Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya ( herman, 2011).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup
atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Menurut Maramis (2004), bunuh diri (suicide) adalah segala perbuatan dengan
tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh
seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat.
Tanda dan gejala :
1. Sedih
2. Marah
3. Putus asa
4. Tidak berdaya
5. Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal

2. Penyebab
Secara universal karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik (berdasarkan penelitian):
1) 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
2) Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
Faktor Biologis lain
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya: Stroke,
Gangguuan kerusakan kognitif (demensia), DiabetesPenyakit arteri koronaria,
Kanker, HIV / AIDS
Faktor Psikososial & Lingkungan
1) Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan
objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan
terakhir depresi.
2) Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri
3) Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya
sistem pendukung social

3. Jenis Bunuh Diri


Menurut Yosep (2010) macam-macam pembagian bunuh diri dan percobaan bunuh
diri yaitu :
a. Bunuh diri Egoistik
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyrakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian.
b. Bunuh diri altruistik
Individu cenderung bunuh diri karena identifikasi yang terlalu kuat dengan suatu
kelompok, individu merasa bahwa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik
Hal ini terjadi apabila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma
kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan, masyarakat dan
kelompoknya tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya karena tidak ada
pengaturan dan pengawasan terhadap kebutuhannya.
Psikodinamika Bunuh Diri
Terdapat hubungan yang erat antara suicide dan depresi. Individu yang mengalami
depresi mencoba melakukan bunuh diri untuk menghilangkan depresinya. Namun
banyak orang yang melakukan bunuh diri tidak memperlihatkan gejala-gejala klinik
mengenai depresi. Helbert Hendin dalam Maramis (2004) mengemukakan
psikodinamika bunuh diri yaitu :
a. Kematian sebagai pelepasan pembalasan (Death as retaliatory abandonment),
artinya yaitu suicide merupakan usaha untuk mengurangi preokupasi tentang
rasa takut akan kematian. Individu merasa seakan-akan dapat mengontrol dan
mengetahui bilamana dan bagaimana kematian.
b. Kematian sebagai pembunuhan terkedik (ke belakang) (Death as retroflexed
murder), artinya yaitu bagi individu yang mengalami gangguan emosi hebat,
suicide dapat mengganti kemarahan atau kekerasan yang tidak dapat direpresi.
Individu cenderung bertindak kasar dan suicide dapat merupakan penyelesaian
mengenai pertentangan emosi dengan keinginan untuk membunuh
c. Kematian sebagai penyatuan kembali (Death as reunion), artinya kematian
memiliki arti yang menyenangkan karena individu bersatu kembali dengan orang
yang telah meninggal.
d. Kematian sebagai hukuman buat diri sendiri (Death as self punishment), artinya
menghukum diri sendiri karena kegagalan dalam pekerjaan jarang terjadi pada
wanita, akan tetapi jika seorang ibu tidak mampu mencintai maka keinginan
untuk menghukum dirinya dapat terjadi. Dalam rumah sakit jiwa, perasaan tidak
berguna dan menghukum diri sendiri merupakan hal yang umum. Mula-mula
karena kegagalan, rasa berdosa karena agresi, individu mencoba berbuat lebih
baik lagi, tetapi akhirnya individu akan menghukum dirinya sendiri untuk
menjauhkan diri dari tujuan itu.

Tanda-tanda Bunuh Diri


Solomon dalam Maramis (2004) membagi besarnya risiko bunuh diri dengan
melihat adanya tanda-tanda tertentu yaitu :
a. Tanda-tanda risiko berat
1) Keinginan mati yang sungguh-sungguh, pernyataan yang berulang-ulang
bahwa individu ingin mati.
2) Adanya depresi dengan gejala rasa bersalah dan berdosa terutama terhadap
orang-orang yang sudah meninggal, rasa putus asa, ingin dihukum berat,
rasa cemas yang hebat, rasa tidak berharga, menurunnya nafsu makan san
sex, serta adanya gangguan tidur yang berat.
3) Adanya psikosa, terutama penderita psikosa impulsive, serta adanya
perasaan curiga, ketakutan dan panik. Keadaan semakin berbahaya jika
penderita mendengar suara yang memerintahkan untuk membunun dirinya.
b. Tanda-tanda bahaya
1) Pernah melakukan percobaan bunuh diri.
2) Penyakit yang menahun, penderita dengan penyakit kronis yang berat dapat
melakukan bunuh diri karena depresi yang disebabkan penyakitnya.
3) Ketergantungan obat dan alkohol, alkohol dan beberapa obat mempunyai
efek melemahkan kontrol dan mengubah dorongan (impuls) sehingga
memudahkan bunuh diri.
4) Hipokondriasis, keluhan fisik yang konstan dan bermacam-macam tanpa
sebab organis dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.
5) Bertambahnya umur, bertambahnya umur tanpa pekerjaan dan kesibukan
yang berarti dapat menambah perasaan bahwa hidupnya tidak berguna
6) Pengasingan diri, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak dapat lagi
menolong dan mengatasi depresi yang berat.
7) Kebangkrutan, individu tanpa uang, pekerjaan, teman atau harapan masa
depan mempunyai gairah hidup yang kurang daripada seseorang yang
mempunyai keluarga dan kedudukan sosial yang tinggi.
8) Catatan bunuh diri, seseorang yang mempunyai riwayat catatan bunuh diri
dianggap sebagai tanda bahaya.
9) Kesukaran penyesuaian diri yang kronis, individu dengan riwayat hubungan
antar individu yang tidak memuaskan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk melakukan suicide.

