psikosis pada skizofrenia. Selain itu, obat ini
juga digunakan dalam pengobatan gangguan
bipolar, mual dan muntah, serta cegukan yang
terjadi terus-menerus.

13. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan


1. DS :

• Klien mengatakan tidak mau mengikuti/

35
lOMoARcPSD|321 252 17

berperan dalam kegitan kelompok di


masyarakat.

• Klien mengatakan dirinya lebih suka


menyendiri.
ISOLASI SOSIAL
• Klien mengatakan tidak mau berbicara
dengan orang lain.

• Keluarga mengatakan sejak istri klien


meninggal tahun 2000, hal ini membuat
klien merasa bersalah, kecewa, tidak
berguna, menarik diri dan mengurung
dirinya di kamar.

• Klien mengatakan apabila memiliki


masalah lebih baik ia menghindarinya,
jika ada masalah klien memendam,
menyendiri dan menghindari orang
lain. Secara teori hal ini merupakan
ciri dan tanda-tanda rentang respon
adaptif.

DO :

• Klien tampak lebih suka menyendiri.

• Klien sering mengalihkan pandangan

• Afek klien datar dan hanya menjawab


seperlunya jika ditanya.

• Klien sering menunduk

36
lOMoARcPSD|321 252 17

• Kontak mata klien kurang

• Klien tidak mampu menatap lawan


bicara

• Klien sering mengurung diri dirumah.


2. DS :

• Klien mengatakan dirinya merasa


malu karena penyakit yang sedang
dideritanya.
HARGA DIRI RENDAH
• Klien mengatakan tidak dirinya merasa
tidak berguna karena tidak bekerja.

DO :

• Selama pembicaraan suara klien pelan

• Klien sering menunduk..

• Kontak mata kurang


3. DS :

• Keluarga klien mengatakan klien tidak DEFISIT PERAWATAN DIRI


mau mandi jika tidak disuruh.

DO :

• Klien tampak tidak rapi dan


kusam. Tercium bau tidak sedap di
tubuh klien.

• Rambut klien terlihat panjang dan


acak- acakan.

37
lOMoARcPSD|321 252 17

• Kuku kaki dan tangan klien panjang

B. Daftar Masalah Keperawatan


1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri
40
lOMoARcPSD|321 252 17

Pohon Masalah

C. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri

41
lOMoARcPSD|321 252 17

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Klien Intervensi Keluarga


. Keperawatan

1. Isolasi Sosial Tujuan Umum : SP 1: SP 1 :


Klien dapat mengatasi ✓ Membina hubungan saling ✓ Mendiskusikan masalah yang
masalah isolasi sosial. percaya. (Kenalkan diri dengan dirasakan keluarga dalam merawat
Tujuan Khusus : klien dan menyebutkan nama klien.
➢ Membina hubungan lengkap, nama panggilan dan ✓ Menjelaskan, pengertian, tanda
saling percaya. alamat) dan gejala proses terjadinya
➢ Klien menyadari ✓ Identifikasi penyebab isolasi isolasi sosial.
isolasi sosial yang sosial. ✓ Memberikan kesempatan keluarga
dideritanya. ✓ Tanyakan pada klien keuntungan untuk bertanya dengan perawatan
➢ Berinteraksi secara dan kerugian berinteraksi dengan klien.
bertahap dengan orang lain. ✓ Menjelaskan cara merawat klien
anggota keluarga dan ✓ Melatih dan membantu isolasi sosial
lingkungan sekitar. klien bercakap-cakap (Cara ✓ melatih klien berkenalan dengan
➢ Berkomunikasi saat berkenalan) secara bertahap satu orang dan berinteraksi.
melakukan kegiatan dengan satu orang. ✓ Membantu klien dalam melakukan
rumah tangga dan ✓ Tanyakan perasaan klien setelah kegiatan harian.

42
lOMoARcPSD|321 252 17

kegiatan sosial. berinteraksi dengan orang lain.


