Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal dengan nilai (140/90mmHg
atau lebih). Di dalam masyarakat baik masyarakat menengah ke atas maupun menengah ke
bawah penyakit yang paling sering kita temukan adalah penyakit hipertensi. Data dari Joint
National Commite-7 (JNC-7) pada tahun 2003, memperkirakan sekitar 50 juta individu di
Amerika dan 1 milyar individu di dunia menderita Hipertensi. Angka kejadian hipertensi pada
tahun 2004 sebesar 26,4%, dimana akan diperkirakan akan meningkat menjadi 29,2% pada
tahun 2025 di Amerika. Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Data dari Framinghan Heart Study menunjukkan bahwa individu berusia 55 tahun dengan
tekanan darah normal memiliki risiko sebesar 90% untuk mendapatkan hipertensi . Data dari
hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2008.  Kejadian prevalensi hipertensi di
Indonesia telah mencapai 31,7 persen dari total penduduk dewasa.  Sedangkan prevalensi
hipertensi di Sulawesi Selatan pada tahun 2007 yaitu 20,9% dan tahun 2008 pasien hipertensi
rawat jalan di rumah sakit yaitu 28,9% dan rawat inap yaitu 20, 64%.
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent killer atau sering disebut sebagai
pembunuh diam-diam. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous
group of disease yang berarti penyakit yang menyerang siapa saja dari berbagai kelompok
umur dan kelompok sosial ekonomi.
Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai
hipertensi primer (hipertensi essensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi dapat
ditentukan penyebabnnya (hipertensi sekunder). Hamper semua hipertensi sekunder
didasarkan pada 2 mekanisme yaitu gangguan sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal.
Pasien hipertensi sering meninggal dini karena komplikasi jantung (disebut sebagai penyakit
jantung hipertensi).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Hipertensi


2.1.1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Ini termasuk golongan penyakit yang terjadi akibat
suatu mekanisme kompensasi kardiovaskuler untuk
mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal.
Mekanisme tersebut terjadi melalui sistem neurohumoral dan
kardiovaskuler. Apabila hipertensi tak terkontrol akan
menyebabkan kelainan-kelainan pada organ lainyang
berhubungan dengan sistem-sistem berikut, misalnya: otak,
jantung, ginjal, mata, aorta dan pembuluh darah tepi. Semakin
tinggi tekanan darah, lebih besar kemungkinan timbulnya
penyakit-penyakit kardiovaskuler secara prematur. Penyulit pada jantung dan segala
manifestasi kliniknya, dinamakan penyakit jantung hipertensif.

2.1.2. Epidemiologi
Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10% sedangkan
tercata pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensi sekitar 14,3% dan meningkat
menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung di Indonesia.

2.1.3. Etiologi
Selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
1) Hipertensi primer (esensial), penyebabnya tidak diketahui dan mencakup ± 90% dari kasus
hipertensi.
2) Hipertensi sekunder, penyebabnya diketahui dan ini menyangkut ± 10% dari kasus-kasus
hipertensi, biasanya karena:
A. Penyakit ginjal
1. Penyakit parenkim ginjal
2. Kelainan renovaskular
3. Retensi Na-primer
B. Penyakit endokrin
1. Akromegali
2. Hipotiroid
3. Hiperkalsemia
4. Hipertiroid
5. Adrenal
6. Tumor ekstra adrenal kromafin
7. Karsinoid
8. Hormon eksogen (estrogen, glukokortikoid, mineralkortikoid,dll.)
C. Koarktasio aorta
D. Hipertensi pada kehamilan
E. Kelainan neurologi
F. Stres akut
G. Volume intravaskuler yang meningkat

2.1.4. Faktor risiko


Faktor risiko terjadinya hipertensi:
-Faktor keturunan/herediter
-Usia lanjut >45 tahun
-Jenis kelamin
-Obesitas
-Obat-obatan
-Rokok
-Faktor makanan
-Lingkungan
-Stres

2.1.5. Gejala Klinis


Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada
keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan
impoten
2. Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak
kedua kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya seperti epistaksis, hematuria, pandangan
kabur karena perdarahan retina, transient serebral ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria dan kelemahan otot
pada aldosteronisme primer, peningkatan BB dengan emosiyang labil pada sindrom
Cushin. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi,
banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).

2.1.6. Klasifikasi Hipertensi


Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII DETH
Category Systolic Pressure (mmHg) Diastolic Pressure (mmHg)
Normal <120 And <80
Prehypertension 120-139 Or 80-89
Stage 1 hypertension 140-159 Or 90-99
Stage 2 hypertension ≥160 Or ≥100

2.1.7. Patogenesis
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menhadapi tekanan
darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh penebalan konsentrik
otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai terganggu akibat dari
gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri (hipertrofi
esentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA memacu mekanisme Frank-Starling
melalui peningkatan volume diastolik ventrikel sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan
terjadi gangguan kontraksi miokard (penurunan/gangguan fungsi sistolik).
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung, dll.) dapat terjadi
karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan peningkatan kebutuhan oksigen
miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia miokard dan gangguan fungsi endotel merupakan
faktor utama kerusakan miosit pada hipertensi.

