Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWAATAN GERONTIK

PADA PASIEN DENGAN MASALAH ARTRITIS


RHEUMATIOD (AR)

ILHAM ALWI
PO713201181021
III. A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK


KESEHATAN MAKASSAR PRODI DIII
KEPERAWATAN MAKASSAR

2020
IDENTITAS MAHASISWA
KEPERAWATAN GERONTIK

NAMA : ILHAM ALWI

NIM : PO713201181021

PROGRAM : PKK

KELOMPOK : II

ALAMAT : PANGKEP

NO.HP : 082187537569

LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Artritis Rheumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi
sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamannya adalah poliartritis yang
progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Pada
umumnya selain gejala artikular, AR dapat pula menunjukkan gejala
konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non
artikular lainnya.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat
difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyababnya.
Artritis reumatoid kira-kira 2 ½ kali lebih sering menyerang perempuan
daripada laki-laki. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia, terutama
pada perempuan. Insedens puncak adalah antara usia 40 sampai 60 tahun.

B. ETIOLOGI
Penyebab AR sampai sekarang belum diketahui. Beberapa faktor di
bawah ini diduga berperan dalam timbulnya penyakit artritis rheumatoid.
1. Faktor genetik dan lingkungan
Terdapat hubungan antara HLA-DW4 dengan AR seropositif yaitu
penderita mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.
2. Hormon seks
Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena
perempuan lebih banyak menderita penyakit ini dan biasanya sembuh
sewaktu hamil.
3. Infeksi
Dugaan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara
mendadak dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi
diduga bakteri, mikoplasma, atau virus.

4. Heat Shock Protein (HSP)


HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk
oleh tubuh sebgai respons terhadap stres.
5. Radikal bebas
Contohnya radikal superokside dan lipid peroksidase yang merangsang
keluarnya prostaglandin sehingga timbul rasa nyeri, peradangan dan
pembengkakan.
6. Umur
Penyakit ini terjdai pada usia 20-60 tahun, tetapi terbanyak antara
umur 35-45 tahun.
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius,
disebabkan oleh peradangan kronis yang bersifat progresif, yang
menyangkut persendian. Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-
sendi terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut.
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal
mengenai patogenesisnya telah terungkap. Penyakit ini tidak dapat
ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan genetik. Terdapat kaitan
dengan penanda genetik seperti HLA-DW4 (Human Leukocyte Antigens)
dan HLA-DR5 pada orang Kaukasia. Namun pada orang Amerika, Afrika,
Jepang, dan Indian Chippewa hanya ditentukan kaitan dengan HLA-DW4.
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah destruksi
pencernaan oleh produksi, protease, kolagenase, dan enzim hidrolitik
lainnya. Enzim ini memecah kartilago, ligamen, tendon, dan tulang pada
sendi, serta dilepaskan bersama – sama dengan radikal O2 dan metabolit
asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan sinovial.
Proses ini diduga adalah bagian dari respon autoimun terhadap antigen
yang diproduksi secara lokal Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja
panus reumatoid. Panus merupakan jaringan granulasi atau vaskuler yang
terbentuk dari sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Di
sepanjang pinggir panus terjadi destruksi, kolagen, dan proteoglikan
melalui produksi enzim oleh sel di dalam panus tersebut.
C. PATOFISIOLOGI
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun (yang sudah dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kogen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot
dan kekuatan kontraksi otot.

D. GAMBARAN KLINIS
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seseorang
artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat
bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer: termasuk sendi-sendi di
tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang distal.
Hampir semua sendi diartrodial dapat diserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam; dapat bersifat generalisata
tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung
selama beberapa menit dan selalu berkurang dari satu jam.
4. Artritis erosif; merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tei tulang.
5. Deformitas; Kerusakan jaringan penungjang sendi meningkatdengan
pejalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metekarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yangsering dijumpai. Pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metersal yang timbul sekunder dari subluksasi
metetersal. Sendi-sendi yang besar juga dapa teserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
6. Nodul-nodul reumatoid: adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau
di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian
nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang
aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi dekstra-artikular; artritis reumatoid juga dapat
menyerangorgan-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru
(pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

Gbr. 1 Tangan reumatoid dengan boutonniere dan deformitas leher angsa. Terlihat poliartritis
pada sendi tangan. Diantara perubahan deformitas yang berat terdapat otot yang tidak
digunakan dalam “snuffbox” anatomik (antara ibu jari dan jari telunjuk).

E. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnostik artritis reumatoid dapat menjadi suatu proses yang
kompleks. Pada tahap dini mungkin hanya akan ditemukan sedikit atau tidak
ada uji laboratorium yang positif; perubahan apda sendi dapat minor; dan
gejala gejalanya dapat hanya bersifat sementara. Diagnosis tidak hanya
bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasarkan pada suatu evaluasi
dari sekelompok tanda dan gejala. Kriteria diagnostik yang dipakai adalah
sebagai berikut:
1. Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak satu jam)
2. Artritis pada tiga atau lebih sendi
3. Artritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Artritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid dalam serum
7. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabikla sekurang-
kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang
disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak banyak berperan dalam diagnosis reumatoid, namun dapat
menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis gejala pasien.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Cairan synovial
1) Kuning sampai putih; derajat kekeruhan menggambarkan
peningkatan jumlah sel darah putih; fibrin clot menggambarkan
kronisitas.
2) Mucin clot. Bekuan yang berat dan menurunnya viskositas
menggambarkan penurunan kadar asam hyaluronat.
3) Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses
inflamasi, didominasi oleh sel neutrophil (65%).
4) Glukosa: normal atau rendah.
5) Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum,
berbanding terbalik dengna kadar komplemen cairan sinovium.
6) Penurunan kadar komlemen menggambarkan pemakaiannya pada
reaksi imunologis.
7) Peningkatan kadare IgG dan kompleks imun.
8) Phagocites – neutrophils yang “difagosit” oleh kompleks immun.
b. Darah tepi
1) Leukosit: normal atau meningkat (<12.000/mm3). Leukosit
menurun bila terdapat splenomegali; keadaain ini dikenal sebagai
Felty’s syndrome.
2) Anemia normositer atau mikrositer, tipe penyakit kronis.
c. Pemeriksaan Sero-imunologi
1) Rheumatoid factor + (IgM) - 75% penderita; 95% + pada penderita
dengan nodul subkutan.
2) Anti CCP antibodies positif telah dapat ditemukan pada AR dini.
3) Antinuclear antibodies positif (10%-50% penderita) dengan titer
yang lebih rendah dibandingkan dengan Lupus Eritematosus
Sistemik.
4) Anti-DNA antibodies negatif.
5) Peningkatan CRP, fibrinogen dan laju endap darah,
menggambarkan aktivitas penyakit.
6) Meningkatnya kadar alpha1 dan alpha2 globulin sebagai acute
phase reactans.
7) Meningkatnya kadar γ-gobulin menggambarkan
kenaikan/akselerasi dari katabolisme protein pada penyakit kronis.
8) Kadar komplemen serum normal; menurunnya kadar komplemen
dapat terjadi pada keadaan penyakit dengan gejala ekstra artikular
yang berat seperti vaskulitis.
9) Adanya circulating immune comlexes – serta ditemukan pada
penyakit dengan manifestasi sistemik.
2. Pemerikasaan Gambaran Radiologik
Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami
kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena
hilangnya rawan sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan
densitas tulang. Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara radiologik
didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada
sendi yang terkena.

Gbr. 2 Radiogram tangan reumatoid. Perhatikan penurungan jarak sendi (panah hitam), erosi
kaput metakarpal (panah putih kecil) dan tejadi deformitas sendi (panah putih besar).
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AR. Penyakit biasanya berlangsung
seumur hidup, sehingga memerlukan penanganan seumur hidup pula.
Walaupun hingga kini belum berhasil didapatkan suatu cara pencegahan
dan pengobatan AR yang sempurna, saat ini pengobatan pasa pasien AR
ditujukan untuk:
a. Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik
b. Mencegah terjadinya destruksi jaringan
c. Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian
agar tetap dalam keadaan baik
d. Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian yang terlibat
agar sedapat mungkin menjadi normal kembali.
Dalam pengobatan AR umumnya selau dibutuhkan pendekatan
multidisipliner. Suatu tim yang idealnya terdiri dari dokter, perawat, ahli
fisioterapi, ahli terapi okupasional, pekerja sosial, ahli farmasi, ahli gizi
dan ahli psikologi, semuanya memiliki peranan masing-masing dalam
pengelolaan pasien AR baik dalam bidang edukasi maupun
penatalaksanaan pengobatan penyakit ini.
Beberapa jenis obat yang digunakan pada AR antara lain sebagai berikut:
1. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Obat ini diberikan sejak mulai sakit untuk mengatasi nyeri sendi akibat
proses peradangan. Golongan obat ini tidak dapat melindungi rawan
sendi maupun tulang dari proses kerusakan akibat penyakit AR.
Contoh obat golongan ini yaitu Asetosal, Ibuprofen, Natrium
Diclofenak, Indometasin, Asam flufenamat, Piroksikam, Fenilbutason,
dan Naftilakanon.
2. Kortikosteroid
Obat ini berkhasiat sebagai antiradang dan penekan reaksi imun
(imunosupresif), tetapi tidak bisa mengubah perkembangan penyakit
AR. Kortikosteroid bisa digunakan secara sistemik (tablet, suntikan
IM) maupun suntikan lokal di persendian yang sakit sehingga rasa
nyeri dan pembengkakan hilang secara cepat. Pengobatan
kortikosteroid sistemik jangka panjang hanya diberikan kepada
penderita dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti
radang pembuluh darah (vaskulitis).
3. Desease Modifing Anti Rheumatoid Drugs (DMARDs)/ Obat
pengubah perjalanan penyakit
Bila diagnosis AR telah ditegakkan, oabt golongan ini harus segera
diberikan. Beberapa ahli bahkan menganjurkan pemberian DMARDs,
baik sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan DMARDs lain
pada tahap dini, baru kemudian dikurangi secara bertahap bila aktivitas
AR telah terkontrol. Bila penggunaan satu jenis DMARDs dengan
dosis adekuat selama 3-6 bulan tidak menampakkan hasil, segera
hentikan atau dikombinasi dengan DMARDs yang lain. Contoh obat
golongan ini yaitu Klorokuin, Hidroksiklorokuin, Sulfazalazine, D-
penisilamin, Garam Emas (Auro Sodium Thiomalate, AST),
Methothexate, Cyclosporin-A dan Lefonomide.
4. Obat imunosupresif
Obat ini jarang digunakan karena efek samping jangka panjang yang
berat seperti timbulnya penyakit kanker, toksik pada ginjal dan hati.
5. Suplemen antiokdsidan
Vitamin dan mineral yang berkhasiat antioksidan dapat diberikan
sebagai suplemen pengobatan seperti beta karoten, vitamin C, vitamin
E, dan selenium.