➢ Keluarga mampu ✓ Berikan pujian pada klien.
merawat klien dengan
isolasi sosial. SP 2 : SP 2 :
✓ Mengevaluasi kemampuan klien ✓ Evaluasi kemampuan keluarga
berkenalan dengan orang lain, melatih klien berkenalan dan
berikan pujian. berinteraksi dengan orang lain,
✓ Latih bercakap-cakap dengan beri pujian.
dua/tiga orang. ✓ Jelaskan kegiatan yang dapat
✓ Bantu klien untuk dapat melibatkan klien berbicara dengan
berinteraksi dengan dua orang. orang lain.
✓ Tanyakan perasaan klien setelah ✓ Latih cara membimbing klien
berinteraksi dengan orang lain. berbicara.
✓ Berikan pujian pada klien. ✓ Anjurkan keluarga membantu
✓ Masukkan ke jadwal harian klien. klien melakukan kegiatan
bercakap-cakap sesuai jadwal
kegiatan harian.

SP 3 : SP 3 :
✓ Evaluasi kemampuan berkenalan ✓ Evaluasi kemampuan keluarga
dengan dua orang. melatih klien dengan orang lain.

43
lOMoARcPSD|321 252 17

✓ Latih bercakap-cakap secara ✓ Jelaskan kegiatan harian yang


bertahap dengan 4-5 orang. melibatkan klien.
✓ Bantu klien untuk dapat ✓ Latih cara membimbing klien
berinteraksi dengan kelompok. berbicara dalam melakukan
✓ Tanyakan perasaan klien setelah kegiatan sosial seperti berbelanja.
berinteraksi dengan beberapa ✓ Anjurkan keluarga membantu
orang lain. klien melakukan kegiatan sosial,
✓ Masukkan ke jadwal kegiatan bercakap-cakap sesuai jadwal.
harian klien.
✓ Berikan pujian

SP 4 : SP 4 :
✓ Evaluasi kemampuan berkenalan ✓ Evaluasi kemampuan keluarga
dengan beberapa orang. melatih klien berkenalan dan
✓ Latih bercakap-cakap dalam berinteraksi dengan beberapa
kegiatan sosial. orang.
✓ Menanyakan perasaan klien ✓ Beri pujian pada keluarga atas
setelah ikut dalam kegiatan upaya yang telah dilakukan.
sosial. ✓ Jelaskan follow up ke pelayanan
✓ Masukkan ke jadwal kesehatan jika terjadi
kegiatan harian klien. kekambuhan.

44
lOMoARcPSD|321 252 17

✓ Berikan pujian. ✓ Anjurkan keluarga membantu


klien melakukan kegiatan sesuai
jadwal.

2. Harga Diri Tujuan umum : SP 1 : SP 1 :


Rendah Klien dapat mengatasi ✓ Membina hubungan saling
✓ Diskusikan masalah yang
masalah harga diri percaya.
dirasakan keluarga dalam merawat
rendah. ✓ Indentifikasi kemampuan klien
melakukan kegiatan dan aspek
Tujuan Khusus : ✓ Jelaskan pengertian, tanda dan
positif yang dimiliki klien.
✓ Klien dapat membina gejala, proses terjadinya harga diri
✓ Bantu klien dapat rendah.
hubungan saling
menilai kemampuan yang dapat
percaya dengan ✓ Diskusikan kemampuan atau
digunakan.
perawat. aspekpositif klien yang pernah
✓ Bantu klien untuk dapat dimiliki sebelum sakit.
✓ Klien dapat
memilih/menetapkan kegiatan
mengindentifikasi ✓ Jelaskan cara merawat harga diri
berdasarkan daftar kegiatan.
kemampuan dan aspek rendah terutama memberikan
✓ Latih kegiatan yang telah dipilih pujian semua hal positif pada
positif yang dimiliki.
klien sesuai kemampuan klien.
✓ Klien dapat menilai klien.
✓ Bantu klien dapat merencakan ✓ Latih keluarga dalam bertanggung
kemampuan yang
kegiatan sesuai kemampuannya jawab dengan kegiatan pertama
dapat digunakan.
dan menyusun rencana kegiatan. yang telah dipilih klien : bimbing
✓ Klien dapat memilih
✓ Masukkan ke dalam jadwal

45
lOMoARcPSD|321 252 17

kegiatan yang sesuai kegiatan harian. dan berikan pujian.


