KRIM KETOKENAZOL
OLEH KELOMPOK 1
Master Formula
Kenazol®cream
No. Nama bahan Kegunaan
1. Ketokonazole Zat aktif
2. Propilenglikol Humektan, pengawet
3. Cetyl alkohol Emulsifying agent,
stiffening agent
4. Span 80 Agen pengemulsi, surfaktan
nonionik
5. Tween 80 Agen pengemulsi, surfaktan
nonionik
6. Disodium EDTA Chelating agent
7. Butyl hidroksi toluena Antioksidan
8. Aquadest Fase air
DEFINISI SEDIAAN KRIM
Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar.
Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai.
Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam
minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).
Dasar formula
1. Alasan pemilihan zat aktif (ketokonazole)
Oleh karena itu, pada formulasi ini ketokonazole akan dibuat dalam
bentuk sediaan krim yang digunakan secara topikal untuk meminimalkan efek
samping yang terjadi pada pemberian oral dan untuk memberikan efek terapi
yang lebih efektif.
2. Alasan Pemilihan Zat Tambahan
1. Propilenglikol
Propilenglikol merupakan cairan jernih, tidak berwarna, cairan tidak berbau, dengan rasa
manis. Propilenglikol dapat digunakan sebagai humektan dengan konsentrasi 0,15% pada
penggunaan topikal, dan sebagai pengawet dengan konsentrasi 15-30 %, dan juga dapat sebagai
kosolvent 5-80 % (Rowe, 2006).
Digunakan sebagai humektan dalam sediaan topikal dimana humektan adalah bahan yang
memiliki sifat mengikat air dan udara yang lembab serta dapat mempertahankan air yang ada dalam
sediaan sehingga dapat melembabkan kulit (Dian, 2006).
Propilenglikol juga dapat digunakan sebagai pengawet pada sediaan solid, semi solid,
parenteral. Dimana propilenglikol memiliki sifat sebagai anti mikroba (Rowe, 2006). Propilenglikol
digunakan dalam banyak preparat untuk obat sebgai pengawet (Ansel, 2008). Propilenglikol sebagai
sebagai pengawet untuk aktivitas anti mikroba pada sediaan semi solid 15-30 % (Marriot, 2010)
2. Cetyl alcohol
Cetyl alcohol berbentuk partikel pipih berwarna putih, atau berbentuk granul
dan mempunyai rasa yang lembut. Cetyl alcohol dalam sediaan krim dapat
digunakan sebagai emollient dengan konsentrasi 2-5 %, agen pengemulsi 2-5 % dan
sebagai stiffening agent 2-10 % sebab cetyl alcohol dapat meningkatkan stabilitas,
memperbaiki texture, dan mampu meningkatkan konsistensi, dalam emulsi minyak
dalam air dinyatakan bahwa cetyl alcohol yang dikombinasikan dengan agen
pengemulsi yang larut air (tween 80) akan meningkatkan kestabilan sediaan (Rowe,
2006).
Cetyl alcohol sering kali digunakan dalam sediaan krim karena memiliki
sifat emollient yang sangat baik dan penetrasinya pada kulit berlangsung cepat serta
resisten terhadap oksidasi (Anwar, 2012).
3. Span 80 dan tween 80
Krim dengan surbitan ester akan memiliki tekstur yang halus dan stabil. Span
80 digunakan dalam emulsi, krim, salep dan dapat membentuk emulsi tipe M/A atau
A/M bersama dengan polyscorkate (Kusuma Wardani, 2010).
Disodium EDTA merupakan serbuk Kristal putih, tidak berbau, dan rasa
sedikit asam, Disodium EDTA digunakan sebagai agen pengkhelat pada pembuatan
sediaan farmasi seperti sediaan obat kumur, sediaan optalmik dan pada sediaan
topikal, konsentrasi penggunaannya antara 0,005-0,1 % (Rowe, 2006).
Disodium EDTA membentuk ikatan stabil dengan ion logam dalam air.
Disodium EDTA berfungsi mencegah reaksi yang terjadi antara sediaan krim
ketokonazole dengan tube yang digunakan yang mengandung ion logam yaitu
aluminium tube yang digunakan berasal dari aluminium sebab ketokonazole tidak
stabil terhadap cahaya (Sweetman, 2009). Disodium EDTA juga memiliki kelarutan
seperti ketokonazole (Rowe, 2006).
5. Butyl Hidroksi Toluena (BHT)