PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat
berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang
lama tanpa gejala. Rheumatoid arthritis
sepenuhya diketahui. Meskipun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur
telah lama dicurigai, tak satu pun telah terbukti sebagai penyebabnya.
Penyebab Rheumatoid arthritis merupakan masalah yang sangat aktif diteliti
diseluruh dunia. Hal ini diyakini bahwa kecenderungan untuk terkena
penyakit Rheumatoid arthritis dapat diwariskan secara genetik. Hal ini juga
diduga infeksi tertentu atau lingkungan yang mungkin memicu pengaktifan
sistem kekebalan tubuh pada individu yang rentan. Serangan Rheumatoid
arthritis sering terjadi pada orang diantara umur 25 sampai 55 tahun.
Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat.
Pengertian ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri sendi
disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini diperparah oleh iklan
jamu/obat tradisional. Penyakit rematik banyak jenisnya. Tidak semua
keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu berarti asam urat. Untuk
memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium.
dan
Gout Artritis
5. Untuk mengetahui terapi yang digunakan dalam penyakit Rheumatoid
arthritis dan Gout Artritis
6. Untuk mengetahui gejala dari penyakit Rheumatoid arthritis dan Gout
Artritis
7. Untuk mengetahui salah satu contoh kasus dan terapi yang diberikan
dalam penyakit Rheumatoid arthritis dan Gout Artritis
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
a.
Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun kronik dimana
sistem imun tubuh menyerang jaringan yang sehat dan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan kerusakan sendi, nyeri kronik, gangguan hingga
hilangnya fungsi sendi hingga kecacatan. Arthritis rheumatoid adalah tipe
arthritis yang paling parah dan dapat menyebabkan cacat, kebanyakan
menyerang perempuan hingga tiga sampai empat kali daripada laki-laki. RA
pada umumnya menyerang persendian tangan, kaki dan pergelangan serta
menurunkan tingkat harapan hidup hingga 6 10 tahun (Price. A Sylvia,
Wilson M. Lorraine., 2003)
Rematik dapat menyerang hampir semua sendi, tetapi yang paling
sering diserang adalah sendi di pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut dan
engkel kaki. Sendi-sendi lain yang mungkin diserang termasuk sendi di
tulang belakang, pinggul, leher, bahu, rahang dan bahkan sambungan antar
tulang sangat kecil di telinga bagian dalam. Rematik juga dapat memengaruhi
organ tubuh seperti jantung, pembuluh darah, kulit, dan paru- paru. Serangan
rematik biasanya simetris yaitu menyerang sendi yang sama di kedua sisi
tubuh, berbeda dengan osteoartritis yang biasanya terbatas pada salah satu
sendi.
b. Gout artritis
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu
penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah
dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri
infalamasi satu sendi.
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri
yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas
pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki,
pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
Makalah Farmakoterapi : Rheumatoid arthritis dan Gout artritis| 4
jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada
satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat
mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk
sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat). (Syukri, 2007). Gout dapat bersifat primer, sekunder,
maupun idiopatik. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan
asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat.
Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan
atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian
obat-obatan
tertentu
sedangkan
gout
idiopatik
adalah
hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada
kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas.(Putra, 2009)
II.2 Patofisiologi
a. Rheumatoid arthritis
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vascular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi articular
cartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
menutup yang menutupi kaartilago pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi di antara permukaan
sendi, karena jaringan vibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dalam sub chondrial bisa menyebabkan osteoporosis
setempat. Lamanya Rheumatoid arthritis berbeda dari tiap orang. Di tandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Yang lain, terutama yang mempunyai faktor Rheumatoid (seropositif
gangguan Rheumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
b. Gout artritis
b) Hormone sex
Prevalensi AR lebih besar pada perempuan dibandingkan dengan
laki-laki,
sehingga
diduga
hormone
sex
berperanan
dalam
Faktor
genetik
seperti
gangguan
metabolisme
purin
yang
atau keduanya.
Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat
menyebabkan hiperuricemia.
Departemen
Ilmu
Penyakit
Dalam
Fakultas
Kedokteran
b. Gout artritis
Sejak ditemukan pada abad V SM, hingga kini belum
ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit asam
urat.
Jumlah
18
tahun prevalensinya
mencapai 1,5%.
Di
Selandia Baru
yang
paling
tinggi
yaitu
di
orang
dari
1994-1995.
Dari
data
tersebut
Menurut data
urat ada
18
orang.
Dan
dari
pemeriksaan laboratorium
mencegah
atau
memperlambat
kerusakan
persendian,
efektif, obat dengan efek samping lebih berat akan ditambahkan. Dokter
akan menyesuaikan dosis dengan kondisi pasien.
Obat pereda sakit
Beberapa
DMARDs
yang
bisa
digunakan
adalah
Terapi
otot dan kebugaran tubuh. Beberapa terapi yang bisa dilakukan adalah terapi
okupasi, podiatry, dan fisioterapi.
