Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NAJMA RISDANINGRUM

NIM : 25000120120030
KELAS : A FKM 2020

RESUME EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR TM 12


Penyakit Arthritis dan Muskuloskeletal: Rheumatoid Arthritis

A. Pengertian Penyakit Rheumatoid Arthritis


Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan “itis” yang berarti
peradangan sehingga arthritis berarti radang pada sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis
adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (umumnya tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan
pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).

B. Klasifikasi Penyakit Rheumatoid Arthritis

Kriteria Definisi
Mornung Stiffness Kekakuan sendi di dalam dan di sekitar sendi, berlangsung
minimal selama 1 jam
Arthritis pada 3 atau lebih Dari pemeriksaan, 3 atau lebih sendi secara simultan
sendi mengalami pembengkakan atau akumulasi cairan (bukan
hanya pertumbuhan tulang). Area yang sering : PIP
kanan/kiri, MCP, pergelangan tangan, siku, lutut, ankle, dan
MTP
Arthritis sendi-sendi Minimal 1 sendi tangan mengalami pembengkakan
tangan (pergelangan tangan, MCP atau PIP)
Arthritis Simetrik Keterlibatan sendi-sendi dalam satu area (seperti disebutkan
pada kriteria 2) pada kedua sisi tubuh / bilateral
Nodul-nodul Rheumatoid Nodul-nodul subkutan diatas penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau regio jukstaarikuler
Rheumatoid Factors Jumlah abnormal dari faktor rheumatoid dengan metode
apapun dimana hasilnya <5% dari subyek kontrol yang
normal
Radiologis Adanya erosi dan dekalsifikasi inekuivokal pada sendi yang
terkena (postero anterior dari radiologi tangan dan
pergelangan tangan).
C. Signifikansi Penyakit Rheumatoid Arthritis
Pravelensi Rheumatoid Arthritis hanya sebesar 1-2% di seluruh dunia. Kejadian Rheumatoid
Arthritis (RA) banyak di alami oleh wanita dibandingkan dengan pria. Wanita yang
menderita Rheumathoid Arthritis (RA) kemungkinan 60% lebih besar meninggal dunia karna
tidak bisa untuk melakukan aktifitas sehari-hari atau mengalami kelumpuhan permanen.

D. Patofisiologi Penyakit Rheumatoid Arthritis


Pada keadaan awal terjadi kerusakan mikrovaskular, edema pada jaringan di bawah
sinovium, poliferasi ringan dari sinovial, infiltrasi PMN, dan penyumbatan pembuluh darah
oleh sel radang dan trombus. Pada Rheumatoid Arthritis yang secara klinis sudah jelas,
secara makros akan terlihat sinovium sangat edema dan menonjol ke ruang sendi dengan
pembentukan vili. Secara mikros terlihat hiperplasia dan hipertropi sel sinovia dan terlihat
kumpulan residual bodies. Terlihat perubahan pembuluh darah fokal atau segmental berupa
distensi vena, penyumbatan kapiler, daerah trombosis dan pendarahan perivaskuler. Pada RA
kronis terjadi kerusakan menyeluruh dari tulang rawan, ligamen, tendon dan tulang.
Kerusakan ini akibat dua efek yaitu kehancuran oleh cairan sendi yang mengandung zat
penghancur dan akibat jaringan granulasi serta dipercepat karena adanya Pannus. (Putra
dkk,2013)

E. Kelompok Risiko Tinggi Rheumatoid Arthritis


 Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit Reumatoid Arthritis
 Kelompok usia 40-60 tahun
 Jenis kelamin perempuan
 Perokok
 Petani, pekerja pertambangan, terpapar silika
 Pola makan
 Obesitas

F. Distribusi Geografis Penyakit Rheumatoid Arthritis


Prevalensi dan gejala klinis yang tampak dapat bervariasi pada populasi yang berbeda;
penyakit ini lebih sering (dan secara umum lebih berat) pada ras kaukasia yang tinggal di
daerah urban Eropa dan Amerika Utara dibandingkan dengan yang tinggal di pedalaman
Afrika. Dari total populasi di Jawa Tengah (4683 di pedesaan dan 1071 di kota), prevalensi
RA sebesar 0,2% pada pedesaan dan 0,3% di kota. Studi ini dibandingkan dengan studi dari
RS. John Hopkins, Amerika Serikat bahwa prevalensi RA di dunia mencapai 1% hingga 2%.
Dan jumlah wanita dengan RA lebih banyak dibandingkan pada pria. Prevalensi meningkat
dengan bertambahnya usia, hampir 5% pada wanita dengan usia diatas 55 tahun.

