Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1

LATAR BELAKANG(1)
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi

sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Manifestasi
klinik klasik AR adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai sendi sendi
kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan sinovial sendi, AR juga bisa mengenai
organ organ diluar persendian seperti kulit, jantung, paru paru dan mata.
Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskuler, infeksi,
penyakit ginjal, keganasan dan adanya komorbiditas. Menegakkan diagnosis dan
memulai terapi sedini mungkin, dapat menurunkan progresifitas penyakit. Metode
terapi yang dianut saat ini adalah pendekatan piramid terbalik (reverse
pyramid),yaitu pemberian DMARD sedini mungkin untuk menghambat
perburukan penyakit. Bila tidak mendapat terapi yang adekuat, akan terjadi
destruksisendi, deformitas, dan disabilitas. Morbiditas dan mortilitas AR
berdampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi. Kemajuan yang cukup pesat
dalam pengembangan DMARD biologik, memberi harapan baru dalam
penatalaksanaan penderita AR.
Pada kebanyakan populasi didunia prevalensi AR relatif konstan yaitu
berkisar antara 0,5 1%.prevalensi yang tinggi didapatkan di Pima Indian dan
Chippewa Indian masing masing sebesar 5,3% dan 6,8%. Prevalensi AR di india
dan di negara barat kurang lebih sama yaitu 0,75%. Sedangkan di China,
Indonesia, dan Philipina prevalensinya kurang dar 0,4%, baik didaerah urban
maupun rural. Hasil survey yang dilakukan di Jawa Tengah mendapatkan
prevalensi AR sebesar 0,2% di daerah rural dan 0,3% di daerah urban. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di Malang pada penduduk berusi diatas 40 tahun
mendapatkan prevalensi AR sebesar 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di
daerah kabupaten. Di Poliklinik Reumatologi di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta, kasus baru AR merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan

pada periode Januari s/d Juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus AR dari
jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 orang (15,1%). Prevalensi AR lebih
banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki laki dengan rasio
3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur, dengan angka kejadian tertinggi
didapatkan pada dekade keempat dan kelima.
I.2

TUJUAN UMUM
Untuk memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Farmasi
RSU Jayapura.

I.3

TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui dan mempelajari penyebab terjadinya artritis
reumatoid pada penderita.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan atau penanganan pada penderita
artritis reumatoid.

BAB II
2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II. 1 DEFINISI(2)
Artritis reumatoid adalah gangguan autoimun yang menimbulkan destruksi
lapisan sinovial pada sendi. Artritis reumatoid lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria dengan faktor 3:1, namun artritis reumatoid berkurang selama fase
luteal siklus menstruasi dan selama kehamilan-kensentrasi progesteron yang pada
saat ini dianggap menghambat beberapa proses inflamasi yg terlibat. Banyak jenis
sel dan mediator inflamasi terlibat dalam penyakit ini, namun beberapa interaksi
sitokin saraf yang mungkin terjadi patut mendapat catatan khusus. Konsentrasi
interleukin-1 dan faktor nekrosis tumor tinggi pada cairan sinovial pasien yang
mengalami artritis reumatoid. Sitokin ini menstimulasi pelepasan supstansi P,
yang secara berturut-turut menstimulasi beberapa proses proinflamasi, yang
mencakup peningkatan produksi interleukin-1 dan faktor nekrosis tumor. Dengan
demikian, siklus umpan balik positif destruktif dimulai.
II.2 ETIOLOGI(2)
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan
setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya
adalah bakteri, mikloplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi
secara antigenik. Biasanya respons antibodi awal terhadap mikroorganisme
diperantarai oleh IgG. Walaupun respons ini berhasil menghancurkan organisme,
individu yang mengalami AR mulai membentuk antibodi lain, biasanya IgM atau
IgG, terhadap antibodi IgG awal. Antibodi yang ditujukan ke komponen tubuh
sendiri ini disebut faktor reumatoid. Faktor reumatoid menetap di kapsul sendi
sehingga menyebabkan inflamasi kronis dan kerusakan jaringan. RA diperkirakan
terjadi karena predisposisis genetik terhadap penyakit autoimun. Wanita lebih
sering terkena daripada pria. Ada bukti kuat menunjukkan bahwa berbagai sitokin,

terutama faktor nekrosis tumor alfa (tumor necrosis factor alpha TNF-),
menyebabkan siklus inflamasi dan kerusakan sendi.
FAKTOR INFEKSI(1)
Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit tersebut
seperti tampak pada Tabel 1. Organisme ini diduga menginfeksi sel induk semang
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya
penyakit. Walaupun belum ditemukan agen infeksi yang secara nyata terbukti
sebagai penyebab penyakit.
Tabel 1. Agen Infeksi yang Diduga sebagai agen penyebab penyakit
Artritis Reumatoid
Agen infeksi
Mycoplama
Parvovirus B19
Retrovirus
Enteric bacteria
Mycobacteria
Epstein Barr virus
Bacterial C walls

Mekanisme patogenik
Infeksi sinovial langsung, superantigen
Infeksi sinovial langsung
Infeksi sinovial langsung
Kemiripan lokal
Kemiripan lokal
Kemiripan lokal
Aktivasi makrofag

II.3 PATOFISIOLOGI(2)

Artritis reumatoid (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang


menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang
biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang
melapisi sendi. Pada artritis reumatoid, inflamasi tidak berkurang dan menyebar
ke struktur sendi di sekitarnya, termasuk kartilago artikular dan sendi kapsul sendi
fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami inflamasi. Inflamasi ditandai
oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif dan
pembentukkan jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih
lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respons inflamasi. Sinovium yang menebal
menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat
menyebar ke seluruh sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukkan
jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.

