PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG(1)
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Manifestasi
klinik klasik AR adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai sendi sendi
kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan sinovial sendi, AR juga bisa mengenai
organ organ diluar persendian seperti kulit, jantung, paru paru dan mata.
Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskuler, infeksi,
penyakit ginjal, keganasan dan adanya komorbiditas. Menegakkan diagnosis dan
memulai terapi sedini mungkin, dapat menurunkan progresifitas penyakit. Metode
terapi yang dianut saat ini adalah pendekatan piramid terbalik (reverse
pyramid),yaitu pemberian DMARD sedini mungkin untuk menghambat
perburukan penyakit. Bila tidak mendapat terapi yang adekuat, akan terjadi
destruksisendi, deformitas, dan disabilitas. Morbiditas dan mortilitas AR
berdampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi. Kemajuan yang cukup pesat
dalam pengembangan DMARD biologik, memberi harapan baru dalam
penatalaksanaan penderita AR.
Pada kebanyakan populasi didunia prevalensi AR relatif konstan yaitu
berkisar antara 0,5 1%.prevalensi yang tinggi didapatkan di Pima Indian dan
Chippewa Indian masing masing sebesar 5,3% dan 6,8%. Prevalensi AR di india
dan di negara barat kurang lebih sama yaitu 0,75%. Sedangkan di China,
Indonesia, dan Philipina prevalensinya kurang dar 0,4%, baik didaerah urban
maupun rural. Hasil survey yang dilakukan di Jawa Tengah mendapatkan
prevalensi AR sebesar 0,2% di daerah rural dan 0,3% di daerah urban. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di Malang pada penduduk berusi diatas 40 tahun
mendapatkan prevalensi AR sebesar 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di
daerah kabupaten. Di Poliklinik Reumatologi di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta, kasus baru AR merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan
pada periode Januari s/d Juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus AR dari
jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 orang (15,1%). Prevalensi AR lebih
banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki laki dengan rasio
3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur, dengan angka kejadian tertinggi
didapatkan pada dekade keempat dan kelima.
I.2
TUJUAN UMUM
Untuk memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Farmasi
RSU Jayapura.
I.3
TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui dan mempelajari penyebab terjadinya artritis
reumatoid pada penderita.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan atau penanganan pada penderita
artritis reumatoid.
BAB II
2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II. 1 DEFINISI(2)
Artritis reumatoid adalah gangguan autoimun yang menimbulkan destruksi
lapisan sinovial pada sendi. Artritis reumatoid lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria dengan faktor 3:1, namun artritis reumatoid berkurang selama fase
luteal siklus menstruasi dan selama kehamilan-kensentrasi progesteron yang pada
saat ini dianggap menghambat beberapa proses inflamasi yg terlibat. Banyak jenis
sel dan mediator inflamasi terlibat dalam penyakit ini, namun beberapa interaksi
sitokin saraf yang mungkin terjadi patut mendapat catatan khusus. Konsentrasi
interleukin-1 dan faktor nekrosis tumor tinggi pada cairan sinovial pasien yang
mengalami artritis reumatoid. Sitokin ini menstimulasi pelepasan supstansi P,
yang secara berturut-turut menstimulasi beberapa proses proinflamasi, yang
mencakup peningkatan produksi interleukin-1 dan faktor nekrosis tumor. Dengan
demikian, siklus umpan balik positif destruktif dimulai.
II.2 ETIOLOGI(2)
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan
setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya
adalah bakteri, mikloplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi
secara antigenik. Biasanya respons antibodi awal terhadap mikroorganisme
diperantarai oleh IgG. Walaupun respons ini berhasil menghancurkan organisme,
individu yang mengalami AR mulai membentuk antibodi lain, biasanya IgM atau
IgG, terhadap antibodi IgG awal. Antibodi yang ditujukan ke komponen tubuh
sendiri ini disebut faktor reumatoid. Faktor reumatoid menetap di kapsul sendi
sehingga menyebabkan inflamasi kronis dan kerusakan jaringan. RA diperkirakan
terjadi karena predisposisis genetik terhadap penyakit autoimun. Wanita lebih
sering terkena daripada pria. Ada bukti kuat menunjukkan bahwa berbagai sitokin,
terutama faktor nekrosis tumor alfa (tumor necrosis factor alpha TNF-),
menyebabkan siklus inflamasi dan kerusakan sendi.
