Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PROJEK INOVASI “GELAS EMAS”

DI BANJAR BANDA, SABA, BLAHBATUH, GIANYAR

OLEH :

KELOMPOK

25-29

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan,
promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan
mengakibatkan meningkatnya usia harapan hidup. Usia harapan hidup
dan lansia yang meningkat mencerminkan perbaikan kesehatan, namun
hal ini menjadi tantangan di masa mendatang karena menimbulkan
berbagai masalah kesehatan dan ekonomi. Salah satu tantangan yang akan
dihadapi adalah ancaman triple burden, yaitu jumlah kelahiran bayi yang
masih tinggi, didominasi penduduk muda dan jumlah lansia yang terus
meningkat (Depkes RI, 2015)
Peningkatan proporsi jumlah lansia perlu mendapatkan perhatian
karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang
mengalami masalah kesehatan yang diakibatkan oleh proses menua.
Proses menua merupakan proses yang terus berkelanjutan secara alamiah
dimulai sejak manusia lahir sampai tua. Usia lanjut terbagi menjadi 4
kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 -59 tahun,
lanjut usia (elderly) berusia antara 60 – 70 tahun, lanjut usia tua (old) usia
75 – 90 tahun dan usia sangat (very old) di atas 90 tahun. Pada usia lansia
biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan
syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit.
Secara individu pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah ekonomi, sosial, mental maupun fisik. Dari aspek perubahan
kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunya kemampuan
musculoskeletal ke arah yang lebih buruk.
Lansia adalah orang yang beresiko tingi terhadap penyakit
degeneratif seperti penyakit hipertensi, stroke, PPOK, DM, kanker,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit sendi (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan 10 penyakit terbesar lansia, salah satu penyakit yang sering
dialami oleh lansia adalah rematik (Azizah, 2011).
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit degenerative sendi yang
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain reaksi alergi, infeksi, genetik
dan arena proses penuaan sehingga tulang mulai kehilangan kartilago
(jaringan tulang rawan) yang berfungsi sebagai bantalan antara tulang dan
sendi yang kemudian semakin tipis sehingga menimbulkan rasa nyeri
pada sendi akibat adanya inflamasi ringan yang timbul karena adanya
gesekan-gesekan tulang penyusun sendi (Sridordhor, 2003 dalam
Hartatilase, 2015).
Kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 14,2 juta jiwa dan
pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta jiwa
(Virda Eny, 2015). Hal ini didukung oleh penelitian dari Qing, Y.Z., 2008
prevalensi nyeri rheumatoid arthritis di beberapa Negara Asean adalah,
Bangladesh 26.3%, India 18.2%, Indonesia 31.3%, Filipina 16.3% dan
Vietnam 14.9%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia tahun 2015, jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia
berjumlah 30.3% yang menunjukkan bahwa kecenderungan prevalensi
rheumatoid arthritis di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2015 pada usia
lebih dari 15 tahun terdapat 30.3%. Sedangkan di Bali menempati
peringkat ke 4 dari 33 provisi di Indonesia, penderita rheumatoid
arthritisyaitu terdapat 32.66%. Hasil wawancara dengan ibu CI penyakit
terbanyak pada lansia diantaranya rheumatoid arthritis, hipertensi dan
diabetes mellitus. Hasil wawancara bersama 48 orang lansia yang berada
di daerah Br. Banda, Desa Saba, Blahbatuh, Gianyar sebagian besar
mengalami keluhan yang sama yaitu nyeri sendi sekitar 62,5 % atau 30
orang.
Salah satu masalah yang sering dialami lansia di rumah adalah
tidak terpenuhinya rasa nyaman sebagai respon terhadap penyakit.
International Assosiation for the Study Of Pain mendeskripsikan nyeri
sebagai respon tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
timbul akibat kerusakan jaringan (Erwati, 2010). Nyeri rheumatoid
arthritis yang timbul sebagai akibat adanya kerusakan jaringan tulang
rawan pada daerah sendi merupakan masalah utama musculoskeletal
khususnya pada lanjut usia. Pada penderita rheumatoid arthritis dapat
dilihat dari kategori dalam skala nyeri baurbanis yaitu jika penderita
rheumatoid arthritis merasakan nyeri diantara 1 – 3 maka dikatakan
mengalami nyeri ringan, sedangkan jika nyeri berada pada rentang 4 – 7
maka dikatakan nyeri sedang dan jika nyeri berada pada rentang 8 – 10
maka dikatakan nyeri hebat (Potter dan Perry, 2010).
Pada umumnya, masyarakat kurang peduli akan bahaya penyakit
rheumatoid arthritis padahal dalam waktu singkat, tepatnya kurang dari
tiga tahun, rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan kecacatan serius
pada persendian yang terserang. Kecenderungan umum yang dilakukan
masyarakat bila mengalami gejala pegal, linu, nyeri dan kaku pada sendi
atau otot yang besar kemungkinan adalah gejala awal rheumatoid
arthritisyang mengambil langkah praktis, yaitu membeli obat penawar
pegal, linu dan nyeri yang dijual bebas di warung-warung terdekat.
Padahal obat penawar tersebut belum tentu cocok dan aman untuk
digunakan. Terlebih, karena penyebab dari gejala pegal, linu dan nyeri
tersebut belum diketahui dengan pasti (Junaidi, 2012).
Upaya yang selama ini dilakukan lansia untuk mengurangi rasa
nyeri adalah, mandi air hangat, membeli obat nyeri tulang dan sendi,
balsam, koyo, pijat dan istirahat yang cukup. Masih banyak lanjut usia
yang masih mengeluh nyeri dan tidak ada perubahan nyeri yang dirasakan
lansia. Besarnya masalah rheumatoid arthritis dan dampak yang
ditimbulkan, perlu dilakukan berbagai tindakan positif. Tanpa
pengobatan, umumnya gejala artritis tidak bisa hilang. Penatalaksanaan
pada penyakit artritis dapat dicegah dengan terapi farmakologi meliputi
pemberian analgetik, anti inflamasi, disease modifying anti rheumatid
drugs, relaksan otot, operasi dan terapi komplementer. Dengan obat-obat
yang ada pun, seringkali keluhan rematik hanya hilang sementara.
Keadaan seperti inilah yang menyebabkan penderita mencari alternative
pengobatan lain, seperti non farmakologi.
Penanganan penyakit hipertensi selain menggunakan
penatalaksanaan konvensional, dapat juga dilakukan dengan terapi
komplementer. Praktik keperawatan komplementer dapat dilakukan oleh
perawat secara mandiri dengan sertifikasi dan kompetensi khusus secara
resmi diakui organisasi profesi atau lembaga lain yang berkompeten.
Pelaksanaan praktik keperawatan komplementer di Indonesia berdasarkan
pada peraturan UU Kep. No. 38 tahun 2014tentang ijin dalam
penyelenggaraan praktik perawat pada pasal 30 ayat 2 yang menyebutkan
praktik keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan “penatalaksanaan
keperawatan komplementer dan alternatif”, Keputusan MENKES RI
Nomor 908 /MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan
pelayanan keperawatan keluarga pada ruang lingkup pelayanan
keperawatan keluarga yang mencakup upaya kesehatan perorangan
(UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang diberikan kepada
klien sepanjang rentang kehidupan[CITATION KEM16 \l 1033 ].
Salah satu terapi non farmakologi dengan menggunakan senam
rematik (Dalimartha, 2009). Senam rematik merupakan senam yang
berfokus dalam mempertahankan rentang gerak sendi secara maksimal.
Tujuan dari senam rematik ini adalah mengurangi nyeri sendi dalam
menjaga kesehatan jasmani penderita rematik. Keuntungan lain dari
senam rematik yaitu badan menjadi lebih lentur, otot tetap kencang,
melancarkan peredaran darah, menjaga kadar lemak darah dalam bartas
normal, tidak mudah cedera, dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih
baik (Heri, 2014).
Selain itu adapun terapi non farmakologi yaitu dengan Self help
group. Self help group merupakan kelompok informal yang anggotanya
saling berbagi pengalaman yang dialami, saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan dan menggunakan kekuatan untuk melawan masalah
dalam hidupnya (Stuart, 2013). Self help group bertujuan membuat pasien
dapat mempertahankan dan meningkatkan fungsi diri dan sosial melalui
kerjasama dan berbagi dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya. Self
help group memahamkan orang bahwa mereka tidak sendiri, dimana
anggotanya saling membantu, mendukung dengan menceritakan
pengalaman dan alternatif cara dalam menyelesaikan permasalahannya
(Varcarolis, 2010). Jadi self help group merupakan kelompok informal
dengan anggota yang mengalami masalah yang serupa sehingga dapat
berbagi pengalaman, bekerjasama dan mendukung dalam menyelesaikan
masalah terkait diri dan sosial.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Menurunkan resiko kejadian rheumatoid arthritis pada lansia di
Banjar Banda, Wilayah Kerja Puskesmas II Blahbatuh.

