2. Penyebab
Secara universal karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik (berdasarkan penelitian):
1) 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
2) Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
Faktor Biologis lain
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya: Stroke,
Gangguuan kerusakan kognitif (demensia), DiabetesPenyakit arteri koronaria,
Kanker, HIV / AIDS
Faktor Psikososial & Lingkungan
1) Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan
objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan
terakhir depresi.
2) Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri
3) Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya
sistem pendukung social
Pengobatan
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian yang serius.
Pertolongan pertama dilakukan di rumah sakit, dilakukan pengobatan terhadap luka
ataupun keracunan. Bila luka atau keracunan sudah dapat diatasi maka dilakukan
evaluasi psikiatri. Untuk pasien depresi bisa diberikan terapi elektrokonvulsi, obat-
obatan berupa antidepresan dan psikoterapi.
Prognosa
Faktor yang mempengaruhi prognosa yaitu :
a. Pasien : bila pasien dapat menyesuaikan diri dengan baik dan stress yang
menjadi faktor pencetus untuk percobaan bunuh diri cukup besar maka
prognosanya lebih baik.
b. Lingkungan : bila lingkungan memberi dukungan dan banyak orang yang
memperhatikan penderita serta banyak hal yang dapat memberi arti dalam
kehidupan pasien, maka prognosanya akan lebih baik.
4. Rentang respon
c. Destruktif diri tak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
mempertahankan dirinya.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko bunuh diri
b. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
c. Harga diri rendah
4. Rencana Tindakan Keperawatan
5. Pelaksanaan
SP III SP III
1. Mengidentifikasi aspek 1. Melatih keluarga
positif pasien mempraktikkan cara
2. Mendorong pasien untuk merawat pasien dengan
berfikir positif terhadap risiko bunuh diri
diri 2. Melatih keluarga cara
3. Mendorong pasien untuk merawat pasien dengan
nmenghargai diri sebagai risiko bunuh diri langsung
individu yang berharga. kepada pasien itu sendiri.
SP IV SP IV
1. Mengidentifikasi pola 1. Membantu keluarga
koping yang biasa membuat jadwal aktivitas
diterapkan pasien dirumah termasuk minum
2. Menilai pola koping yang obat (discharge planning)
biasa dilakukan 2. Mendiskusikan sumber
3. Mengidentifikasi pola rujukan yang bisa dijangkau
koping yang konstruktif. oleh keluarga
4. Mendorong pasien
memilih pola koping
yang konstruktif
5. Membimbing pasie
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP V SP V
1. Membuat rencana masa 1. Evaluasi SP 1, 2, 3, dan 4
depan yang realistis 2. Latih langsung ke pasien
bersama pasien 3. RTL keluarga : follow up
2. Mengidentifikasi cara dan rujukan
mencapai rencanana
masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan
pasien melakukan
kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang
realistis.
6. Evaluasi
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien risiko bunuh diri serta kemampuan perawat dalam merawat pasien
dengan risiko bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press : Surabaya
Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .