Anda di halaman 1dari 10

ASKEP PADA ANAK DENGAN CONGENITAL

DISLOCATION OF HIP
October 22, 2012 · Filed under Uncategorized

1.1  LATAR BELAKANG

Beberapa anak yang lahir dengan masalah pinggul disebut dislokasi pinggul bawaan
(displasia). Kondisi ini biasanya didiagnosis segera setelah bayi lahir.Sebagian besar
waktu, hal itu mempengaruhi pinggul kiri pada anak pertama lahir, perempuan, dan
bayi lahir dalam posisi sungsang.

Bagian atas tulang paha (femur) berbentuk seperti bola dan cocok ke dalam cangkir
pencocokan (acetabulum) pada sisi luar panggul. Berbagai masalah dapat
mempengaruhi pinggul bayi karena berkembang. Terkadang bola tidak terletak
dengan aman dalam soket dan dipindahkan dari itu: ini adalah apa yang dimaksud
dengan dislokasi. Kadang-kadang, meskipun bola dalam soket, dapat menyelinap
masuk dan keluar dari tempatnya. Ini adalah apa yang dimaksud dengan pinggul yang
dislocatable. Kadang-kadang meskipun pinggul yang dalam soket tidak mendalam di
tempat dan kita sebut pinggul ini ‘subluxated’. Akhirnya, pada beberapa anak
meskipun pinggul yang di tempat yang tepat soket tidak tumbuh dengan baik dan
terlalu dangkal. Jika soket pinggul dangkal ini memungkinkan bola untuk bergerak
dari posisi seharusnya menempati. 1 sampai 2 dalam 1.000 bayi yang lahir mungkin
memiliki pinggul yang terkilir saat lahir. Sebuah kelompok yang sedikit lebih besar
dari anak-anak memiliki pinggul yang tidak aman dalam soket atau soket adalah
dangkal dari yang seharusnya. Secara umum, anak perempuan lebih mungkin akan
terpengaruh dibandingkan anak laki-laki. Pinggul kiri lebih sering terkena daripada
sisi kanan.

1.2  TUJUAN

1.      Menjelaskan pengertian Congenital dislocatoin of hip

2.      Menjelaskan etologi Congenital dislocatoin of hip

3.      Menjelaskan patologi Congenital dislocatoin of hip

4.      Menjelaskan manifestasi klinis Congenital dislocatoin of hip

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1  Pengertian

Congenital dislocatoin of hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau tulang semenjak
lahir. Suatu bentuk kelainan pada persendian yang ditemukan pada bayi baru
lahir.Congenital dislocatoin of hip terjadi dengan kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan
lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding anak laki-laki.penyebab hal ini
belum diketahui tapi diduga melibatkan faktor genetik.

Kelainan ini sering dijumpai pada:

• Anak pertama

• Bayi perempuan

• Riwayat dislokasi pada keluarga.

• Bayi dalam letak bokong

kriteria untuk mengetahui diagnosis congenital dislocation dapat dilakukan dengan


secara fisik dan radiografi.tanda-tanda klinis tertentu telah diidentifikasi yang
membantu dalam mengevaluasi bayi yang baru lahir.diantaranya:

• pinggul tertekuk, karena shortening dan kontraksi adductors hip

• peningkatan kedalaman atau asimetri dari inguinalis atau lipatan paha;

• pemendekan satu kaki;

• posisi bawah lutut sisi terpengaruh ketika lutut dan pinggul yang tertekuk, karena
lokasi femoralis posterior kepala untuk acetabulum dalam posisi ini;

• Barlow’s test (“bunyi yang keluar” atau dislokasi sign);

• telescoping atau tindakan pistoning paha, karena kurangnya penahanan kepala


femoralis dengan acetabulum;

• Trendelenburg – drop pinggul normal ketika anak berdiri pada kedua kaki,
mengangkat tungkai dan dikenakan berat pada sisi yang terkena.

2.2. Etiologi

Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan
oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).
congenital dislocation of hip biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur
yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang sedemikian rupa karena cacat
bawaan.

Kebanyakan bayi yang lahir dengan Congenital dislocatoin of hip memiliki orang tua
yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang
wanita hamil yang telah mengikuti semua nasihat dokternya agar kelak melahirkan
bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memilii kelainan bawaan.
60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui; sisanya disebabkan oleh
faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya.

• Teratogenik

Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan
resiko suatu kelainan bawaan.Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen.

• Gizi

Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi
juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik.Salah satu zat yang penting untuk
pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan
resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida
bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita
usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.

• Faktor fisik pada rahim

Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung
terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau
menunjukkan adanya kelainan bawaan.

• Faktor genetik dan kromosom

Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa


kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang
abnormal dari salah satu atau kedua orang tua.Gen adalah pembawa sifat individu
yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang
atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.