Pengobatan
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian yang serius.
Pertolongan pertama dilakukan di rumah sakit, dilakukan pengobatan terhadap luka
ataupun keracunan. Bila luka atau keracunan sudah dapat diatasi maka dilakukan
evaluasi psikiatri. Untuk pasien depresi bisa diberikan terapi elektrokonvulsi, obat-
obatan berupa antidepresan dan psikoterapi.

Prognosa
Faktor yang mempengaruhi prognosa yaitu :
a. Pasien : bila pasien dapat menyesuaikan diri dengan baik dan stress yang
menjadi faktor pencetus untuk percobaan bunuh diri cukup besar maka
prognosanya lebih baik.
b. Lingkungan : bila lingkungan memberi dukungan dan banyak orang yang
memperhatikan penderita serta banyak hal yang dapat memberi arti dalam
kehidupan pasien, maka prognosanya akan lebih baik.

4. Rentang respon

Peningkatan Beresiko Prilaku


Pencederaan Bunuh Diri
Diri destruktif destruktif diri
Diri
langsung

a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri

secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.

b. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecendrungan atau berisiko

mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi

yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah

semangt bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan

padahal sudaj melakukan pekerjaan secara optimal.

c. Destruktif diri tak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang

tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk

mempertahankan dirinya.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau

pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan

nyawanya hilang (Yosep, 2010).


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas meliputi ruangan rawat, inisial pasien, umur, pekerjaan, pendidikan,
tanggal rawat, tanggal pengkajian, nomer RM, status, dan informan.
b. Alasan masuk RSJ
Disesuaikan dengan kondisi pasien.Biasanya pasien yang mengalami resiko bunuh
diri masuk RSJ dengan alasan mengungkapkan perasaan sedih, marah, putus asa,
tidak berdaya dan memberikan isyarat verbal maupun non verbal mengenai
keinginannya untuk bunuh diri.
c. Faktor Predisposisi
Pasien dengan resiko bunuh diri mungkin memiliki riwayat keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu dengan
pengobatan yang kurang berhasil, pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, dan lain sebagainya.
d. Fisik
Kaji TTV pasien, TB, keluhan fisik yang mungin terjadi seperti tidak nafsu makan,
merasa lemas,
e. Psikososial
Gambarkan genogram keluarga pasien, kaji konsep diri pasien yang terdiri dari
citra tubuh, identitas, peran, ideal diri,dan harga diri, hubungan sosial dengan orang
terdekat/masyarakat serta kehidupan spiritual. Pada pasien dengan resiko bunuh
diri dengan penyebabnya harga diri rendah, pasien akan memperlihatkan konsep
diri yang buruk misalperasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, merendahkan martabat dengan menyatakan saya tidak bisa/ saya tidak
mampu/saya orang bodoh /tidak tahu apa-apa, menarik diri, percaya diri kurang,
dan mencederai diri akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram dan
akhirnya mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya.
f. Status mental
Perlu dikaji penampilan pasien, gaya bicara, aktivitas motorik, alam perasaan, afek,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik
diri. Pada pasien dengan resiko bunuh diri mungkin akan tampak penampilan tidak
rapi, gaya bicara lambat, aktivitas motorik lesu, alam perasaan sedih dan putus asa,
interaksi selama wawancara kurang dan lebih banyak membisu.
g. Kebutuhan persiapan pulang
Perlu dikaji kesiapan pasien saat pulang mencakup kebutuhan ADL, istirahat tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas dalam rumah dan luar rumah.
h. Mekanisme koping
Pada pasien dengan resiko bunuh diri biasanya memiliki koping maladaktif yakni
dengan berusaha mencederai diri atau orang lain
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Kaji masalah pasien terhadap pelayanan kesehatan yang didapat, dukungan
kelompok, lingkungan, pendidikan, perumahan, dan ekonomi.Mungkin pada pasien
resiko bunuh diri akan tampak masalah dengan dukungan kelompok serta
lingkungan dimana pasien tidak percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain
karena selalu mengganggap dirinya tidak bisa, tidak mampu dan lain sebagainya.
j. Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa/faktor presipitasi/koping/penyakit
fisik/obat-obatan
k. Aspek medic
Berisi diagnosa medik serta terapi medik yang didapatkan oleh pasien . Masalah
keperawatan yang muncul pada pasien dengan resiko bunuh diri adalah
1) Resiko bunuh diri
DS : Menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
2) Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
DS : Mengatakan ingin membakar rumah, mencederai orang lain atau dirinya
sendiri, Memberi kata-kata ancaman
DO : Tampak menyerang orang lain/menyentuh orang lain dengan cara
menakutkan, memecahkan perabot dan lain sebagainya, memperlihatkan
permusuhan
3) Harga diri rendah
DS : Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan
dan
tak berguna, malu
DO : Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls
2. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri, efek