2. Pengobatan Tradisional
Perawatan dan pengobatan terhadap penyakit rheumatik adalah sebagai
berikut.
a. Diusahakan agar badan dalam keadaan hangat.
b. Gunakan campuran garam 1 sendok makan, tawas ½ sendok makan,
dan air rebusan sirih untuk merendam/mengompres bagian badan yang
terserang rheumatik.
c. Daun seledri sebanyak 10 batang dimakan sebagai lalap.
d. Daun kumis kucing sebanyak 1 genggam, daun meniran 7 batang,
temulawak 10 potong, daun murbei 1 genggam, dan bidara upas 1 jari.
Semua bahan ini di rebus dalam air sebanyak 2 gelas, kemudian
disaring untuk diminum airnya.
e. Dengan obat gosok alami:
1) Air jeruk nipis, minyak kayu putih dan kapur sirih dicampur dan
digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.
2) Daun kecubung wuluh 5 lembar dan kapur siri ditumbuk dan
digosokkan pada bagian tubuh yang sakit.
3) Bengle lempu yang dan cabe ditumbuk halus, kemudian dicampur
dengan minyak kayu putih dan digosokkan pada bagian tubuh yang
sakit.

H. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat obat anti
inflamasi non-steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(desease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis rheumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan myelopati akibat ketidakstabilan vertebra vertical dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.

I. ANJURAN BAGI PENDERITA ARTRITIS RHEUMATOID


1. Makan sayuran (bayam, lobak, wortel, daun singkong, daun ubi jalar,
seledri)
2. Mengkonsumsi buah-buahan segar (tomat, kesemek, pepaya, mangga)
3. Tiga hari berturut-turut minumlah susu dan telur ayam kampung setengah
matang.
4. Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang dingin.
5. Mandi berendam dengan air hangat.
6. Istirahat yang cukup.
7. Jangan sampai kedingingan
Beberapa jenis makanan yang harus dihindari bagi semua penderita
rematik adalah sebagai berikut.
1. Minuman berarkohol, teh, kopi, coklat.
2. Mentega, telur ayam negeri, rempah-rempah yang pedas.
3. Kue-kue dari tepung dan gula putih.
4. Sayur kangkung, melinjo (daun dan buah), rebung dan daging.

J. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi
penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis
reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian
besar penyakit ini telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini
selama sisa hidupnya dan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang
singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita artritis
reumatoid yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional
yang menetap pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini
bersifat sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru,
jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang
berupa benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh organ di badan penderita.
Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat
menimbulkan pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit,
nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah
insertio dan otot-otot atau pada daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat
secara melintang maka kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis yang
dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun yang
berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di
sekitarnya dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi
dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada penderita-
penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di atas
gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh karena
kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat
pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada
jaringan limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah
menjadi kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gratitis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(desease modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi
saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati
iskemik akibat vaskulitis.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN


1. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi : kekakuan pada pagi hari. Keletihan.
Tanda: malaise, keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur
atau kelainan pada sendi dan otot
2. KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun.
3. INTEGRITAS EGO
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusasaan dan
ketidak berdayakan, ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain
4. MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat : mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. HIGIENE
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
6. NEUROSENSORI
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
7. NYERI / KENYAMANAN
Gejala: fase akut dari nyeri, terasa nyeri kronis dan kekakuan
8. KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,
kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. INTERAKSI SOSIAL
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga/orang lain : perubahan peran:
isolasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kemungkinan masalah keperawatan yang akan muncul pada penyakit rematik


yang dialami lansia adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi dan
penurunan integritas tulang
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
4. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri kronik Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan keperawatan selama 2×24 nyeri secara
dengan jam pasien diharapkan komprehensif
ketunadayaan nyeri hilang dengan termasuk lokasi,
fisik atau criteria : karakteristik, durasi,
psikososial Kontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
kronis 1. Mengenali faktor faktor presipitasi
(misalnya, penyebab 2. Observasi reaksi
kanker 2. Mengenali onset nonverbal dari
metastasis, (lamanya sakit) ketidaknyamanan
cedera 3. Menggunakan Gunakan teknik
neurologis dan metode pencegahan komunikasi terapeutik
artritis) 4. Menggunakan untuk mengetahui
metode nonanalgetik pengalaman nyeri
untuk mengurangi pasien
nyeri 3. Kaji kultur yang
5. Menggunakan mempengaruhi respon
analgetik sesuai nyeri
kebutuhan 4. Kaji tipe dan sumber
6. Mengenali gejala- nyeri untuk
gejala nyeri menentukan intervensi
7. Mencatat 5. Ajarkan tentang teknik
pengalaman nyeri non farmakologi
sebelumnya 6. Berikan analgetik
8. Melaporkan nyeri untuk mengurangi
sudah terkontrol nyeri
Tingkatan nyeri 7. Evaluasi keefektifan
1. Melaporkan adanya kontrol nyeri
nyeri 8. Kolaborasikan dengan
2. frekuensi nyeri dan dokter jika ada
panjangnya episode keluhan dan tindakan
nyeri nyeri tidak berhasil
3. ekspresi nyeri pada Analgesic Administration
wajah 1. Tentukan lokasi,
4. kurangnya istirahat karakteristik, kualitas,
2. ketegangan otot dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
7. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
8. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur


tidur keperawatan selama 2×24 1. Tetapkan pola kegiatan
berhubungan jam pasien diharapkan dan tidur pasien
dengan dapat memperbaiki pola 2. Monitor pola tidur
insomnia dalam tidurnya dengan criteria : pasien dan jumlah jam
waktu lama, 1. Mengatur jumlah tidurnya
terbangun lebih jam tidurnya 3. Jelaskan pentingnya
awal atau 2. Tidur secara rutin tidur selama sakit dan
terlambat 3. Miningkatkan pola stress fisik
bangun dan tidur 4. Bantu pasien untuk
penurunan 4. Meningkatkan menghilangkan situasi
kemampuan kualitas tidur stress sebelum jam
fungsi yng 5. Tidak ada tidurnya
ditandai dengan gangguan tidur
penuaan
perubahan pola
tidur dan cemas
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price, McCarty, Wilson Lorraine. 2006. PATOFISIOLOGI


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Dalimartha, Setiawan. 2007. 96 Resep Tumbuhan Obat untuk Reumatik. Jakarta:


PENEBAR SWADAYA.

Gunadi, W. Rachmat, Et all. 2006. Diagnosis & Terapi Penyakit Reumatik.


Bandung: SAGUNG SETO.

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sudoyo, Aru, Et all. 2006. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. JILID III,
EDISI IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Utomo, Prayogo. 2005. APRESIASI PENYAKIT PENGOBATAN SECARA


TRADISIONAL DAN MODERN. Jakarta: Penerbit RINEKA CIPTA.

Winoto, Pandi. 2003. Pengobatan Alternatif. Yogyakarta: PENERBIT


KANISIUS.
IDENTITAS MAHASISWA
KEPERAWATAN GERONTIK

NAMA : ILHAM ALWI

NIM : PO713201181021

PROGRAM : PKK

KELOMPOK : II

ALAMAT : PANGKEP

NO.HP : 082187537569
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas:
Nama : Ny. F

Umur : 67 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : bawasalo, pangkep

Suku : Bugis

Status perkawinan : kawin

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Orang yang paling dekat : Suami

2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : Nyeri sendi
 Riwayat keluhan utama : Saat ini klien merasa nyeri pada
persendian pada lutut, nyeri dirasa saat klien duduk diam, namun
rasa nyeri hilang saat klien beraktifitas, rasa nyeri seperti kaku
pada daerah persenduan dengan skala nyeri sedang dan dirasa
hilang timbul tidak pasti.

II. FISIK/BIOLOGIS
a. Pandangan lansia tentang kesehatannya
Mengatakan bahwa penyakit yang diderita karena factor usia

b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia


Mampu melakukan aktivitas dengan sendiri akan tetapi sewaktu-waktu
bisa nyeri pada persendian dan tidak bisa melakukan aktivitas
c. Kekuatan fisik lansia
 Kekuatan otot dan sendi
Kedua kaki dan tangan Ny. F tampak sejajar dan sama besar dan
panjang, tampak adanya scoliosis. Kemampuan mengubah posisi baik,
pergerakan kedua tangan dan kaik baik, kekuatan otot baik, tetapi kaki
kanan dan persendian klien sering merasa linu dan kesemutan.
 Penglihatan
Tidak ada keluhan

 Pendengaran
Tidak ada keluhan

d. ADL (Aktivity Daily Living)


Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan klien di skor 6
karena berdasarkan pengamatan, klien mampu memenuhi beraktivitas
secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain.
Kebiasaan tidur : Klien biasanya tidur siang pada jam 13.00 wita

Untuk tidur malam klien biasanya tidur pada jam 20.00 wita

Pada pengkajian personal hygiene didapatkan :

 Mandi 2 kali sehari


 Gunting kuku 1 kali seminggu
 Mencuci rambut 1 kali seminggu
e. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
 Sulit untuk beraktivitas seperti biasanya, seperti berdiri terlalu lama dan
duduk diam.
f. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
 Sangat memperhatikan jadwal minum obatnya
III. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat keluarga
 Genogram
Dalam keluarga klien tidak ada masalah kesehatan seperti kanker, DM,
penyakit jantung, epilepsi, dll

Keterangan :
: Anggota keluarga laki-laki yang meninggal

: Anggota keluarga perempuan yang meninggal

: Suami (meninggal)

: Pasien

b. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini : IRT

Pekerjaan sebelumnya : IRT

Sumber-sumber pendapatan : Suami dan anak

Riwayat lingkungan hidup : Tinggal bersama suami dan 1 orang anak

c. Riwayat rekreasi :-
d. Sumber/system pendukung yang digunakan
e. Deskripsi hari khusus :-
f. Status kesehatan saat ini : Nyeri sendi
Provokativ : Saat ini klien merasa nyeri pada persendian

Quality : Nyeri dirasa saat klien duduk diam, namun rasa nyeri hilang
saat klien beraktifitas

Region : Rasa nyeri seperti kaku pada daerah persendian

Severity scale : Sedang

Timming : Hilang timbul tidak pasti

g. Status kesehatan selama 5 tahun terakhir


 Tidak ada penyakit yang diderita 5 tahun terakhir
h. Tinjauan system
 Keadaan umum :
 Tingkat kesadaran : Composmentis
 Skala koma glasgow : E : 4 V: 5 M: 4
 Tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg P : 20 x/i
N : 80x/i S : 36oC

 Kepala
Inspeksi :

 Bentuk kepala tampak bulat, rambut tampak beruban, rambut lurus.


Penyebaran tidak merata.

Palpasi

 tidak ada lesi dan benjolan


 Mata
Inspeksi :

 Sklera tidak ikterik, konjungtiva


tidak anemis, pupil isokhor, mata klien tampak sering berair,
pergerakan bola mata simetris. Klien dapat membaca hanya dalam
jarak 30 cm.
 Telinga
Inspeksi :

 Bentuk telinga simetris,


pendengaran baik di periksa dengan detik jam, secret, serumen,
benda asing tidak ada.

 Hidung
Inspeksi :

 Tidak ada polip, terdapat rambut-rambut halus


 Leher
Inspeksi :

 Terlihat vena jugularis


Palpasi :

 Tidak teraba ada pembesaran


kelenjar getah bening.

 Wajah
Inspeksi :

 Sawo matang, terdapat kerutan


 System kardiovaskuler
Perkusi :

 Perkusi jantung terdengar pekak.

Auskultasi :

 Irama jantung terdengar regular TD 110/70 mmHg

 System pernafasan
Inspeksi :
 Bentuk thoraxs normal 2:1, pernafasan 20 x/I tidak ada kesulitan
bernafas tidak ada usaha dengan menggunakan otot bantu
pernafasan, tidak ada pernafasan cuping hidung. Tidak terdapat
sianosis pada bibir dan keadaan kuku normal.

Palpasi :

 Tidak terdapat nyeri tekan,


pengambangan dada simetris premitus taktil .

Perkusi ;

 Tidak terdapat odema, bunyi


resonan.

Askultasi :

 Tidak terdapat suara tambahan,


bunyi jantung normal (lub-dub), tidak ada masalah keperawatan

 System Gastrointestinal
Inspeksi :

 Perut buncit umbilicus tidak


menonjol tidak terlihat benjolan masa

Askultasi :

 Peristaltik usus 8x/menit


normalnya 5-25x/m

Palpasi :

 Nyeri tekan tidak ada, perabaan


massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites tidak ada

 System perkemihan
Ny. F BAK dengan frekuensi tidak tentu ± setiap 6-8jam sekali, pada

wktu mlm klien sering terbangun untuk BAK ± 2-3 kali, klien
mengatakn klien mampu menahan BAK selama klien inginkan tidak
sakit saat BAK dan lancar. Klien mengatakan pernah mengalami
kesulitan untuk defekasi karena sering menahan untuk untuk defekasi.
 Kebiasaan BAB
 1 kali sehari
 System musculoskeletal
 Kedua kaki dan tangan Ny. F tampak sejajar dan sama besar dan
panjang, tampak adanya scoliosis. Kemampuan mengubah posisi
baik, pergerakan kedua tangan dan kaik baik, kekuatan otot baik,
tetapi kaki kanan dan persendian klien sering merasa linu dan
kesemutan.
 System endokrin
 Ny. F mengatakan tidak mempunyai penyakit gula dan gondok
System Saraf Pusat
 Pendengaran :
 Tidak ada kelainan
 Penglihatan :
 Berkunang-kunang
 Pengecapan :
 Tidak ada kelainan
 Penciuman :
 Tidak ada kelainan
 Psikososial
 Ny. F mengatakan dapat bersosialisasi dengan tetangga rumahnya
 Satatus kognitif/efektif/social
a. Short Potabe Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Bena Salah No. Pertanyaan
r
√ 1. Tanggal berapa hari ini?
√ 2. Hari apa sekarang?
√ 3. Apa nama tempat ini?
√ 4. Dimana alamat anda?
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir?
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9. Siapa nama ibu anda?
√ 10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan
3 dari setiap angka baru, semua secara
berurutan
10 Jumlah
Total Skor: 10 Fungsi intelektual tubuh
Keterangan penilaian SPMSQ :
1. kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. kesalahan 3-4 gangguan fungsi intelektual ringan
3. kesalahan 5-7 gangguan fungsi intelektual sedang
4. kesalahan 8-10 gangguan fungsi intelektual berat
b. Mini Mental State Eksam (MMSE)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
. Kognitif Maksimal Klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan
benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan
benar
a. Negara Indonesia
b. Propinsi Jabar
c. Kota Bogor
d. Panti
2. Registrasi 5 5 Pemeriksa mengatakan
nama 3 objek selama 1
detik kemudian klien
mengulang nama objek
tersebut
a. kursi
b. meja
c. buku
3. Perhatian 5 5 Minta klien untuk
& memulai dari angka 100
Kalkulasi kemudian dikurangi 7
sampai 5 tahap
a. 100
b. 93
c. 86
d. 79
e. 72
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk
menyebutkan atau
mengulang ketiga objek
pada no.2
a. kursi
b. meja
c. buku
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien
suatu benda (2 objek)
tanyakan namanya!
a. Objek sepatu
b. Objek sandal
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut:
a. Ambil kertas di
tangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh di lantai
Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah
nilai 1)
a. Tutup mata anda
Perintahkan pada klien
menilai satu kalimat dan
menyalin gambar:
a. Tulis satu kalimat
b. Menyalin gambar
Total Nilai 30

c. Inventaris Depresi Beck,


 Kesedihan : klien merasa sedih
 Pesimisme : klien merasa tidak mempunyai apa-apa untuk
memandang kedepan, klien mengatakan “bila sudah tinggal
dipanti ya sudah tidak pnya masa depan “
 Rasa kegagalan : klien merasa benar-benar gagal sebagai seorang
perempuan karena klien tidak mempunyai keturunan
 Ketidakpuasan : klien mengatakan tidak puas dengan segalanya,
klien mengatakan sudah melalukan yang terbaik tetapi balasan
orang dan keluarga saya tidak sebanding
 Rasa bersalah : klien tidak merasa benar benar bersalah
 Tidak menyukai diri sendiri : klien tidak merasa kecewa dengan
dirinya sendiri
 Membahayakan diri sendiri : klien tidak punya pikiran-pikiran
yang membahagiakan diri sendiri
 Menarik diri dari soaial : klien tidak kehilangan minat pada
orang lain
 Keragu-raguan : klien membuat keputusan dengan baik
 Perubahan gambaran diri : klien tidak merasa bahwa saya
tampak lebih buruk dari sebelumnya
 Kesulitan diri : klien dapat bekerja sebaik sebelumnya
 Keletihan : klien lelah lebid dari biasanya
 Anoreksia : nafsu makan klien tidak buruk dari biasanya
Jumlah : 10 Depresi sedang
Keterangan penilaian :
1.4 Depresi tidak ada atau minimal
5.7 Depresi ringan
8.15 Depresi sedang
≥ 16 Depresi berat.

b. Apgar keluarga dengan lansil


a. Pada dasarnya klien tidak puas dengan kehidupanya
b. Klien merasa telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat
atau kesenanganya
c. Klien merasa bahwa hidup klien kosong
d. Klien sering merasa bosan
e. Klien pnya semangat yang baik setiap saat
f. Klien takut sesuatu yang buruk akan terjadi padanya
g. Klien merasa bahagia disebagian besar hidup klien
h. Klien tidak merasa tidak berdaya
i. Klien tidak lebih senang tinggal dirumah daripada pergi keluar
dan mengerjakan sesuatu yang baru
j. Klien tidak merasa memiliki masalah dengan daya ingat
dibanding kebanyakan orang
k. Klien berfikir bahwa hidup klien sekarang ini menyenangkan
l. Klien tidak merasa tidak berharga
m. Klien merasa penuh semangat
n. Klien merasa bahwa keadaan klien tidak memiliki harapan

IV. PSIKOLOGIS
a. Daya ingat : Baik
b. Proses pikir : Kurang baik
c. Alam perasaan : Merasa cemas akan penyakitnya
d. Orientasi : Belum bisa berorientasi dengan penyakitnya
V. SOSIAL EKONOMI
 Pengambilan keputussan adalah suami
 Penghasilan dari suami
 Dapat berinteraksi dengan tetangga rumah
VI. SPIRITUAL
 Selalu meminta kesembuhan kepada Tuhan
 Rajin beribadah
ASUHAN KEPERAWATAN
A. ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
Ds : Nyeri kronik ketunadayaan fisik
P : Saat ini klien merasa (artritis)
nyeri pada
persendian
Q : Nyeri dirasa saat
klien duduk diam,
namun rasa nyeri
hilang saat klien
beraktifitas
R : Rasa nyeri seperti
kaku pada daerah
persendian
S : Dengan skala nyeri
sedang
T : Dirasa hilang timbul
tidak pasti.
Do :
- Klien terlihat
memegangi
kakinya sesekali
- Bentuk tulang
klien scoliosis
- Klien terlihat
meringis
Ds :
- Klien mengatakan Gangguan pola tidur insomnia dalam waktu
klien mengalami lama, terbangun lebih
sesulitan tidur awal dan penurunan
- klien merasa gelisah kemampuan fungsi yng
dan memikirkan ditandai dengan penuaan
bayak masalan perubahan pola tidur dan
- klien mengatakan ini cemas
sudah terjadi lebih
dari satu kali dalam
sebulan
- klien mengatakan
bila tidak bisa tidur
klien memilih untuk
membaca doa-doa
Do :
- klien terlihat tidur
siang
- klien tampak
mengantuk di pagi
hari.

B. INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri kronik Setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan keperawatan selama 3 × 24 1. Lakukan pengkajian
dengan jam pasien diharapkan nyeri secara
ketunadayaan nyeri hilang dengan komprehensif
fisik atau criteria : termasuk lokasi,
psikososial Kontrol nyeri karakteristik, durasi,
kronis 1. Mengenali faktor frekuensi, kualitas dan
(misalnya, penyebab faktor presipitasi
kanker 2. Mengenali onset 2. Observasi reaksi
metastasis, (lamanya sakit) nonverbal dari
cedera 3. Menggunakan ketidaknyamanan
neurologis dan metode pencegahan Gunakan teknik
artritis) 4. Menggunakan komunikasi terapeutik
metode untuk mengetahui
nonanalgetik untuk pengalaman nyeri
mengurangi nyeri pasien
5. Menggunakan 3. Kaji kultur yang
analgetik sesuai mempengaruhi respon
kebutuhan nyeri
6. Mengenali gejala- 4. Kaji tipe dan sumber
gejala nyeri nyeri untuk
7. Mencatat menentukan intervensi
pengalaman nyeri 5. Ajarkan tentang teknik
sebelumnya non farmakologi
Melaporkan nyeri sudah 6. Berikan analgetik
terkontrol untuk mengurangi
Tingkatan nyeri nyeri
1. Melaporkan adanya 7. Evaluasi keefektifan
nyeri kontrol nyeri
2. frekuensi nyeri dan 8. Kolaborasikan dengan
panjangnya episode dokter jika ada
nyeri keluhan dan tindakan
3. ekspresi nyeri pada nyeri tidak berhasil
wajah Analgesic Administration
4. kurangnya istirahat 1. Tentukan lokasi,
3. ketegangan otot karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
7. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
8. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur


tidur keperawatan selama 3 × 24 1. Tetapkan pola
berhubungan jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
dengan dapat memperbaiki pola pasien
insomnia dalam tidurnya dengan criteria : 2. Monitor pola tidur
waktu lama, 1. Mengatur jumlah pasien dan jumlah
terbangun lebih jam tidurnya jam tidurnya
awal atau 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
terlambat 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit
bangun dan tidur dan stress fisik
penurunan 4. Meningkatkan 4. Bantu pasien untuk
kemampuan kualitas tidur menghilangkan
fungsi yng 5. Tidak ada situasi stress
ditandai dengan gangguan tidur sebelum jam
penuaan tidurnya
perubahan pola
tidur dan cemas

C. IMPLEMENTASI

No Tanggal/ Implementasi
Evaluasi Keperawatan Paraf
. Waktu Keperawatan
1. 19-12-20 Pain Management Subjektif:
09.45 1. Melakukan  Klien mengatakan
pengkajian nyeri masih merasakan nyeri
secara komprehensif di bagian lutut,
09.50 termasuk lokasi, munculnya nyeri
karakteristik, durasi, biasanya setelah
frekuensi, kualitas beraktifitas. Saat
09.53 dan faktor presipitasi aktifitas nyeri tidak
2. Mengobservasi reaksi dirasakan, tetapi saat
09.55 nonverbal dari duduk baru nyeri
11.20 ketidaknyamanan dirasakan, bila dibawa
13.45 Gunakan teknik istirahat (tidur) nyeri
komunikasi berkurang.
terapeutik untuk  Klien mengatajakan
mengetahui nyeri dirasakan skala 6
pengalaman nyeri (sedang), munculnya
pasien nyeri tidak pasti.
3. Mengkaji tipe
dan  Klien mengatakan
sumber nyeri untuk mengerti cara
menentukan mengurangi nyeri
intervensi dengan cara kompres air
4. Mengajarkan tentang hangat.
manjemen nyeri : Objektif:
kompres hangat.  Klien tampak
5. Memberikan memegang lututnya dan
analgetik untuk meringis nyeri.
mengurangi nyeri  Klien tampak mengerti
6. Mengevaluasi menajemen nyeri
keefektifan kontrol (kompres hangat) yang
nyeri diajarkan oleh perawat.
 Klien tampak belum
bisa mengontrol nyeri
dan belum bisa
melakukan manejemen
nyeri yang diajarkan
perawat.
Asasment:
Masalah nyeri belum
teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang
manjemen nyeri :
Kompres hangat.
4. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
2. 19-12- Peningkatan Tiidur Subjektif:
2020 1. Menetapkan pola  Klien mengatakan
kegiatan dan tidur biasanya tidur siang
pasien setelah shalat zuhur dan
2. Memonitor pola tidur bangunnya kadang-
pasien dan jumlah kadang sebelum shalat
jam tidurnya asyar.
3. Menjelaskan  Klien mengatakan saat
pentingnya tidur tidur malam hanya 3 - 4
selama sakit dan jam, sering terbangun
stress fisik saat malam (biasanya
4. Membantu pasien BAK, sahalat tahajut,
untuk menghilangkan membaca AL_Qur’an)
situasi stress sebelum dan susah untuk tidur
jam tidurnya (saat lagi.
tidur siang)  Klien mengatakan sulit
untuk tidak memikirkan
masalah yang
dialaminya (memikirkan
keluarga yang tidak
sesuai dengan harapan
klien). Sehingga hal
tersebut membuatnya
terbangun saat tidur dan
sulit untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan
mengerti pentingnya
tidur yang cukup untuk
kesehatan tubuh.
Objektif:
 Klien sudah memiliki
jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat
jam 12.43
 Klien tampak mengerti
dengan penjelasan
perawat tentang
pentingnya pola tidur
yang cukup.
Assesment:
 Masalah Gangguan pola
tidur teratasi sebagian.

Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur
pasien dan jumlah
jam tidurnya
2. Membantu pasien
untuk menghilangkan
situasi stress sebelum
jam tidurnya (saat
tidur siang)
3. Menetapkan pola
kegiatan dan tidur
pasien
3. 20-12- Manajement Pain Subjektif:
2020 1. Melakukan  Klien mengatakan
08.00 pengkajian nyeri masih merasakan nyeri
secara komprehensif di bagian lutut,
termasuk lokasi, munculnya nyeri setelah
08.05 karakteristik, durasi, beraktifitas (senam
frekuensi, kualitas pagi). Saat aktifitas
dan faktor presipitasi nyeri tidak dirasakan,
08.06 2. Mengobservasi reaksi tetapi saat duduk baru
nonverbal dari nyeri dirasakan, bila
11.30 ketidaknyamanan dibawa istirahat (tidur)
12.00 Gunakan teknik nyeri berkurang.
komunikasi  Klien mengatajakan
terapeutik untuk nyeri dirasakan skala 6
mengetahui (sedang), munculnya
pengalaman nyeri nyeri tidak pasti.
pasien  Klien mengatakan
3. Mengajarkan tentang mengerti cara
manjemen nyeri : mengurangi nyeri
Kompres hangat. dengan cara kompres air
(mempraktekkan hangat.
secara langsung  Klien mengatakan nyeri
kepada pasien) berkurang setelah
4. Memberikan dilakukan kompres air
analgetik untuk hangat.
mengurangi nyeri
Objektif:
5. Mengevaluasi
 Klien tampak
keefektifan kontrol
memegang lututnya dan
nyeri
meringis nyeri.
 Klien tampak mengerti
menajemen nyeri
(kompres hangat) yang
diajarkan oleh perawat.
 Klien sudah bisa
mengontrol nyeri
Asasment:
 Masalah nyeri belum
teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang
manjemen nyeri :
Tehnik distraksi.
4. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi
keefektifan kontrol
nyeri.
4. 20-12- Peningkatan Tidur Subjektif:
2020 1. Memonitor pola tidur  Klien mengatakan
pasien dan jumlah biasanya tidur siang
jam tidurnya setelah shalat zuhur dan
2. Membantu pasien bangunnya kadang-
untuk menghilangkan kadang sebelum shalat
situasi stress sebelum asyar.
jam tidurnya (saat  Klien mengatakan tadi
tidur siang) malam tidurnya 4 – 5
3. Menetapkan pola Jam, karena sering
kegiatan dan tidur terbangun saat malam
pasien. (biasanya BAK, sahalat
tahajut, membaca
AL_Qur’an) dan susah
untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit
untuk tidak memikirkan
masalah yang
dialaminya (memikirkan
keluarga yang tidak
sesuai dengan harapan
klien). Sehingga hal
tersebut membuatnya
terbangun saat tidur dan
sulit untuk tidur lagi.
Objektif:
 Klien tampak
mengantuk saat pagi
hari
 Klien sudah memiliki
jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat
jam 13.00
Assesment:
 Masalah Gangguan pola
tidur teratasi sebagian.
Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola
tidur pasien dan
jumlah jam tidurnya
2. Membantu pasien
untuk
menghilangkan
situasi stress
sebelum jam
tidurnya (saat tidur
siang)
3. Menetapkan pola
kegiatan dan tidur
pasien
5. 21-12- Pain Management Subjektif:
2020 1. Melakukan  Klien mengatakan
pengkajian nyeri masih merasakan nyeri
secara komprehensif di bagian lutut,
termasuk lokasi, munculnya nyeri setelah
karakteristik, durasi, beraktifitas (senam
frekuensi, kualitas pagi). Saat aktifitas
dan faktor presipitasi nyeri tidak dirasakan,
2. Mengobservasi reaksi tetapi saat duduk baru
nonverbal dari nyeri dirasakan, bila
ketidaknyamanan dibawa istirahat (tidur)
Gunakan teknik nyeri berkurang.
komunikasi  Klien mengatajakan
terapeutik untuk nyeri dirasakan skala 6
mengetahui (sedang), munculnya
pengalaman nyeri nyeri tidak pasti.
pasien  Klien mengatakan
3. Mengajarkan tentang mengerti cara
manjemen nyeri : mengurangi nyeri
Kompres hangat. dengan cara kompres air
(mempraktekkan hangat.
secara langsung  Klien mengatakan nyeri
kepada pasien) berkurang setelah
4. Memberikan dilakukan kompres air
analgetik untuk hangat.
mengurangi nyeri
Objektif:
5. Mengevaluasi
 Klien tampak
keefektifan kontrol
memegang lututnya dan
nyeri.
meringis nyeri.
 Klien tampak mengerti
menajemen nyeri
(kompres hangat) yang
diajarkan oleh perawat.
 Klien sudah bisa
mengontrol nyeri
Asasment:
 Masalah nyeri belum
teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
2. Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang
manjemen nyeri :
Kompres hangat.
(mempraktekkan secara
langsung kepada pasien)
4. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi
keefektifan kontrol
nyeri.

6. 21-12- Peningkatan Tidur Subjektif:


2020 1. Memonitor pola tidur  Klien mengatakan
pasien dan jumlah biasanya tidur siang
jam tidurnya setelah shalat zuhur dan
2. Membantu pasien bangunnya kadang-
untuk menghilangkan kadang sebelum shalat
situasi stress sebelum asyar.
jam tidurnya (saat  Klien mengatakan tadi
tidur siang) malam tidurnya 4 – 5
3. Menetapkan pola Jam, karena sering
kegiatan dan tidur terbangun saat malam
pasien (biasanya BAK, sahalat
tahajut, membaca
AL_Qur’an) dan susah
untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit
untuk tidak memikirkan
masalah yang
dialaminya (memikirkan
keluarga yang tidak
sesuai dengan harapan
klien). Sehingga hal
tersebut membuatnya
terbangun saat tidur dan
sulit untuk tidur lagi.
Objektif:
 Klien tampak
mengantuk saat pagi
hari
 Klien sudah memiliki
jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat
jam 13.00
Assesment:
 Masalah Gangguan pola
tidur teratasi sebagian.
Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola
tidur pasien dan
jumlah jam tidurnya
2. Membantu pasien
untuk
menghilangkan
situasi stress
sebelum jam
tidurnya (saat tidur
siang)
3. Menetapkan pola
kegiatan dan tidur
pasien

Anda mungkin juga menyukai