FAKTOR INFEKSI(1)
Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit tersebut
seperti tampak pada Tabel 1. Organisme ini diduga menginfeksi sel induk semang
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya
penyakit. Walaupun belum ditemukan agen infeksi yang secara nyata terbukti
sebagai penyebab penyakit.
Tabel 1. Agen Infeksi yang Diduga sebagai agen penyebab penyakit
Artritis Reumatoid
Agen infeksi
Mycoplama
Parvovirus B19
Retrovirus
Enteric bacteria
Mycobacteria
Epstein Barr virus
Bacterial C walls
Mekanisme patogenik
Infeksi sinovial langsung, superantigen
Infeksi sinovial langsung
Infeksi sinovial langsung
Kemiripan lokal
Kemiripan lokal
Kemiripan lokal
Aktivasi makrofag
II.3 PATOFISIOLOGI(2)
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffnes). Pasien mersa kaku pada
persndian dan di sekitarnya pada saat bangun tidur sampai sekurangkurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau efusi, bukan pembesaran tulang
(hiperostosis). Terjadi pada sekurnag-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang
memenuhi kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang,
pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan
kanan.
3. Arthritis
pada
persendian
tangan.
Sekurang-kurangnya
terjadi
Pada
penderita
arthritis
rheumatoid
stadium
awal
mungkin
sulit
manfaat
jangka
pendek.
Penggunaan
terapi
herbal,
10
Naproksen
Indikasi
Pengobatan gejala RA, OA, spondilitis ankilosa, gout akut, nyeri pasca
operasi, dismenore primer
Dosis
RA, OA, Spondilitis ankilosa 550mg atau 825 mg/hari dalam 2 dosis terbagi
(pagi dan malam) maksimal 1100mg/hari.
Gout akut: awal 825mg, selanjutnya 275mg dengan interval 8 jam.
Nyeri pasca operasi dan dismenore primer: awal 550mg selanjutnya 275mg
tiap 6-8 jam. Dosis total maksimum 1375mg/hari.
PO berikan segera sesudah makan.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Naproksen. Pasien yang mengalami sindroma asma,
rhinitis dan polip hidung karena aspirin atau analgesik atau AINS lain.
Hamil trimester III, laktasi.
Peringatan
Tidak untuk anak dibawah 16 tahun, riwayat penyakit gastrointestinal,
pasien lansia dan lemah, gangguan fungsi hati dan ginjal. Hamil terutama
trimester I.
Efek samping
Sakit kepala, mengantuk, pusing, edema, palpitasi, takikardi, mual,
dispepsia, muntah, diare, tinitus, alopesia, angioedema, perdarahan
gastrointestinal, trombositopenia, eosinofilia, anemia aplastik, gangguan
pengelihatan, eritema multiforme, sindroma nefrotik.
BSO kapsul 500mg
Ketoprofen
Indikasi
Mengobati gejala RA, spondilitis ankilosa, gout, OA.
Dosis
12
100mg dalam, pada kasus berat dapat ditingkatkan menjadi 200mg. Lama
terapi : 5-10 hari.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap aspirin atau AINS lain. Punya riwayat asma bronkial,
alergi, urtikaria, atau rhinitis. Ulkus gastroduodenum.
Peringatan
Pasien dengan gagal ginjal, peningkatan asam lambung, hamil, laktase.
Efek Samping
Gangguan gastrointestinal, syok anafilaktik (jarang). Konstipasi, dispepsia,
nyeri abdomen, pusing, sakit kepala, vertigo, insomnia, perdarahan,
perforasi, ruam, gangguan fungsi hati dan ginjal, trombositopenia.
Bronkospasme (jarang).
BSO Ampul 50mg/ml
Deksketoprofen
Indikasi
Nyeri muskuloskeletal akut, dismenore, sakit gigi, nyeri pasca operasi.
Dosis
Tablet 12,5mg tiap 4-6 jam atau 25mg tiap 8 jam.
Nyeri pasca operasi 25mg tiap 8 jam maximum 75mg. Ampul 50mg/ml tiap
8-12 jam dosis IV atau IM maksimum 150mg.