1.2.2. Tujuan Khusus


1.2.2.1. Mendeteksi resiko rheumatoid arthritis pada lansia
1.2.2.2. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit rheumatoid
arthritis pada lansia meliputi : definisi, penyebab, tanda
gejala komplikasi dan perawatan di rumah
1.2.2.3. Memberikan support dan membuat penyelesaian masalah
secara lebih baik dengan cara berbagi perasaan dan
pengalaman, belajar tentang penyakit dan memberikan
asuhan, membantu untuk berbagi ide-ide dan informasi
1.2.2.4. Mensimulasikan senam rematik sebagai penatalaksanaan
pencegahan di rumah.
1.2.2.5. Mendemonstrasikan pembuatan salah satu terapi
komplementer yang bisa diaplikasikan kepada lansia yang
menderita rheumatoid arthritis atau yang beresiko untuk
menurunkan angka kejadian rheumatoid arthritis pada
lansia.
1.3. Manfaat
1.3.1. Sebagai deteksi awal untuk menjaring lansia dengan resiko
penyakit rheumatoid arthritis
1.3.2. Meningkatkan pengetahuan lansia mengenai penyakit rheumatoid
arthritis meliputi : definisi, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan
perawatan di rumah
1.3.3. Membantu untuk berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan
support, meningkatkan kepedulian antar sesama lansia rheumatoid
arthritis.
1.3.4. Lansia dapat mengaplikasikan senam rematik dirumah atau
dikomunitas lansia (banjar)
1.3.5. Menurunkan rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi darah lansia
1.3.6. Sebagai refrensi bagi puskesmas agar senam rematik dapat
dijadikan program rutin dalam rangka meningkatkan pengetahuan
lansia dalam menurunkan angka nyeri sendi pada lansia yang
menderita rheumatoid arthritis
1.3.7. Kompres serai hangat apat dijadikan sebagai salah satu terapi
komplementer yaitu yang bisa diaplikasikan kepada lansia yang
menderita rheumatoid arthritis atau yang beresiko untuk
menurunkan angka kejadian rheumatoid arthritis pada lansia.
BAB II

ANALISIS SITUASI

.1. Data Pengkajian


Desa Saba merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan
Blahbatuh Gianyar. Desa ini dapat ditempuh dengan jarak 27 km dari pusat
kota Denpasar dengan perkiraan waktu sekitar 45 menit dan cukup dekat
dengan Desa Wisata Ubud. Desa Saba terdiri dari 8 dusun yaitu, Dusun
Blangsinga, Dusun Sema, Dusun Kawan, Dusun Tengah, Dusun Tegallulung,
Dusun Banda, Dusun Pinda dan Dusun Saba. Dusun Banda merupakan
bagian dari Desa Saba.
1. Keadaan dan kondisi geografis
a. Wilayah banjar Banda terdiri dari 446 KK. Berdasarkan sampel
survei yang dilakukan pada tanggal 21 Februari 2020,
didapatkan jumlah lansia kurang lebih sebanyak 50 lansia
dengan jumlah kelompok lansia berusia 60-74 tahun sebanyak
35 orang dan kelompok lansia yang berusia 75-90 tahun
sebanyak 15 orang.
b. Batas – batas wilayah
a) Batas sebelah timur : Peringsada
b) Batas sebelah barat : Desa Bonbiyu
c) Batas sebelah selatan : Dusun Pinda
d) Batas sebelah utara : Desa Bonbiyu

2. Keadaan penduduk
Dari hasil survei yang telah dilakukan sebagian besar lansia yang
disurvei di Banjar Banda mengalami penyakit rheumatoid arthritis yaitu
sebanyak 30 orang dari total sampel lansia 50 orang. Tingginya angka
rheumatoid arthritis di Banjar Banda disebabkan oleh gaya hidup yang
kurang beraktifitas dan pola makan yang kurang sehat. Sebagian lansia
menganggap penyakit yang mereka derita merupakan penyakit yang
ringan dan tidak perlu penanganan yang serius. Kedatangan mahasiswa
untuk melakukan praktik keperawatan gerontik di Banjar Banda disambut
hangat oleh kelian banjar dan diharapkan mampu memperbaiki kualitas
kesehatan lansia. Banjar Banda belum memiliki program khusus lansia
seperti posyandu lansia, sehingga strategi intervensi yang diberikan untuk
mengatasi masalah kesehatan lansia adalah dengan mengadakan skrinning
kesehatan, penyuluhan tentang rheumatoid arthritis, Self Help Group,
latihan fisik berupa senam Rematik dan demonstrasi pembuatan “Kompres
Serai Hangat” sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat
digunakaan untuk mengurangi nyeri rheumatoid arthritis.
BAB III

RANCANGAN PERENCANAAN PROGRAM

3.1. Identitas Program


Penyakit rematik pada lansia merupakan suatu hal yang umum terjadi. Rematik pada lansia
sudah menjadi penyakit langganan atau penyakit yang sering dirasakan oleh para orang yang sudah
lanjut usia atau berumur 60 tahun ke atas. Praktek keperawatan stase gerontik di Banjar Banda
mengangkat program dengan tema “GELAS EMAS (Gerakan Lansia Sehat, Enerjik, Mandiri,
Aktif, Semangat)”. Terdapat 5 kegiatan dalam program ini diantaranya screening kesehatan,
Penyuluhan kesehatan untuk rheumatoid arthritis, Self Help Group, latihan fisik berupa senam
rematik dan demonstrasi pembuatan “Kompres Serai Hangat” sebagai terapi komplementer untuk
mengurangi nyeri rheumatoid arthritis. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan pengetahuan
lansia tentang rheumatoid arthritis, membantu lansia dengan rheumatoid arthritis untuk berbagi
ide-ide dan informasi serta memberikan support, meningkatkan kepedulian.
Teknik kegiatan yang akan dilakukan adalah lansia akan dikumpulkan menjadi satu di Balai
Banjar Banda pada Rabu, 26 februari 2020 pukul 09.00 wita. Kegiatan diawali dengan pendaftaran
lansia dilanjutkan dengan skrinning kesehatan, kemudian Penyuluhan kesehatan tentang
rheumatoid arthritis, Self Help Group, terapi senam rematik, serta demonstrasi pembuatan
“Kompres Serai Hangat”.

3.2. Tujuan Program


3.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kualiatas hidup lansia yang menderita rheumatoid
arthritis serta menurunkan resiko kejadian rheumatoid arthritis pada lansia di Banjar Banda,
Wilayah Kerja Puskesmas II Blahbatuh.
3.2.2. Tujuan Khusus
3.2.2.1. Sebagai deteksi awal untuk menjaring lansia dengan resiko penyakit rheumatoid arthritis
3.2.2.2. Meningkatkan pengetahuan lansia mengenai penyakit rheumatoid arthritis meliputi :
definisi, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan perawatan di rumah
3.2.2.3. Membantu untuk berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan support, meningkatkan
kepedulian antar sesama lansia rheumatoid arthritis.
3.2.2.4. Lansia dapat mengaplikasikan senam rematik dirumah atau dikomunitas lansia (banjar)
3.2.2.5. Menurunkan rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi darah lansia
3.2.2.6. Sebagai refrensi bagi puskesmas agar senam rematik dapat dijadikan program rutin dalam
rangka meningkatkan pengetahuan lansia dalam menurunkan angka nyeri sendi pada lansia
yang menderita rheumatoid arthritis
3.2.2.7. Sebagai salah satu terapi komplementer yaitu yang bisa diaplikasikan kepada lansia yang
menderita rheumatoid arthritis atau yang beresiko untuk menurunkan angka kejadian
rheumatoid arthritis pada lansia.