dengan kemampuan. ✓ Anjurkan membantu klien sesuai
✓ Klien dapat menyusun jadwal dan berikan pujian.
jadwal harian untuk
melatih kegiatan. SP 2 : SP 2 :
✓ Keluarga mampu ✓ Evaluasi kegiatan pertama yang ✓ Evaluasi kegiatan keluarga
merawat klien dengan telah dilatih dan berikan pujian. membimbing klien dalam
harga diri rendah ✓ Bantu klien memilih kegiatan melaksanakan kegiatan pertama
kedua yang dilatih. yang dipilih dan dilatih klien,

✓ Latih klien melakukan kegiatan berikan pujian.

dan kemampuan yang kedua ✓ Bersama keluarga melatih klien

✓ Anjurkan klien memasukkan ke dalam melakukan kegiatan kedua


dalam jadwal kegiatan harian. yang dipilih klien.
✓ Anjurkan membantu klien
sesuaijadwal dan beri pujian.

SP 3 :
SP 3 :
✓ Evaluasi keluarga dalam
✓ Evaluasi kegiatan pertama dan
membimbing klien melaksanakan
kedua yang telah dilatih berikan
pujian. kegiatan pertama dan kedua yang
telah dilatih, beri pujian.

46
lOMoARcPSD|321 252 17

✓ Bantu klien memilih kegiatan ✓ Bersama keluarga melatih klien


ketiga yang akan dilatih. melakukan kegiatan yang dipilih.
✓ Latih kegiatan ketiga. ✓ Anjurkan membantu klien sesuai
✓ Anjurkan klien memasukkan ke jadwal dan beri pujian.
jadwal kegiatan harian.

SP 4 : SP 4 :
✓ Evaluasi kegiatan pertama, kedua ✓ Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan ketiga yang telah dilatih dan membimbing klien melaksanakan
berikan pujian. kegiatan pertama,kedua dan
✓ Bantu klien memilih kegiatan ke ketiga,beri pujian.
empat yang akan dilatih. ✓ Bersama keluarga melatih klien
✓ Latih kegiatan ke empat yang melakukan kegiatan yang ke empat
dipilih. yang sudah dipilih.
✓ Anjurkan klien untuk ✓ Jelaskan follow up ke pelayanan
memasukkan ke jadwal kegiatan kesehatan jika terjadi kekambuhan.
harian. ✓ Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal kegiatan harian dan berikan
pujian.

47
lOMoARcPSD|321 252 17

3. Defisit Perawatan Tujuan umum : SP 1 : SP 1 :


Diri ✓ Diskusikan masalah yang
Klien dapat mengatasi ✓ Identifikasi masalah
dirasakan dalam merawat pasien
masalah defisit perawatan perawatan diri: kebersihan
✓ Jelaskan pengertian, tanda dan
diri. diri, berdandan,
gejala, dan proses terjadinya
Tujuan Khusus : makan/minum, BAB/BAK.
defisit perawatan diri
Membina hubungan ✓ Jelaskan pentingnya kebersihan
✓ Jelaskan cara merawat
diri.
defisitperawatan diri
✓ Jelaskan cara dan alat
✓ Latih dua cara merawat
kebersihan diri
: kebersihan diri dan
✓ Latih cara menjaga kebersihan
berdandan
diri : mandi dan ganti pakaian,
sikat gigi, cuci rambut, potong ✓ Anjurkan membantu pasien sesuai
kuku. jadwal dan memberikan pujian.

✓ Masukan pada jadawal kegiatan


untuk latihan mandi, sikat gigi (2
kali per hari ), cuci rambut (2 kali
per minggu), potong kuku (satu
kali perminggu).
SP 2 : SP 2 :