PO berikan 30 menit sebelum makan, terutama untuk meredakan nyeri aku
dengan cepat.
Kontraindikasi
Riwayat serangan asma, bronkospasme, rhinitis akut atau polik nasal,
urtikaria atau edema angioneurotik, tukak lambung atau dispepsia kronik,
perdarahan lambung, penyakit Crohn atau kolitis ulserativ, gagal jantung
berat, disfungsi ginjal sedang sampai berat, disfungsi hati berat, diatesis
hemoragik, gangguan pembekuan darah, terapi antikoagulan, hamil, laktasi.
Peringatan
Riwayat alergi obat, esofagitis, gastritis dan ulkus peptik. Kelainan darah
atau SLE atau penyakit jaringan ikat tipe campuran. Fungsi hati atau ginjal
abnormal. Mendapat terapi diuretik. Dapat mengganggu kemampuan
mengemudi atau menjalankan mesin. Anak, lansia.
BSO tablet salut selaput 25mg, ampul 50mg/2ml.
Natrium Diklofenak
Indikasi
13
Sebagai terapi awal dan akut untuk rematik yang disertai inflamasi dan
degeneratif (artritis rematoid, ankylosing spondylitis, osteoartritis dan
spondilartritis), sindroma nyeri dan kolumna vertebralis, rematik nonartikular, serangan akut dari gout, nyeri pasca bedah.
Peringatan menyusui
Kontraindikasi
Porfiria, hemoragik diatesis, riwayat perdarahan cerebrovaskular, riwayat
asma, gangguan fungsi ginjal sedang atau berat, hipovolemi, dehidrasi.
Efek samping
(Supposituria) bisa mengakibatkan iritasi rektum, reaksi pada tempat
penyuntikan.
Dosis
Oral: 75-150mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan. Injeksi
Intramuskular dalam ke dalam otot panggul, untuk nyeri pascabedah dan
kambuhan akutnya, 75mg sekali sehari (pada kasus berat 2 kali sehari)
untuk pemakaian maksimum 2 hari.
Kolik ureter: 75mg kemudian untuk 75mg lagi 30 menit berikutnya bila
perlu. Rektal dan supposituria, 75-150mg per hari dalam dosis terbagi.
Dosis maksimum sehari untuk setiap cara pemberian 150mg.
BSO
Natrium diklofenak (Generik) tablet salut enterik 25 mg dan 50mg.
Voltaren (Novartis Indonesia) Supposituria 50mg, 100mg. Cairan injeksi
25mg/ml, 75mg/3ml. Tablet salut enterik 25mg dan 50mg.
Indometasin
Indikasi
Nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada kasus reumatik dan
gangguan muskuloskeletal akut lainnya, gout akut, dismenore, penutupan
duktus arteriosus.
Peringatan
Hati-hati pada kasus epilepsi, parkinsonismus, gangguan kejiwaan. Pada
terapi yang lama pemeriksaan mata dan darah sangat dianjurkan , hindari
pemberian rektal pada proktitis dan hemoroid.
Efek samping
Gangguan cerna, sakit kepala, pusing dan kepala terasa ringan, tukak dan
perdarahan pada lambung dan usus.
Dosis
Oral: penyakit rematik, 50-200mg sehari dalam dosis terbagi, bersama
makanan.
14
Asam Mefenamat
Indikasi
Meredakan nyeri ringan hingga sedang pada sakit kepala, sakit gigi,
dismenore primer, juga nyeri traumati, otot dan pasca operasi.
Dosis
Dewasa: awal 500mg dilanjutkan 250mg per 6 jam.
PO berikan segera sesudah makan
Kontraindikasi
Tukak gastrointestinal, gastrointestinal atau penyakit inflamasi pada saluran
cerna bawah. Gagal hati atau ginjal, bronkospasme, rhinitis alergika dan
urtikaria jika diterapi dengan aspirin (asam asetilsalisilat) atau AINS lain.
Terapi nyeri perioperasi pada bedah pintas koroner atau CABG (Coronary
Artery Bypass Graft Surgery).
Peringatan
Kejadian kardivaskuler, hipertensi, reaksi kulit, efek pada ginjal, asma
akibat penggunaan AINS atau salisilat. Hamil dan laktasi.