3.3. Aktivitas atau Kegiatan Pelaksanaan Program


Kegiatan yang akan dilaksanaan pada kelompok lansia Banjar Banda Blahbatuh diantaranya :
1. Melakukan Screening Kesehatan
Screening kesehatan merupakan kegiatan untuk mendeteksi sedini mungkin adanya
penyakit-penyakit (bila ada), baik yang sudah dirasakan (sudah memperlihatkan gejala-
gejala) maupun yang belum dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan secara
berkala. Proses screening kesehatan menggunakan 4 meja dimana meja 1 : pendaftaran,
meja 2 : pemeriksaan berat badan, tinggi badan, meja 3 : pemeriksaan tekanan darah,gula
darah, meja 4 : edukasi kesehatan tentang rheumatoid arthritis.
2. Melakukan Implementasi pemberian latihan fisik berupa senam rematik
Senam rematik adalah salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara
kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam rematik adalah gerakan yang
sangat efektif, efisien dan logis karena rangkaian gerakan dilakukan secara teratur dan
terorgranisasi bagi penderita rematik (Wahyudi, 2011).
Program senam senam rematik merupakan jenis program kegiatan berfungsi mengatasi
keluhan yang biasa muncul pada penyakitan rematik, misalnya kekakuan sendi dan nyeri
sendi, kelemehan dan ketegangan otot. Senam rematik dirancang untuk memberikan solusi
guna mencegah, meringankan gejala rematik serta sebagai terapi tambahan dalam
menghadapi permasalahan kesehatan mengenai rematik yang dialami lansia di banjar
Banda, Desa Saba, Blahbatuh Gianyar.
Serangkaian gerakan senam rematik mencakup beberapa kompenen gerakan, yaitu
gerakan menjaga postur tubuh, peregangan otot, latihan luas gerakan sendi, penguatan
otot, penguatan kerja jantung dan paru-paru, latihan keseimbanagan, koordinasi, serta
ketahanan otot. Senam rematik ini berfokus pada gerakan sendi sambil meregangkan dan
menguatan otot yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Wahyuni,2011).
Senam rematik dapat dilakukan dalam posisi apapun, baik berdiri maupun duduk. Jika
sendi-sendi besar seperti besar seperti sendi panggung atau sendi lutut tubuh tak cukup
kuat menahan berat badan, senam dapat dilakukan dengan posisi duduk. Senam rematik
dapat dilakukan secara rutin, 3-5 kali dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit.
3. Melakukan terapi aktivitas kelompok Self Help Group
Strategi pelaksanaan self help group terbagi menjadi dua tahap yaitu diskusi tentang
rheumatoid arthritis dan penyuluhan kesehatan tentang rheumatoid arthritis.

KEGIATAN PELAKSANAAN PROGRAM


“GELAS EMAS”
Gerakan Lansia Sehat, Enerjik, Mandiri, Aktif, Semangat
BANJAR BANDA,DESA SABA
Kec. BLAHBATUH, Kab. GIANYAR
26 FEBRUARI 2020

1. SKRINNING KESEHATAN

A. LATAR BELAKANG
Skrinning adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi
penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara
aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau
tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau
pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat
terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui
diagnosis dan pengobatan (Budiarto, 2012).
Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Keperawatan Gerontik mahasiswa Program Studi
NERS Stikes Wira Medika Bali yang diadakan di wilayah Br. Banda, Desa Saba,
Kecamatan Blahbatuh. Telah dilakukan pengkajian awal tentang masalah kesehatan yang
timbul di wilayah tersebut oleh mahasiswa pada tanggal 21-22 Februari 2020 untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai masalah kesehatan yang mungkin ada di wilayah
ini.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan status kesehatan lansia dengan rentang usia diatas 60 tahun melalui
skrinning kesehatan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah.
2. Tujuan Khusus
2.1 Setelah diberikan tindakan skrinning kesehatan (rentang usia diatas 60 tahun)
selama 1x40 menit diharapkan lansia mampu:
a. Mengetahui kesehatan secara dini yang sedang dialami seperti tekanan darah
dan gula darah.
b. Mengetahui pencegahan dini terhadap penyakit tekanan darah dan gula darah
c. Memeriksakan kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali.
2.2 Setelah mengikuti KIE diharapkan masyarakat mengerti tentang:
a. Pengertian hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi
d. Penatalaksanaan hipertensi
e. Komplikasi hipertensi

C. WAKTU DAN TEMPAT


1. Kegiatan skrinning kesehatan dan KIE hipertensi akan dilaksanakan pada:
a. Hari/Tanggal : Rabu, 26 Februari 2020
b. Pukul : 09.00 - selesai
2. Tempat
Kegiatan skrinning kesehatan akan dilaksanakan di Balai Banjar Banda, Desa Saba,
Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
D. SASARAN
Lansia Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

E. ALAT DAN MEDIA


a. Alat yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini antara lain:
1. Spignomamometer
2. Termometer
3. Diabetes kit.
b. Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini antara lain:
1. LCD
2. Laptop
3. Meja
4. Kursi
5. Microphone
6. Speaker
F. METODE : Pemeriksaan kesehatan dan KIE hipertensi oleh tenaga puskesmas dan
mahasiswa profesi ners STIKES Wira Medika Bali.

