Anda di halaman 1dari 6

Lampiran Materi SAP

 Pengertian RA

Rheumatoid arthritis ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi


sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis). Gejala
yang yang sering muncul ialah kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat
bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi - sendi. Kekakuan ini berbeda
dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu berulang dari satu jam. Belum ada pengobatan yang dapat
digunakan untuk menyembuhkan rheumatoid arthritis. Rheumatoid arthritis adalah suatu
penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan
penyambung yang biasanya mengalami kerusakan adalah membran sinovial yang
melapisi persendian. Inflamasi akan menyebar ke struktur sekitar sendi, termasuk
kartilago artikular dan kapsula sendi fibrosa. ( Agusrianto , A . , dkk . 2020).

 Komplikasi RA

Jika tidak diatasi dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan berbagai
komplikasi, seperti (Septiyani, V. A. 2022) :

1. Neuropati perfier dapat mempengaruhi pada saraf yang sering terjadi pada tangan dan
kaki. Hal tersebut dapat menimbulkan kesemutam, mati rasa atau rasa terbakar.
2. Penyakit jantung, Rheumatoid Arthritis (RA) dapat mempengaruhi penyakitjantung
dan meningkatkan residu penyakit jantung koroner iskemik.
3. Sindrom aktivasi makrofag merupakan komplikasi yang dapat mengncam nyawa
dengan penderita Rheumatoid Arthritis (RA) dan membutuhkan pengobatan steroid
dosis tinggi dan siklosporin A.
4. Osteoporosis merupakan komplikasi yang dialami oleh wanita menoupose dengan
Rheumatoid Arthritis (RA) pada area pinggul.

 Faktor Risiko Rheumatoid Arthritis

Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan kasus rheumatoid arthritis


dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko
yang dapat dimodifikasi:
a. Tidak Dapat Dimodifikasi
1. Faktor genetik

Faktor genetik berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan rheumatoid


arthritis. Gen yang berkaitan kuat adalah HLA-DRB1. Selain itu juga ada gen
tirosin fosfatase PTPN 22 di kromosom 1.

2. Usia

Rheumatoid arthritis biasanya timbul antara usia 40 tahun sampai 60 tahun.


Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak
(Rheumatoid Arthritis Juvenil). Dari semua faktor risiko untuk timbulnya
rheumatoid arthritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Rheumatoid arthritis
hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada usia dibawah 40 tahun dan sering
pada usia diatas 60 tahun.

3. Jenis kelamin

Rheumatoid arthritis jauh lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki


dengan rasio 3:1. Meskipun mekanisme yang terkait jenis kelamin masih belum
jelas. Perbedaan pada hormon seks kemungkinan memiliki pengaruh.

b. Dapat Dimodifikasi
1. Gaya Hidup
 Status sosial ekonomi

Penelitian di Inggris dan Norwegia menyatakan tidak terdapat kaitan


antara faktor sosial ekonomi dengan rheumatoid arthritis, berbeda dengan
penelitian di Swedia yang menyatakan terdapat kaitan antara tingkat
pendidikan dan perbedaan paparan saat bekerja dengan risiko rheumatoid
arthritis.

 Merokok

Sejumlah studi cohort dan case-control menunjukkan bahwa rokok


tembakau berhubungan dengan peningkatan risiko rheumatoid arthritis.
Merokok berhubungan dengan produksi dari rheumatoid factor(RF) yang akan
berkembang setelah 10 hingga 20 tahun. Merokok juga berhubungan dengan
gen ACPA-positif rheumatoid arthritis dimana perokok menjadi 10 hingga 40
kali lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.

 Diet

Banyaknya isu terkait faktor risiko rheumatoid arthritis salah satunya


adalah makanan yang mempengaruhi perjalanan rheumatoid arthritis. Dalam
penelitian Pattison dkk, isu mengenai faktor diet ini masih banyak
ketidakpastian dan jangkauan yang terlalu lebar mengenai jenis makanannya.
Penelitian tersebut menyebutkan daging merah dapat meningkatkan risiko
rheumatoid arthritis sedangkan buah-buahan dan minyak ikan memproteksi
kejadian rheumatoid arthritis.

 Infeksi

Banyaknya penelitian mengaitkan adanya infeksi Epstein Barr Virus


(EBV) karena virus tersebut sering ditemukan dalam jaringan synovial pada
pasien rheumatoid arthritis. Selain itu juga adanya Parvovirus B19,
Mycoplasma pneumoniae, Proteus, Bartonella, dan Chlamydia juga
memingkatkan risiko rheumatoid arthritis.

 Pekerjaan

Jenis risiko pekerjaan tertinggi terdapat pada orang yang bekerja dengan
paparan silica.

2. Faktor Hormonal

Hanya faktor reproduksi yang meningkatkan risiko rheumatoid arthritis yaitu


pada perempuan dengan sindrom polikistik ovari, siklus menstruasi ireguler, dan
menarche usia sangat muda.

3. Bentuk tubuh

Risiko rheumatoid arthritis meningkat pada obesitas atau yang memiliki


Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30.

 Pengobatan Rheumatoid Arthritis


Penatalaksanaan pada RA mencakup terapi farmakologi, rehabilitasi dan pembedahan
bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuan pengobatan adalah
menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas, mengembalikan fungsi sendi, dan
mencegah destruksi jaringan lebih lanjut.

1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)

Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang
dapat diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan
sebagainya. Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang
dari proses destruksi.

2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)

Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat,
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal
maupun kombinasi.

3. Kortikosteroid

Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge”


terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru
muncul setelah 4-16 minggu.

4. Rehabilitasi

Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dapat
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui pemakaian tongkat, pemasangan
bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.

5. Pembedahan

Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dapat
dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi, arthrodesis,
total hip replacement, dan sebagainya.

Gejala Rheumatoid Arthritis

Gejala klinis utama adalah poliartritis kerusakan rawan sendi dan tulang sekitarnya.
Kerusakan ini terutama mengenai sendi perifer tangan dan kaki yang umumnya bersifat
simetris. Gejala umum sendi terjadi pembengkakan,warna kemerahan,terasa hangat,bila di
tekan terasa lunak,dan di sertai rasa sakit dating, sebelum gejala gejala sendi sehingga kadang
gejala awal sperti flu atau penyakit serupa seperti malaise.

Rheumatoid arthritis terjadi ketika sistem imun menyerang sinovium, bagian dalam
membran yang mengelilingi sendi. Hal ini menyebabkan peradangan pada synovium, yang
akan menghancurkan kartilago (tulang rawan) dan tulang dengan sendi. Tendon dan ligamen
yang berfungsi sebagai penyangga sendi juga melemah dan meregang. Secara perlahan, sendi
akan kehilangan bentuk dan konturnya (Nofita, 2021).

Pencegahan Rheumatoid arthritis

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan faktor risiko:

1. Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mengurangi risiko


peradangan oleh RA. Oleh penelitian Nurses Health Study AS yang menggunakan
1.314 wanita penderita RA didapatkan mengalami perbaikan klinis setelah rutin
berjemur di bawah sinar UV-B.
2. Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi. Gerakan-gerakan
yang dapat dilakukan antara lain, jongkok-bangun, menarik kaki ke belakang pantat,
ataupun gerakan untuk melatih otot lainnya. Bila mungkin, aerobik juga dapat
dilakukan atau senam taichi.
3. Menjaga berat badan. Jika orang semakin gemuk, lutut akan bekerja lebih berat untuk
menyangga tubuh. Mengontrol berat badan dengan diet makanan dan olahraga dapat
mengurang risiko terjadinya radang pada sendi.
4. Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond, kacang polong, jeruk, bayam,
buncis, sarden, yoghurt, dan susu skim. Selain itu vitamin A,C, D, E juga sebagai
antioksidan yang mampu mencegah inflamasi akibat radikal bebas.
5. Memenuhi kebutuhan air tubuh. Cairan synovial atau cairan pelumas pada sendi juga
terdiri dari air. Dengan demikian diharapkan mengkonsumsi air dalam jumlah yang
cukup dapat memaksimalkan sisem bantalan sendi yang melumasi antar sendi,
sehingga gesekan bisa terhindarkan. Konsumsi air yang disrankan adalah 8 gelas
setiap hari.
6. Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa merokok merupakan
faktor risiko terjadinya RA. Sehingga salah satu upaya pencegahan RA yang bisa
dilakukan masyarakat ialah tidak menjadi perokok akif maupun pasif.
REFERENSI

Agusrianto, A., Suharto, D. N., Rantesigi, N., & Tasnim, T. (2020). Penerapan Senam Rematik
terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Asuhan Keperawatan Rheumatoid Arthritis di
Kelurahan Gebangrejo: The Implementation of Rheumatic Gymnastics to Decrease Pain
Scale in Rheumatoid Arthritical Nursing Care in Gebangrejo. Madago Nursing Journal, 1(1),
7-10.

Septiyani, V. A. (2022). PENERAPAN SENAM REUMATIK SEBAGAI UPAYA PENURUNAN


TINGKAT NYERI SENDI PADA PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS (Doctoral
dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang).

Nofita, d. (2021). PENYULUHAN TENTANG UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


PENYAKIT ARTHRITIS RHEUMATOID PADA MASYARAKAT DI DAERAH
KEMILING RAYA BANDAR LAMPUNG. Jurnal Pengabdian Farmasi
Malahayati, 8-13.

Anda mungkin juga menyukai