✓ Evaluasi kegiatan kebersihan diri, ✓ Evaluasi kegiatan keluarga dalam


beri pujian. merawat / melatih pasien

48
lOMoARcPSD|321 252 17

✓ Jelaskan cara danalat berdandan kebersihan diri. Beri pujian


✓ Latih cara berdandan setelah ✓ Latih dua ( yang lain) cara
kebersihan diri : sisiran, rias merawat : makan & mium,
muka untuk perempuan, cukuran BAB/BAK
pada pria ✓ Anjurkan membantu pasien sesuai
✓ Masukan pada jadwal kegiatan jadwal dan memberi pujian.
untuk kebersihan diri dan
berdandan.
SP 3 :
✓ Evaluasi kegiatan kebersihan dir SP 3 :
Beri pujian ✓ Evaluasi kegiatan keluarga dalam
✓ Jelaskan cara dan alat untuk merawat/melatih pasien
berdandan kebersihan diri dan berdndan. Beri
✓ Latih cara makan dan minum pujian
yang baik ✓ Bimbing kelurga merawat
✓ Masukan pada jadwal kegiatan kebersihan diri dan berdandan dan
untuk latihan kebersihan diri, minum pasien.
berdandan dan makan & minum ✓ Anjurkan membantu pasien sesuai
yang baik. jadwal dan beri pujian.

SP 4 :

49
lOMoARcPSD|321 252 17

✓ Evaluasi kegiatan kebersihan diri, SP 4 :


berdandan, makan & minum. ✓ Evalusi kegiatan keluarga dalam
Beri pujian merawat. Melatih pasien
✓ Jelaskan cara BAB dan BAK kebersihan diri, berdandan, makan
yang baik. & minum. Beri pujian
✓ Latih cara BAB dan BAK yang ✓ Bimbing keluarga merawat BAB
baik & BAK pasien
✓ Masukan pada jadwal kegiatan ✓ Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
untuk latihan kebersihan diri, tanda kambuh, rujukan.
berdandan, makan & minum, dan ✓ Anjurkan membantu pasien sesai
✓ BAB/BAK. jadwal dan memberikan pujian.

E. Implementasi dan evaluasi

No. Hari / tanggal Diagnosa keperawatan implementasi Evaluasi


1. Rabu, 16 Februari Isolasi sosial Strategi Pelaksanaan 1: S:
2022 • Membina hubungan saling • Klien mengatakan tidak tau penyebab
percaya dengan dari penyakitnya sekarang
Jam 10.00-11.00 memperkenalkan diri (Nama • Klien mengatakan bisa berkenalan
WIB lengkap, panggilan dan alamat). dengan keluarganya.
• Mengindentifikasi penyebab • Klien mengatakan kalau kita tidak

50
lOMoARcPSD|321 252 17

isolasi sosial. berinteraksi dengan orang lain kita


• Menjelaskan keuntungan dan menjadi tidak mempunyai teman.
kerugian tidak berinteraksi • Klien mengatakan tidak tau
dengan orang lain. keuntungan berteman
• Melatih cara berkenalan dengan • Klien mengatakan tidak tau kerugian
anggota keluarga/ dengan satu mempunyai teman.
orang.
• Masukkan pada jadwal kegiatan O:
untuk latihan berkenalan.
• Klien tidak tau pengertian, tanda dan
gejala, dan penyebab terjadinya
isolasi sosial
• Klien tampak belum terbiasa memulai
percakapan
• Klien bisa berkenalan dengan
keluarganya namun harus di
motivasi dulu dan kadang klien lupa
cara berkenalan
• Kontak mata klien masih kurang,
suara pelan, dan belum mampu

51
lOMoARcPSD|321 252 17

berkenalan secara mandiri.


• Klien belum mampu
menyebutkan keuntungan dan
kerugian memilki teman.

A:
• SP 1 ISOS (berkenalan dengan satu
orang) belum mandiri.

P:
• Optimalkan latihan cara berkenalan
dan bercakap-cakap.
2. Kamis, 17 Isolasi sosial Strategi Pelaksanaan 1: S:
Februari 2022 • Membina hubungan saling • Klien memperkenalkan nama
Jam 10.05-11.00 percaya dengan lengkap, nama panggilan, hobby
WIB memperkenalkan diri (Nama dan alamat.
lengkap,panggilan dan alamat). • Klien mengatakan bisa
• Mengindentifikasi penyebab memperkenalkan diri nya kepada
isolasi sosial. keluarga.
• Menjelaskan keuntungan dan • Klien mengatakan sudah tau
kerugian tidak berinteraksi keuntungan dan kerugian memilki

