OLEH :
NI KETUT MAHISARANI
199012220
2. Etiologi
Menurut Nurarif (2016) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu
sebagai berikut :
a. Hipertensi Primer (Essensial)
Hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu karena genetik dan lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit
ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain.
3. Patofisiologi
4. Patway
Hipertensi
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Otak
Pembuluh Darah Retina
Suplai O2 ke otak
menurun Spasme
Sistemik Koroner Arteriole
Resiko Perfusi
Serebral Tidak Vasokontriksi Iskemi Diplopia
Efektif Miokard
N Sistolik Diastolik
o Kategori (mmHg) (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
Hipertensi:
4 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
5 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
7 Grade 4 (sangat berat) >210 >120
6. Gejala Klinis
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
c. Beberapa pasien yang menderita hipertensi biasanya memiliki tanda dan
gejala yaitu sebagai berikut :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan tekanan darah yang sangat
tinggi dapat menyebabkan kerusakan di otak sehingga menimbulkan
perasaan nyeri di kepala dan didefinisikan sebagai pusing.
2) Lemas, kelelahan hal ini dikarenakan otot mengalami ketegangan
sehingga pembuluh darah yang ada di dalam otot tersebut mengalami
penekanan.
3) Sesak nafas, penyebab sesak nafas yaitu ada gangguan pada jantung,
paru dan organ lainya. Jadi jika tekanan darah tinggi ada kemungkinan
pasien mengalami sesak nafas.
4) Gelisah, penyebab dari hipertensi sendiri ada stres yang memicu
mengeluarkan hormon kortisol dan adrenalin. Jika hormon ini
dikeluarkan berlebihan maka akan menimbulkan gelisah
5) Epistaksis, Pasien dengan hipertensi yang lama memiliki kerusakan
pembuluh darah yang kronis. Hal ini berisiko terjadi epistaksis
terutama pada kenaikan tekanan darah yang abnormal. Pasien
epistaksis dengan hipertensi cenderung mengalami perdarahan
berulang pada bagian hidung yang kaya dengan persarafan autonom
yaitu bagian pertengahan posterior dan bagian diantara konka media
dan konka inferior
6) Kesadaran menurun, karena tekanan darah yang tinggi dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak yang menyebabkan
sakit kepala dan dapat menurunkan kesadaran.
7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri
dan mempercepat arterioklorosis. Bila penderita memiliki faktor
kardiovaskuler lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas
akibat gangguan kardiovaskulernya tersebut. Perubahan utama organ yang
terjadi akibat hipertensi:
a. Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung
kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot
jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.
b. Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada
pembuluh kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic kolid plasma
berkurang, menyebabkan oedema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
c. Komplikasinya berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat timbul
akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat emboli yang terlepas
dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma.
d. Komplikasi berupa pendarahan retina karena pembuluh darah di retina
pecah dikarenakan terlalu tinggi tekanan darah, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/ Ht
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ Kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa
Hiperglikemi (Dm adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
b. CT- Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG
Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP
Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Photo Dada
Menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
9. Penatalaksanaan Medis
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambatkonversi rennin angiotensin.
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi
darah,dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan
meningkatkankeseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih
nyenyak dan sebagai pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol
10. Pencegahan
a. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alcohol.
b. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur
dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan
berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.
c. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan
harus segera di kurangi).
d. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan
bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
e. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
f. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi
seseorabg yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
g. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress.
7) Pemeriksaaan Fisik
a) Keadaan umum : Berisi tentang status kesadaran pasien, dinilai dari
GCS pasien.
b) TTV : Mencakup nadi, suhu dan pernafasan.
c) Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan: Gejala dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea, otopnea, dispenea nocturnal proksimal, batuk dengan atau
tanpa sputum,riwayat merokok.
2) System kardiovaskuler: Denyut jantung takikardia, distripnea.
Bunyi jantung S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini).
3) System persarafan : Meningkatnya tekanan intrakranial yang
menyebabkan tumor otak, ensefalitis, asidosis respiratorik.
4) System perkemihan : Gejala gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5) System pencernaan : Obesitas, meningkatnya jumlah lemak
berlebih disekitar diafragma, pinggang dan perut.
6) System integument : suhu kulit dingin, warna kulit pucat, sianosis,
diaphoresis.
7) System musculoskeletal : intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
8) System endokrin : Akromegali, Gangguan adrenal, hipotiroidisme,
hipertiroidisme.
9) System reproduksi : tidak mengalami gangguan dikarenakan
hipertensi tidak menyerang atau berdampak di organ reproduksi.
10) System penginderaan : salah satu komplikasi hipertensi yaitu
kerusakan pada mata dikarenakan terlalu tinggi tekanan darah di
pembuluh darah mata dan dapat menyebabkan kebutaan.
11) System imun : sistem imun menurun karena hormon kortisol yang
dihasilkan ketika stres meningkat.
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun dia dianggap mampu
Item Yang
NO Skor Nilai
Dinilai
1 Makan 0 = tidak mampu
(Feeding) 1 = butuh bantuan memotong, mengoles
mentega, dan lain - lain
2 = mandiri
Keterangan :
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan Ringan
9 – 11 : Ketergantungan Sedang
5–8 : Ketergantungan Berat
0–4 : Ketergantungan Total
9) Pengkajian Kognitif
a. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan
Skore No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Berapa nomor telpon anda ?
Dimana alamat anada ?
(tanyakan bila tidak memiliki telpon )
5 Berapa umru anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Berapa 20 di kurangi 3 ?
( Begitu seterusnya sampai bilangan terkecil )
Penilaian SPMSQ:
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi hasil:
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18.22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental
10) Pengkajian Emosional
a. Tahap I
No. PERTANYAAN Ya Tidak
1. Apakah klien mengalami kesulitan tidur ?
2. Apakah klien sering merasa gelisah ?
3. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ?
4. Apakah klien sering was-was atau khawatir ?
Keterangan :
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya” maka masalah emosional positif
(+)
Catatan :
1. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah
sakit,dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
2. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode :
a) Setelah pasien jatuh ( Post Falls ) dengan kode PF
b) Perubahan kognisi ( Change of Condition ) dengan kode CC
c) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain ( On Ward Transfer )
dengan kode WT
d) Setiap minggu ( Weekly ) dengan kode WK
e) Saat pasien pulang ( Discharge ) dengan kode DC
Keterangan :
> 12 detik : Risiko jatuh tinggi
< 12 detik : Risiko jatuh rendah
Penilaian:
Total nilai < 3 : Disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10 : Tidak ada disfungsi keluarga
2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis yang ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah dan frekuensi
nadi cepat.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
yang ditandai dengan tekanan darah meningkat, nadi perifer teraba lemah.
c. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi.
d. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan pasien mengeluh lelah,
frekuensi jantung meningkat.
3. Intervensi
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil akhir yang diharapkan setelah
dilakukannya implementasi keperawatan. Evaluasi pada klien dengan
hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2) Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi).
3) Tekanan systole dan diastole dalam batas normal.
4) Klien terbebas dari resiko jatuh.
5) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
6) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR.
DAFTAR PUSTAKA
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.