Efek Samping
Gangguan Gastrointestinal, mengantuk, hipersensitiv, diare, anafilaksis,
gelisah, agranulositosis, anemia aplastik, hipoplasia sumsum tulang,
leukopenia, hipotensi.
BSO tablet salut selaput 500mg.
Fenilbutazon
Indikasi
Ankylosing spondylitis jika terapi lain tidak sesuai.
Peringatan
Hitung darah sebelum dan selama pengobatan jika digunakan lebih dari 7
hari, pasien lansia, menyusui, kelainan alergi.
Kontraindikasi
15
16
17
Parekoksib Na
Indikasi
Terapi jangka pendek untuk nyeri pasca operasi.
Dosis
40mg iv atau im diikuti dengan 20-40mg tiap 6-12 jam, maksimal 80mg per
hari.
Lansia lebih dari atau sama dengan 65 tahun, berat badan kurang dari 50
kg, dosis lazim. Maksimal 40mg per hari.
Kontraindikasi
Hipersensitiv terhadap sulfonamid, bronkospasme, rhinitis akut, polip nasal,
edema angioneurotik, reaksi tipe alergi sudah menggunakan asam
asetilsalisilat atau AINS atau penghambat siklooksigenase 2 selektif lain.
Gangguan hati berat, tukak peptik aktif, atau perdarahan GI, penyakit
inflamasi usus besar, gagal jantung kongestif berat. Pengobatan nyeri pasca
segera sesudah pembedahan coronary artery bypass graft (CABG). Hamil
(trimester III) dan laktasi.
Peringatan
AINS dapat menyebabkan peningkatan resiko trobotik kardiovaskuler yang
serius, infark miokard, dan stroke yang dapat berakibat fatal. Pembedahan
coronary artery bypass graft (CABG) gangguan ginjal, hipertensi, gangguan
jantung atau hati, retensi cairan, dehidrasi. Resiko tukak, perdarahan, dan
perforasi GI. Gagal jantung kongestif dan edema.
Efek Samping
Hipertensi, hipotensi, nyeri punggung, edema perifer, hipoestesia, osteitis
alveolar, dispepsia, kembung, peningkatan kreatinin, hipokalemia, agitasi,
insomnia, anemia pasca operasi, faringitis, insufisiensi pernapasan, pruritus
oliguria.
BSO vial 40mg.
KORTIKOSTEROID
KORTIKOSTEROID SISTEMIK
Prednison
Indikasi
keadaan alergi, peradangan, dan penyakit lain yang perlu pengobatan
dengan glukokortikoid seperti rematik, penyakit kolagen, penyakit kulit.
18
Dosis
Dewasa 1-4 tablet/hari
Kontraindikasi
Tukak peptik, TBC aktif, osteoporosis, gangguan saraf, gangguan ginjal,
gangguan jantung. Infeksi jamur sistemik, herpes simpleks okuler.
Peringatan
Hindari penghentian terapi secara mendadak pada penggunaan jangka
panjang. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan katarak
subkapsular posterior, glaukoma, dengan kemungkinan kerusakan saraf
mata dan meningkatkan infeksi okular sekunder karena jamur dan virus.
DM. Penderita hipotiroid dan sirosis. Penderita gagal jantung, infeksi, gagal
ginjal kronik. Usia lanjut. Anak. Hamil, laktasi.
Efek Samping
Gangguan cairan dan elektrolit. Retensi Na dan cairan, kehilangan Kalium,
alkalosis hipokalemia, hipertensi, gagal jantung kongestif, gangguan
muskuloskeletal, GI, kulit, neurologi, endokrin, mata, metabolit. Reaksi
anafilaksis.
BSO : tablet 5mg.
INJEKSI KORTIKOSTEROID LOKAL
Dexamethasone
Indikasi
Hiperplasi adrenal kongenital, tiroiditis non suppuratif, asma bronkial,
rinithis alergica, konjungtivitis alergi, penyakit neoplastikm, penyakit kulit
karena alergi dan radang.
Dosis
Tablet 1-4 tablet per hari dalam dosis terbagi, ampul 1-2 ml IM/IV. Dosis
dapat di tingkatkan pada penyakit berat.