52
lOMoARcPSD|321 252 17

dengan orang lain. Teman


• Melatih cara berkenalan dengan
anggota keluarga/ dengan satu O:
orang. • Klien tampak bisa berkenalan dengan
• Masukkan pada jadwal kegiatan anggota keluarga nya.
untuk latihan berkenalan. • Klien tampak sudah bisa memulai
percakapan dengan keluarganya.
• Klien mau berkenalan bila disuruh
perawat.
• Klien sudah mampu untuk
menyebutkan keuntungan dan
kerugian memiliki teman
• Kontak mata klien masih kurang dan
Suara
3. Jumat, 18 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 2: S:
Februari 2022 • Mengevaluasi kegiatan • Klien mengatakan mau berkenalan
Jam 10.00- berkenalan (satu orang). sambil melakukan kegiatan harian
11.00 wib. • Melatih cara berbicara saat (menyiram bunga).
melakukan kegiatan harian
(menyiram bunga). O:
• Melatih cara berkenalan • Klien tampak belum terbiasa
53
lOMoARcPSD|321 252 17

dengan 2-3 orang saat bercakap-cakap dengan 2-3 orang


melakukan kegiatan harian. • Kontak mata belum ada
• Masukkan pada jadwal • Klien fasih berbahasa minang yang
kegiatan untuk latihan bisa di mengerti lawan bicaranya
berkenalan 2-3 orang saat • Klien masih gugup dan belum mau
melakukan kegiatan harian memulai percakapan.
yaitu (menyiram bunga). • Klien belum mampu untuk memulai
interaksi dengan 2-3 orang sambil
melakukan kegiatan rumah.

A:
SP 2 Isolasi Sosial (Berkenalan dan
bercakap-cakap dengan 2-3 orang saat
melakukan kegiatan harian yaitu
(menyiram bunga)
belum Mandiri.

P:

54
lOMoARcPSD|321 252 17

• Optimalkan latihan cara berbicara


saat melakukan kegiatan harian
(menyiram bunga).
Evaluasi dan Optimalkan SP 1 dan SP 2.
4. Sabtu, 19 Isolasi sosial Strategi Pelaksanaan 2: S:
Februari 2022 • Mengevaluasi kegiatan • Klien mengatakan mau berkenalan
Jam 10.15- berkenalan (satu orang). sambil melakukan kegiatan harian
11.00 wib • Melatih cara berbicara saat (mencabut rumput di halaman).
melakukan kegiatan harian
(mencabut rumput di O:
halaman). • Klien tampak sudah bisa bercakap-
• Melatih cara berkenalan cakap dengan 2-3 orang
dengan 2-3 orang saat • Kontak mata masih kurang
melakukan kegiatan harian. • Klien belum berani menatap lawan
• Masukkan pada jadwal bicara
kegiatan untuk latihan • Klien sudah mampu untuk memulai
berkenalan 2-3 orang saat percakapaan/berkenalan.
melakukan kegiatan harian • Klien tampak paham dengan apa yang
yaitu (mencabut rumput di telah dia lakukannya.
halaman)
A:
55
lOMoARcPSD|321 252 17

• SP 2 Isolasi Sosial (Berkenalan dan


bercakap-cakap dengan 2-3 orang
saat melakukan kegiatan harian yaitu
(mencabut rumput di halaman)
sudah mandiri.
P:
• Evaluasi dan Optimalkan SP 1 dan SP 2.

5. Minggu, 20 Isolasi sosial Strategi Pelaksanaan 3: S:


Februari 2022 Evaluasi kegiatan latihan Klien mengatakan sudah berkenalan
(beberapa orang) dan bicara saat dengan 2-3 sambil melakukan
jam 10.00- melakukan kegiatan harian, beri kegiatan harian
10.30 WIB pujian. • Klien mengatakan ia mau melakukan
• Melatih cara berbicara saat berkenalan dengan 4-5 orang dan
melakukan kegiatan harian bercakap sambil melakukan kegiatan
(Menyapu teras rumah). harian (Menyapu teras rumah).
• Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan berkenalan 4-5 O:
orang, berbicara saat melakukan • Klien sudah bisa berkenalan dengan 2-
kegiatan harian. 3 orang
• Klien sudah mampu berkenalan
56
lOMoARcPSD|321 252 17

dengan 4-5 orang saat melakukan


kegiatan harian (Menyapu teras
rumah).
• Klien masih perlu dimotivasi dulu
untuk memulai interaksi
• Klien paham dengan apa yang
diajarkan.
• Kontak mata masih kurang