II.4 PRENSENTASE KLINIS(1)

1. Kaku pada pagi hari (morning stiffnes). Pasien mersa kaku pada
persndian dan di sekitarnya pada saat bangun tidur sampai sekurangkurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau efusi, bukan pembesaran tulang
(hiperostosis). Terjadi pada sekurnag-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang
memenuhi kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang,
pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan
kanan.
3. Arthritis

pada

persendian

tangan.

Sekurang-kurangnya

terjadi

pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera diatas.


4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak
bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak.
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terapat titer abnormal faktor
rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara memberikan hasil positif
kurang dari 5% kelompok kontrol.
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan
sinar rontgen tangan posterioranterior atau pergelangan tangan, yang
harus menunjukan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
II.5 DIAGNOSIS(1)

Pada

penderita

arthritis

rheumatoid

stadium

awal

mungkin

sulit

menegakkan diagnosis definitive dengan menggunakan criteria ini. Pada


kunjungan awal penderita harus ditanyatakan dalam derajat nyeri, durasi atau
kekakuan dan kelemahan serta keterbatasan fungsional. Pemeriksaan sendi
dilakukan secara teliti untuk mengamati adanya cirri-ciri seperti kaku pada pagi
hari (morning stiffnes), arthritis pada 3 persendian, arthritis pada persendian
tangan, arthritis yang simetrik, nodul rheumatoid, faktor rheumatoid serum positif
dan perubahan gambar radiologis.
II.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG(1)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak banyak berperan dalam diagnosis arthritis rheumatoid, namun dapat
menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :
a. Tes factor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien arthritis
rheumatoid terutama bila masih aktif.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normostik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang
terseringadalah sendi metatarsofalang dan biasanya simertris. Sendi
sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya sering terjadi pembengkakan
jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi ruang
sendi dan erosi.
II.7 PENATALAKSANAAN(3)
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan :
a. Aspirin

b. Ibuprofen, naproksen, priksikam, diklofenak.


3. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat arthritis rheumatoid.
a. Hidroksilklorokuin atau klorokuin fosfat,
b. Sulfasalizin
c. D-penisilamin
d. Garam emas adalah gold standard bagi DAMRD.
e. Obat imunosupresif atau imunoregulator. Metotreksat
f. Kortikosteroid,
4. Rehabilitas, bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya
antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan,
pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit
pada sendi berkurang atau minimal. Bila tidak juga berhasil, mungkin
diperlukan pertimbangan untuk tindakan operatif. Sering pula diperlukan
alat-alat. Karena itu, pengertian tentang rehabilitasi termasuk :
a. Pemakaian alat bidai, tongkat/tongkat penyangga, walking machine,
kursi roda, sepatu dan alat.
b. Alat ortotik protetik lainnya.
c. Terapi mekanik.
d. Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi.
e. Occupational therapy
5. Pembedahan.
Jika berbagai cara pengobatan dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat
alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis
pengobatan ini pada pasien artrtitis reumatoid umumnya bersifat
ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total hip replacement, dan
memperbaiki deviasi ulnar.
TERAPI NON FARMAKOLOGIK(1)
Beberapa terapi non farmakologik telah dicoba pada penderita AR. Terapi
puasa, suplementasi asam lemak esensial, terapi spa dan latihan,
menunjukkan hasil yang baik. Pemberian suplemen minyak ikan bisa
digunakan sebagai NSAID-sparing agents pada penderita AR. Memberikan
edukasi dan pendekatan multidisiplin
memberikan

manfaat

jangka

dalam perawatan penderita, bisa

pendek.

Penggunaan

terapi

herbal,

acupuncputure dan splinting belum didapatkan bukti yang menyakinkan.


Pembedahan harus dipertimbangkan bila:

1. Terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi yang


skstensif
2. Keterbatasan gerak yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang berat
3. Ada ruptur tendon.
TERAPI FARMAKOLOGIK(1)
Farmakoterapi untuk penderita AR pada umumnya meliputi obat antiinflamasi non steroid (OAINS) untuk mengendalikan nyeri, glukokortikoid,
dosis rendah atau intraartikular dan DMARD. Analgetik lain juga mungkin
digunakan seperti acetaminophen, opiate, diproqualone dan lidokain topical.
Pada dekade terdahulu, terapi farmakologik untuk AR menggunakan
pendekatan piramid yaitu : pemberian terapi untuk mengurangi gejala
dimulai saat diagnosis ditegakkan dan perubahan diagnosis atau
penambahan terapi hanya diberikan bila terjadi perburukan gejala.
Tetapi saat ini pendekatan piramid terbalik lebih disukai, yaitu pemberian
DMARD sedini mungkin untuk menghabat perburukan penyakit.
Perubahan pendekatan ini merupakan hasil yang didapat dari beberapa
penelitian yaitu :
1. Kerusakan sendi sudah terjadi sejak awal penyakit
2. DMARD memberikan manfaat yyang bermakna bila diberikan sedini
mungkin
3. Manfaat DMARD bertambah bila diberikan secara kombinasi
4. Sejumlah DMARD yang baru sudah tersedia dan terbukti memberikan
efek menguntungkan.
Penderita dengan penyakit ringan dan hasil pemeriksaan radiologis normal,
bisa dimulai dengan terapi hidroksilklorokuin/klorokuin fosfat, sulfasalizin
atau minosiklin, meskipun methotrexate (MTX) juga menjadi pilihan.
Penderita dengan penyakit yang lebih berat atau ada perubahan radiologis
harus dimulai dengan terapi MTX. Jika gejala tidak bisa dikendalikan secara
adekuat, maka pemberian leflunomide, azathioprine atau terapi kombinasi
(MTX ditambah satu DMARD).
1. OAINS
OAINS digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan. Oleh karena itu obat-obat ini tidak merubah perjalan
9