G. SUSUNAN ACARA
a. Setting waktu

No Kegiatan Waktu
Skrinning Kesehatan Masyarakat
1. a. Lansia usia diatas 60 a. Lansia antusias mengikuti 5 menit
tahun melakukan pemeriksaan kesehatan
pendaftaran dan
pengambilan nomor
antrian
2. a. Lansia melakukan a. Lansia mengetahui hasil 15 menit
pemeriksaan tekanan dari pemeriksaan
darah dan
pemeriksaan gula
darah oleh tenaga
kesehatan dan
mahasiswa profesi
Ners STIKES Wira
Medika Bali.
3 a. Tenaga kesehatan a. Lansia mendapatkan obat 15 menit
Obat (jika perlu) (jika perlu) dari tenaga
kepada Lansia. kesehatan
b. Lansia Profesi Ners b. Lansia memahami edukasi
STIKES WIKA yang diberikan oleh
memberikan KIE Mahasiswa Profesi Ners
tentang Hipertensi STIKES WIKA
dan memberikan
leaflet Hipertensi
4. a. Lansia mendapatkan a. Lansia mendapatkan 5 menit
makanan tambahan makanan tambahan berupa
kacang hijau.
H. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Kepanitiaan dibentuk 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Pra planning sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
c. Alat/media sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
d. Surat-surat kepada undangan sudah dikirim 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
2. Proses
a. Skrinning kesehatan dan KIE tentang hipertensi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
puskesmas dan mahasiswa STIKES Wira Medika Bali di Banjar Banda, Desa Saba
berjalan lancar dan berlangsung tepat waktu.
b. Sasaran yang hadir 100% dari 50 peserta yang diharapkan hadir dan mengikuti acara
sampai selesai.
3. Hasil
a. Skrinning kesehatan dan KIE hipertensi dapat diterima dengan hasil 100% dari 50
peserta yang hadir.
b. Skrinning kesehatan dan KIE hipertensi dapat bermanfaat dengan hasil 100% dari 50
peserta yang hadir.
2. PENYULUHAN KESEHATAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa upaya
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut usia
dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan.
Setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat merupakan investasi
bagi pembangunan negara. Prinsip non diskriminatif mengandung makna bahwa semua
masyarakat harus mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk Lanjut Usia (Lansia).
Transisi demografi ke arah menua akan diikuti oleh transisi epidemiologi ke arah
penyakit degeneratif seperti rematik, diabetes, hipertensi, jantung koroner, neoplasma.
Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2014 sebesar 30,46% artinya bahwa setiap
100 orang lanjut usia, sekitar 30 orang diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan
penduduk lanjut usia perkotaan 27,20% lebih rendah dibandingkan lanjut usia pedesaan
32,96%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk lanjut usia di
perkotaan relatif lebih baik dibandingkan lanjut usia di daerah pedesaan. Bila dilihat
perkembangannya, derajat kesehatan penduduk lanjut usia relatif tidak berbeda.
Berdasarkan Profil Penduduk Lanjut Usia 2009, ternyata 32,24% lanjut usia mencari
pengobatan di Puskesmas, namun masih ada yang mengobati sendiri dengan
menggunakan obat modern 60,47% dan obat tradisional 10,87%.
Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Keperawatan Gerontik mahasiswa
Program Studi NERS Stikes Wira Medika Bali yang diadakan di wilayah Br. Banda,
Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh. Telah dilakukan pengkajian awal tentang masalah
kesehatan yang timbul di wilayah tersebut oleh mahasiswa pada tanggal 21-22 Februari
2020 didapatkan dari 50 lansia mengalami masalah kesehatan dengan mayoritas
peradangan sendi (artritis rheumatoid).
Kemunduran fungsi tubuh dan kemunduran peran akan sangat berpengaruh pada
kemandirian lanjut usia. Pelayanan kesehatan lanjut usia dimulai dari tingkat masyarakat
di kelompok-kelompok lanjut usia, dan pelayanan di sarana pelayanan kesehatan dasar
dengan mengembangkan Puskesmas Santun Lanjut Usia serta pelayanan rujukannya di
Rumah Sakit. Pelayanan di Puskesmas lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan
preventif dapat pula dilakukan di luar gedung dengan melibatkan peran aktif
masyarakat. Salah satu wadah yang potensial di masyarakat adalah Posyandu Lanjut
Usia yang dikembangkan oleh Puskesmas dimana salah satu kegiatan yang dilaksanakan
adalah melakukan penyuluhan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan Pengetahuan Lansia di Banjar Banda Desa Saba Kecamatan Blahbatuh
Kabupaten Gianyar wilayah kerja UPTD Kesmas II Blahbatuh.
2. Tujuan khusus
a. Pemberdayaan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
(UKBM) Banjar Banda Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar
wilayah kerja UPTD Kesmas II Blahbatuh Gianyar
b. Para lansia mengerti dengan penyakit yang di derita serta mempunyai keinginan
untuk mencegah penyakit yang dialami oleh lansia.

C. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu
a. Pelaksanaan penyuluhan pada:
Hari/tanggal : Rabu 26 Februari 2020
Pukul : 10.00 WITA – selesai
b. Tempat
Kegiatan akan dilaksanakan di Balai Banjar Banda, Desa Saba Kecamatan
Blahbatuh Kabupaten Gianyar.

3. SASARAN
Seluruh Lansia di Banjar Banda, Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar

4. ALAT MEDIA
Alat dan media yang digunakan antara lain: LCD, Proyektor, Speaker, Laptop, meja, alat
tulis, kursi, buku daftar hadir lansia.

5. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan lansia adalah
a. Ceramah
b. Diskusi

6. SUSUNAN ACARA
Kegiatan pelaksanaan Penyuluhan Lansia akan dilaksanakan pada hari Rabu 26 Februari
2020 yang akan mengambil tempat di Balai Banjar Banda, Desa Saba Kecamatan Blahbatuh
Kabupaten Gianyar dengan susunan acara sebagai berikut:

Penanggung
No. Waktu Kegiatan
Jawab
Pembukaan :
1. 5 menit 1. Salam Pembukaan Moderator
2. Penyampaian Tujuan Penyuluhan
1. Pelaksanaan Penyuluhan
2. Sesi Penyajian
3 30 menit Penyaji
3. Sesi Tanya jawab
4. Kesimpulan dari penyuluhan
3. 5 menit Penutup : Moderator
1. Kesimpulan dari penyuluhan
2. Salam penutup

7. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Pra planing sudah disiapkan tiga hari sebelum kegiatan dimulai.
b. Surat undangan untuk Pihak puskesmas, Kelian Dusun sudah diberikan tiga hari
sebelum kegiatan
c. Kehadiran peserta tepat waktu
2. Proses
a. Diharapkan sejumlah 80% dari lansia hadir dalam penyuluhan
b. Keaktifan peserta minimal 50% dalam kegiatan.
c. Kegiatan berlangsung sesuai jadwal.
3. Hasil
a. 80% peserta mengerti dan paham mengenai materi penyuluhan yang diberikan.
3. SELF HELP GROUP

A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (lansia) adalah suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh secara alamiah atau
fisiologis agar mampu beradaptasi dengan stress lingkungan. Tanda proses menua
umumnya mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan permasalahan pada
umur sekitar 60 tahun (Pudjiastuti, 2003).
Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus diantisipasi mulai dari
sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut salah satunya
dengan membuat para lanjut usia tetap sehat, mandiri serta produktif bagi masyarakat.
Untuk mencapai menua yang sehat tersebut di perlukan upaya peningkatan (promotion)
kesehatan, pencegahan penyakit (prevention), pengobatan penyakit (curative), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitation), sehingga keadaan patologik pun dicoba untuk
disembuhkan guna untuk mempertahankan menua yang sehat, oleh karena proses patologik
akan mempercepat jalannya proses penuaan, upaya pencegahan harus diutamakan
(Darmojo, 2003).
Self help group merupakan kelompok informal yang anggotanya saling berbagi
pengalaman yang dialami, saling bekerja sama untuk mencapai tujuan dan menggunakan
kekuatan untuk melawan masalah dalam hidupnya (Stuart, 2013). Self help group bertujuan
membuat pasien dapat mempertahankan dan meningkatkan fungsi diri dan sosial melalui
kerjasama dan berbagi dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya. Self help group
memahamkan orang bahwa mereka tidak sendiri, dimana anggotanya saling membantu,
mendukung dengan menceritakan pengalaman dan alternatif cara dalam menyelesaikan
permasalahannya (Varcarolis, 2010).
Self help group juga membicarakan tentang rasa ketakutan dan perasaan terisolasi
(Townsend, 2009). Jadi self help group merupakan kelompok informal dengan anggota
yang mengalami masalah yang serupa sehingga dapat berbagi pengalaman, bekerjasama dan
mendukung dalam menyelesaikan masalah terkait diri dan sosial.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan self help group dalam kelompok adalah memberikan support terhadap
sesama anggota dengan cara berbagi perasaan dan pengalaman, belajar tentang
penyakit, memberikan kesempatan peserta untuk berbicara tentang permasalahan,
saling mendengarkan satu sama lain, membantu sesama anggota kelompok untuk
berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan support, meningkatkan kepedulian
antar sesama anggota sehingga tercapainya perasaan aman dan sejahtera, mengetahui
bahwa mereka tidak sendiri.

2. Tujuan Khusus
a. Peserta dapat mengidentifikasi masalah yang dialami
b. Peserta dapat mengetahui cara penyelesaian masalah
c. Peserta dapat memilih cara penyelesaian masalah
d. Peserta dapat melakukan cara penyelesaian masalah
e. Peserta dapat mengetahui cara mencegah kekambuhan

C. WAKTU DAN TEMPAT


Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun akan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 26 Februari 2020
Pukul :09.00 Wita – Selesai
Tempat :Balai Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.

