Anda di halaman 1dari 27

Tugas Makalah Farmakologi

Antipiretik

KATA PENGANTAR

Disusun oleh

Kelompok/Golongan : 4 (Empat) / A
Nama : Anggi Sri Anggi Nur
Wanti Alya Ningrum
Lisa Listiani
Helni Febriani
Nikmatun Patimanur
Nunung Sri Wahyuni
Kelas : D3 FARMASI

PRODI SI FARMASI STIKES MANDALA WALUYA

KENDARI

2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang lebih patut diucapkan oleh seorang hamba
yang beriman selain ucapan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Mengetahui, Pemilik segala ilmu, karena atas petunjuk-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Antipiretik. Tak lupa pula shalawat
serta salam kita haturkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kebodohon menuju zaman penuh ilmu
seperti sekarang ini.

Dalam penulisan makalah ini, banyak hambatan dan kendala yang


penulis hadapi dalam rangka penyusunan, namun berkat dukungan dan bantuan
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat melewati kendala-kendala tersebut. Oleh
karena itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung dan mendo’akan
kelancaran pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermaanfaat dan mohon maaf bila masih
banyak kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan.

Sekian dan Terima Kasih

Kendari, September 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang..........................................................................................

I.2 Tujuan Masalah.........................................................................................

I.3 Rumusan Masalah.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Demam………………………………................................

II.2 Pengertian Antipiretik Dan Obat Antipiretik........................................

II.3 Efek Samping Dari Obat Antipiretik.....................................................

II.4 Jenis-Jenis Obat Antipiretik…………………………………..............

II.5 Salah Satu Contoh Kasus Dari Antipiretik............................................

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan…………………………………………………………..

III.2 Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Obat yang ada saat ini masih jauh dari ideal. Tidak ada obat yang
memenuhi semua kriteria obat ideal, tidak ada obat yang aman, semua obat
menimbulkan efek samping, respon terhadap obat sulit diprediksi dan mungkin
berubah sesuai dengan hasil interaksi obat, dan banyak obat yang mahal, tidak
stabil, dan sulit diberikan. Karena banyak obat tidak ideal, semua anggota tim
kesehatan harus berlatih “care” untuk meningkatkan efek terapeutik dan
meminimalkan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan obat.

Sebagai salah satu dari tim medis seyogyanya telah paham betul akan
pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat maksimal dengan
tujuan minimal. Dan berikut ini adalah peran tenaga kesehatan dalam
pengobatan :

1. Mengkaji kondisi pasien


2. Sebagai pemberi layanan asuhan keperawatan, dalam pemberian obat.
3. Mengobservasi kerja obat dan efek samping obat.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang indikasi obat dan cara
penggunaannya.
5. Sebagai advokat atau melindungi klien dari pengobatan yang tidak tepat.

I.2 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian demam


2. Untuk mengetahui pengertian antipiretik dan obat antipiretik
3. Untuk mengtahui Efek samping dari obat Antipiretik
4. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Obat Antipiretik
5. Untuk mengetahui salah satu contoh kasus dari antipiretik
1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan demam ?


2. Apa yang dimaksud dengan antipiretik dan obat antipiretik ?
3. Apa saja efek samping dari obat antipiretik
4. Apa saja jenis-jenis obat antipiretik ?
5. Sebutkan salah satu contoh kasus dari antipiretik
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Demam

Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur


suhu tubuh secara abnormal.

Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian


yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C


atau lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari
37,80C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi
(hiperpireksia)(Julia, 2000).

Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat


termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam
bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal
(Donna L. Wong, 2003).

a. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).Menurut Guyton
(1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau
zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab
demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan
holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian
yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang
pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu
badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya
walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
b. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set
point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas
berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point(Julia, 2000).Demam
adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau
zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh
dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada
yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen
selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan
asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin
(PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam
pada anak. Suhu yang tinggi ini akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh
(sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut
dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
(Sinarty, 2003).
Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau
krisis/flush.
Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari
tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari
kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya
memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila
faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah,
mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton, 1999).