penyakit maka tidak boleh digunakan secara tunggal. Penderita AR


mempunyai resiko dua kali lebih sering mengalami komplikasi serius
akibat penggunaan OAISN dibandikan dengan penderita osteoartrtis,
oleh karena itu perlu pemantauan secara ketat terhadap gejala efek
samping gastrointestinal.
2. Glukokortikoid
Steroid dengan dosis eukivalen dengan prednison kurang dari 10 mg per
hari cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat
kerusakan sendi. Dosis steroid harus diberikan dalam dosis minimal
karena resiko tinggi mengalami efek samping seperti osteoporosi, katarak
dan gangguan kadar gula darah. Penderita yang mendapat terapi
glukokortikoid harus disertai dengan pemberian kalsium 1500 mg dan
vitamin 400 800 IU per hari. Bila artrtitis mengenai satu sendi dan
mengakibatkan disabilitas yang bermakna,maka injeksi steroid cukup
aman dan efektif, walaupun efeknya bersifat sementara.
Steroid sistemik sering digunakan sebagai bridging therapy selama
periode inisiasi DMARD sampai timbulnya efek terapi dan DMARD
tersebut, tetapi DMARD terbaru saat ini mempunyai mula kerja relatif
cepat.
3. DMARD
Pemeberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua penderita AR.
DMARD yang paling umum digunakan adalah MTX, hidroksilklorokuin
atau klorokuin fosfat, sulfasalizin atau hidroksilklorokuin, infliximab dan
etanercept. Sulfasalizin atau hidroksilklorokuin atau klorokuin fosfat
sering digunakan sebagai terapi awal, tetapi pada kasus yang lebih bera,
MTX atau kombinasi terapi mungkin digunakan sebagai terapi lini
pertama. Pemberian DMARD lebih efekrif dibandingkan dengan terapi
tunggal.

10

II.8 DESKRIPSI OBAT(4,5)


ANTIINFLAMASI NONSTEROID
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda.
Ibuprofen
Indikasi
Nyeri ringan sampai dengan sedang, nyeri pasca operasi, nyeri pada
penyakit reumatik, nyeri otot, untuk meredakan demam.
Dosis
Dewasa : 2 sdt suspensi atau 1 sdt suspensi forte
Anak : meredakan demam dan nyeri 20 mg/kgBB dalam dosis terbagi
PO berikan segera sesudah makan
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap AINS lain, ulkus peptik. Pasien yang mengalami
asma, rhinitis atau urtikaria jika menggunakan aspirin atau obat AINS lain.
Kehamilan trimester III.
Peringatan
Riwayat penyakit gastrointestinal bagian atas, gangguan fungsi ginjal, gagal
ginjal, hipertensi, defek koagulasi, asma, SLE. Hamil trimester I dan II,
laktasi. Anak kurang dari 1 tahun.
Efek samping
Mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri abdomen atau rasa terbakar pada
perut bagian atas, ruam kulit, bronkospasme, trombositopenia, lomfopenia,
gangguan pengelihatan.
BSO Suspensi 100mg/5ml, Suspensi forte 200mg/5ml
11

Naproksen
Indikasi
Pengobatan gejala RA, OA, spondilitis ankilosa, gout akut, nyeri pasca
operasi, dismenore primer
Dosis
RA, OA, Spondilitis ankilosa 550mg atau 825 mg/hari dalam 2 dosis terbagi
(pagi dan malam) maksimal 1100mg/hari.
Gout akut: awal 825mg, selanjutnya 275mg dengan interval 8 jam.
Nyeri pasca operasi dan dismenore primer: awal 550mg selanjutnya 275mg
tiap 6-8 jam. Dosis total maksimum 1375mg/hari.
PO berikan segera sesudah makan.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap Naproksen. Pasien yang mengalami sindroma asma,
rhinitis dan polip hidung karena aspirin atau analgesik atau AINS lain.
Hamil trimester III, laktasi.
Peringatan
Tidak untuk anak dibawah 16 tahun, riwayat penyakit gastrointestinal,
pasien lansia dan lemah, gangguan fungsi hati dan ginjal. Hamil terutama
trimester I.
Efek samping
Sakit kepala, mengantuk, pusing, edema, palpitasi, takikardi, mual,
dispepsia, muntah, diare, tinitus, alopesia, angioedema, perdarahan
gastrointestinal, trombositopenia, eosinofilia, anemia aplastik, gangguan
pengelihatan, eritema multiforme, sindroma nefrotik.
BSO kapsul 500mg

Ketoprofen
Indikasi
Mengobati gejala RA, spondilitis ankilosa, gout, OA.
Dosis
12

100mg dalam, pada kasus berat dapat ditingkatkan menjadi 200mg. Lama
terapi : 5-10 hari.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap aspirin atau AINS lain. Punya riwayat asma bronkial,
alergi, urtikaria, atau rhinitis. Ulkus gastroduodenum.
Peringatan
Pasien dengan gagal ginjal, peningkatan asam lambung, hamil, laktase.
Efek Samping
Gangguan gastrointestinal, syok anafilaktik (jarang). Konstipasi, dispepsia,
nyeri abdomen, pusing, sakit kepala, vertigo, insomnia, perdarahan,
perforasi, ruam, gangguan fungsi hati dan ginjal, trombositopenia.
Bronkospasme (jarang).
BSO Ampul 50mg/ml
Deksketoprofen
Indikasi
Nyeri muskuloskeletal akut, dismenore, sakit gigi, nyeri pasca operasi.
Dosis
Tablet 12,5mg tiap 4-6 jam atau 25mg tiap 8 jam.
Nyeri pasca operasi 25mg tiap 8 jam maximum 75mg. Ampul 50mg/ml tiap
8-12 jam dosis IV atau IM maksimum 150mg.
PO berikan 30 menit sebelum makan, terutama untuk meredakan nyeri aku
dengan cepat.
Kontraindikasi
Riwayat serangan asma, bronkospasme, rhinitis akut atau polik nasal,
urtikaria atau edema angioneurotik, tukak lambung atau dispepsia kronik,
perdarahan lambung, penyakit Crohn atau kolitis ulserativ, gagal jantung
berat, disfungsi ginjal sedang sampai berat, disfungsi hati berat, diatesis
hemoragik, gangguan pembekuan darah, terapi antikoagulan, hamil, laktasi.
Peringatan
Riwayat alergi obat, esofagitis, gastritis dan ulkus peptik. Kelainan darah
atau SLE atau penyakit jaringan ikat tipe campuran. Fungsi hati atau ginjal
abnormal. Mendapat terapi diuretik. Dapat mengganggu kemampuan
mengemudi atau menjalankan mesin. Anak, lansia.
BSO tablet salut selaput 25mg, ampul 50mg/2ml.
Natrium Diklofenak
Indikasi