D. SASARAN
Kelompok lansia >60 tahun

E. ALAT MEDIA
Kertas A4 dan Pulpen

F. METODE
Curah pendapat, tanya jawab, diskusi

Berikut ini langkah kegiatan self help group:


a. Langkah I: Memahami masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah oleh masing-masing
peserta. Setiap peserta mengungkapkan masalah yang dihadapinya.
b. Langkah II: Cara untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah peserta saling berbagi informasi bagaimana cara
mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar masalah yang sudah
dibuat. Berdasarkan daftar permasalahan yang dipilih masing-masing, tiap anggota
mengungkapkan cara mengatasi permasalahan tersebut.
c. Langkah III: Memilih cara pemecahan masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tiap-tiap cara penyelesaian
masalah yang ada dalam daftar penyelesaian masalah dan memilih cara
penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan
penghambat dalam menyelesaikan masalah tersebut. materi tentang rheumatoid
arthritis.
d. Langkah IV: Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian promosi kesehatan berupa penyuluhan
tentang rheumatoid arthritis dan juga cara memanfaatkan tanaman obat keluarga
(TOGA) di dalam penyembuhan rheumatoid arthritis.
G. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kepanitiaan dibentuk 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Pra lanning sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
c. Alat/media sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
d. Surat-surat kepada undangan sudah dikirim 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.

2. Evaluasi Proses
a. Panitia telah siap melakukan Kegiatan self help group dalam kelompok usia
lansia >60 tahun di Banjar Banda, Desa Saba.
b. Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun berjalan lancar
dan berlangsung tepat waktu.
c. Sasaran yang hadir 100% dari total peserta yang diharapkan hadir dan mengikuti
kegiatan sampai selesai.

3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun dapat diterima
dengan hasil 100% oleh Lansia.
b. Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun dapat
bermanfaat dengan hasil 100% bagi Lansia
c. Lansia yang menjadi sasaran Kegiatan self help group dalam kelompok usia
lansia >60 tahun mampu berpartisipasi dalam kegiatan self help group.
4. SENAM REMATIK

A. LATAR BELAKANG
Senam rematik adalah salah satu metode yang praktis dan efektif dalam
memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam rematik adalah
gerakan yang sangat efektif, efisien dan logis karena rangkaian gerakan dilakukan
secara teratur dan terorgranisasi bagi penderita rematik (Wahyudi, 2011).
Program senam senam rematik merupakan jenis program kegiatan berfungsi
mengatasi keluhan yang biasa muncul pada penyakitan rematik, misalnya kekakuan
sendi dan nyeri sendi, kelemehan dan ketegangan otot. Senam rematik dirancang
untuk memberikan solusi guna mencegah, meringankan gejala rematik serta sebagai
terapi tambahan dalam menghadapi permasalahan kesehatan mengenai rematik yang
dialami lansia di banjar Banda, Desa Saba, Blahbatuh Gianyar.
Serangkaian gerakan senam rematik mencakup beberapa kompenen gerakan,
yaitu gerakan menjaga postur tubuh, peregangan otot, latihan luas gerakan sendi,
penguatan otot, penguatan kerja jantung dan paru-paru, latihan keseimbanagan,
koordinasi, serta ketahanan otot. Senam rematik ini berfokus pada gerakan sendi
sambil meregangkan dan menguatan otot yang membantu sendi untuk menopang
tubuh (Wahyuni,2011).
Senam rematik dapat dilakukan dalam posisi apapun, baik berdiri maupun duduk.
Jika sendi-sendi besar seperti besar seperti sendi panggung atau sendi lutut tubuh tak
cukup kuat menahan berat badan, senam dapat dilakukan dengan posisi duduk.
Senam rematik dapat dilakukan secara rutin, 3-5 kali dalam seminggu dengan durasi
30-60 menit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kekuatan otot dan sendi pada lansia

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan latihan fisik berupa senam pada lansia > 60 tahun selama
1x30 menit diharapkan lansia dapat:
a. Lansia dapat mengaplikasikan senam rematik dirumah atau dikomunitas
lansia (banjar)
b. Menurunkan rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi darah lansia
c. Sebagai referensi bagi puskesmas agar senam rematik dapat dijadikan
program rutin dalam rangka meningkatkan pengetahuan lansia dalam
menurunkan angka nyeri sendi pada lansia yang menderita rheumatoid
arthritis.

C. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/Tanggal : Rabu, 26 Februari 2020
Pukul : 10.00-11.00 WITA
Tempat : Balai Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.

D. SASARAN
Lansia Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

E. ALAT MEDIA
Proyektor, LCD, Video

F. METODE
Pemberian latihan fisik yaitu senam pada lansia >60 tahun yang ada di wilayah
Banjar Banda oleh mahasiswa Profesi Ners STIKES Wira Medika Bali.

G. GERAKAN SENAM
Tahap-tahap senam rematik (Dinkes Lombok Timur, 2016) :
a. Gerakan diawali dengan gerakan menggenggam pada jari-jari tangan
b. Gerakan melebarkan jari-jari tangan
c. Gerakan membuka jari-jari tangan perlahan-lahan
d. Gerakan menekuk tangan ke atas dan kebawah
e. Gerakan mendekatkan telapak tangan ke arah dada dan mejauhkan
f. Gerakan membolak-balikkan telapak tangan
g. Gerakan menekuk siku ke arah dalam dan keluar
h. Gerakan mengangkat kedua tangan ke atas secara bersama-sama
i. Gerakan rotasi kedua tangan ke arah dalam dan ke arah luar
j. Gerakan mengangkat kedua bahu
k. Gerakan memutar bahu ke arah dalam dan ke arah luar
l. Gerakan menyerongkan badan ke kanan dan kiri
m. Gerakan menoleh bersamaan dengan badan ke arah kanan dan kiri
n. Gerakan membusungkan dada
o. Gerakan mebungkukkan dada
p. Gerakan jari-jari kaki dengan mengarahkan kaki ke depan dan ke belakang
q. Luruskan kaki kanan, lakukan gerakan menekuk telapak kaki kanan ke
arah depan dan belakang, begitu juga sebaliknya
r. Bentuk kaki seperti segitiga lalu lakukan gerakan menggeser telapak kaki
ke arah dalam dan ke arah luar
s. Luruskan kaki kanan, lakukan gerakan memutarkan telapak kaki kanan
perlahan-lahan, begitu juga sebaliknya
t. Luruskan kaki kanan lalu lakukan gerakan tarikan kaki kanan ke atas,
begitu juga sebaliknya.

H. SUSUNAN ACARA
a. Setting waktu
No Kegiatan Waktu
Demonstrasi Masyarakat
1. Lansia >60 tahun a. Masyarakat antusias mengikuti 30 menit
diberikan latihan fisik terapi komplementer
berupa senam yang
dipandu oleh mahasiswa
STIKES Wira Medika

I. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Kepanitiaan dibentuk 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Pra planning sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
c. Alat/media sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
d. Surat-surat kepada undangan sudah dikirim 2 hari sebelum pelaksanaan
kegiatan.
2. Proses
a. Kegiatan senam rematik yang dilakukan oleh mahasiswa STIKES Wira
Medika Bali di Banjar Banda, Desa Saba berjalan lancar dan berlangsung
tepat waktu.
b. Sasaran yang hadir 100% dari 100 peserta yang diharapkan hadir dan
mengikuti acara sampai selesai.
3. Hasil
a. Kegiatan senam rematik dapat diterima dengan hasil 100% dari 100 peserta
yang hadir.
b. Kegiatan senam rematik dapat bermanfaat dengan hasil 100% dari 100
peserta yang hadir.
5. DEMONSTRASI “KOMPRES SERAI HANGAT”

A. LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit
reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat
mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada
bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia
lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya
kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Dalam rangka pelaksanaan project inovasi dengan tema GELAS EMAS (Gerakan
Lansia Sehat, Energik, Mandiri, Aktif dan Semangat) mahasiswa Program Studi
NERS Stikes Wira Medika Bali yang diadakan di wilayah Br. Banda, Desa Saba,
Kecamatan Blahbatuh, Telah dilakukan pengkajian awal tentang masalah kesehatan
yang mungkin timbul di wilayah tersebut oleh mahasiswa didapatkan mayoritas
warga lansia yang ada di wilayah Banjar Banda mengatakan mengalami peradangan
pada sendi-sendi (Artritis Reumatoid). Sehingga dari hasil survey tersebut
mahasiswa akan memberikan demonstrasi komplementer untuk mengatasi
peradangan sendi yang dialami lansia dengan rebusan serai hangat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan status kesehatan masyarakat lansia usia > 60 tahun melalui
demonstrasi “kompres serai hangat”

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan tindakan demonstrasi “kompres serai hangat” pada lansia >
60 tahun selama 1x40 menit diharapkan lansia dapat:
a. Memahami pengobatan komplementer untuk mencegah peradangan
sendi (artritis reumatoid)
b. Memeriksakan kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali.