G. Faktor Risiko Penyakit Rheumatoid Arthritis


1. Tidak Dapat Dimodifikasi
a. Faktor genetik
Faktor genetik berperan 50% hingga 60. Terdapat kaitan antara riwayat dalam
keluarga dengan kejadian Rheumatoid Arthritis pada keturunan selanjutnya.
b. Usia
Rheumatoid Arthritis biasanya terjadi antara usia 40 tahun sampai 60 tahun.
Prevalensi dan keparahan semakin meningkat dengan bertambahnya usia
c. Jenis kelamin
Lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 3:1. Perbedaan pada
hormon seks kemungkinan memiliki pengaruh.
2. Dapat Dimodifikasi
a. Gaya hidup
1) Status sosial ekonomi
Terdapat kaitan antara tingkat pendidikan dan perbedaan paparan saat bekerja
dengan risiko Rheumatoid Arthritis.
2) Merokok
Merokok berhubungan dengan produksi dari rheumatoid factor yang akan
berkembang setelah 10 hingga 20 tahun. Merokok juga berhubungan dengan gen
ACPA-positif dimana perokok menjadi 10 hingga 40 kali lebih tinggi berisiko
dibandingkan bukan perokok.
3) Diet
Daging merah dapat meningkatkan risiko, sedangkan buah-buahan dan minyak
ikan memproteksi kejadian Rheumatoid Arthritis.
4) Infeksi
Terdapat hubungan antara infeksi Epstein Barr virus (EBV) karena virus tersebut
sering ditemukan dalam jaringan synovial pada pasien Rheumatoid Arthritis.
Selain itu, parvovirus B19, Mycoplasma pneumoniae, Proteus, Bartonella, dan
Chlamydia juga memingkatkan risiko RA.
5) Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang meningkatkan risiko adalah petani, pertambangan, dan yang
terpapar dengan banyak zat kimia namun risiko pekerjaan tertinggi terdapat pada
orang yang bekerja dengan paparan silica.
b. Faktor hormonal
Faktor reproduksi yang meningkatkan risiko yaitu pada perempuan dengan sindrom
polikistik ovari, siklus menstruasi ireguler, dan menarche usia sangat muda.
c. Bentuk tubuh
Risiko RA meningkat pada penyandang obesitas atau yang memiliki Indeks Massa
Tubuh (IMT) lebih dari 30.

H. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rheumatoid Arthritis


Pencegahan:
1. Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mengurangi risiko
peradangan
2. Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi
3. Menjaga berat badan
4. Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond, kacang polong, jeruk, bayam,
buncis, sarden, yoghurt, dan susu skim. Selain itu vitamin A,C, D, E juga sebagai
antioksidan yang mampu mencegah inflamasi akibat radikal bebas.
5. Memenuhi kebutuhan air tubuh. Cairan synovial atau cairan pelumas pada sendi juga
terdiri dari air. Dengan demikian diharapkan mengkonsumsi air dalam jumlah yang
cukup dapat memaksimalkan sisem bantalan sendi yang melumasi antar sendi, sehingga
gesekan bisa terhindarkan.
6. Merokok merupakan faktor risiko penyakit sehingga salah satu upaya pencegahan yang
bisa dilakukan masyarakat ialah tidak menjadi perokok akif maupun pasif
Pengendalian:
1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang dapat
diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan
sebagainya.
2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat,
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal
maupun kombinasi.
3. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge”
terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru
muncul setelah 4-16 minggu.
4. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya dapat
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui pemakaian tongkat, pemasangan
bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.
5. Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dapat
dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi,
arthrodesis, total hip replacement, dan sebagainya. (Kapita Selekta, 2014)

I. Area Penelitian dan Pengembangan Penyakit Rheumatoid Arthritis


Menurut Arthritis Foundation (2015) dalam (Chabib, Ikawati, Martien, & Ismail, 2016),
sekitar 3% atau 1,5 juta orang dewasa mengalami RA (Arthritis Foundation, 2015). RA
terjadi pada 0,5-1% populasi orang dewasa di negara maju. Di Indonesia jumlah penderita
reumatoid arthritis pada tahun 2013 berjumlah 27,7% dan prevalensi reumatoid arthritis
untuk wilayah Papua Barat berjumlah 15,5% menurut riset kesehatan dasar. (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
SOAL

1. Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti …. dan “itis” yang berarti….
A. Sendi, tulang
B. Tulang, sendi
C. Peradangan, sendi
D. Sendi, peradangan
E. Tulang, otot
2. Kekakuan sendi di dalam dan di sekitar sendi, berlangsung minimal selama 1 jam,
merupakan definisi dari....
A. Mornung Stiffness
B. Arthritis pada 3 atau lebih sendi
C. Arthritis sendi-sendi tangan
D. Arthritis Simetrik
E. Nodul-nodul Rheumatoid
3. Di bawah ini termasuk kedalam kelompok risiko tinggi penyakit rheumatoid arthritis,
kecuali….
A. Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit Reumatoid Arthritis
B. Kelompok usia 40-60 tahun
C. Jenis kelamin perempuan
D. Perokok
E. Ibu hamil
4. Di bawah ini termasuk faktor risiko penyakit rheumatoid arthritis yang tidak dapat
dimodifikasi, kecuali....
A. Faktor genetik
B. Usia
C. Jenis kelamin
D. Gaya hidup
E. Semua jawaban salah
5. Pengendalian penyakit rheumatoid arthritis yang diberikan sejak awal untuk menangani nyeri
sendi akibat inflamasi yaitu….
A. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug (NSAID)
B. Disease-Modifying Antirheumatic Drug (DMARD)
C. Kortikosteroid
D. Rehabilitasi
E. Pembedahan
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Ahmad. (2019). Rheumatoid Arthritis. JK Unila: Vol. 3 (1), 167-175. Diakses melalui
http://repository.lppm.unila.ac.id/21616/1/Dosen%20A_%20Fauzi%20-%20Copy.pdf.
Kartini, dkk. (2019). Hubungan antara Nyeri Reumatoid Artritis dengan Kemandirian ADL pada
Lansia. Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Sorong. Diakses melalui
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/68-Article%20Text-261-1-10-20191204.pdf.
Masyeni, Ketut Ayu Manik. (2018). Rheumatoid Arthritis. Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSUP Sanglah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diakses
melalui http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/20541/1/7ecfc9533b3d0c63e52385ece00081a8.pdf.

Anda mungkin juga menyukai