13

Sebagai terapi awal dan akut untuk rematik yang disertai inflamasi dan
degeneratif (artritis rematoid, ankylosing spondylitis, osteoartritis dan
spondilartritis), sindroma nyeri dan kolumna vertebralis, rematik nonartikular, serangan akut dari gout, nyeri pasca bedah.
Peringatan menyusui
Kontraindikasi
Porfiria, hemoragik diatesis, riwayat perdarahan cerebrovaskular, riwayat
asma, gangguan fungsi ginjal sedang atau berat, hipovolemi, dehidrasi.
Efek samping
(Supposituria) bisa mengakibatkan iritasi rektum, reaksi pada tempat
penyuntikan.
Dosis
Oral: 75-150mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan. Injeksi
Intramuskular dalam ke dalam otot panggul, untuk nyeri pascabedah dan
kambuhan akutnya, 75mg sekali sehari (pada kasus berat 2 kali sehari)
untuk pemakaian maksimum 2 hari.
Kolik ureter: 75mg kemudian untuk 75mg lagi 30 menit berikutnya bila
perlu. Rektal dan supposituria, 75-150mg per hari dalam dosis terbagi.
Dosis maksimum sehari untuk setiap cara pemberian 150mg.
BSO
Natrium diklofenak (Generik) tablet salut enterik 25 mg dan 50mg.
Voltaren (Novartis Indonesia) Supposituria 50mg, 100mg. Cairan injeksi
25mg/ml, 75mg/3ml. Tablet salut enterik 25mg dan 50mg.
Indometasin
Indikasi
Nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada kasus reumatik dan
gangguan muskuloskeletal akut lainnya, gout akut, dismenore, penutupan
duktus arteriosus.
Peringatan
Hati-hati pada kasus epilepsi, parkinsonismus, gangguan kejiwaan. Pada
terapi yang lama pemeriksaan mata dan darah sangat dianjurkan , hindari
pemberian rektal pada proktitis dan hemoroid.
Efek samping
Gangguan cerna, sakit kepala, pusing dan kepala terasa ringan, tukak dan
perdarahan pada lambung dan usus.
Dosis
Oral: penyakit rematik, 50-200mg sehari dalam dosis terbagi, bersama
makanan.
14

Gout akut 150-200mg dalam dosis terbagi.


Dismenore hingga 75mg sehari.
Rektal dalam bentuk supposituria 100mg pada malam hari dan pagi hari jika
diperlukan.
BSO Indometacin (Generik) Kapsul 25mg

Asam Mefenamat
Indikasi
Meredakan nyeri ringan hingga sedang pada sakit kepala, sakit gigi,
dismenore primer, juga nyeri traumati, otot dan pasca operasi.
Dosis
Dewasa: awal 500mg dilanjutkan 250mg per 6 jam.
PO berikan segera sesudah makan
Kontraindikasi
Tukak gastrointestinal, gastrointestinal atau penyakit inflamasi pada saluran
cerna bawah. Gagal hati atau ginjal, bronkospasme, rhinitis alergika dan
urtikaria jika diterapi dengan aspirin (asam asetilsalisilat) atau AINS lain.
Terapi nyeri perioperasi pada bedah pintas koroner atau CABG (Coronary
Artery Bypass Graft Surgery).
Peringatan
Kejadian kardivaskuler, hipertensi, reaksi kulit, efek pada ginjal, asma
akibat penggunaan AINS atau salisilat. Hamil dan laktasi.
Efek Samping
Gangguan Gastrointestinal, mengantuk, hipersensitiv, diare, anafilaksis,
gelisah, agranulositosis, anemia aplastik, hipoplasia sumsum tulang,
leukopenia, hipotensi.
BSO tablet salut selaput 500mg.
Fenilbutazon
Indikasi
Ankylosing spondylitis jika terapi lain tidak sesuai.
Peringatan
Hitung darah sebelum dan selama pengobatan jika digunakan lebih dari 7
hari, pasien lansia, menyusui, kelainan alergi.
Kontraindikasi

15

Penyakit kardiovaskuler, gangguan paru, gangguan ginjal dan hati.


Kehamilan, riwayat tukak lambung, hemoragia saluran cerna, inflammatory
bowel disease atau gangguan darah, riwayat hipersensitivitas yang
ditimbulkan oleh acetosal atau AINS lain, porfiria, sindrom sjorgen,
penyakit tiroid. Anak berusia dibawah 14 tahun.
Dosis
Awal 200mg 2-3 kali sehari selama 2 hari, dengan atau setelah makan,
kemudian kurangi hingga dosis efektif minimum, biasanya 100mg 2-3 kali
sehari.
Anak berusia dibawah 14 tahun tidak dianjurkan.
BSO
Fenilbutazon (Generik) tablet, kaptabs salut selaput 200mg.
Enkapyrin (Kimia Farma) kaptabs 125mg.
Ketorolak tromethamin
Indikasi
Pengobatan jangka pendek nyeri akut sedang sampai dengan berat pasca
operasi
Dosis
Dewasa: awal 10mg, dilanjutkan dengan dosis 10-30mg tiap 4-6 jam. Dosis
maksimum 90mg/hari.
Lanjut usia, pasien dengan gangguan ginjal dan pasien dengan berat badan
kurang dari 50kg 60mg/hari. Lama terapi 2 hari.
Kontraindikasi
Riwayat alergi terhadap acetosal atau AINS lain, tukak peptik akut atau
perdarahan saluran cerna. Gangguan ginjal berat, kondisi hipovolemia atau
dehidrasi, penyakit cerebrovaskuler, gangguan koagulasi dan hemostatik.
Hamil dan laktasi, anak dibawah 16 tahun.
Peringatan
Riwayat penyakit GI, resistensi cairan, dan edema dekompensasi kordis,
hipertensi.
Efek samping
Dispepsia, sakit kepala, mengantuk, nyeri pada tempat suntikan, nyeri GI,
diare, berkeringat, nausea, pusing, edema. Konstipasi, melena, stomatitis,
malaise, depresi, euforia, parastesia, dispnea, gangguan mata, poliuria,
aerofagi, ulkus lambung, muntah, mialgia, mulut kering, gangguan
konsentrasi, vertigo, gatal, vasodilatasi, oliguria, gangguan fungsi hati,
perdarahan usus, flatulen, purpura, haus, gugup, asma, urtikaria.

16

BSO : ampul 30mg/ml


Meloksikam
Indikasi
OA, gangguan muskuloskeletal
Dosis
OA 7,5mg/hari dapat ditingkatkan menjadi 15mg/hari
AR 15mg/hari dapat dikurangi menjadi 7,5mg/hari.
PO dapat diberikan bersama makanan jika timbul rasa tidak enak pada GI.
Kontraindikasi
Perdarahan GI atau cerebrovaskuler, asma, tukak peptik aktif, insufisiensi
ginjal berat, anak kurang dari 15 tahun, hamil, laktasi.
Peringatan
Penyakit GI bagian atas, dehidrasi. Penggunaan bersama antikoagulan atau
diuretik.
Efek Samping
Gangguan GI, anemia, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, edema.
BSO Kapusl 15mg.
Piroksikam
Indikasi
Gangguan muskuloskeletal akut, OA, AR, spondilitis spondilosa, gout akut.
Dosis
Gangguan muskuloskeletal akut 40mg/hari untuk 2 hari pertama,
selanjutnya 20mg/hari selama 7-14 hari.
OA, AR, Spondilitis spondilosa 20mg 1kali/hari
Gout akut 40mg/hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi selama 4-6 hari.
PO berika segera sesudah makan
Kontraindikasi
Sensitivitas terhadap aspirin. Riwayat tukak atau perdarahan GI.
Peringatan
Gangguan fungsi ginjal, kelainan KV, usia lanjut.
Efek samping
Gangguan dan perdarahan GI, tukak peptik. Sakit kepala, pusing,
pengelihatan kabur, tinitus, ruam kulit, pruritus dan edema.
BSO
Kapsul 20mg, gel 0,5%
Tenoksikam
Indikasi
Nyeri dan radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet lainnya.
Peringatan
Menyusui

17

Parekoksib Na
Indikasi
Terapi jangka pendek untuk nyeri pasca operasi.
Dosis
40mg iv atau im diikuti dengan 20-40mg tiap 6-12 jam, maksimal 80mg per
hari.
Lansia lebih dari atau sama dengan 65 tahun, berat badan kurang dari 50
kg, dosis lazim. Maksimal 40mg per hari.
Kontraindikasi
Hipersensitiv terhadap sulfonamid, bronkospasme, rhinitis akut, polip nasal,
edema angioneurotik, reaksi tipe alergi sudah menggunakan asam
asetilsalisilat atau AINS atau penghambat siklooksigenase 2 selektif lain.
Gangguan hati berat, tukak peptik aktif, atau perdarahan GI, penyakit
inflamasi usus besar, gagal jantung kongestif berat. Pengobatan nyeri pasca
segera sesudah pembedahan coronary artery bypass graft (CABG). Hamil
(trimester III) dan laktasi.
Peringatan
AINS dapat menyebabkan peningkatan resiko trobotik kardiovaskuler yang
serius, infark miokard, dan stroke yang dapat berakibat fatal. Pembedahan
coronary artery bypass graft (CABG) gangguan ginjal, hipertensi, gangguan
jantung atau hati, retensi cairan, dehidrasi. Resiko tukak, perdarahan, dan
perforasi GI. Gagal jantung kongestif dan edema.
Efek Samping
Hipertensi, hipotensi, nyeri punggung, edema perifer, hipoestesia, osteitis
alveolar, dispepsia, kembung, peningkatan kreatinin, hipokalemia, agitasi,
insomnia, anemia pasca operasi, faringitis, insufisiensi pernapasan, pruritus
oliguria.
BSO vial 40mg.
KORTIKOSTEROID
KORTIKOSTEROID SISTEMIK
Prednison
Indikasi
keadaan alergi, peradangan, dan penyakit lain yang perlu pengobatan
dengan glukokortikoid seperti rematik, penyakit kolagen, penyakit kulit.
18