C. WAKTU DAN TEMPAT


1. Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” akan dilaksanakan pada:
c. Hari/Tanggal : Rabu, 26 Februari 2020
d. Pukul : 10.00-11.00 WITA
2. Tempat
Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” akan dilaksanakan di Balai
Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

D. SASARAN
Masyarakat Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

E. ALAT MEDIA
b. Alat yang digunakan dalam kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” ini
antara lain:
1. Serai
2. Baskom 2 buah
3. Waslap 10 buah
4. Kompor dan panci untuk merebus
c. Media yang digunakan dalam kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat”
ini antara lain:
1. Meja
2. Kursi
3. Microphone
4. Speaker

F. METODE
Pemberian demonstrasi “kompres serai hangat” pada lansia >60 tahun yang ada di
wilayah Banjar Banda oleh mahasiswa Profesi Ners STIKES Wira Medika Bali.

G. SUSUNAN ACARA
Setting waktu
No Kegiatan Waktu
Demonstrasi Masyarakat
1. b. Lansia >60 tahun a. Lansia antusias mengikuti 10 menit
diberikan terapi terapi komplementer
komplementer
“kompres serai hangat”
yang dipandu oleh
mahasiswa STIKES
Wira Medika

H. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Kepanitiaan dibentuk 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Pra planning sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
c. Alat/media sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
d. Surat-surat kepada undangan sudah dikirim 2 hari sebelum pelaksanaan
kegiatan.

2. Proses
a. Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” yang dilakukan oleh
mahasiswa STIKES Wira Medika Bali di Banjar Banda, Desa Saba berjalan
lancar dan berlangsung tepat waktu.
b. Sasaran yang hadir 100% dari 100 peserta yang diharapkan hadir dan
mengikuti acara sampai selesai.
3. Hasil
c. Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” dapat diterima dengan hasil
100% dari 100 peserta yang hadir.
d. Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” dapat bermanfaat dengan
hasil 100% dari 100 peserta yang hadir.
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT REMATIK

Pokok Bahasan : Gangguan Sistem Muskuloskeletal


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Penyakit Rematik
2. Penyebab Penyakit Rematik
3. Gejala Penyakit Rematik
4. Pencegahan Penyakit Rematik
5. Pengobatan Penyakit Rematik
Sasaran : Lansia di Banjar Banda, Saba, Blahbatuh, Gianyar
Hari/tgl : 26 Februari 2020
Pukul : 10.00 Wita
Penyaji : Kadek Cindy Adinda Puspita, S.Kep.
Tempat : Banjar Banda, Saba, Blahbatuh, Gianyar

1. Latar Belakang
Rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya.
Rematik bisa menyerang bagian kepala sampai kaki. Rematik juga bisa disebut dengan nama
arthritis. Secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti pembengkakan,
kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi-sendi lain, gangguan di
otot dan tendon. Gejala rematik memang cukup luas. Rematik terdiri dari 150-an jenis.
Tetapi ada empat jenis rematik yang paling sering dijumpai di masyarakat kita yaitu
osteoarthritis yang disebabkan oleh pengapuran, rematik luar sendi yang menyerang jaringan
di luar tulang rawan, rematik peradangan dan rematik yang disebabkan oleh pengeroposan.
“Sekitar 50 persen keluhan nyeri sendi disebabkan oleh pengapuran. Pengapuran
berarti menipisnya jaringan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan persendian”,
bantalan dalam persendian yang aus itu menyebabkan terjadinya gesekan tulang sehingga
menyebabkan nyeri. Pengapuran ini merupakan proses degenerasi yang dimulai pada usia 40
tahun. Kecepatan proses degenerasi berbeda pada tiap-tiap orang.
Sendi seseorang bisa mulai bermasalah di usia 40-an. Namun ada orang yang sampai
usia 70-an sendinya baik-baik saja. Cepat lambatnya proses tadi ditemukan oleh beberapa
faktor resiko, antara lain: mutu tulang rawan dan kelebihan berat badan. Tulang rawan yang
bagus akan lebih tahan terhadap kondisi aus. Ibarat ban mobil kalau kualitasnya bagus maka
persendian tidak mudah aus walau dipakai lama.
Jenis rematik yang paling banyak diderita penduduk dunia adalah arthritis reumatoid
(AR) yaitu rematik radang sendi, gout (asam urat) yang disebabkan oleh kadar asam urat
yang berlebihan dalam darah, dan osteoarthritis (OR), yaitu pengapuran sendi. Menurut dr.
Riardi Pramudiyo, SpPD-KR dari RS. Hasan Sadikin, Bandung, OR adalah penyakit sendi
yang paling banyak dijumpai. Penyakit ini bersifat degeneratif, yang angka kejadiannya
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Gejala yang menyertainya antara lain, nyeri
pada persendian setelah penderita melakukan aktivitas, atau saat perubahan cuaca dari panas
ke dingin. Seperti diungkapkan Riadi, faktor pencetus OR biasanya karena ada penyakit lain
atau keadaan tertentu. “Belum diketahui apa penyebab primer, namun penyebab
sekundernya bisa karena kegemukan, sehingga beban yang harus disangga oleh lutut terlalu
besar, atau karena berlebihan memakai lutut, misalnya pemain bola profesional”.
Jenis penyakit rematik lain yang banyak diderita masyarakat indonesia adalah arthritis
reumatoid (AR). Penyakit ini paling sering menyerang kelompok usia 20-50 tahun. Gejala
yang umu ditemukan adalah sendi kaku saat bangun tidur dan penderita sulit bergerak.
Rematik pada orang berusia produktif umumnya disebabkan peradangan. Peradangan
ini bisa karena asam urat atau sebab-sebab lain. Rematik karena asam urat ini banyak
dijumpai pada pria usia 30-an dan 40-an tahun. Jenis ini, menurut Dr Harry Isbagio, terjadi
karena kelebihan hasil metabolisme purin yang tertimbun di persendian. Timbuan ini yang
menimbulkan rasa sakit di persendian.
Dokter Harry sering menemui kesalahpahaman masyarakat mengenai asam urat.
Pasien sering datang berkonsultasi sambil membawa hasil tes asam urat. “mereka bertanya
mengapa asam uratnya normal tetapi dokter mendiagnosis terkena rematik. Mereka salah
mengerti soal rematik, tidak semua rematik disebabkan asam urat”, jelasnya.
Gangguan autoimun seperti pada penyakit lupus termasuk jenis rematik yang
disebabkan peradangan. Pada gangguan ini kekebalan tubuh tidak berfungsi sebagai
pembasmi bakteri, virus atau benda asing yang memasuki tubuh. Kekebalan tubuh justru
merusak jaringan tubuh yang sehat, termasuk jaringan yang ada di persendian.
Begitupun dengan RA (Rheumatoid Arthritis). Penyakit itu termasuk peradangan
persendian yang penyebabnya masih belum diketahui. Menurut Encyclopedia of Public
Health, telah ada indikasi bahwa pola-pola genetik bertanggungjawab terhadap timbulnya
penyakit ini. RA bisa menyerang orang pada umur berapa pun, termasuk balita. Peradangan
penyakit ini terjadi pada jaringan synovial yang terdapat dalam persendian. Jaringan ini
berfungsi untuk menghasilkan cairan pelumas sendi. Pada pasien I MD.S, jaringan ini
membengkak dan menunjukkan banyak sel yang meradang.