A:
• SP 3 Isolasi Sosial (Melatih cara
berkenalan dengan 4-5 orang saat
melakukan kegiatan harian
(Menyapu teras rumah). mandiri

P:
• Evaluasi dan optimalkan SP 1,2, dan 3
Lanjut ke SP4
6. Senin, 21 Isolasi sosial Strategi Pelaksanaan 4 : S:

57
lOMoARcPSD|321 252 17

Februari 2022 • mengevaluasi kegiatan Klien mengatakan sudah berkenalan


latihan berkenalan, bicara dengan 4-5 orang sambil melakukan
saat melakukan kegiatan kegiatan harian ( menyapu teras rumah).
harian dan beri pujian. • Klien mengatakan senang berkenalan
• Melatih cara bicara sosial : dengan teman-temannya.
Belanja ke warung, meminta • Klien mengatakan ia mau bercakap-
sesuatu dan menjawab cakap dengan >5 orang sambil
pertanyaan. melakukan kegiatan harian (Belanja
• Memasukkan pada jadwal ke warung, meminta sesuatu dan
kegiatan untuk latihan menjawab pertanyaan).
berkenalan >5 orang baru,
berbicara saat melakukan O:
kegiatan harian dan • Klien tampak sudah bisa berkenalan
sosialisasi. dengan 4-5 orang.
• Klien mampu mengikuti kegiatan
harian (Belanja ke warung,
meminta sesuatu dan menjawab
pertanyaan).
• Klien paham dengan apa yang
diajarkan.

58
lOMoARcPSD|321 252 17

• Klien dapat menjawab pertanyaan


yang diberikan kepadanya.
• Kontak mata klien masih kurang

A:
• SP 4 Isolasi Sosial melatih cara bicara
sosial (Belanja ke warung, meminta
sesuatu dan menjawab pertanyaan)
belum mandiri karena masih dalam
pengawasan keluarga.

P:
• Ulangi mengikuti kegiatan harian
setiap hari nya
• Evaluasi dan Optimalkan SP 1, SP 2, SP
3 dan SP 4 .

59
lOMoARcPSD|321 252 17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial dapat disimpulkan:
1. Saat memberi asuhan keperawatan klien dapat menciptakan suasana teraupetik
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan
2. Klien membutuhkan dukungan keluarga yang mengerti permasalahan dirinya
dimana keluarga harus mengajak pasien berkomunikasi dan bersosialisasi dimana
pasien isolasi social harus diberi semangat dan dukungan dan peran keluarga itu
sangatlah penting.

3.2 Saran
1. Perawat melakukan asuhan keperawatan hendaknya mengikuti langkah langkah proses
keperawatan secara tertulis
2. Dalam menangani kasus isolasi sosial hendaknya perawat melakukan pendekatan
untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien sehingga
terciptanya suasana teraupetik dalam pelaksanaan
3. Bagi keluarga hendaknya sering mengunjungi klien sehingga klien dapat mengetahui
perkembangan kondisiklien dan membantu perawat bekerja sama dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien

60
lOMoARcPSD|321 252 17

DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf.(2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Astuti, L. (2020). Studi Dokumentasi Isolasi Sosial Pada Pasien Dengan Skizofrenia.
Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta.

Ayu Candra Kirana, S. (2018). Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial
Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa. Journal of Health Sciences,

Azizah, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa ; Teori dan Aplikasi praktik
klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka

Banjar, B. R. S. U. K., & Maulana, K.(2016). Asuhan keperawatan pada ny. R dengan isolasi
sosial: menarik diri akibat skizofrenia di ruang tanjung.

Depkes RI. Pedoman Penanganan Pasien Gangguan Jiwa. Jakarta: DepKes RI 2007.
Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dermawan.(2018). Modul Laboratorium Keperawatan Jiwa. Gosyeng Publising.

Dinkes Pariaman. 2022. Data Kunjungan Jiwa Puskesmas Kota Pariaman: Pariaman.

Eva Eryanti. 2018. Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan untuk melengkapi proses
keperawatan.
Fitria. 2019. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Advance Mental Health Nursing). Bandung:
Refika Aditama.

61

Anda mungkin juga menyukai