Dosis
Dewasa 1-4 tablet/hari
Kontraindikasi
Tukak peptik, TBC aktif, osteoporosis, gangguan saraf, gangguan ginjal,
gangguan jantung. Infeksi jamur sistemik, herpes simpleks okuler.
Peringatan
Hindari penghentian terapi secara mendadak pada penggunaan jangka
panjang. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan katarak
subkapsular posterior, glaukoma, dengan kemungkinan kerusakan saraf
mata dan meningkatkan infeksi okular sekunder karena jamur dan virus.
DM. Penderita hipotiroid dan sirosis. Penderita gagal jantung, infeksi, gagal
ginjal kronik. Usia lanjut. Anak. Hamil, laktasi.
Efek Samping
Gangguan cairan dan elektrolit. Retensi Na dan cairan, kehilangan Kalium,
alkalosis hipokalemia, hipertensi, gagal jantung kongestif, gangguan
muskuloskeletal, GI, kulit, neurologi, endokrin, mata, metabolit. Reaksi
anafilaksis.
BSO : tablet 5mg.
INJEKSI KORTIKOSTEROID LOKAL
Dexamethasone
Indikasi
Hiperplasi adrenal kongenital, tiroiditis non suppuratif, asma bronkial,
rinithis alergica, konjungtivitis alergi, penyakit neoplastikm, penyakit kulit
karena alergi dan radang.
Dosis
Tablet 1-4 tablet per hari dalam dosis terbagi, ampul 1-2 ml IM/IV. Dosis
dapat di tingkatkan pada penyakit berat.
Pemberian obat : sesudah makan
Kontra indikasi
Tukak peptic, osteoporosis,psikosis atau psikoneurosis, TB aktif atau latem;
infeksi akut; vaksin hidup.

19

Peringatan
Hipertensi, gagal jantung kongestif, DM, penyakit infeksi , gagal ginjal
kronik, uremia; usia lanjut; hamil.
Efek Samping
Retensi cairan dan garam, edema, hipertensi, gangguan mental, pankreatitis
akut, osteonecrosis asepsis, amenore, hyperhidrosis, kelemahan otot,
sindroma cushing, peningkatan TIO, gangguan penglihatan, atrofi local,
peningkatan napsu makan, retardasi ( gangguan ) pertumbuhan.
BSO: tablet 500 mcg, ampul 5 mg/ml.

Hydrocortisone Asetat
Indikasi
Dermatitis atopic, kontak, alergi; pruritus anogenital, neurodermatitis.
Dosis : oleskan 3-4 kali sehari.
Kontra indikasi
Penyakit virus, infeksi jamur dan bakteri pada kulit,acne, dermatitis perioral,
laktasi.
Peringatan
Penggunaan jangka lama atau pada area tubuh yang luas, hamil, bayi dan
anak kurang dari 4 tahun. Hindari kontak dengan mata.
Efek samping
Atropi kulit setempat ( pemakaian jangka lama dan terus menerus).
Hilangnya jaringan kolagen kulit. Hiperkostikisme,, gatal, folikulitis,
hipertrikosis, erupsi yang menyerupai akne, hipopigmentasi, dermatitis
kontak alergi dan perioral, maserasi kulit, infeksi sekunder, striae, dan
miliaria.
BSO krim 1 %, krim 2,5%

20

Cortisone Asetat
Indikasi
Syok anafilaksis, syok pembedahan, syok septik dan kondisi alergi akut
misalnya rhinitis alergi, dermatosis alergi, edema, angioneurotik, serum
sickness, sensitivitas terhadap obat; asma, AR dan variannya, sindrom
adrenogenital, artritis gout akut, crisis tiroid, bells palsy.
Dosis
Kondisi kronik 25-50 mg 1 kali sehari. Kondisi akut 25-100 mg 1 kali
sehari. Syok 100-300 mg per hari dalam dosis terbagi. Untuk
mempertahankan respon klinik yang adekuat, dosis harus di kurangi secara
bertahan hingga dosis terendah sesudah diperoleh respon yang memuaskan.
Peringatan
TBC aktif maupun yang sudah sembuh, herpes simpleks okuler,
ketidakstabilan emosi atau kecenderungan psikosis, penyakit jantung atau
gagal jantung kongestif, tukak peptic, DM, osteoporosis.
BSO : vial 20 mg/ml
Triamsinolon
Indikasi
Asma bronkial, rhinitis alergi, AR, urtikaria dermatitis atopic dan dermatitis
kontak.
Dosis
Dewasa dan anak kurang lebih sama dengan 12 tahun 4- 48 mg per hari.
Anak kurang dari 12 tahun 416 mcg sampai 1,7 mg per kg berat badan per
hari.
Pemberian oral : sesudah makan
Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik, TBC, hipersensitiv terhadap kortikosteroid.

21

Peringatan
Hipertensi, herpes simpleks ocular, sirosis, hipotiroidisme, colitis ulseratif
non spesifik, DM.
Efek Samping
Gangguan keseimbangan tubuh dan elektrolit, miopati steroid, kelemahan
otot, tukak peptic, osteoporosis, purpura, striae, hiperpigmentasi.
BSO : tablet 4 mg, injeksi 40 mg/ml.
OBAT YANG MENEKAN PROSES PENYAKIT RHEUMATIK
IMUNOSUPRESAN

Methotrexate
Indikasi
Terapi untuk prosiasis berat tak terkontrol dan autoimunopati yang tidak
responsive terhadap terapi konvensional. Tumor maligna hemoblastosis.
Dosis
Psoriasis awal 10-25 mg/minggu. AR 7,5 MG/minggu. Maksimal 20 mg per
minggu.
Neoplasia dosis tergantung tiap individu. Injeksi tumor maligna dan
hemablastosis

berikan

secara

infus

IV, IM,

IA,

intratekal

dan

intraventrikular. Rute sistemik dosis tergantung tiap individu. Rute intratekal


0,2-0,5 mg per kg berat badan atau 8-12 mg per m 2 luas permukaan badan
tiap 2-3 hari; setelah gejala berkurang , berikan tiap minggu, kemudian
dengan interval tiap bulan sampai hasil pemeriksaan cairan serebrospinal
normal. Terapi profilaksis secara intratekal harus diberikan tiap 6-8 minggu.
Dosis maksimum untuk rute intertekal dan intraventrikular 15mg per m2.
Psoriasis, autoimunopati lain 10-15 mg secara parenteral dengan interval
tiap minggu. AR dosis awal awal 5-15mg IM 1 kali seminggu. Dapat
ditingkatkan sebesar 5 mg sampai dengan 25 mg/minggu.
Pemberian obat dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa
tidak nyaman pada GI.
22