II.2 Obat Antipiretik

a. Pengertian Obat Antipiretik

Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan


suhu badan pada keadaan demam. Obat antipiretik adalah obat yang dapat
menurunkan suhu tubuh yang tinggi atau hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Pada umumnya
demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu penyakit
tersendiri. Oleh sebab itu pembahasan antipiretik secara khusus jarang ada,
pada umumnya pembahasannya antipiretik ada pada pembahasan obat anti
nyeri (analgetika). Sebagai nantipiretik, obat mirip aspirin akan
menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam. Walaupun keadaan
obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semua berguna
sebagai antipeiertik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau
terlalu lama. Ini berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang ada disentral
otak terutama COX-3 dimana hanya parasetamol dan obat AINS lainnya
dapat menghambat. Fenilbutazon dan antiruematik lainnya tidak
dibenarkan untukdigunakan sebagai antipiretik atas alasan tersebut.

b. Mekanisme kerja obat antipiretik

Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di


hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen
endogen).

c. Macam-macam obat antipiretik

Contoh obat antipiretik : parasetamol, panadol, paracetol,paraco,


praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal
atau asam salisilat,salisilamida.

d. Kontra indikasi pada obat antipiretik dimana pada segala penyakit yang
menghasilkan gejala demam. Sejumlah pedoman menyatakan bahwa obat
antipiretik sebaiknya diberikan jika demam lebih dari 38,5oC. Demam
kurang dari 38,5oC. Sebaiknya jangan cepat-cepat diberi obat, selain dapat
menurunkan demam, sebagian besar obat-obat antipiretik tersebut juga
memiliki khasiat mengurangi nyeri.

II.3 Efek Samping Dari Obat Antipiretik

a. Gangguan saluran pencernaan

Selain menimbulkan demam dan nyeri ternyata prostaglandin


berperan melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat
pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga
mengakibatkan dinding saluran cerna rentan terluka, karena sifat asam
lambung yang bisa merusak.
b. Gangguan hati (hepar)

Obat yang dapat menimbulkan hepar adalah parasetamol karena


penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain.
c. Reaksi obat

Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan reaksi alergi. Reaksi


dapat berupa asma bronkial hingga mengakibatkan syok.

d. Alergi obat, gatal-gatal, pusing, mual muntah, dan nyeri ulu hati.

II.4 Jenis-Jenis Obat Antipiretik

1. Paracetamol

Nama dagang : Asetaminopen, Panadol (glaxso), Tylenol, Tempra, Nipe,


pamol(intrbat),sanmol (sanbe).

Paracetamol merupakan derivat-asetanilida, adalah metabolit dari


fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetik, tetapi pada
tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya
(nefrotoksisitas dan karsinogen).Komposisi dari obat parasetamol :

a. Tiap sendok teh (5ml) mengandung paracetamol 120mg


b. Tiap tablet mengandung paracetamol 100mg
c. Tiap tablet mengandung paracetamol 100mg
 Cara kerja obat parasetamol
Cara kerja obat paracetamol adalah derivate paminofenol
yang mempunyai sifat antipiretik atau analgesik. Sifat antipiretik
disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga
berdasarkanefek sentral. Sifat analgesic parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Pada penggunaan
oral parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar
maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60
menit setelah pemberian, dapat diekskresikan melalui ginjal, kurang
dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk
terkonyugasi.
 Indikasi:

Untuk nyeri dan demam. Khasiat paracetamol antara lain sebagai


analgetik (nyeri ringan sampai sedang) dan antipiretik tetapi tidak anti
radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri
yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan
mandiri).Nyeri ringan sampai sedang termasuk dysmenorrhea, sakit
kepala; pereda nyeri pada osteoarthritis dan lesi jaringan lunak;
demam termasuk demam setelah imunisasi; serangan migren akut,
tension headache.

 Kontraindikasi :

Tidak boleh digunakan pada penderita dengangangguan


fungsi hati berat, hipersensitif terhadap paracetamol. Hipersensitif
terhadap paracetamol dan defisiensi glucose-6 fosfat dehidrogenase.

 Peringatan dan Perhatian :


1. Pemberian harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal
serta penggunaan jangka lama pada pasien anemia
2. Jangan melampaui dosis yang disarankan
3. Harap ke dokter bila gejala demam belum sembuh dalam waktu
2hari atau rasa sakit tidak berkurang selama5 hari.
 Efek samping dari obat parasetamol adalah
Efek samping jarang terjadi antara lain reaksi
hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4
gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis 6 gram
mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversibel. Dosis besar
menyebabkan kerusakan fungsi hati.Wanita hamil dapat menggunakan
parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air
susu ibu. Dosisnya itu sendiri melalui :
a. Oral 2-3x sehari 0,5-1 gram, maximum 4 gram per hari, pada
gangguan kronis maksimum 2,5 gram per hari, anak-anak 4-6x
10mg/kg BB, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60mg, 1-4 tahun 120
180mg,4-6 th 180mg, 7-12 th 240-360mg, 4-6x sehari.
b. Rectal 20mg/kg setiap kali, dewasa 4x sehari 0,5-1 gram. Anak-
anak usia 3-12 bulan 2-3x 120mg, 1-4 th 2-3x 240mg, 4-6 th 4x
240mg, dan 7-12th 2-3 x 0,5 g.
 Cara penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, dapat terlindung dari
cahaya.
2. Asam Asetilsalisilat