2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 45 menit diharapkan lansia di Banjar
Babakan Blahbatuh, Gianyar mengerti dan memahami tentang Penyakit Rematik.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 45 menit diharapkan lansia di Banjar
Babakan Blahbatuh, Gianyar mampu:
1. Memahami tentang Pengertian Penyakit Rematik
2. Memahami Penyebab Penyakit Rematik
3. Memahami Gejala Penyakit Rematik
4. Memahami tentang Pencegahan Penyakit Rematik
5. Memahami tentang Terapi atau Pengobatan Penyakit Rematik

3. Kegiatan Penyuluhan
A. Garis besar materi :
1. Pengertian Penyakit Rematik
2. Penyebab Penyakit Rematik
3. Gejala Penyakit Rematik
4. Pencegahan Penyakit Rematik
5. Pengobatan Penyakit Rematik

B. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi

C. Setting Tempat

5 Keterangan: U
6 6
55 1 : Proyektor
2 : LCD
3 : Meja B T
4 : Undangan
5 6 6
3

6 6

6 6
1
2

6 6
3 6 6

4 4 4 6 6

4 4 4 6 6

D. Langkah – Langkah Kegiatan Penyuluhan


NO KEGIATAN
WAKTU
. PENYULUH KELUARGA/PENUNGGU
1. Pembukaan :
a. Salam pembukaan a. Menjawab salam
5 menit
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Mengkomunikasikan tujuan c. Memperhatikan
2. Kegiatan Inti Penyuluhan : 30 menit
a. Menyampaikan materi tentang : a. Menyimak dan memperhatikan
 Pengertian Penyakit Rematik penyuluhan.
 Penyebab Penyakit Rematik
 Gejala Penyakit Rematik
 Pencegahan Penyakit
Rematik
 Pengobatan Penyakit
Rematik
b. Menanyakan hal - hal yang
b. Memberi kesempatan keluarga belum jelas.
untuk bertanya.
3. Penutup :
a. Menyimpulkan materi yang a. Bersama penyuluh
telah didiskusikan menyimpulkan materi
b. Melakukan evaluasi penyuluhan b. Keluarga kooperaif dlam 10 menit
c. Mengakhiri kontrak menjawab pertanyaan penyuluh
d. Mengakhiri kegiatan c. Keluarga kooperatif
penyuluhan dengan salam d. Menjawab salam

E. Alat Penyuluhan
1. Leaflet
2. LCD
3. Laptop

F. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
b. Semua lansia di Banjar Babakan hadir dalam proses penyuluhan
c. Tempat : Banjar Babakan
d. Peserta yang aktif bertanya 50% dari total peserta.
2. Evaluasi Hasil
a. Lansia paham dan dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian penyakit
rematik
b. Lansia dapat menyebutkan kembali mengenai penyebab atau etiologi penyakit
rematik
c. Lansia paham dan dapat menyebutkan kembali mengenai gejala penyakit
rematik
d. Lansia paham dan mampu menyebutkan pencegahan penyakit rematik
e. Lansia paham dan mampu menyebutkan terapi atau pengobatan penyakit
rematik.
G. Lampiran – lampiran
1. Materi
2. Leaflet

Lampiran Materi

MATERI PENYULUHAN PENYAKIT REMATIK PADA LANSIA DI BANJAR BANDA


DESA SABA, BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR

A. PENGERTIAN
a. Rematik adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkn nyeri dan kaku pada
sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, jaringan ikat dan kaku). Umumnya rematik tidak
berbahaya, namun mengganggu karena rasa nyerinya.
b. Rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dn struktur di sekitarnya. Rematik
bisa menyerang bagian kepala smpai kaki. Rematik biasa disebut juga dengan nama
Arthritis. Secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti
pembengkakan, kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi –
sendi lain, gangguan di otot dan tendon.

B. PENYEBAB
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
1. Usia
2. Ras kulit hitam lebih besar resikonya dibanding ras lainnya
3. Genetik
4. Gender wanita
5. Penyakit metabolik seperti diabetes
6. Kelainan bawaan seperti tulang kaki bentuk O atau X
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :
1. Trauma / cidera
2. Benturan berulang
3. Gemuk
4. Rokok
5. Hormon dan kelemahan otot

C. TANDA DAN GEJALA


Nyeri Persendian
1. Bengkak (Reumatoid Nodule)
2. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari.
3. Terbatasnya pergerakan
4. Sendi-sendi terasa panas
5. Demam (Pireksia)
6. Anemia
7. Berat badan menurun
8. Kekuatan berkurang
9. Tampak warna kemerahan disekitar sendi
10. Perbahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
11. Pasien tampak anemic

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala sepert:
1. Gerkan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi
D. PENCEGAHAN
a) Usia, genetic, gender tidak dapat dicegah
b) Hindari cidera
c) Benturan berulang
d) Gemuk dikurangi
e) Menghentikan rokok
f) Hindari berjalan lebih dari 2 mil/hari, berlari berdiri terlalu lama, dan mengangkat
beban > 25 kg yang dilakukan rutin.

E. TERAPI ATAU PENGOBATAN


 Obat-obatan
a) Obat penghilang nyeri golongan OAINS, ampuh menghilangkan nyeri, tapi hati-
hati iritasi lambung.
b) Obat untuk memperbaiki rawan sendi: gol. Glukosamin surfat dan kondroitin
sulfat.
c) Obat untuk memberi pelumasan sendi ke lutut seperti: suntikan hialunoronatke
ruang sendi
d) Obat mengatasi sendi bengkak berisi cairan glukokortikoid ke dalam sendi.
e) Fisioterapi.

Selain dengan obat-obatan, untuk mengurangi rasa nyeri juga bisa dilakukan tanpa
obat, misalnya dengan senam rematik “ senam rematik merupakan jenis senam ringan
yang berfungsi mengatasi keluahan yang biasa muncul pada penyakit rematik, misalnya
kekakuan dan nyeri sendi, kelemahan dan keteganggan otot. Senam rematik merupakan
suatu uapaya untuk mencegah dan meringankan gajala-gejala rematik. Selain juga
berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap penyakit rematik dalam fase tenang. Seman
ini adalah salah satu modal untuk memandu mencegah dan memberikan terapi terhadap
gejala rematik atau gejala osteoarthritis (Wahyudi, 2008). Latihan ini juga ditujukan bagi
mereka yang sehat dan pasien rematik yang berada dalam kondisi normal atau fase
tenang. Gerakan rematik mencangkup delapan komponen gerak yaitu: gereak menjada
postur tubuh, peregangan otot, latihan luas gerak sendi, penguatan otot, penguatan kerja
jantung dan paru- paru, latihan keseimbangan, koordinasi serta ketahanan otot. Gerakan-
gerakan senam rematik dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan gerak, fungsi,
kekuatan dan, daya tahan otot, kapasitas aerobic, keseimbangan, biomedikanik sendi dan
rasa posisi sendi. Senam rematik ini konsentrasinya pada gerak sendi sambil
memenggerakan dan menguatkan otot, karena otot-otot inilah yang membantu sendi
untuk menopang tubuh (Wahyuni, 2008).
Senam rematik dapat dilakukan dalam posisi apapun, baik berdiri maupun duduk,
tetapi jika sendi-sendi besar seperti sendi panggul atau sendi lutut tubuh tak cukup kuat
menahan berat badan, senam dapat dilakukan dengan duduk. Hal ini berprinsip bahwa
latihan fisik apapun harus dilaksanakan sesuai kemampuan dan tidak boleh dipaksakan.
Begitu halnya ketika melaksanakan senam rematik sebaiknya tidak dipaksakan agar rasa
nyeri tidak bertambah. Bila ingin mendapatkan hasil maksimal, senam rematik dapat
dibarengi dengan jenis olahraga lain, misalnya berenang dan bersepeda. Senam rematik
dilakukan rutin 3-5 kali seminggu denegan durasi 30-60 menit.