Kontraindikasi
Hamil dan laktasi. Disfungsi ginjal atau hati. Gangguan system
hemapoietik, penyalagunaan alcohol, infeksi, ulkus rongga mulut atau
saluran GI, luka operasi yang baru.
Peringatan
Gangguan fungsi sumsum tulang setelah pemberian radioterapi, kemoterapi
atau obat-obatan secara intensif, pasien dengan keadaan umum buruk, anak,
lanjut usia.
Efek Samping
Mual,

muntah,

sulit

menelan,

stomatitis,

faringitis,

leukopenia,

trombositopenia, depresi sumsum tulang primer.


BSO tab 2,5 mg, ampul 5 mg/ml, vial 50mg/5ml

Azatioprin
Indikasi
Pengobatan pada pasien yang menerima transplantasi organ, hepatitis aktif
kronik, AR berat, lupus ertiematous sistemik, dermatomiositis, pemfigus
vulgaris, poliarteritis nodosa, anemia hemolitik yang didapat, pyoderma
gangrenosa, purpura trombositopenia idiopatik.
Dosis
Supresi reaksi penolakan transplantasi awal 3-5mg/kgBB lalu dilanjutkan
dengan 1-3mg/kgBB/hari untuk dosis rumat. Terapi untuk semua kondisi
dosis lazim 2-2,5mg/kgBB/hari per oral.
Hepatitis aktif kronik, 1-1,5mg/kgBB/hari peroral.
PO dengan atau tanpa makanan, lebih dianjurkan untuk diberikan pada saat
atau sesudah makan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap 6-merkaptopurin. Hamil
Peringatan
Monitor hitung darah lengkap tiap minggu selama 8 minggu pertama terapi,
terutama yang mendapat dosis tinggi atau mengalami gangguan fungsi
ginjal/hati berat. Hentikan terapi secara bertahap. Defisiensi enzim

23

metiltransferase tiopurin yang diwariskan. Hindari pemaparan terhadap


sinar matahari atau UV yang berlebihan. Laktasi. Lanjut usia.
Efek Samping
Intoleransi GI seperti mual muntah, anoreaksia, pankreatitis. Tukak
gastroduodenal, perdarahan usus, nekrosis usus, dan perforasi usus. Infeksi
nopotunistik terutama pada pasien penerima transplantasi yang mendapat
imunosupresan lain secara bersamaan. Depresi sumsum tulang, leukopenia,
trombositopenia, anemia.
BSO tablet 50mg
Leflunomid
Indikasi
Terapi untuk AR aktif
Dosis
Dewasa awal 100mg/hari untuk 3 hari. Pemeliharaan 10-20mg/hari.
PO dengan atau tanpa makanan.
Kontraindikasi
Wanita yang sedang atau mungkin hamil, laktasi. Status imunodefisiensi
berat, gangguan fungsi sumsum tulang atau anemia yang jelas, leukopenia,
neutropenia atau trombositopenia karena sebab lain selain AR, infeksi
serius, insufisiensi ginjal sedang ampai dengan berat, gangguan fungsi hati,
hipoproteinemia berat.
Peringatan
Pasien dengan hepatotoksik atau hematotoksik DMARD. Anemia,
lekopenia, trombositopenia, gangguan fungsi sumsum tulang atau beresiko
mengalami supresi sumsum tulang, insufisiensi ginjal. Bayi dan lansia.
Anak dibawah 18 tahun. Dapat mempengaruhi kemampuan mengendarai
atau menjalankan mesin.
Efek Samping
Meningkatkan tekanan darah, gangguan GI, penurunan berat badan, sakit
kepala, pusing, lemah, parestesia, tenosinovitis, peningkatan kerontokan
rambut, eksema, puritus dan kulit kering. Peningkatan enzim CPK anemia,
astenia. Reaksi alergi ringan, kemerahan. Leukopenia. Kadar asam urat
biasanya menurun, peningkatan sedikit konsentrasi lemak darah. Jarang,
hepatitis dan jaundice. Sangat jarang, kerusakan hati berat.
BSO tablet salut selaput 10mg dan 20mg.
Siklosporin
Indikasi

24

Reumatoid artritis aktif yang berat apabila terapi konvensional tidak


memadai atau tidak efektif, penyakit graft verus host, atopik dermatitis dan
psoriasis.
Peringatan
Kontraindikasi pada fungsi ginjal yang abnormal, hipertensi yang tidak
terkendali, infeksi yang tidak terkendali dan malignansi, ukur kreatinin
serum setidaknya 2 kali sebelum pengobatan dan pantau setiap 2 minggu
selama3 bulan pertama, kemudian setiap 4 minggu (atau lebih sering jika
dosis dinaikan atau diberikan bersama AINS, atau jika dosis AINSnya
dinaikan). Kurangi dosis jika kreatinin serum naim hingga lebih dari 30% di
atas nilai semula dalam lebih dari 1 kali pengukuran; bila nilainya naik
diatas 50% kurangi dosis sampai setengahnya (walaupun masih dalam
rentang normal), dan hentikan jika pengurangan dosis tidak memberikan
hasil dalam 1 bulan; pantau tekanan darah (hentikan jika ada hipertensi yang
tidak bisa diatasi oleh antihipertensi); pantau fungsi hati jika diberikan
bersama AINS.
Efek Samping
Penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan struktur ginjal;
hipertrikosis, sakit kepala, tremor, hipertensi, disfungsi hati, lemah,
hipertropi gingival, gangguan saluran cerna, rasa seperti terbakar pada
tangan dan kaki,