Nama dagang : asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro

Asetosal adalah obat anti nyeri tertua (1899), yang sampai kini
paling banyak digunakan di dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam
kuat. Komposisi dari obat asam asetilsalisilat yaitu tiap tablet mengandung
asam asetilsalisilat 100mg . Cara kerja obat asam asetilsalisilat bekerja
dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga dapat
menurunkan demam, dan menghambat pembentukan prostaglandin
sehingga meringankan rasa sakit.

 Indikasi:
Dapat menurunkan demam, meringankan sakit kepala, sakit gigi
dan nyeri otot.
 Kontraindikasi:
Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau flu sebaiknya jangan
diberikan asetosal melainkan parasetamol, karena beresiko terhadap
syndrom grey yang berbahaya. Syndrom ini bercirikan muntah hebat,
termangu-mangu, gangguan pernafasan, konvulsi dan adakalanya
koma.Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis
tinggi, terutama pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena
lama kehamilan dan persalinan dapat diperpanjang, juga kecenderungan
perdarahan meningkat.
 Dosis dan cara pemberian
a. Pada nyeri dan demam oral dewasa 4x 0,5-1g setelah makan,
maksimum 4g sehari, anak-anak sampai 1th 10mg/kgBB 3-4x sehari,
1-12th 4-6x, diatas 12th4x 320-500mg, maksimum 2g per hari
b. Rectal dewasa 4x 0,5-1gr, anak-anak sampai 2th 2x 20mg/kgBB,
diatas 2th 3x 20mg/kg BB.
 Efek samping:
Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung
dengan resiko tukak lambung dan perdarahan samar. Penyebabnya
adalah sifat asam dari asetosal, yang dapat dikurangi dengan kombinasi
dengan suatu antasidum (MgO, alumuniumhidroksida, CaCO3atau
garam kalsiumnya (carbasalat, Ascal).

Pada dosis besar, faktor lain memegang peranan yakni hilangnya


efek pelindung dari prostasiklin terhadap mukosa lambung. Selain itu
asetosal menimbulkan efek –efek spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan
tinnitus (telinga mendengung) pada dosis lebih tinggi. Efek yang lebih
serius adalah kejang-kejang bronki hebat pada pasien asma meski
dalam dosis kecil dapat mengakibatkan serangan.

3. Asam mefenamat

Nama dagang : mefinal, (sanbe), mefentan (kalbe)

Cara kerja obat itu sendiri yaitu asam mefenamat merupakan


kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan cara menghambat
sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzyme
siklooksigenase sehingga mempunyai efek antiinflamasi dan antipiretik.

 Indikasi :
Meredahkan nyeri ringan sampai sedang sehubung dengan sakit kepala,
sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot
dan nyeri sesudah operasi.
 Kontra indikasi adalah :
a. Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.
b. Penderita dengan tukak lambung dan usus.
c. Penderita dengan gangguan ginjal berat.
 Dosis yang digunakan dan cara pemberian asam mefenamat

Pada dewasa dan anak-anak > 14 tahun dosis awal 500 mg, selanjutnya
250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan.

 Peringatan dan perhatian pemberian asam mefenamat itu sebaiknya


a. Diminum sesudah makan
b. Jangan digunakan lebih dari 7 hari atau melebihi dosis yang
dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter
c. Hati-hati jika digunakan pada wanita hamil dan menyususi
 Efek samping dari asam mefenamat
a. Sistem pencernaan terasa mual, muntah, diare dan rasa sakit pada
abdominal
b. Pada sistem saraf akan terasa ngantuk, pusing, penglihatan kabur
dan insomnia.
 Cara penyimpanannya dapat disimpan pada suhu kamar (25-30)OCdan
tempat kering serta terhindar dari cahaya langsung.

4. Praxion

Praxion adalah obat untuk menurunkan demam, meringankan rasa


sakit pada keadaan sakit kepala dan sakit gigi.