Pemberian obat : sesudah makan
Kontra indikasi
Tukak peptic, osteoporosis,psikosis atau psikoneurosis, TB aktif atau latem;
infeksi akut; vaksin hidup.
19
Peringatan
Hipertensi, gagal jantung kongestif, DM, penyakit infeksi , gagal ginjal
kronik, uremia; usia lanjut; hamil.
Efek Samping
Retensi cairan dan garam, edema, hipertensi, gangguan mental, pankreatitis
akut, osteonecrosis asepsis, amenore, hyperhidrosis, kelemahan otot,
sindroma cushing, peningkatan TIO, gangguan penglihatan, atrofi local,
peningkatan napsu makan, retardasi ( gangguan ) pertumbuhan.
BSO: tablet 500 mcg, ampul 5 mg/ml.
Hydrocortisone Asetat
Indikasi
Dermatitis atopic, kontak, alergi; pruritus anogenital, neurodermatitis.
Dosis : oleskan 3-4 kali sehari.
Kontra indikasi
Penyakit virus, infeksi jamur dan bakteri pada kulit,acne, dermatitis perioral,
laktasi.
Peringatan
Penggunaan jangka lama atau pada area tubuh yang luas, hamil, bayi dan
anak kurang dari 4 tahun. Hindari kontak dengan mata.
Efek samping
Atropi kulit setempat ( pemakaian jangka lama dan terus menerus).
Hilangnya jaringan kolagen kulit. Hiperkostikisme,, gatal, folikulitis,
hipertrikosis, erupsi yang menyerupai akne, hipopigmentasi, dermatitis
kontak alergi dan perioral, maserasi kulit, infeksi sekunder, striae, dan
miliaria.
BSO krim 1 %, krim 2,5%
20
Cortisone Asetat
Indikasi
Syok anafilaksis, syok pembedahan, syok septik dan kondisi alergi akut
misalnya rhinitis alergi, dermatosis alergi, edema, angioneurotik, serum
sickness, sensitivitas terhadap obat; asma, AR dan variannya, sindrom
adrenogenital, artritis gout akut, crisis tiroid, bells palsy.
Dosis
Kondisi kronik 25-50 mg 1 kali sehari. Kondisi akut 25-100 mg 1 kali
sehari. Syok 100-300 mg per hari dalam dosis terbagi. Untuk
mempertahankan respon klinik yang adekuat, dosis harus di kurangi secara
bertahan hingga dosis terendah sesudah diperoleh respon yang memuaskan.
Peringatan
TBC aktif maupun yang sudah sembuh, herpes simpleks okuler,
ketidakstabilan emosi atau kecenderungan psikosis, penyakit jantung atau
gagal jantung kongestif, tukak peptic, DM, osteoporosis.
BSO : vial 20 mg/ml
Triamsinolon
Indikasi
Asma bronkial, rhinitis alergi, AR, urtikaria dermatitis atopic dan dermatitis
kontak.
Dosis
Dewasa dan anak kurang lebih sama dengan 12 tahun 4- 48 mg per hari.
Anak kurang dari 12 tahun 416 mcg sampai 1,7 mg per kg berat badan per
hari.
Pemberian oral : sesudah makan
Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik, TBC, hipersensitiv terhadap kortikosteroid.
21
Peringatan
Hipertensi, herpes simpleks ocular, sirosis, hipotiroidisme, colitis ulseratif
non spesifik, DM.
Efek Samping
Gangguan keseimbangan tubuh dan elektrolit, miopati steroid, kelemahan
otot, tukak peptic, osteoporosis, purpura, striae, hiperpigmentasi.
BSO : tablet 4 mg, injeksi 40 mg/ml.
OBAT YANG MENEKAN PROSES PENYAKIT RHEUMATIK
IMUNOSUPRESAN
Methotrexate
Indikasi
Terapi untuk prosiasis berat tak terkontrol dan autoimunopati yang tidak
responsive terhadap terapi konvensional. Tumor maligna hemoblastosis.
Dosis
Psoriasis awal 10-25 mg/minggu. AR 7,5 MG/minggu. Maksimal 20 mg per
minggu.