PENGHAMBAT SITOKIN
Adalimumab
Indikasi
Mengurangi gejala dan mencegah kerusakan struktur pada reumatoid artritis
sedang-berat yang aktif dan tidak memberi respon yang memadai pada
pemberian satu atau lebih DMARDs.
Peringatan
Gangguan hati, gangguan ginjal, hindari pada kegagalan fungsi hati,
kerusakan selubung myelin saraf pada SSP.
Kontraindikasi

25

Kehamilan, menyusui, infeksi berat


Efek Samping
Diare, konstipasi, muntah, esofagitis, dispepsia, gastritis, disfagia, gangguan
pengecapan, ulserasi pada mulut, hipertensi, vasodilatasi, nyeri dada,
ekimosis, batuk, sakit tenggorokan, asma, dispnea, astenia, insomnia,
mengantuk, sakit kepala, agitasi, tremor, paraestesia, neuralgia, menoragia,
diuresis, hematuria, proteinuria, artralgia, kejang, gangguan pengelihatan,
ruam, alopesia, berkeringat, hiperlipidemia, hipokalemia, hiperurisemia.
Dosis
Secara subkutan, dewasa diatas 18 tahun 40mg setiap 2 minggu sekali; jika
perlu boleh ditingkatkan menjadi 40mg setiap minggu pada pasien yang
tidak menggunakan metotreksat. Hentikan pemberian obat jika setelah 12
minggu tidak memberikan respon.
BSO Humira (Abbot) Injeksi 40mg/0,8ml; 50 mg/5ml.
Inolin (Tanabe) Cairan injeksi 0,1mg/ml

Sulfasalazine
Indikasi
colitis ulseratif ringan sampai sedang, colitis Crohn, AR.
Dosis
Lazim dewasa 2-4 kapsul per hari dalam dosis terbagi.
Anak 40-60 mg/kg berat badan per hari diberikan dalam 3 dosis terbagi.
Pemeliharaan dewasa 2 gram per hari dalam 4 dosis terbagi.
Anak 40 mg/kg berat badan per hari dalam 4 dosis terbagi.
AR dewasa 2 capsul 2-3 kali sehari.
Pemberian obat berikan sesudah makan. Pastikan kecukupan asupan cairan.
Kontra indikasi
hipertensi terhadap sulfonamide dan salisilat. Porfiria. Anak kurang dari 2
tahun.
Peringatan
gangguan hati atau ginjal, diskrasia darah, defisiensi G6PD.

26

Efek Samping
mual, anoreksia, peningkatan suhu tubuh, eritema dan pruritus, sakit kepala.
Jarang, reaksi hematologi, GI, SSP, ginjal, dan kulit.
BSO kapsul salut enterik 500 mg
Infliksimab
Indikasi
Reumatoid artritis, penyakit Crohn.
Peringatan
kerusakan hati, kerusakan ginjal, monitor infeksi sebelum, selama dan 6
bulan setelah terapi; gagal hati, kerusakan selubung myelin saraf pada SSP.
Kontraindikasi
Kehamilan, menyusui, infeksi yang berat,
Efek Samping
Dispepsia, diare, konstipasi, hepatitis, kolesistitis, divertikulitis, perdarahan
saluran

cerna,

kemerahan,

bradikardi,

aritmia,

palpitasi,

sinkop,

vasospasme, iskemik perifer, ekimosis, hematoma, fibrosis, fatigue,


ansietas, mengantuk, pusing, insomnia, bingung, agitasi, amnesia, seizures,
kerusakan selubung myelin saraf pada SSP, vaginitis, myalgia, artralgia,
endoptalmitis, kemerahan, berkeringat, hiperkeratosis, pigmentasi kulit,
alopesia.
Dosis
Waktu infus dianjurkan 2 jam. Paling tidak selama 1-2 jam sesudah
pemberian infus pasien diamati terhadap kemungkinan reaksi infeksi.
Reumatoid artritis : 3mg/kgBB infus iv diulang pada minggu ke 2 dan 6
serta 8. Jika respon tidak memadai dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
penyesuaian dosis sampai 10mg/kgBB atau pemberian obat diulang setiap 4
minggu.
Penyakit Crohn : aktif yang berat 5mg/kgBB diberikan sebagi infus iv
selama 2 jam. Terapi lanjutan: pemeliharaan: infus tambahan 5mg/kgBB
setelah 2 dan 6 minggu dosis awal, dilanjutkan setiap 8 minggu.
Ankylosing Spondylitis : dosis awal 5mg/kgBB infus dilanjtkan pada minggu
ke 2 dan 6 setelah dosis awal, kemudian setiap 6 minggu. Jika pasien tidak
memberi respon dalam 6 minggu (setelah dosis ke 2) jangan dilanjutkan.
BSO : Remicade (Tanabe Indonesia) Serbuk injeksi100mg.

27

BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan
setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya
adalah bakteri, mikloplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi
secara antigenik.
Pennatalaksanaan artritis rheumatoid meliputi:
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksaan yang akan
2.
3.
4.
5.

dilakukan
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Disease Modifying Artritis Rheumatoid Drugs (DMARDs)
Rehabilitas bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
Pembedahan.

III.2 SARAN

28

Paramedis agar memperhatikan penggunaan obat antiinflamasi, DMARDs


meliputi indikasi, dosis, kontra indikasi, peringatan, perhatian dan efek samping
serta rehabilitasi dan pembedahan.
Pasien agar memperhatikan setiap pemeriksaan maupun terapi artritis rheumatoid
yang dianjurkan baik terapi non farmakologis maupun terapi farmakologis.

29

Anda mungkin juga menyukai