orang lain dan lingkungan

Risiko bunuh diri


Core Problem

Harga diri rendah cause

3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko bunuh diri
b. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
c. Harga diri rendah
4. Rencana Tindakan Keperawatan

Tg No.D Dx. Perencanaan


Tujuan Kriteria hasil Intervensi
l x Keperawat
an
Risiko TUM :
Bunuh Diri Klien dapat 1. Setelah ....x... menit 1. Bina hubungan
mengendalika selam...jam klien saling percaya
n dorongan menunjukkan tanda- dengan :
untuk bunuh tanda percaya pada a.
diri. perawat : pada klien
a. Menjawab salam b.
TUK 1 : b. Mau menerima pembicaraan
perawat
Klien dapat klien dengan
c. Ada kontak mata
membina d. Mau berjabat sabar dan
hubungan tangan tidak
saling percaya menyangkal
c.
tegas,jelas
dan jujur
d.
dan
bersahabat
e.
saat
keinginan
mencederai
diri
meningkat
f.
ari bena-
bena
(eperti :
pisau, silet,
gunting, tali
kaca,sll).
TUK 2 : 2. Setelah .....x..menit 1. Dengar kan
Klien mampu selama.....am klien keluhan
mengekpresik dapat yang
an mengekpresikann dirasakan
perasaannya. perasaannya : klien
a. Menceritakan 2. Bersikap
peneritaan secara empati untuk
terbuka dan meninkatkan
konstruktif dengan unkapan
oran lain. keraguan,ket
akutan dan
keprihatinan.
3. Beri
dorongan
kepada klien
untuk
mengungkap
kan
mengapa
dan
bagaimana
harapan
karena
harapan
adalah hal
yang
terpenting
dalam
kehidupan.
TUK 3 : 3. Setelah .....x....menit 1. Bantu klien
Klien dapat selama...jam klien untuk
meningkatkan dapat mengenang dan memahami
harga diri meninjau kembali bahwa ia
kehiupan secara positif dapat
: mengatasi
a. Mempertimbangka aspek-aspek
n nilai-nilai dan keputusan
arti kehidupan. dan
b. Mengekpresikan memisahkan
perasaan-perasaan dari aspek
yang optimis harapan.
tentang yang ada. 2. Kaji dan
kerahkan
sumber-
sumber
internal
individu
(outonomi,
mandiri,
rasional
pemikiran
kognitif ,
fleksibelitas
dan
spiritualitas.
3. Bantu klien
mengidentifi
kasi sumber-
sumber
harapan
(misal :
hubungan
antar
sesama,
keyakinan
hak-hak
untuk
diselesaikan)
4. Bantu klien
mengemban
gkan tujuan-
tujuan
realitas
jangka
panjang dan
angka
pendek
(beralih dari
yang
sederhana ke
yang lebih
komplek
dapat
menggunaka
n suatu
poster tujuan
untuk
menandakan
jenis dan
waktu untuk
pencapaian
tujuan-
tujuan
spesifik).
TUK 4 : 4. Setelah ....x...menit 1. Ajarkan
Klien selama ...jam klien klien untuk
menggunakan dapat mengekpresikan mengantisip
dukungan perasaan tentang asi
sosial. hubungan yang positif pengalaman
dengan orang yang dia
terdekat : senang
a. Mengekpresikan melakukan
percaya diri setiap hari
dengan hasil yang ( misal :
diinginkan. beralan,
b. Menekpresikan membaca
percaya ddiri buku favorit
dengan diri dan dan menulis
orang lain. surat).
c. Menatap tujuan- 2. Bantu klien
tujuan yang untuk
realitis. mengenali
hal-hal yang
dicintai yang
ia sayang
dan penting
terhadap
kehidupan
orang lain
disamping
tentan
kegagalan
dalam
kesehatan.
3. Beri
dorongan
pada klien
untuk
berbaai
keprihatinan
pada orang
lain yang
mempunyai
masalah dan
penyakit
yang sama
dan telah
mempunyai
pengalaman
positif dalam
mengatasi
tersebut
dengan
koping yang
efektif.
TUK 5 : 5. Setelah ...x... menit 1. Kaji dan
Klien selama...jam , kerahkan
menggunakan sumber tersedia sumber-
dukungan (keluarga, sumber
sosial. lingkungan dan ekternal
masyarakat) : individu
a. Keyakinan makin (orang
meningkat terdekat,
timpelayana
n kesehatan,
kelompok
pendukung,
agama
dianutnya).
2. Kaji sistem
pendukung
keyakinan(ni
lai,
pengalaman
masa lalu,
aktivitas
keagamaan,
kepercayaan
agama).
Lakukan
rujukan
selesai
indikasi
(misal :
konseling
dan pemuka
agama).