 Komposisi :
a. Praxion drops tiap ml mengandung 100 mg paracetamol
micronized.
b. Praxion 120 suspensi tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol
micronized.
 Cara kerja obat
Sebagai analgesik- antipiretik, dimana sebagai analgesik bekerja dengan
meningkatkan ambang rangsangan rasa sakit, sedangkan antipiretik
diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus.
 Kontra indikasi
a. Pada penderita gangguan fungsi hati yang berat.
b. Penderita hipersensitif terhadap komponen obat ini.
 Dosis yang digunakan pada obat ini antara lain
a. Dibawah 1 tahun dosis 60 mg ( alat tetes0,6 ml) 3-4 kali sehari.
b. 1-2 tahun dosis 60-120 mg ( alat tetes 0,6 ml-1,2 ml) 3-4 kali sehari
atau sesuai petunjuk dokter.
 Peringatan dan perhatian
a. Hati hati pengguna obat ini pada penderitapenyakit ginjal.
b. Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri
tidak menghilang, segera hubungi unit pelayanan kesehatan.
c. Penggunaan obat ini penderita mengkonsumsi alkohol dapat
meningkatkan kerusakan hati.
 Efek samping pada penggunaa obat jangka lama dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan hati dan reaksi hipersensitifitas.

II.5 Studi Kasus Antipiretik

Kasus

Pak Dodik, 37 tahun, datang ke dokter dengan keluhan nyeri kepala sebelah
kanan selama 2 hari dan kadang-kadang merasa mual. Satu (1) bulan
sebelumnya opname 3 hari dan didiagnosis ulkus pepticum. Tensi = 120/70
mmHg, nadi = 80x/menit, temp.= 37,20 C. Obat apa yang dapat diberikan
kepada pak dodik untuk mengatasi keluhannya?

a. Keluhan utama
Nyeri kepala sebelah kanan selama 2 hari dan mual
b. Kata kunci
1. Nyeri kepala 2 hari
2. Mual
3. Ulkus Pepticum
4. 37 tahun
5. Tensi = 120/70 mmHg
6. Nadi = 80x/ menit
7. Temp = 37,20 C
c. Diagnosis
Migraine (mild)
d. Tujuan pengobatan spesifik
Menurunkan PG pada penderita Migraine
e. Inventarisir kelompok obat yang efektif (perbandingan antar kelompok
obat)

Efficacy Safety Suitability


Non Selective COX Inhibitor
Salicylic Acid derivatives
Salisilat
Farmakodinamik: Indikasi: Sediaan:
- Berfungsi sebagai analgesik, anti piretik, 1. Antipiretik 1. Aspirin
anti inflamasi. 2. Analgesik (asam asetil
- Efek terhadap 3. Demam rheumatik akut salisilat dan
a. Pernapasan 4. Arthritis rheumatoid natrium
1. Pada dosis terapi: mempertinggi 5. Profilaksis thrombus salisilat) –
konsumsi O2 dan produksi CO2 koroner dan thrombus dosis: 100
sehingga meningkatkan vena profundus mg untuk
pengeluaran CO2 melalui alveoli anak dan
dan PCO2 dalam plasma turun Intoksikasi: 500 mg
(pernapasan lebih dalam dan 1. Salisilismus (nyeri kepala, untuk
frekuensi sedikit bertambah). pusing, tinnitus, gangguan dewasa
2. Pada dosis lebih besar: pendengaran, mata kabur, 2. Metil
merangsang pusat napas sehingga haus, bingung, mual, dan salisilat
terjadi hiperventilasi. muntah). (minyak
3. Keadaan intoxikasi: alkalosis 2. Lebih berat dapat Wintergreen
respiratorik. menyebabkan gejala SSP ) untuk obat
b. Keseimbangan asam basa: (gelisah, cemas, iritatif, luar (salep)
1. Sebagai kompensasi alkalosis vertigo, tremor, delirium,
respiratorik, maka ekskresi koma).
bikarbonat, Na dan K melalui 3. Gangguan keseimbangan
ginjal meningkat, sehingga pH asam basa
darah kembali normal. 4. Exsantem pustula
c. Urikosurik (tergantung dosis): akneiform
1. Dosis 1-2 gr/ hari menghambat 5. Alkalosis respiratorik
ekskresi asam urat sehingga kadar 6. Acidosis metabolic
dalam darah meningkat. 7. Hipoglikemi
2. Dosis 2-3 gr/ hari tidak mengubah 8. Demam (pada anak)
ekskresi asam urat. 9. Dehidrasi
3. Dosis 5 gr/ hari peningkatan
ekskresi asam urat sehingga kadar
asam urat dalam darah menurun.
d. Darah
1. Pada orang sehat memperpanjang,
masa pendarahan karena asetlasi
pada trombosit sehingga
pembentukan TXA2 terhambat.
2. Dosis kecil: untuk profilaksis
thrombosis koroner dan cerebral
3. Dosis besar: hati-hati perdarahan
mukosa lambung.
e. Hati dan ginjal
1. Hepatotoksis (berkaitan dengan
dosis).
2. Bila tjd ikterus harus dihentikan
krn dapat terjadi nekrosis hati
yang fatal.
3. Dapat menyebabkan Reye
Sindrome (terjadi kerusakan hati
dan encelopati, berhubungan
dengan infeksi Varicella dan
virus-virus lainnya).
4. Dapat menurunkan fungsi ginjal
pada pasien hipovolemia dan
gagal jantung.