2.1.8. Pemeriksaan Fisis


Pemeriksaan fisis dimulai dengan menilai keadaan umum, memperhatikan keadaan
khusus seperti: Cushing, feokoromositoma, perkembangan tidak proporsionalnya tubuh atas
dibanding bawah yang sering ditemukan pada koarktasio aorta. Pengukuran tekanan darah di
tangan kiri dan kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan klasifikasi Keith-Wagener-
Barker sangat berguna untuk menilai prognosis. Palpasi dan auskultasi arteri karotis untuk
menilai stenosis dan oklusi.
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai
HVK dan tanda-tanda gagal jantung. Impuls apeks yang prominen. Bunyi jantung S2 yang
meningkat akibat kerasnya penutupan katup aorta. Kadan ditemukan murmur diastolik akibat
regurgitasi aorta. Bunyi jantung S4 (gallop atrial atau peristolik) dapat ditemukan akibat dari
peninggian tekanan atrium kiri. Sedangkan bunyi S3 (gallop ventrikel atau protodiastolik)
ditemukan bila tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat akibat dari dilatasi ventrikel
kiri. Bila S3 dan S4 ditemukan bersama disebut summation gallop. Paru perlu diperhatikan
apakah ada suara napas tambahan seperti ronki basah atau ronki kering/mengi. Pemeriksaan
perut ditujukan untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, limpa, ginjal dan ascites.
Auskultasi bising sekitar kiri kanan umbilikus (renal arteri stenosis). Arteri radialis, arteri
femoralis dan arteri dorsalis pedia harus diraba. Tekanan darah dibetis harus diukur minmal
sekali pada hipertensi umur muda (<30 tahun).

2.1.9. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium awal meliputi:
 Urinalisis : protein, leukosit, eritrosit dan silinder
 Hemoglobin/Hematokrit
 Elektrolit darah : Kalium
 Ureum/Kreatinin
 Gula darah puasa
 Kolesterol total
 Elektrokardiografi menunjakkan HVK pada sekitar 20-50% (kurang sensitif) tetapi
masih menjadi metode standar.

Apabila keuangan tidak menjadi kendala, maka diperlukan pemeriksaan:


 TSH
 Leukosit darah
 Trigliserida, HDL dan kolesterol LDL
 Kalsium dan fosfor
 Foto toraks
 Ekokardiografi dilakukan karena dapat menemukan HVK lebih dini dan lebih spesifik
(spesifitas sekitar 95-100%).
Indikasi ekokardiografi pada pasien hipetensi adalah:
 Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
 Hipertensi dengan kelainan katup
 Hipertensi pada anak atau remaja
 Hipertensi saat aktivitas, tetapi normal saat istirahat
 Hipertensi disertai sesak napas yang belum jelas sebabnya (gangguan fungsi
diastolik atau sistolik)
 Ekokardiografi-Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolik (gangguan fungsi
relaksasi ventrikel kiri, pseudo-normal atau tipe restriktif).

2.1.10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum hipertensi mengacu kepada tuntunan umum (JNC VII 2003,
ESH/ESC 2003). Pengelolaan lipid agresif dan pemberian aspirin sangat bermanfaat.
Pasien hipertensi pasca infark jantung sangat mendapatkan pengobatan dengan
penyekat beta, penghambat ACE atau antialdosteron.
Pasien hipertensi dengan risiko PJK yang tinggi mendapat manfaat dengan pengobatan
diuretik, penyekat beta dan penghambat kalsium.
Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel mendapat manfaat tinggi dengan
pengobatan diuretik, penghambat, ACE/ARB, penyekat beta dan antagonis aldosteron.
Bila sudah ddalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatannya sama
dengan pengobatan gagal jantung yang lainnya, seperti: diuretik, penghambat ACE/ARB,
penghambat beta dan penghambat aldosteron.
Laporan Kasus

Anamnesis Pribadi
 Nama : Ny Nafsiah
 Umur : 73 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Asrama Kodam Sunggal, Jalan Sumpah Prajurit No. 12
 Tanggal masuk : 19 April 2013, pukul 11.10

Anamnesis Penyakit
 KU : Badan demam
 Telaah : demam dialami OS sudah ± 3 hari. Demam bersifat hilang timbul
yang disertai sakit kepala dan badan lemas. Os juga mengeluh dada kiri terasa seperti
tertekan pada saat batuk, tetapi jika os tidak batuk dada tidak terasa nyeri. Sesak nafas
(-), riwayat Hipertensi (+), riwayat merokok (-), nyeri ulu hati (+), mual (-), muntah
(-), riwayat penyakit keluarga hipertensi (+) dan riwayat makan yang berlemak (-).
 RPT : Hipertensi
 RPO : tidak diketahui

STATUS PASIEN
 Sensorium : composmentis
 TD : 130/80 mmHg
 HR : 84 x/i
 HR : 24 x/i
 Temperature : 36,50C
 Dispnoe : (-)
 Anemi : (-)
 Sianosis : (-)
 Oedem : (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala dan Leher


Kepala dan leher simetris, TVJ normal, pembesaran KGB (-)
Mata : Reflex cahaya (+/+)
conjunctive palpebra inferior pucat (-)
pupil isokor ki=ka