5. Pelaksanaan

Kriteria Hasil Strategi Pelaksanaan Strategi Pelaksanaan


Pasien Keluarga
Setelah di lakukan SP I SP I
tindakan keperawatan 1. Mengidentifikasi benda – 1. Mendiskusikan masalah
selama …X… benda yang dapat yang dirasakan keluarga
diharapkan pasien membahayakan pasien dalam merawat pasien
tidak terjadi resiko 2. Mengamankan benda – 2. Menjelaskan pengertian,
bunuh diri benda yang dapat tanda dan gejala risiko
membahayakan pasien bunuh diridan jenis perilaku
3. Melakukan kontrak bunuh diri yang dialami
pelaksanaan pasien beserta proses
4. Mengajarkan cara terjadinya
mengendalikan dorongan 3. Menjelaskan cara – cara
bunuh diri merawat pasien dengan
5. Melatih cara risiko bunuh diri
mengendalikan dorongan
bunuh diri.
SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal 1. Evaluasi SP 1
kegiatan yang lalu 2. Latih langsung ke pasien
2. Melatih pasien 3. RTL keluarga : follow up
mengontrol dengan dan rujukan
minum obat
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

SP III SP III
1. Mengidentifikasi aspek 1. Melatih keluarga
positif pasien mempraktikkan cara
2. Mendorong pasien untuk merawat pasien dengan
berfikir positif terhadap risiko bunuh diri
diri 2. Melatih keluarga cara
3. Mendorong pasien untuk merawat pasien dengan
nmenghargai diri sebagai risiko bunuh diri langsung
individu yang berharga. kepada pasien itu sendiri.
SP IV SP IV
1. Mengidentifikasi pola 1. Membantu keluarga
koping yang biasa membuat jadwal aktivitas
diterapkan pasien dirumah termasuk minum
2. Menilai pola koping yang obat (discharge planning)
biasa dilakukan 2. Mendiskusikan sumber
3. Mengidentifikasi pola rujukan yang bisa dijangkau
koping yang konstruktif. oleh keluarga
4. Mendorong pasien
memilih pola koping
yang konstruktif

5. Membimbing pasie
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP V SP V
1. Membuat rencana masa 1. Evaluasi SP 1, 2, 3, dan 4
depan yang realistis 2. Latih langsung ke pasien
bersama pasien 3. RTL keluarga : follow up
2. Mengidentifikasi cara dan rujukan
mencapai rencanana
masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan
pasien melakukan
kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang
realistis.
6. Evaluasi
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien risiko bunuh diri serta kemampuan perawat dalam merawat pasien
dengan risiko bunuh diri.

DAFTAR PUSTAKA

Herman, Ade.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta.Medical Book


Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.

Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press : Surabaya

Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .

Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai