DISUSUN OLEH :
NO BP : 1604005
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rheumatoid arthritis adalah peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang
menyerang jaringannya sendiri. Radang sendi ini menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri
sendi, serta sendi terasa kaku.
Rheumatoid arthritis lebih sering diderita oleh wanita, terutama yang berusia antara 40
hingga 60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh.
Artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dengan target utama adalah sendi (Suarjana, 2014). Sendi
yang dikenai terutama sendi kecil dan menengah secara simetris (Gabay et al, 2015).
Manifestasi klinik klasik adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai sendi-
sendi kecil pada tangan dan kaki. Artritis reumatoid tidak hanya mengenai lapisan sinovial
sendi tetapi juga dapat mengenai organ-organ diluar persendian seperti kulit, jantung, paru-
paru, dan mata (Suarjana, 2014). Angka kejadian artritis reumatoid di dunia berkisar
40/100.000, rasio perbandingan antara perempuan dan laki-laki adalah 3:1 (Silman et al,
2009).
Faktor risiko penyakit artritis reumatoid pada dewasa adalah 3,6% untuk perempuan
dan 1,7% untuk laki-laki (Kourilovitch et al, 2013). Angka kejadian artritis reumatoid di
Amerika Serikat berkisar 42-45/100.000 (Silman et al, 2009). Prevalensi artritis reumatoid
di dunia berkisar 0,5-1 %. Prevalensi yang tinggi didapatkan di Pima Indian (5,3 %) dan
Chippewa Indian (6,8 %). Sedangkan prevalensi di China, Indonesia, dan Philipina kurang
dari 0,4 % (Suarjana, 2014).
B. RUMUSAN MASALAH
4. Jelaskan pemeriksaan dan gejala dalam mendiagnosa arthritis, gout dan hiperurisemia
hiperurisemia
C. TUJUAN
3. Untuk mengetahui Tujuan terapi pada penyakit arthritis, gout dan hiperurisemia
4. Untuk mengetahui pemeriksaan dan gejala dalam mendiagnosa arthritis, gout dan
hiperurisemia
5. Untuk mengetahui pemilihan farmakoterapi pada penderita arthritis, gout dan
hiperurisemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. REMATOID ARTHRITIS
1. PENGERTIAN REMATOID ARTHRITIS
Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: rheumatoid arthritis, RA)
merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem
kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan
radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan
tulang. Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan,
bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu
berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah.
Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus RA diderita
pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk
Indonesia.
Rheumatoid arthritis (RA) adalah peradangan kronis dan biasanya progresif kelainan
etiologi yang tidak diketahui ditandai oleh simetris polyarticular keterlibatan bersama dan
manifestasi sistemik.
RA terjadi akibat disregulasi komponen humoral dan yang dimediasi sel dari system
kekebalan tubuh. Imunoglobulin (Ig) dapat mengaktifkan sistem komplemen yang
menguatkan respon imun dengan meningkatkan kemotaksis, fagositosis, dan pelepasan
limfokin oleh sel mononuklear yang kemudian disajikan ke T limfosit. Antigen yang
diproses dikenali oleh histokompatibilitas utama protein kompleks pada permukaan limfosit,
menghasilkan aktivasi sel T dan B.
Faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin-1 (IL-1), dan IL-6 bersifat proinflamasi
sitokin penting dalam inisiasi dan kelanjutan peradangan.
Sel T yang diaktifkan menghasilkan sitotoksin, yang secara langsung beracun bagi
jaringan, dan sitokin, yang merangsang aktivasi lebih lanjut dari proses inflamasi dan
menarik sel ke area peradangan. Makrofag distimulasi untuk melepaskan prostaglandin dan
sitotoksin.
Peradangan kronis pada jaringan sinovial yang melapisi kapsul sendi menyebabkan
proliferasi jaringan (pembentukan pannus). Pannus menyerang tulang rawan dan akhirnya
permukaan tulang, menghasilkan erosi tulang dan tulang rawan dan terkemuka kehancuran
bersama. Hasil akhirnya mungkin berupa hilangnya ruang sendi, hilangnya sendi gerak, fusi
tulang (ankylosis), subluksasi sendi, kontraktur tendon, dan kelainan bentuk kronis.
3. ETIOLOGI
Peradangan sendi pada penyakit rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan
tubuh sendiri menyerang jaringan yang membentuk sendi, yaitu lapisan penghasil minyak
sendi, jaringan penghubung antar tulang (ligamen), jaringan penghubung tulang dengan
sendi (tendon), dan tulang rawan. Penyakit ini dapat membuat sendi kehilangan bentuk dan
akhirnya hancur.
Kondisi di mana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh justru
berbalik menyerang tubuh sendiri dinamakan autoimun. Penyebab timbulnya penyakit
autoimun sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga terkait dengan faktor genetik.
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya rheumatoid arthritis,
yaitu:
Merokok.
Terpapar bahan kimia, seperti asbes atau silika.
Mengalami infeksi bakteri atau virus, serta cedera, misalnya patah tulang
atau dislokasi sendi.
• PEMERIKSAN:
a) Pada pemeriksaan, pembengkakan sendi mungkin terlihat atau hanya terlihat oleh
rabaan. Jaringan terasa lembut dan kenyal dan mungkin tampak eritematosa dan
hangat, terutama pada awal perjalanan penyakit. Sendi kronis kelainan bentuk
umumnya melibatkan subluksasi pergelangan tangan, metacarpophalangeal sendi,
dan sendi interphalangeal proksimal (swan-neck deformity, deformitas boutonniere,
deviasi ulnaris).
b) Pemeriksaan cairan sinovial aspirasi dapat mengungkapkan kekeruhan, leukositosis,
mengurangi viskositas, dan glukosa normal atau rendah relatif terhadap konsentrasi
serum.
c) Temuan radiologis pada awal perjalanan penyakit dapat mencakup jaringan lunak
pembengkakan dan osteoporosis di dekat sendi (periarticular osteoporosis).
5. TUJUAN TERAPI
Tujuan utama pengobatan RA adalah untuk menginduksi remisi total, walaupun ini
mungkin sulit untuk dicapai. Tujuan utama adalah untuk mengurangi pembengkakan
sendi, kekakuan, dan nyeri; menjaga rentang gerak dan fungsi sendi; meningkatkan
kualitas hidup; mencegah komplikasi sistemik; dan memperlambat perubahan sendi yang
merusak.
6. PENGOBATAN
TERAPI NONFARMAKOLOGI
• Istirahat yang memadai, penurunan berat badan jika obesitas, terapi okupasi, fisik
terapi, dan penggunaan alat bantu dapat meningkatkan gejala dan membantu
mempertahankan fungsi sendi.
• Pasien dengan penyakit parah dapat mengambil manfaat dari prosedur bedah seperti
tenosinovektomi, perbaikan tendon, dan penggantian sendi.
• Pendidikan pasien tentang penyakit dan manfaat serta keterbatasan terapi obat itu
penting.
TERAPI FARMAKOLOGI
2. Sulfasalazine
Gout adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di
sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan
tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu
sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat
mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia). Penyakit asam urat atau gout merupakan penyakit akibat penimbunan
kristal monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi disebut Gout
artritis
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari
7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat dalam serum
lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat.
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi,
akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan
adanya serangan yang berulang – ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang
dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan
telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal
kronis.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella
Dengan demikian, gout ataupun pseudogout dapat timbul pada keadaan asimptomatik.
Pada penelitian penulis didapat 21% pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat
peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya
kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan
tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan pada kedua tempat
tersebut.
(MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah
tersebut.
Aktivasi komplemen Kristal urat dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur
klasik dan jalur alternatif. Melalui jalur klasik, terjadi aktivasi komplemen C1 tanpa peran
melalui jalur alternatif terjadi apabila jalur klasik terhambat. Aktivasi C1 melalui jalur klasik
menyebabkan aktivasi kolikrein dan berlanjut dengan mengaktifkan Hageman factor (Faktor
XII) yang penting dalam reaksi kaskade koagulasi. Ikatan partikel dengan C3 aktif (C3a)
Proses opsonisasi partikel mempunyai peranan penting agar partikel tersebut mudah
untuk dikenal, yang kemudian difagositosis dan dihancurkan oleh neutrofil, monosit dan
kemotaksis sel neutrofil, vasodilatasi serta pengeluaran sitokin IL-1 dan TNF.
Aktivitas C3a dan C5a menyebabkan pembentukan membrane attack complex (MAC).
Membrane ini merupakan komponen akhir proses aktivasi komplemen yang berperan dalam
ion chanel yang bersifat sitotoksik pada sel patogen maupun sel host. Hal ini membuktikan
bahwa melalui jalur aktivasi cascade komplemen kristal urat menyebabkan proses
peradangan melalui mediator IL-1 dan TNF serta sel radang neutrofil dan makrofag.
Aspek selular Pada proses inflamasi, makrofag pada sinovium merupakan sel utama
dalam proses peradangan yang dapat menghasilkan berbagai mediator kimiawi antara lain
Mediator ini menyebabkan kerusakan jaringan dan mengaktivasi berbagai sel radang.