Farmakokinetik:
1. Oral: cepat diabsorbsi.
2. Kadar puncak 2 jam setelah pemberian.
3. Secara rectal absorbsi lebih lambat dan
tidak sempurna sehingga tidak dianjurkan.
4. Cepat diabsorbsi oleh kulit yang sehat.
5. Setelah diabsorbsi segera menyebar ke
seluruh jaringan tubuh dan cairan
transeluler sehingga dapat ditemukan
dalam cairan synovial, spinal, peritoneal,
liur, dan air susu.
6. Mudah menembus BBB dan sawar uri.
7. 80-90% terikat albumin.
8. Diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis
menjadi asam salisilat terutama di hati,
beredar di plasma hanya 30 menit.
9. Ekskresinya terutama melalui ginjal
(bentuk metabolit), sebagian kecil melalui
keringat dan empedu.
Diflunisal
- Derivat difluorofenil dari asam salisilat, Indikasi: Sediaan :
tapi in vivo tidak diubah jadi asam 1. Analgesik ringan sampai - Tablet
salisilat. sedang dengan dosis awal
500 mg disusul 250-500
Farmakodinamik: mg tiap 8-12 jam.
- Analgesik dan anti inflamasi, hampir 2. Osteoarthritis dosis awal
tidak pernah sebagai anti piretik. 250-500mg/ hari, di mana
dosis pemeliharaan tidak
Farmakokinetik: melampaui 1,5 gr/ hari.
1. Pemberian secara oral.
2. Kadar puncak 2-3 jam. Intoksikasi:
3. T ½ 8-12 jam. 1. Efek samping lbh ringan
4. 99% terikat albumin. daripada asetosa.
2. Tak menimbulkan
gangguan pendengaran.
Acetaminophen / paracetamol
Farmakodinamik: Indikasi: Sediaan:
1. Efek analgesiknya mengurangi nyeri - Untuk analgesik dan 1. Tablet 500
ringan sampai sedang. antipiretik dan tidak mg
2. Menurunkan suhu tubuh. mempengaruhi GIT 2. Sirup yg
3. Efek anti inflamasinya sangat lemah (atau bleeding. mengandun
tidak ada). g 120 mg
4. Paracetamol merupakan penghambat Efek Samping: per 5 ml
biosintesis PG yang lemah. 1. Eritema
2. Urtikaria
Farmakokinetik: 3. Demam
1. Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui
saluran cerna. Akibat dosis toksik:
2. Konsentrasi tertinggi dalam plasma 1. Nekrosis hati
dicapai dalam waktu ½ jam. 2. Nekrosis tubulus renalis
3. T ½ antara 1-3 jam. 3. Hipoglikemi
4. 25% paracetamol terikat protein plasma. 4. Kerusakan hati dapat
5. Dimetabolisme oleh enzim mikrosom mengakibatkan
hati. ensefalopati dan kematian.
6. Dikonjugasi dengan asam glukoronat. 5. Radikal bebas dari
7. Mengalami hidroksilasi. paracetamol berikatan
8. Metabolit hsl hidroksilasi menimbulkan secara kovalen dengan
methemoglobinemia & hemolisis eritrosit. makromolekul vital sel
9. Diekskresi melaui ginjal hati.
6. Hepatotoksik paracetamol
meningkat pada penderita
yang juga mendapat
barbiturat, anti konvulsi
lain, dan alkoholik yang
kronis
.
Indole & Indene Acetic Acids
Indometacin
- Derivat indole-asam asetat Efek Samping: Dosis:
1. Pada saluran cerna berupa 1. 2-4 kali 25
Farmakodinamik: nyeri abdomen, diare, mg/ hari
1. Walaupun efektif tapi toksik maka perdarahan lambung, & 2. 50-100 mg
penggunaaannya dibatasi. pankreatitis. (sebelum
2. Efek: analgesik (perifer dan sentral), anti 2. Sakit kepala hebat, tidur) untuk
inflamasi, dan anti piretik yang kira-kira depresi, bingung, mengurangi
sebanding dengan aspirin. agranulositosis, gejala
3. Invivo menghambat enzim thrombositopenia, & rheumatik
cyclooksigenase. anemia aplastik. di malam
3. Vasikonstriksi pembuluh hari
Farmakokinetik: koroner.
1. Absorbsi per oral cukup baik. 4. Hiperkalemi
2. 92-99% terikat protein plasma. 5. Mengurangi natriuretik
3. Metabolisme di hati. dari thaizide dan
4. Ekskresi dalam bentuk asal maupun furosemide.
metabolik lewat urine dan empedu. 6. Memperlemah efek
5. T ½ 24 jam. hipotensif dari beta
blocker.