Operasi
sendi yang rusak dengan prostesis yang terbuat dari plastik atau logam.
Operasi penggabungan sendi. Prosedur ini dilakukan untuk meredakan
nyeri, dan menyetel kembali atau menstabilkan sendi jika penggantian
sendi total tidak bisa dilakukan.
Penderita Rheumatoid arthritis juga disarankan untuk menjalani diet
yang sehat serta berolahraga secara teratur untuk memperkuat otot yang
mendukung persendian, membantu pergerakan sendi, dan meredakan stres.
Bagi orang yang mengalami kelebihan berat badan, olahraga juga bisa
membantu menurunkan berat badan dan meringankan tekanan pada tulang
dan sendi.
Sendi akan terasa lebih kaku dan otot menjadi lebih lemah jika tidak
digerakkan, tapi aktivitas yang dilakukan harus seimbang dan tepat. Hindari
olahraga yang membutuhkan kontak fisik secara langsung dan disarankan
untuk melakukan olahraga yang tidak terlalu menekan persendian, seperti
berjalan, berenang, dan bersepeda.
Makalah Farmakoterapi : Rheumatoid arthritis dan Gout artritis| 16
b. Gout Artritis
Asupan Cairan
Menjaga asupan cairan yang cukup membantu mencegah serangan
gout akut. Asupan cairan yang cukup juga menurunkan resiko
pembentukan batu ginjal pada pasien dengan gout. Alkohol diketahui
memiliki efek diuretik yang dapat berkontribusi terhadap dehidrasi
dan mengendapkan asam urat, lalu timbullah serangan gout akut.
Alkohol
juga
dapat
mempengaruhi
metabolisme
asam
urat
utama
yang
memperburuk
gout
dengan
menghambat
dehidrasi,
yang
keduanya
berkontribusi
pada
siku,
dan
dimetabolisme
telinga.
oleh
Karena
ginjal,
febuxostat
mungkin
tidak
memiliki
signifikan
keunggulan
Kaku. Persendian akan terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Gejala ini
terutama dirasakan pada pagi hari atau setelah beristirahat. Gejala kaku
pada persendian ini sering dikaitkan dengan osteoartritis. Namun biasanya
pada osteoartritis, gejala akan menghilang setengah jam setelah bangun
tidur, sedangkan pada Rheumatoid arthritis akan bertahan lebih lama.
Nyeri. Persendian akan terasa nyeri dan berdenyut. Sama halnya dengan
rasa kaku pada persendian, biasanya rasa nyeri lebih parah pada pagi hari
atau setelah beristirahat.
Selain gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, beberapa
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Arthritis rhematoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien arthritis rheumatoid terjadi
setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan
umum cepat lelah. Biasanya gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah,
demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan kaku
sendi. Oleh karena itu, penderita Arthritis Rheumatoid seringkali datang
dengan keluhan arthritis yang nyata dan tanda-tanda keradangan sistemik.
Meskipun penderita arthritis rheumatoid jarang yang sampai
menimbulkan kematian, namun apabila tidak segera ditangani dapat
menimbulkan gejala deformitas/cacat yang menetap. Selain itu karena
penyakit ini bersifat kronis dan sering kambuh, maka penderita akan
mengalami penurunan produktivitas pekerjaan karena gejala dan keluhan
yang timbul menyebabkan gangguan aktivitas fisik, psikologis, dan kualitas
hidup
menderita.
Prognosis
untuk
kehidupan
penderita
tidak
III.2 Saran
Diharapkan
penilitian
mengenai
penyakit
ini
dapat
terus
DAFTAR PUSTAKA
American College of Rheumatology. 1987 Criteria for the Classification of Acute
Arthritis of Rheumatoid Arthritis. Diunduh dari: http://www.rheumatology.org.
Diakses 23 september 2012
American College of Rheumatology. The 2010 ACR-EULAR classification
criteria for rheumatoid arthritis. Diunduh dari: http://www.rheumatology.org.
Diakses 23 september 2012
Dipiro, J. T. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7nd Edition.
USA : The McGraw-Hill Companies
Gunawan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi, FKUI : Jakarta
Helbert M. Flesh and Bones of Immunology. Elseivers Health Sciences Right
Departement; 2006. p. 82
Padip R. Patel. 1990. RADIOLOGI edisi 2. Fransisco : Penerbit buku Erlangga
Medical Series
Palande DD. 2009. Arthritis Reumatoid. http://www.medicastore.com, diakses
tanggal 9 April 2013 pukul 15.00 WIB
Price. A Sylvia, Wilson M. Lorraine. 2003. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran ECG
Stovitz SD, Johnson RJ. 2003. NSAID and Musculoskeletal Treatmen. The
Physician and Sport Medicine Vol 31 N0 1 January 2003
Sujudi, A. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia, DEPKES RI: Jakarta
Sukandar, E. 2008. ISO Farmakoterapi. PT ISFI : Jakarta
Tjay, T. H. 2007. Oat-Obatan Penting. PT Gramedia : Jakarta