Neoplasia dosis tergantung tiap individu. Injeksi tumor maligna dan
hemablastosis
berikan
secara
infus
IV, IM,
IA,
intratekal
dan
Kontraindikasi
Hamil dan laktasi. Disfungsi ginjal atau hati. Gangguan system
hemapoietik, penyalagunaan alcohol, infeksi, ulkus rongga mulut atau
saluran GI, luka operasi yang baru.
Peringatan
Gangguan fungsi sumsum tulang setelah pemberian radioterapi, kemoterapi
atau obat-obatan secara intensif, pasien dengan keadaan umum buruk, anak,
lanjut usia.
Efek Samping
Mual,
muntah,
sulit
menelan,
stomatitis,
faringitis,
leukopenia,
Azatioprin
Indikasi
Pengobatan pada pasien yang menerima transplantasi organ, hepatitis aktif
kronik, AR berat, lupus ertiematous sistemik, dermatomiositis, pemfigus
vulgaris, poliarteritis nodosa, anemia hemolitik yang didapat, pyoderma
gangrenosa, purpura trombositopenia idiopatik.
Dosis
Supresi reaksi penolakan transplantasi awal 3-5mg/kgBB lalu dilanjutkan
dengan 1-3mg/kgBB/hari untuk dosis rumat. Terapi untuk semua kondisi
dosis lazim 2-2,5mg/kgBB/hari per oral.
Hepatitis aktif kronik, 1-1,5mg/kgBB/hari peroral.
PO dengan atau tanpa makanan, lebih dianjurkan untuk diberikan pada saat
atau sesudah makan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap 6-merkaptopurin. Hamil
Peringatan
Monitor hitung darah lengkap tiap minggu selama 8 minggu pertama terapi,
terutama yang mendapat dosis tinggi atau mengalami gangguan fungsi
ginjal/hati berat. Hentikan terapi secara bertahap. Defisiensi enzim
23
24
PENGHAMBAT SITOKIN
Adalimumab
Indikasi
Mengurangi gejala dan mencegah kerusakan struktur pada reumatoid artritis
sedang-berat yang aktif dan tidak memberi respon yang memadai pada
pemberian satu atau lebih DMARDs.
Peringatan
Gangguan hati, gangguan ginjal, hindari pada kegagalan fungsi hati,
kerusakan selubung myelin saraf pada SSP.
Kontraindikasi
25
Sulfasalazine
Indikasi
colitis ulseratif ringan sampai sedang, colitis Crohn, AR.
Dosis
Lazim dewasa 2-4 kapsul per hari dalam dosis terbagi.
Anak 40-60 mg/kg berat badan per hari diberikan dalam 3 dosis terbagi.
Pemeliharaan dewasa 2 gram per hari dalam 4 dosis terbagi.
Anak 40 mg/kg berat badan per hari dalam 4 dosis terbagi.
AR dewasa 2 capsul 2-3 kali sehari.
Pemberian obat berikan sesudah makan. Pastikan kecukupan asupan cairan.
Kontra indikasi
hipertensi terhadap sulfonamide dan salisilat. Porfiria. Anak kurang dari 2
tahun.
Peringatan
gangguan hati atau ginjal, diskrasia darah, defisiensi G6PD.
26
Efek Samping
mual, anoreksia, peningkatan suhu tubuh, eritema dan pruritus, sakit kepala.
Jarang, reaksi hematologi, GI, SSP, ginjal, dan kulit.
BSO kapsul salut enterik 500 mg
Infliksimab
Indikasi
Reumatoid artritis, penyakit Crohn.
Peringatan
kerusakan hati, kerusakan ginjal, monitor infeksi sebelum, selama dan 6
bulan setelah terapi; gagal hati, kerusakan selubung myelin saraf pada SSP.
Kontraindikasi
Kehamilan, menyusui, infeksi yang berat,
Efek Samping
Dispepsia, diare, konstipasi, hepatitis, kolesistitis, divertikulitis, perdarahan
saluran
cerna,
kemerahan,
bradikardi,
aritmia,
palpitasi,
sinkop,
27
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan
setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya
adalah bakteri, mikloplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi
secara antigenik.
Pennatalaksanaan artritis rheumatoid meliputi:
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksaan yang akan
2.
3.
4.
5.
dilakukan
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Disease Modifying Artritis Rheumatoid Drugs (DMARDs)
Rehabilitas bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
Pembedahan.
III.2 SARAN
28
29