Thoraks
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : Anterior  SF ki=ka
Posterior  SF ki=ka
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP  vesikuler
ST  (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel  nyeri epigastrium (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : hiperperistaltik usus

Eksteremitas Superior : dalam batas normal


Ekstremitas Inferior : sedikit oedem

Pemeriksaan Penunjang
 Darah Rutin
Hb : 14,2 gr/dl
Ht : 41,4 %
Leukosit : 5900 µl
Trombosit : 289.000/µl
LED : 8mm
Test Widal : O  1/40, 1/80, 1/80, 1/80
H  1/160, 1/80, 1/160, 1/320
Lipid :
 Cholesterol Total : 208 mg/dl
 HDL cholesterol : 38 mg/dl
 LDL cholesterol : 156 mg/dl
 Trigliserida : 70 mg/dl
EKG

Faal Ginjal
 Ureum : 36 mg/dl
 Creatinine : 1,0 mg/dl
 Asam urat : 5,0 mg/dl
Faal Hati
 Bilirubin Total : 1,11 mg/dl
 Bilirubin Direct : 0,42 mg/dl
 SGOT : 59 U/L
 SGPT : 48 U/L
Karbohidrat
 Gula Puasa : 139 mg/dl

Diagnosa Sementara : Obs Febris + Hipertensi


Terapi :
 IVFL RL 20gtt/i
 Paracetamol 3x1
 Neurodex 1x1
 Micardis 1x20 mg

FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Keluhan Follow Up Terapi
25 April 2013 KU : demam Sensorium = CM - IVLD RL 20 gtt/i
hilang timbul + TD = 120/80 mmHg - Ciproloxacine
Pusing HR = 76 x/i Flash /12 jam
RR = 20 x/i - Inj Ceftriaxone 1
T = 36,60C gr/12 jam
- Neurodex 1x1
D: Demam Tifoid - Micardis 1x80 mg
- Nitrokaf Retard 2x1
- Aftor 1x1
- Antasida 3x1
- Domperidone 3x1
- Paracetamol (kalau
perlu)
- Ambrixal 1x1
- Frisium 1x1
- OBH 3x1 C
- Dulcolax sub
26 April 2013 KU : Pusing Sensorium = CM - IVLD RL 20 gtt/i
TD 160/110 mmHg - Ciproloxacine
HR = 76x/i Flash /12 jam
RR = 20 x/i - Inj. Ceftriaxone 1
T = 360C gr/12 jam
- Neurodex 1x1
D: Hipertensi - Micardis 1x80 mg
- Nitrolaf Retard 2x1
- Aftor 1x1
- Antasida 3x1
- Domperidone 3x1
- Paracetamol (kalau
perlu)
- Ambrixal 1x1
- Frisium 1x1
- OBH 3x1 C
29 April 2013 KU : Lemas Sensorium = CM - IVLD RL 20 gtt/i
TD = 150/100 mmHg - Ciproloxacine
HR = 84x/i Flash /12 jam
RR = 20x/i - Inj Ceftriaxone 1
T = 36ᵒC gr/12 jam
- Neurodex 1x1
D: Hipertensi Stage 1 - Micardis 1x80 mg
- Nitrolaf Retard 2x1
- Aptor 1x1
- Antasida 3x1
- Domperidone 3x1
- Paracetamol (kalau
perlu)
- Ambrixal 1x1
- Frisium 1x1
- OBH 3x1 C
30 April 2013 KU : Tampak Sensorium = CM - IVFD RL 20 gtt/i
Baik TD = 120/80 mmHg - IVFD Ciprofloxacin
HR = 76 x/i /12 jam
T = 360C - Inj Cefotaxime 1
gr/12jam
- Neurodex 1x1
- Nitrokaf Retard 2x1
- Aptor 1x1
- Antasida 3x1
- Lansoprazole 1x1

RESUME
 Demam dialami OS sudah ± 3 hari. Demam bersifat hilang timbul yang disertai sakit
kepala dan badan lemas. Os juga mengeluh dada kiri terasa seperti tertekan pada saat
batuk, tetapi jika os tidak batuk dada tidak terasa nyeri. Riwayat Hipertensi (+), nyeri
ulu hati (+), riwayat penyakit keluarga hipertensi (+) , pada pemeriksaan laboraturium
di dapati Faal Hati
Bilirubin Total : 1,11 mg/dl
Bilirubin Direct : 0,42 mg/dl
SGOT : 59 U/L
SGPT : 48 U/L
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo W.S, Setiohadi B, Alwi I. Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid 2 ed5. Jakarta, 2009.
Internapublishing : 1777-1778
2. http://www.dewinuryanti.com/2012/04/golongan-darah-pada-lansia-dengan-hipertensi.html
3. Lily S.L, Pathophysiology of Heart Disease. Philadelphia, 2011
4. Rilantoro L.I, Baraas F, Karo karo S, Roebiono PS, Buku ajar kardiologi, Jakarta 2001.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : 209-211
5. Gunawan, Gan Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta, 2009. FK UI.
.

Anda mungkin juga menyukai