Kristal urat mengaktivasi sel radang dengan berbagai cara sehingga menimbulkan
respon fungsional sel dan gene expression. Respon fungsional sel radang tersebut antara lain
berupa degranulasi, aktivasi NADPH oksidasi gene expression. Sel radang melalui jalur
signal transduction pathway dan berakhir dengan aktivasi transcription factor yang
menyebabkan gen berekspresi dengan mengeluarkan berbagai sitokin dan mediator kimiawi
lain. signal transduction pathway melalui 2 cara yaitu: dengan mengadakan ikatan dengan
membrane sel.
Ikatan dengan reseptor pada sel membrane akan bertambah kuat apabila kristal urat
berikatan sebelumnya dengan opsonin, misalnya ikatan immunoglobulin (Fc dan IgG) datau
dengan komplemen (C1q C3b). Kristal urat mengadakan ikatan cross-link dengan berbagai
reseptor, seperti reseptor adhesion molecule (integrin), nontyrosin kinase, reseptor Fc,
komplemen dan sitokin serta aktivasi reseptor melalui tirosin kinase dan second messenger
a. Gout primer Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan
Hiperurisemia atau berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat
b. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas diketahui.
Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan hiperurisemia primer.
Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari
hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena produksi yang berlebih
(HPRT).
4. GEJALA DAN PEMERIKSAAN GOUT & HIPERURISEMIA
GEJALA
Serangan akut artritis gout ditandai dengan onset penyiksaan yang cepat rasa
sakit, bengkak, dan peradangan. Serangan biasanya monoarticula pada awalnya, paling
dalam urutan frekuensi, punggung kaki, pergelangan kaki, tumit, lutut, pergelangan
tangan, jari, dan siku. Serangan biasanya dimulai pada malam hari, dengan pasien
bangun dari tidur dengan rasa sakit yang luar biasa. Sendi yang terkena eritematosa,
hangat, dan bengkak. Demam dan leukositosis sering terjadi. Tidak diobati serangan
PEMERIKSAAN
Diagnosis Diagnosa asam urat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
sendi.
a. Pemeriksaan Laboratorium
menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas 7 mg/dL untuk pria dan lebih dari 6
mg/dL untuk wanita. Bukti adanya kristal urat dari cairan sinovial atau dari topus
Pemeriksaan gula darah dilakukan untuk mendeteksi ada dan tidaknya penyakit
diabetes mellitus. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui normal dan tidaknya
fungsi ginjal. Sementara itu pemeriksaan profil lemak darah dijadikan penanda ada dan
melihat kristal urat atau monosodium urate (kristal MSU) dalam cairan sendi. Untuk
melihat perbedaan jenis artritis yang terjadi perlu dilakukan kultur cairan sendi.
Dengan mengeluarkan cairan sendi yang meradang maka pasien akan merasakan
nyeri sendi yang berkurang. Dengan memasukkan obat ke dalam sendi, selain menyedot
Pemeriksaan cairan sendi ini merupakan pemeriksaan yang terbaik. Cairan hasil
aspirasi jarum yang dilakukan pada sendi yang mengalami peradangan akan tampak
keruh karena mengandung kristal dan sel-sel radang. Seringkali cairan memiliki
konsistensi seperti pasta dan berkapur. Agar mendapatkan gambaran yang jelas jenis
kristal yang terkandung maka harus diperiksa di bawah mikroskop khusus yang
berpolarisasi. Kristal-kristal asam urat berbentuk jarum atau batangan ini bisa ditemukan
di dalam atau di luar sel. Kadang bisa juga ditemukan bakteri bila terjadi septic artritis.
Pemeriksaan ini baiknya dilakukan pada awal setiap kali pemeriksaan sendi. Dan
jauh lebih efektif jika pemeriksaan roentgen ini dilakukan pada penyakit sendi yang
sudah berlangsung kronis. Pemeriksaan roentgen perlu dilakukan untuk melihat kelainan
baik pada sendi maupun pada tulang dan jaringan di sekitar sendi.
pemeriksaan roentgen ulang. Bahkan kalau memang tidak kunjung membaik, kita pun
pemeriksaan roentgen yang terlalu sering mempunyai risiko terkena radiasi semakin
meningkat.
kelainan janin dalam kandungan pada perempuan. Oleh karena itu, kita harus ekstra hati-
hati dan harus bisa meminimalisasi dalam melakukan pemeriksaan roentgen ini untuk
ditemukannya kristal urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus.
