Anda di halaman 1dari 3

Fenomena:

Reumatoid artritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian

(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi

pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian

dalam sendi (Gordon, 2009). Penderita reumatoid artritis banyak menyerang

perempuan karena perempuan mempunyai hormon estrogen yang berpengaruh

untuk merangsang sisi imun aktif dan imunnya bisa lebih cepat aktif dari pada

laki-laki (Putri, 2012). Banyaknya penderita reumatoid artritis saat ini karena

kegemukan dan gaya hidup yang kurang sehat seperti kurang istirahat, stress, dan

kurang olahraga, merokok (Anira, 2010).

Menurut badan kesehatan dunia WHO jumlah penderita reumatoid artritis

pada tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%. Pada tahun 2012

prevalensinya sebanyak 39,47% dan pada tahun 2013 prevalensinya sebanyak

49,59% dan menyerang pada usia pertengahan 40-59 tahun. (WHO, 2013). Di

Indonesia sendiri penyakit reumatoid artritis tahun 2011 prevalensinya berjumlah

35%, tahun 2012 prevalensinya berjumlah 40%, dan tahun 2013 prevalensinya

berjumlah 45%. (Nugroho, 2013). Di Jawa Timur penyakit reumatoid artritis

tahun 2011 berjumlah 37.476.757 penderita, tahun 2012 berjumlah 28.196.000

penderita, tahun 2013 berjumlah 20.719.000 penderita (Depkes RI, 2013).

Reumatoid artritis disebabkan karena menumpuknya asam urat dalam tubuh,

yang biasanya disebabkan oleh faktor nutrisi. Ada juga yang disebabkan oleh

penyakit kelainan darah, tingginya kadar trigeserida dalam darah, kegemukan dan

konsumsi obat-obatan yang berlebihan (Kisworo 2008). Dampak reumatoid


artritis juga bisa menimbulkan penyakit lain dan komplikasi penyakit seperti cacat

tulang, gangguan penglihatan, dan gagal ginjal yang jika kerjanya mulai

terganggu juga bisa mengakibatkan hipertensi, gangguan jantung, diabetes

mellitus, dan stroke. Apabila dalam satu keluarga yang menderita penyakit

reumatoid artritis, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti :

ketidakpatuhan diit makanan yang tinggi lemak, potensial terjadinya komplikasi

bagi penderita, sumber daya keluarga kurang, tidak mampu beraktivitas dengan

baik (Damayanti, 2012).

Salah satu cara untuk menghindari atau mencegah penyakit reumatoid artritis

adalah seperti merubah gaya hidup agar lebih sehat dengan cara istirahat yang

cukup, diet sehat, hindari stres berat, dan rutin berolah raga. Juga termasuk di

antaranya berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain sedangkan jika

sudah terkena penyakit reumatoid artritis untuk mengatasinya, yaitu dengan

mengatur diet. Diet yang sesuai dengan penderita reumatoid artritis yaitu dengan

cara menghindari makanan yang tinggi lemak seperti margarin, minyak goreng,

mentega, keju, batasi konsumsi daging. Jadi, solusi yang baik bagi penderita

reumatoid artritis yaitu pola makan yang sehat dan seimbang, melakukan olahraga

secara rutin, mempertahankan berat badan ideal (Damayanti, 2012).

Peran yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan bagi anggota

keluarga yang menderita penyakit reumatoid artritis : Friedman (1988) membagi

lima (5) tugas yang dilakukan keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan

keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan


keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, dan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga. Adapun peran perawat dalam

membantu keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit reumatoid

artritis antara lain : mampu mengenal asuhan keperawatan keluarga, sebagai

pengamat masalah dan kebutuhan keluarga, koordinator pelayanan kesehatan,

fasilitator, pendidik kesehatan, penyuluhan dan konsultan asuhan keperawatan

dasar pada keluarga yang menderita penyakit reumatoid artritis.

Masalah:

1. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada klien “X” dan

“Y” dengan rematoid artritis?

2. Bagaimana asuhan keperawatan ketidakpatuhan diit pada klien “X” dan “Y”

dengan rematoid artritis?

3. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan penglihatan pada klien “X” dan

“Y” dengan rematoid artritis?

Anda mungkin juga menyukai