Apapun manfaat senam rematik yaitu:


1. Tulang menjadi lebih lentur.
2. Otot-otot akan menjadi tetap kencang.
3. Memperlancarkan aliran darah
4. Memperlancar cairan getah bening
5. Menjaga kadar lemak tetap normal
6. Jantung menjadi lebih sehat
7. Tidak mudah menjadi cedera
8. Kecepatan reaksi menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Alih bahasa:
Irawati, et al. Jakarta

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI, Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran


Universitas Kedokteran. Jakarta, pp: 437, 1

Smeltzer C. Suzanne., Brunner & Suddartha. 2002. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. EGC.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S.L. 2007. Buku Ajaran Patofisiologi Edisi 7. Jakarta EGC.
MATERI DEMONSTRASI

PENGOBATAN TRADISIONAL HIPERTENSI

Hari / Tanggal : Rabu, 26 Februari 2020

Tempat : Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar

Alat dan Bahan : Serai, waskom, waslap, Air 600 ml (6 gelas), kompor panci.

1. Manfaat Rebusan Serai hangat


Pemberian kompres serai hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di
hipotalamus dirangsang sistem efektor mengeluarkan sinyal yang mulai berkeringat dan
vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada
medula oblongata dari tungkai otak, di bawah pengaruh hipotalamik bagian anterior
sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan aliran darah ke setiap
jaringan bertambah khususnya yang mengalami radang dan nyeri, sehingga terjadi
penurunan nyeri sendi pada jaringan yang meradang (Tamsuri, 2012).

2. Cara Pengolahan Rebusan serai hangat


a. Bersihkan serai sebanyak 7 batang
b. Panaskan 6 gelas air kemudian masukkan serai ke dalam air rebusan hingga menjadi 3-4
gelas
c. Basahkan handuk kecil dengan air rebusan serai kemudian tempelkan pada bagian yang
nyeri

RUNDOWN ACARA
“GELAS EMAS”
26 FEBRUARI 2020
Jam Acara Penanggung jawab
Kumpul panitia dan persiapan kelengkapan
07.30-08.00 Seluruh panitia
acara
08.30-09.00 Briefing panitia Ketua Panitia
09.00 - selesai 1. Skrinning kesehatan Seluruh Panitia
Alur acara
a. Lansia melakukan pendaftaran dan
pengambilan nomor antrian
b. Lansia melakukan pemeriksaan
tekanan darah dan pemeriksaan
gula darah
c. Mahasiswa memberikan KIE
2. Penyuluhan kesehatan
Alur acara :
a. Mahasiswa memberikan
penyuluhan
b. Mahasiswa melakukan sesi tanya
jawab
c. Memberikan kesimpulan dari
penyuluhan
3. Self Help Group
Alur acara :
a. Lansia yang telah selesai
melakukan proses skrinning
kesehatan dibuat menjadi
kelompok kecil dengan jumlah
anggota 5-6 lansia dengan
didampingi 1 fasilitator
b. Lansia akan berbagi pengalaman,
pendapat dan hal lain yang
berkaitan dengan penyakit yang
sedang diderita
c. Seluruh anggota akan mendapat
giliran untuk mengungkapkan
pendapatnya
4. Senam Rematik
Alur acara :
a. Setelah mengikuti penyuluhan
kesehatan, lansia akan diajak
mengikuti latihan fisik berupa
senam
b. Selesai mengikuti senam lansia
akan duduk kembali dan diberikan
makanan ringan dan aqua
5. Demonstrasi “Kompres Serai Hangat”
Alur acara :
a. Sembari menikmati makanan
ringan, lansia akan diajak untuk
mengikuti demonstrasi pembuatan
kompres serai hangat
12.00 - Pendaftaran Skrinning ditutup
Seluruh panitia
- Estimasi kegiatan selesai
12.30 – 13.00 Bersih - bersih Seluruh panitia
13.00 – selesai Evaluasi dari CT dan CI Mahasiswa

KEPANITIAAN

Ketua Panitia : Ni Made Claudia Saraswati, S.Kep


Wakil Ketua Panitia : Dewa Putu Putrasana, S.Kep
Sekretaris : Komang Putri Ulantari, S.Kep
Ni Wayan Nanda Indriani, S.Kep
Bendahara : Kadek Cindy Adinda Puspita, S.Kep
Ni Nyoman Ayu Komalasari, S.Kep
Sie Ilmiah : I Wayan Pering Pratama, S.Kep
I Gede Ananda Arya Yoga, S.Kep
M Andre Marantika, S.Kep
Sie Humas
Koordinator : Komang Sugianto, S.Kep
Anggota : I Komang Kariana, S.Kep

Sie Konsumsi
Koordinator : Ni Luh Ayu Pitri Yasdani, S.Kep
Anggota : Ni Kadek Sinta, S.Kep
Luh Kadek Norma Wardianti, S.Kep
Desak Putu Eka Astuti Permana Dewi, S.Kep
Kadek Ayu Sri Juni Lestari, S.Kep
Ni Putu Rista Kristina, S.Kep

Ni Kadek Ayu Lestari Dewi, S.Kep


Sie Rohani
Koordinator : Ni Kadek Ulan Purnami, S.Kep
Anggota : Ni Wayan Sulistyari,S.Kep

Ni Luh Yogi Suciari, S.Kep

Sie Dokumentasi
Koordinator : I Wayan Pering Pratama, S.Kep
Anggota : I Gede Ananda Arya Yoga, S.Kep

Sie Acara
1. Skrinning kesehatan
Penanggung Jawab : Ni Kadek sinta, S.Kep
Wayan Pering Pratama S.Kep
I Gede Ananda Arya Yoga, S.Kep
Ni Wayan Nanda Indriani, S.Kep

2. Penyuluhan kesehatan
Penanggung Jawab : I Komang Kariana, S.Kep
I Komang Jaya Sumyarta, S.Kep.

Kadek Ayu Sri Juni Lestari, S.Kep.

Luh Kadek Norma Wardianti, S.Kep.

Ni Nyoman Ayu Komala Sari, S.Kep.

Kadek Cindy Adinda Puspita, S.Kep. (penyaji)

3. Self Help Group


Penanggung Jawab : Desak Putu Eka Astuti P.D, S.Kep
Dewa Putu Putrasana, S.Kep (Fasilitator)
I Putu Deny Suaryana, S.Kep (Fasilitator)
Ni Kadek Ulan Purnami, S.Kep (Fasilitator)
Ni Made Claudia Saraswati, S.Kep

4. Senam
Penanggung Jawab : Komang Sugianto, S.Kep

Ni Putu Rista Kristina, , S.Kep

Komang Putri Wulantari, S.Kep

Ni Luh Ayu Pitri Yasdani, S.Kep


M Andre Marantika, S.Kep (Instruktur)

I Putu Deny Suaryana, S.Kep (Instruktur)

Kadek Ayu Sri Juni Lestari, S.Kep. (Instruktur)

5. Kompres Serai Hangat


Penanggung Jawab : I Nyoman Sudiasa, S.Kep.

Ni Kadek Ayu Lestari Dewi, S.Kep.

Luh De Sri Widiani, S.Kep.

Ni Luh Yogi Suciari, S.Kep.

Ni Wayan Sulistyari, S.Kep.

DENAH KEGIATAN
“GELAS EMAS”
26 FEBRUARI 2020

PANGGUNG

MEJA 3 MEJA 2 MEJA 1

KIE CEK TENSI DAN PENDAFTARAN


GDS

PROYEKTOR
RANCANGAN ANGGARAN PROGRAM
1. Rencana Anggaran Biaya
No Nama Barang Jumlah Satuan Harga Total
1 Pengadaan 50 Lembar Rp. 2000 Rp. 100.000
leaflet
2 Konsumsi 75 Buah Rp. 5000 Rp. 375.000
3 Canang + 1 Set Rp. 50.000 Rp. 50.000
rarapan
4 Serai 10 Ikat Rp. 5000 Rp. 50.000
5 Baskom 2 Buah Rp. 25.000 Rp. 50.000
6 Waslap 10 Buah Rp. 5000 Rp. 50.000
7 Meja + kursi 3 + 50 Buah Rp. 2000 Rp. 100.000
TOTAL Rp. 775.000

2. Rencana Persiapan Alat


No Nama Barang Jumlah Satuan
1 Laptop 1 Buah
2 LCD 1 Buah
3 Proyektor 1 Buah
4 Kursi 50 Buah
5 Meja 10 Buah
6 Cuk roll 3 Buah
7 Speaker 1 Buah

Anda mungkin juga menyukai