Tujuan dalam pengobatan asam urat adalah untuk menghentikan serangan akut,
mencegah serangan artritis gout berulang, dan mencegah komplikasi terkait dengan
a. Terapi Nonfarmakologis
Pasien mungkin disarankan untuk mengurangi asupan makanan tinggi purin mereka
(mis.,organ daging), hindari alkohol, menambah asupan cairan, dan menurunkan berat
badan jika mengalami obesitas. Istirahat bersama selama 1 hingga 2 hari harus didorong,
dan penggunaan es secara local
b. Terapi Farmakologis
adalah terapi andalan karena khasiatnya yang sangat baik dan toksisitas minimal
dengan jangka pendek menggunakan. Ada sedikit bukti untuk mendukung satu NSAID
sebagai lebih manjur dari yang lain, dan tiga obat (indometasin, naproxen, dan sulindac)
memiliki persetujuan FDA untuk indikasi ini
Efek samping paling umum adalah sistem GI (gastritis, perdarahan, dan
perforasi), ginjal (nekrosis papiler ginjal, kreatinin berkurang izin , sistem
kardiovaskular (retensi natrium dan cairan, peningkatan tekanan darah), dan SSP
(gangguan fungsi kognitif, sakit kepala, pusing).
Kolkisin
Adalah obat antimitotik yang sangat efektif dalam menghilangkan akut serangan
gout tetapi memiliki rasio manfaat-toksisitas yang rendah. Ketika colchicine dimulai
alam 24 jam pertama serangan akut, sekitar dua pertiga pasien merespons dalam
beberapa jam. Kemungkinan sukses berkurang secara substansial jika pengobatan
ditunda lebih lama dari 48 jam setelah timbulnya gejala.
Kortikosteroid
Pendekatan umum:
Terapi profilaksis dapat ditahan jika episode pertama gout akut radang sendi
ringan dan segera menanggapi pengobatan, pasien konsentrasi serum urat hanya sedikit
meningkat, dan 24 jam ekskresi asam urat urin tidak berlebihan (kurang dari 1.000 mg /
24 jam pada diet biasa).
Jika pasien mengalami serangan artritis gout yang parah, tentu saja rumit lithiasis
asam urat, asam urat serum yang meningkat secara substansial (lebih dari 10 mg / dL),
atau ekskresi asam urat 24 jam lebih dari 1.000 mg, maka pengobatan profilaksis harus
dilembagakan segera setelah resolusi dari episode akut. Terapi profilaksis berbiaya
efektif untuk pasien dengan serangan yang sering radang sendi gout (mis., dua atau lebih
serangan per tahun) bahkan jika serum urat konsentrasi asam normal atau hanya sedikit
meningkat.
Kolkisin
Kolkisin yang diberikan dalam dosis oral rendah (0,5 hingga 0,6 mg dua kali
sehari) mungkin efektif dalam mencegah artritis berulang pada pasien tanpa bukti tophi
terlihat dan konsentrasi urat serum normal atau sedikit meningkat. Dosis oral harus
dikurangi menjadi tidak lebih dari 0,6 mg setiap hari atau setiap hari lain pada pasien
dengan disfungsi ginjal atau hati. Pasien yang dirawat yang merasakan timbulnya
serangan akut harus meningkatkan dosis menjadi 1 mg setiap 2 jam; dalam kebanyakan
kasus, serangan itu dibatalkan setelah 1 atau 2 mg.
Penghentian profilaksis dapat dicoba jika serum urat Konsentrasi tetap normal dan
pasien bebas gejala selama 1 tahun.
Pasien dengan riwayat artritis gout akut rekuren dan signifikan peningkatan
konsentrasi asam urat serum mungkin paling baik dikelola dengan terapi penurun asam
urat. Kolkisin, 0,5 mg dua kali sehari, kadang-kadang diberikan selama 6 sampai 12
pertama bulan terapi antihyperuricemic untuk meminimalkan risiko serangan akut yang
mungkin terjadi selama inisiasi terapi penurun asam urat.
Level serum dapat diperiksa sekitar 1 minggu setelahnya memulai terapi atau
memodifikasi dosis. Meskipun dosis tipikal adalah 100 hingga 300 mg setiap hari,
kadang-kadang dibutuhkan dosis 600 hingga 800 mg / hari. Dosisnya harus dikurangi
pada pasien dengan insufisiensi ginjal (200 mg / hari untuk CLcr 60 mL / menit atau
kurang, dan 100 mg / hari untuk CLcr 30 mL / menit atau kurang).
Obat Uricosuric
Efek samping utama yang terkait dengan terapi urikosurik adalah iritasi GI, ruam
dan hipersensitivitas, presipitasi artritis gout akut, dan batu pembentukan. Obat ini
dikontraindikasikan pada pasien yang alergi mereka dan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (CLcr <50 mL / menit) atau a riwayat batu ginjal, dan pada pasien yang
kelebihan asam urat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/rheumatoid-arthritis
Junaidi, Adi Saputra, Agus Widodo, and Umi Budi Rahayu. Pengaruh Pemberian