Kontra Indikasi:
1. Ibu hamil
2. Anak
3. Gangguan psikiatri
4. Pasien dengan penyakit
lambung

Indikasi:
- Hanya dianjurkan bila
NSAID yang lain kurang
berhasil, misalnya pada
spondilitis ankilosa,
arthritis pirai akut,
arthritis tungkai.
Heteroaryl Acetic Acids
Diclofenac
Farmakokinetik: Efek Samping:
1. Absorbsi melalui saluran cerna 1. Mual
berlangsung cepat dan lengkap. 2. Gastritis
2. 99% terikat protein plasma. 3. Eritema kulit
3. 40-50% mengalami FPE. 4. Sakit kepala
4. T ½ 1-3 jam.
5. Terakumulasi di cairan synovial. Kontra Indikasi:
1. Tukak lambung
2. Pemakaian selama
kehamilan
Aryl Propionic Acid
Ibuprofen
- Derivat asam propionate Efek Samping: Dosis:
Farmakodinamik: 1. Terhadap saluran cerna - Efek anti
1. Analgesik (efeknya sama seperti aspirin) lebih ringan dibandingkan inflamasiny
dengan anti infalamsi yg tidak terlalu dengan aspirin, a dosis
kuat. indometacin, dan 1200-
2. Interaksi obat, dengan: naproksen. 2400mg/
a. Warfarin: waspada gangguan fungsi 2. Efek samping yang lain hari.
trombosit yg memperpanjang masa jarang.
perdrhn.
b. Furosemide dan thiazide: mengurangi Kontra indikasi:
efek diuresis dan natriuresis. Wanita hamil dan menyusui.
c. Beta blocker: prazosin dan captopril
mengurangi efek anti hipertensi. Indikasi:
3. Mungkin akibat hambatan biosintesis PG Paling aman untuk anak-
di ginjal. anak.

Farmakokinetik:
1. Absorbsi cepat melalui lambung.
2. Kadar puncak 1-2 jam.
3. T ½ 2 jam.
4. 90% terikat protein plasma.
5. Ekskresi cepat, lengkap melalui urine
sebagai metabolit atau konjugatnya.
6. Metabolit utama merupakan hasil
hidroksilasi dan karboksilasi
Ketoprofen
- Derivat asam propionat. Efek Samping: Dosis:
1. Gangguan saluran cerna - 2 kali 100
Farmakodinamik: 2. Reaksi hipersensitivitas mg/ hari
- Efektivitas seperti ibuprofen dengan sifat (tetapi
anti inflamasi sedang. sebaiknya
dilakukan
Farmakokinetik: secara
1. Absorbsi baik di lambung. individual)
2. T ½ 2 jam.
Fenbufen
Farmakodinamik: Efek Samping: Dosis:
1. Prodrug sehingga dia sendiri bersifat - Sama seperti NSAID lain. 1. 2x 300 mg/
inaktif. hari
2. Metabolit aktifnya adalah asam-4-bifenil- Kontra Indikasi: 2. (dosis
asetat. 1. Tukak lambung. pemeliharaa
Farmakokinetik: 2. Gangguan ginjal dosis n) 1x
1. T ½ 10 jam. harus dikurangi. 600mg
2. Absorbsi melalui lambung baik. Indikasi: sebelum
3. Kadar puncak 7,5 jam. - Rheumatik sendi. tidur.
Naproksen
- Derivat asam propionate Efek Samping: Dosis:
- Naproksen bersama dngan ibuprofen 1. Dyspepsia ringan sampai 1. Untuk
dianggap paling tidak toksik diantara perdarahan lambung terapi
derivat asam propionat. 2. Efek SSP saikt kepala, rheumatik
pusing, lelah sendi 2x
Farmakokinetik: 3. Ototoksisitas 250-375mg/
1. Absorbsi baik melaui lambung. 4. Gangguan hepar dan hari.
2. Kadar puncak 2-4 jam. ginjal 2. Bila perlu
3. T ½ 14 jam. 2x 500mg/
4. Tidak terdapat korelasi antara efektivitas Indikasi: hari.
dan kadar plasma. - Rheumatik sendi
5. 98-99% terikat protein plasma.
6. Ekskresi terutama dalam urine,
bentuiknya utuh maupun konjugat.
7. Interaksi sama dengan ibuprofen.
Antrhanilic Acid (Fenamates)
Asam mefenamat
1. Sebagai analgesik. Efek Samping:
2. Sebagai anti inflamasi kurang efektif 1. Dyspepsia.
dibandingkan aspirin. 2. Iritasi terhadap mukosa
3. Terikat dengan kuat pada protein plasma. lambung.
3. Eritema kulit.
4. Brionkokonstriksi.
5. Anemia hemolitik.