 Informasi yang diperoleh dari ortopedi Radiologi oleh Adam Greenspan tentang
Congenital dislocatoin of hip tentang pergeseran pada panggul adalah:

a) Y-line adalah garis yang ditarik melalui bagian superior dari tulang rawan
triradiate. Pada bayi normal, jarak yang diwakili oleh baris (ab) tegak lurus garis-Y
pada titik paling proksimal leher femoralis harus sama di kedua sisi panggul,
sebagaimana seharusnya jarak diwakili oleh garis (bc) ditarik bertepatan dengan garis-
Y medial ke lantai acetabular. Pada bayi usia enam sampai tujuh bulan, nilai rata-rata
untuk jarak (ab) menjadi 19,3 mm + / – 1,5 mm; untuk jarak (bc), 18,2 mm + / – 1,4
mm. Indeks acetabular adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung ditarik ke atap
acetabular dari titik (c) di lantai acetabular pada garis-Y. Nilai normal dari sudut ini
berkisar antara 25 derajat hingga 29 derajat. Garis Shenton-Menard adalah busur
berjalan melalui aspek medial leher femoralis di perbatasan unggul foramen
obturatorius.. Harus halus dan tak terputus.

b) Garis Perkins-Ombredanne ditarik tegak lurus dengan garis-Y, melalui tepi paling
lateral acetabular tulang rawan kaku, yang benar-benar sesuai dengan spina iliaka
anteroinferior pada bayi baru lahir normal dan bayi, aspek medial femur atau leher
kaku modal femoral epiphysis jatuh di dalam kuadran yang lebih rendah. Munculnya
salah satu dari struktur di kuadran luar atau lebih rendah menunjukkan subluksasi
atau dislokasi pinggul.

c) The Rosen von Andren-line,, yang diperoleh dengan setidaknya 45 derajat dari
pinggul dan rotasi internal, digambarkan sepanjang sumbu longitudinal batang
femoralis. Dalam pinggul normal, memotong panggul di tepi atas acetabulum tersebut.

d) Dalam subluksasi atau dislokasi pinggul, baris membagi-dua atau jatuh di atas
tulang belakang anteorsuperior iliaka.

2.3 Anatomi

Dalam dislokasi pinggul, bola di bagian atas tulang paha (kepala femoral) tidak duduk
aman di soket (acetabulum) dari sendi pinggul. Ligamen di sekitarnya juga mungkin
longgar dan menggeliat. Bola mungkin kendur dalam soket atau benar-benar di luar
itu.

2.4 Patofisiologi

Dysplasia perkembangan pinggul (developmental dysplasia of the hip, DDH),atau


congenital dislocation of the hip, merupakan ketidaknormalan perkembangan antara
kaput femur dan asetabulum. Pinggul merupakan suatu bonggol (kaput femur) dan
mangkuk (asetabulum) sendi yang memberikan gerakan dan stabilitas pinggul.
Terdapat tiga pola dalam CDH :

1.      Dysplasia asetabular (perkembangan tidak normal )- keterlambatan dalam


perkembangan asetabulum sehingga lebih dangkal dari normal, kaput femur tetap
dalam asetabulum ;

2.      Subluksasi – dislokasi pinggul yang tidak normal ; kaput femur tidak sepenuhnya
keluar dari asetabulum dan dapat berdislokasi secara parsial ; dan

3.      Dislokasi – pinggul berada pada posisi dislokasi, dan kaput femur tidak
bersentuhan dengan asetabulum. DDH pada akhirnya dapat berkembang menjadi
reduksi permanen, dislokasi lengkap, atau dysplasia akibat perubahan adaptif yang
terjadi pada jaringan dan tulang yang berdekatan.

2.5 Manifestasi klinis

• Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena

• Posisi tungkai yang asimetris

• Lipatan lemak yang asimetris


• Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang
terkena tampak memendek.

• ilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada
dislokasi anterior sendi bahu.

• Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi
panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.

• Nyeri

2.6 Pemeriksaan diagnosik

Pemeriksaan yang paling penting adalah pemeriksaan USG,pada bayi yang agak besar
atau anak-anak dapat dilakukan rontgen.

1) Rontgen

Menunjukkan lokasi / luasnya fraktur / trauma

2) Scan tulang, tonogram, CT scan / MRI

Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan


jaringan lunak.

2.7 Penatalaksanaan

1) Pada awal masa bayi, agar kaput femoralis tetap berada dalam kantungnya, bisa
dipasang alat untuk memisahkan tungkai dan melipatnya ke arah luar (seperti kodok).

2) Jika posisi diatas sulit dipertahankan, bisa digunakan gips yang secara periodik
diganti sehingga pertumbuhan tulang tidak terhambat.

3) Jika tindakan tersebut tidak berhasil atau jika dislokasi diketahui setelah anak
cukup besar, maka dilakukan tindakan pembedahan.

 PENGKAJIAN

 Pengkajian
– Pengkajian musculoskeletal

– Kaji tanda iritasi kulit

– Kaji respon anak terhadap traksi dan immobilisasi dalam balutan gips

– Pasca operasi kaji tanda vital dan drainase luka

– Kaji tingkat perkembangan anak


– Kaji kesiapan orang tua untuk merawat di rumah

3.2  DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (boedihartono,1994).

a.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi

b.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi

c.        Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh

3.3  RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi

Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang

 criteria hasil : Nyeri berkurang, Klien tampak tenang

• Kaji tingkat nyeri

• Beri posisi rileks

• Ajarkan tekhnik relaksasi

• Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

• Kolaborasi pemberian analgetik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi

Tujuan :Klien dapat bergerak bebas

Kriteria hasil :Klien dapat bergerak bebas

• Kaji tingkat mobilisasi klien

• Beri latihan ROM

• anjurkan alat bantu jika dibutuhkan


 

3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh

Tujuan :Masalah klien teratasi

kriteria hasil :Klien dapat menungkapkan masalahnya

• kaji konsep diri

• bantu klien mengungkapkan masalahnya

• bantu klien mengatasi masalahnya       

3.4 EVALUASI

Hasil yang diharapkan

1.      Pinggul bayi atau anak akan tetap pada posisi yang diharapkan

2.      Kulit bayi atau anak akan tetap utuh tanpa kemerahan atau kerusakan

Orang tua akan mendemonstrasikan aktivitas perawatan untuk mengakomodasi alat


bantu pengoreksi bayi / anak atau gips spika pinggul.

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

1.      CDH adalah deformitas ortopedik yang didapat sebelum atau saat kelahiran,
kondisi ini mengacu pada malformasi sendi panggul selama perkembangan janin.

2.      Etiologi dari CDH yaitu 1.teratogenik; 2.gizi; 3.faktor fisik pada rahim; 4.faktor
genetic dan kromosom.

3.      Pemeriksaan yang paling penting adalah pemeriksaan USG, pada bayi yang agak
besar atau anak-anak dapat dilakukan rontgen,scan tulang, tomogram, CT scan/MRI.
4.      CDH  terjadi dengan kejadian 1,5 per 1000 kelahiran dan lebih umum terjadi
pada anak perempuan disbanding anak laki-laki.kelainan yang sering dijumpai pada
1.anak pertama; 2.anak perempuan; 3.riwayat dislokasi pada keluarga; 4.bayi dalam
letak bokong.

4.2    Saran

Agar para ibu menjaga gizi pada saat masa kehamilan .Salah satu yang paling penting
untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Hindari factor-faktor yang dapat
menyebabkan CDH misalnya sinar rontgen, radiasi, dan penggunaan obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

1.      http://hasgurstika.blogspot.com/2011/02/askep-cdh.html

2.      Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta EGC.
Epidemiologi
- Bilateral > unilateral
- Perempuan > laki-laki = 8 : 1
- Kejadian meningkat pada :

 Ada riwayat keluarga


 Kebiasaan membedong bayi
 Bawaan dari kelainan kongenital lain, seperti: Congenital Muscular Torticolis dan
Congenital Metatarsus Adductus.

Penegakan Diagnosa 
Dapat dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain

 Anamnesis berupa usia, faktor resiko dan onset gejala.


 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik meliputi

 Tes Barlow : suatu manuver yang bertujuan untuk menguji DDH dengan cara
mengeluarkan kaput femur dari acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi dan
ibu jari pemeriksa diletakkan di lipatan paha.
 Positif bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari pemeriksa
dan terdengar bunyi 'klik'.
 Tes Ortolani : suatu manuver uji DDH dengan memasukkan kaput femur ke
acetabulum dengan melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral). Positif
bila:

Ada bunyi klik saat trokhanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang tadi keluar saat
tes Barlow masuk ke acetabulum.

Sudut abduksi < 60 derajat (suspek DDH). Normalnya, sudut abduksi = 65 sampai 80
derajat. 

 Tidak semua orang dapat mendengar bunyi 'klik' pada tes Barlow dan Ortolani
sehingga dibutuhkan seorang ahli ortopedi untuk melakukannya. 
 Tanda Galeazzi : Fleksikan femur, dekatkan antara yang kiri dan kanan, lihat apakah
lututnya sama panjang atau tidak. Bila tidak sama panjang hal ini berarti hasil
pemeriksaan adalah +. 
 Tes Tradelenberg: anak disuruh berdiri 1 kaki secara bergantian. Saat berdiri pada
kaki yang DDH (+), akan terlihat : 

Otot panggul abduktor (menjauhi garis tubuh). Normalnya, otot panggul akan
mempertahankan posisinya tetap lurus. 
Dapat diklasifikasikan sebagai spektrum keterlibatan penyakit (fase)

    subluxable
        Barlow-sugestif

    dislokasi
        Barlow-positif

    terkilir
        Ortolani-positif awal ketika direduksi; Ortolani-negatif telat bila tidak tereduksi

Anda mungkin juga menyukai