Kontra Indikasi:
1. Anak di bawah 14 tahun.
2. Ibu hamil.

Indikasi:
- Pemberian tidak melebihi
7 hari.
Enolic Acids
Piroksikam
- Struktur baru yaitu oksikam, derivat asam Efek Samping: Dosis:
enolat. 1. Tukak lambung - 10-20 mg/
2. Tinnitus hari
Farmakokinetik: 3. Pusing diberikan
1. T ½ > 45 jam. 4. Nyeri kepala pada pasien
2. Absorbsi cepat di lambung. 5. Eritema kulit yang tidak
3. 99% terikat protein plasma. memberi
4. Siklus enterohepatik (+). Kontra Indikasi: respon
5. Kadar puncak 7-10 hari. 1. Ibu hamil. cukup
6. Kadar plasma kira-kira sama dengan 2. Tukak lambung. dengan
kadar di cairan synovial.. 3. Sedang minum anti NSAID
koagulan. yang lebih
Indikasi: aman.
- Penyakit inflamasi sendi
misalnya arthritis
rheumatoid, osteoarthritis,
spondilitis ankilosa.
Meloksikam
- Cenderung menghambat COX-2 lebih
daripada COX-1 tetapi penghambatan
COX-1 pada dosis terapi tetap nyata.
Alkalones
Nabumeton
Farmakodinamik: Indikasi:
1. Tidak bersifat asam - Osteoarthritis dan arthritis
2. Sifatnya selektif menghambat isoenzim rheumatoid.
PG untuk peradangan, tapi kurang
menghambat protasiklin yang bersifat Efek Samping:
sitoprotektif. - Lebih sedikit terutama
efek samping terhadap
Farmakokinetik: saluran cerna.
1. Merupakan prodrug yang baru aktif
setelah absorbsi dan mengalami konversi.
2. Diserap cepat dari saluran cerna dsan di
hati akan dikonversi.
3. Merupakan penghambat kuat dari enzim
cyclooksigenase.
4. Diinaktivasi di hati secara O-demetilasi
dan dikonjugasi untuk diekskresi.
5. Dengan dosis 1 gr/ hari diudapatkan T ½
24 jam.
6. Pada usia lanjut T ½ bertambah panjang
dengan 3-7 jam.
Selective COX-2 Inhibitor
Diaryl-Subtituted Furarones
Rofecoxib
Farmakodinamik: Efek Samping:
- Anti inflamasi, analgesik, anti piuretik. - Efek samping thd GIT
menurun
Farmakokinetik:
1. T ½ panjang sehingga cukup diberikan 1 Indikasi :
hari sekali 60 mg. 1. Osteoarthritis
2. Dosis terapinya tidak menghambat COX- 2. Nyeri akut
1 dan tidak menghambat platelet. 3. Dysmens
4. Nyeri post OP

Efek Toksik:
- Menghambat sintesis PG
di ginjal

Kontra Indikasi:
1. Pasien hipertensi
2. Gagal ginjal
3. Odem
4. Stroke
5. PJK
Diaryl-Subtituted Pyrazoles
Celecoxib
Indikasi:
- Rheumatoid arthritis,
osteoarthritis.

Efek Samping:
1. Rash.
2. Kurang menimbulkan
ulcer dan edema
dibandingkan NSAID
lain.
Indole Acetic Acids
Etodolac
Farmakokinetik: Indikasi:
- Masa kerjanya pendek sehingga harus - Analgesik pasca bedah
diberikan 3-4 kali/ hari misalnya bedah koroner
f. P-drug (pilihan obat yang rasional)
Pemilihan obat

Efficacy Safety Suitability Cost Total


30% 30% 30% 10% 100%
Non Selective COX Inhibitor
8 6 5 9
Salicylic Acid derivatives 660
240 180 150 90
7 9 8 9 810
Acetaminophen
210 270 240 90
7 4 5 6
Indole & Indene Acetic Acids 540
210 120 150 60
5 6 5 8
Heteroaryl Acetic Acids 560
150 180 150 80
9 6 8 9
Aryl Propionic Acid 780
270 180 240 90
8 4 5 8
Antrhanilic Acid (Fenamates) 590
240 120 150 80
7 7 5 9
Enolic Acids 660
210 210 150 90
7 7 5 6 663
Alkalones
210 210 150 60
Selective COX-2 Inhibitor
9 7 7 5
Diaryl-Subtituted Furarones 740
270 210 210 50
8 7 5 5
Diaryl-Subtituted Pyrazoles 650
240 210 150 50
8 7 5 4
Indole Acetic Acids 640
240 210 150 40

Berdasar tabel tersebut, maka obat yang terpilih adalah Acetaminophen.


g. Alasan farmakologis pilihan P-drug
Pemilihan obat Acetaminophen adalah dilihat dari segi efikasi: obat tsb
cocok untuk menurunkan nyeri kepala dengan jalan menghambat
prostaglandine (relevan); dari segi safety: efek sampingnya tidak
mempengaruhi lambung yang mempunyai riwayat ulkus pepticum; dari
segi suitability: banyak sekali bentuk sediaan obat ini; terakhir dari segi
cost: harganya sangat terjangkau.
h. Penanganan causa
Pemilihan P-drug yang telah dilakukan hanya berfungsi
simptomatik sebagai analgesik, namun untuk jangka panjang sebaiknya
Bapak dodik harus menjauhkan diri dari faktor2 pencetus migraine atau
diperiksaan lebih lanjut jika gejala-gejala terus dirasakan untuk
mengetahui causa pasti dari migraine.
Perlu dipertimbangkan penggunaan 5-HT 1 agonis (Triptan) atau
anti-Dopamin (prochlorperazine) sebagai pengganti atau terapi kombinasi
dari Migraine serta mengurangi mual (aura). Tindakan Propilaxis layak
juga untuk dipertimbangkan untuk mengurangi serangan (Antiepilepsi,
antidepresan, dan antihipertensi).

i. P-Treatment non drug


Tindakan-tindakan yang menurut penelitian dapat meredakan Migraine
yaitu:

1. Body work
2. Massage
3. Creative arts (Menari , musik)
4. Nutrisi / suplemen (vitamins),
5. Eastern medicine (yoga),
6. Acupressure and acupuncture
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Bahwa antipiretik yaitu obat demam yang mekanisme kerja obat


antipiretik, bekerja,dengan cara menghambat produksi prostalglandin E2 di
hipotalamusanterior (yang meningkatkan sebagai respon adanya pirogen
endogen).yang termasuk obatnya itu parasetamol, panadol,
paracetol,paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan mig,
acetaminophen, asetosal atau asam salisilat,salisilamida.

P-drug untuk pasien adalah Acetaminophen.


Ibuprofen
Bentuk sediaan : Tablet 500 mg
Cara pemberian : Oral
Interval : 4-6 jan
Max dosis : 4 gram per hari (tidak boeh lebih)
Lama pemberian : Simptomatik
Efek samping : Eritema, Urtikaria, Demam, jaundice, kehilangan
nafsu makan

III.2 Saran

Untuk obat analgesik-antipiretik, dianjurkan jangan terlalu


mengkonsumsi obat ini secara berlebihan dikarenakan dapat menyebabkan
ketergantungan bagi pemakainya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Informai spesialite obat indonesia : volume 41; Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia : Jakarta

Brunton, L et al. 2006. Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and


Therapeutics (Eleventh Edition). United States: The McGraw Hill
Companies, Inc.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi (Edisi 5). Jakarta: Gaya
Baru.

Katzung, B.G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology (Tenth Edition). United
States: The McGraw Hill Companies, Inc.

Kester, M et al. 2007. Elsevier’s Integrated Series: Elsevier’s Integrated


Pharmacology. Philadelphia: Mosby Elsevier.

Sunthornsaj, N et al. 2006. MIMS Indonesia 105th Edition 2006/2007. Jakarta:


CMP Medika Drug References Worldwide.

Srivastava, soma. 2008. Pathophysiology and Treatment of Migraine and related


headache. Diakaes dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1144656-overview

Tjay, T.H dan Rahardja, K, 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai